KARYA SENI TARI HEELS I Gusti Ayu Gayatr Ni Nyoman Manik Suryan I Wayan Budiars

  I Gusti Ayu Gayatr Ni Nyoman Manik Suryan

  I Wayan Budiars 1.

  Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar 2. Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar 3.

Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar

  E-mail: Karya seni tari Heels merupakan karya tari yang terinspirasi dari bibi penata yaitu adik perempuan dari ayah penata yang kehidupan dan cara berpenamilan yang sederhana dengan membandingkan fenomena modernisasi yang terjadi. Judul Heels pada karya ini berasal dari bahasa inggris yang berarti hak tinggi penata mengartikan perasaan dan keinginan yang tinggi dengan tema yang diangkat yakni kehidupan sosial. Munculnya ide untuk membuat karya ini berawal dari melihat bibi penata yang lebih senang berpenampilan sederhana, tidak seperti perempuan kebanyakan yang suka mengikuti trend dan mode berpenampilan. Hal ini membuat penata tertarik mengangkat fenomena tersebut kedalam bentuk karya dengan menggunakan pendekatan kontemporer. Karya ini sudah berproses dari kelas Koreografi VII dan dilanjutkan menuju Tugas Akhir. Karya seni tari Heels ini disusun dan disajikan oleh I Gusti Ayu Gayatri dan didukung dengan lima penari perempuan. Karya seni tari Heels dipentaskan di panggung tertutup Ksirarnawa pada hari selasa tanggal 15 Mei 2018 pukul 19:00 WITA. Pada proses penciptaan karya ini menggunakan tiga tahapan yang dijadikan pijakan dalam proses penciptaan, antara lain: tahap penjajangan (Exploration), tahap percobaan (Improvisation), dan tahap pembentukan (Forming).

  Kata Kunci: Heels, Sederhana, Fenomena, Proses, Struktur The artwork of dance Heels is a dance work inspired by stylist aunts, the younger sister

of the life-style steward and simple appearance by comparing the phenomenon of

modernization.The title Heels in this work come from English which means high rights. Stylist

interpret high feelings and desires with the theme raised that is social life. The emergence of

the to make this work strated from seeing stylist aunties who preferred to look somple, unlike

most women who liked to follow the appearance and fashion trends. This made the stylist

interested in raising the phenomenon into works using a contemporary approach. This work

has been processed from VII choreography class and proceed to the final project. The artwork

of dance Heels is composed and presented by I Gusti Ayu Gayatri dan supported by five female

dancers. The dance artwork was staged on the Ksirarnawa Stage on Tuesday, 15 May 2018 at

7:00 p.m. In the process of creating this work it uses three srages that are used as, a foundation

in the creation process, including: Explorattion, Improvisation, and Forming. Key word: Heels, simple, phenomenon, process, structure

  Di jaman globalisasi, lingkungan masyarakat sudah dikelilingi oleh hal-hal yang bersifat modern. Baik perkembangan teknologi, sosial, ekonomi maupun gaya hidup. Hal ini diakibatkan budaya-budaya luar yang masuk dan dapat membawa pengaruh akan kehidupan masyarakat. Adanya teknologi, masyarakat akan dimudahkan dalam melakukan suatu kegiatan, seperti mencari informasi terkini akan mudah didapat melalui handphone, televisi, maupun internet, melakukan perjalanan dekat ataupun jauh dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan mobil atau motor tanpa harus berjalan kaki, selain itu bagi ingin memanjakan diri atau melakukan perawatan dapat dilakukan di salon dengan menggunakan alat-alat tanpa harus meracik sendiri. Kegiatan ini merupakan hal biasa yang dilakukan oleh masyarakat kota, sehingga mereka akan merasa bergantung pada kenikmatan yang telah dijalani.

  Arus globalisasi tidak hanya melintas di kota-kota besar saja tetapi sudah memasuki daerah pedesaan. Perempuan sangatlah rentan dalam perkembangan jaman yang terjadi sekarang ini, khususnya dalam hal gaya hidup maupun penampilan. Bagi mereka penampilan merupakan hal utama untuk diperhatikan, Di desa pun sudah terdapat salon kecantikan dan tidak sedikit masyarakat desa sudah mulai bersolek seperti layaknya penampilan jaman sekarang agar terlihat lebih menarik dan tidak dianggap ketinggalan jaman. Dari beberapa masyarakat desa yang senang berpenampilan, masih terdapat perempuan desa yang masih berpenampilan sederhana dan lugu. Perempuan ini adalah saudara yaitu adik dari ayah penata. Keseharian yang dilakukan yaitu bertani di sawah dan bertenak. Perempuan tersebut hanya berpenampilan apa adanya, sangat sederhana menggunakan pakaian yang tidak membentuk lekuk tubuh. Tidak seperti perempuan lainnya yang suka mengikuti trend masa kini dengan menggunakan pakaian ketat, rambut diwarnai, atau semacamnya.

  Adapun informasi lain juga penata dapatkan dari sumber internet (http:/ksmtour.com/informasi/tempat- wisata/banten/kampung-suku-baduy- pengalaman-liburan-yang-unik.html) bahwa dijaman modern seperti sekarang masih terdapat masyarakat tidak tersentuh modernisasi. Suku baduy merupakan suku yang di hidup terisolir dari dunia luar. Suku yang masih memegang teguh adat istiadat dan aturan dari nenek moyang dengan cara hidup mereka sederhana dan menyatu dengan alam. Mereka pantang menggunakan alas kaki, listrik, teknologi modern dan transportasi modern. Hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat ini tidak ingin di kuasai oleh pengaruh modern yang datang.

  Sehubungan fenomena yang sering penata amati dampak modernisasi sangat terlihat. Berbagai dampak dapat terjadi jika tidak selektif dalam memilih pengaruh dari luar, seperti penggunaan teknologi yang tidak mulai dengan pengetahuan yang benar akan berdampak tidak baik bagi kesehatan. Selain itu gaya hidup yang tidak disesuai berdasarkan kemampuan diri bukan dapat merugikan diri sendiri.

  Mengacu pada pendapat diatas, penata memilih pendekatan kontemporer pada karya tari ini. Pendekatan kontemporer mengandung unsur kekinian yang mampu menuangkan kreatifitas dan pemahaman kebebasan yang diharapkan mampu melahirkan nafas baru dalam bentuk karya tari kontemporer. Kata Kontemporer berasal dari bahasa inggris yaitu contemporary yang memiliki arti: (1) hidup dan terjadi dalam kurun waktu yang sama (Wojowosisto:1980:31), (2) yang menunjukan kondisi kreatif dari masa terakhir, (3) Seni yang menggambarkan

  “Zeitgeist” atau jiwa waktu masa kini

  (Sedyawati:1981:122). Arti yang terakhir ini yang sangat dekat dengan kata modern, yaitu berkaitan dengan gagasan baru yang tidak ketinggalan jaman.

  Karya tari yang berjudul Heels merupakan karya tari yang terinspirasi dari saudara yaitu adik dari ayah penata dan fenomena modernisasi yang sedang terjadi. Ide awal yang penata apresiasi adalah munculnya keinginan untuk membuat karya tari yang menunjukan perempuan desa yang kehidupannya belum tersentuh modernisasi. Selain itu high heels atau sepatu hak tinggi sebagai simbol jaman modern. Disamping itu penata juga ingin menyampaikan pesan kepada penonton dan masyarakat khususnya perempuan, bahwa harus selektif menerima pengaruh dari luar yang bersifat modern karena tidak semuanya berdampak baik untuk kehidupan agar tidak merugikan diri senidri.

  Hasil Analisis dan Interpretasi Data

  . Ide atau gagasan yang digunakan dalam karya ini sudah dipikirkan dan dilaksanakan mulai dari kelas koreografi VI semester VII. Ide atau gagasan tersebut diambil dari pengalaman pribadi dari penata sendiri. Berdasarkan hal tersebut penata memilih tema kehidupan sosial yang di ambil dari pengalaman pribadi yaitu saudara penata dan fenomena modernisasi sebagai pijakan dalam karya , kemudian diolah dengan alur garapan yang baru untuk membuat sebuah karya tugas akhir dengan judul Heels.

  Karya tari dalam penggarapannya dibutuhkan proses-proses yang sangat penting untuk dilakukan. Proses adalah runtunan kreativitas memiliki sifat yang sangat pribadi, sehingga setiap orang memiliki cara sendiri dalam mewujudkan ide-idenya menjadi sebuah karya (Dibia:2003:77). Mewujudkan sebuah karya seni, yang original berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman secara pribadi dibutuhkan adanya proses-proses yang panjang untuk menghasilkan karya seni yang mengandung nilai estetika. Dalam buku Mencipta Lewat Tari oleh Y. Sumandiyo Hadi, tahun 2003 terdapat tiga tahapan yang dijadikan pijakan dalam proses penciptaan, antara lain: Tahap Penjajagan (Exploration), Tahap Percobaan (Improvisation), Tahap Pembentukan (Forming).

  Tahap Penjajagan (Exploration): Eksplorasi adalah proses awal dari pembuatan karya tari yang muncul dari berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon (Sumandiyo:2003:24). Hal pertama yang penata lakukan yaitu menentukan ide dan konsep karya tari yang ingin dibuat. Munculnya ide ini penata melihat saudara penata yaitu adik dari ayah penata yang berpenampilan apa adanya, sangat sederhana menggunakan pakaian yang tidak membentuk lekuk tubuh. Tidak seperti perempuan lainnya yang suka mengikuti trend masa kini dengan menggunakan pakaian ketat, rambut diwarnai, atau semacamnya. Akibat jaman modernisasi yang semakin berkembang di kalangan masyarakat. Dari fenomena tersebut penata terinspirasi dan berkeinginan membuat karya tari yang menggambarkan perempuan desa yang berkeinginan mengikuti jaman modern. Perempuan desa yang diimajinasikan penata yaitu perempuan desa yang masih sangat sederhana dan belum mengenal hal- hal modern yang melihat high heels sebagai simbol modern. Adapun refrensi yang digunakan penata untuk mematangkan ide yang sudah ditentukan yaitu buku

  Mengenal Jiwa Wanita yang memaparkan

  mengenai pemahaman tetang wanita dari segi kepribadian, sifat, perasaan-perasaan, dan watak wanita tersendiri. Selain itu penata juga menonton FTV yang tayang di SCTV.

  Tahap Percobaan (Improvisation): Improvisasi memberikan kesempatan yang lebih besar bagi imajinasi, seleksi, dan menciptakan daripada tahap eksplorasi (Sumandiyo:2003:29). Tahap ini merupakan proses percobaan atau pengolahan gerak serta penunangan gerak yang sudah dirancang dengan penata sendiri. Tahap percobaan dalam pencarian gerak-gerak yang muncul secara spontanitas dengan melakukan pencarian- yang sudah dirancang sebelumnya. Adapun ketidaksengajaan penata mendapat inspirasi gerak yang penata dapat dari melihat iklan di televisi dan menonton sebuah video tari kontemporer di youtube. Gerak-gerak yang telah ditemukan dilakukan pengembangan kembali untuk menciptakan gerak baru. Pola-pola gerak yang telah didapat dan dirancang kemudian direkam untuk menghindari keterlupaan. Percobaan- percobaan yang dilakukan baik di kampus, dirumah atau ditempat-tempat tertentu yang secara tidak langsung ide-ide baru muncul guna pengembangan pada karya tari ini agar lebih baik.

  Tahap Pembentukan (Forming): Tahap akhir dari proses penciptaan adalah

  forming (Sumandiyo:2003:40). Tahap ini

  adalah tahap pembentukan karya secara keseluruhan. Pada proses ini perlu adanya latihan kembali untuk mematangkan gerak, menghaluskan teknik-tenik yang sudah diberikan, memantapkan penjiwaan maupun ekspresi dan agar karya tari ini menjadi lebih sempurna.

  Karya tari Heels merupakan karya tari bertemakan kehidupan sosial yang terinspirasi dari saudara yaitu saudara dari ayah penata. Bagian I Penggambarkan perempuan desa yang sederhana, belum mengetahui cara berpenampilan orang kota (modern), perempuan desa tersebut digambarkan dari saudara penata yang tidak suka mengikuti penampilan tren jaman sekarang dan mengimajinasikan sebagai perempuan desa yang belum mengetahui cara berpenampilan orang modern. Bagian

  IV Penggambaran perempuan desa yang terlalu memaksakan diri untuk memakai

  high heels , sehingga berakibat merugikan diri sendiri.

  Penggambaran di atas disajikan dalam bentuk tari kelompok. Melalui bentuk tari kelompok mampu memvisualisasikan konsep dan ide dari garapan. Penilaian tidak hanya melalui postur tubuh, penggarap juga mempertimbangkan kemampuan dan kedispilinan yang dimiliki oleh pendukung tari, sehingga proses penggarapan berjalan lancar hingga ujian karya tugas akhir dilaksanakan. Karya tari ini menggunakan gerak yang sudah dirancang dengan penata sendiri dalam pencarian gerak-gerak yang muncul secara spontanitas, selain itu ketidaksengajaan penata mendapat inspirasi gerak yang penata dapat dari melihat iklan di televisi dan menonton sebuah video tari kontemporer di youtube. Gerak-gerak yang telah ditemukan dilakukan pengembangan kembali untuk menciptakan gerak baru.

  Saat proses penggarapan karya tari kontemporer Heels, penata menggunakan properti high heels (sepatu hak tinggi) sebagai simbol modernisasi yang kemudian diolah menjadi sebuah karya tari. High

  Heels memiliki banyak jenis dan bentuk,

  tetapi penata memilih high heels bernama

  Pums . Pums dalam kamus mode diartikan

  istilah yang biasa dipakai di Amerika Serikat untuk sepatu tertutup dan bertumit. Di inggris lazim disebut COURT SHOES (Hardisurya:2011:172). Penata memilih

  high heels jenis ini karena bentuknya simple

  dan mempermudah penggunaannya dalam menari. Pemilihan pendukung sangat berperanan penting dalam proses karya karena pemilihan pendukung disesuaikan dengan karakter yang diperankan dalam konsep karya. Tujuannya untuk memperoleh karya yang berkualitas dan memiliki identitas pribadi. Oleh karena karya ini berbentuk kelompok, maka penata mencari 4 orang penari termasuk penata, alasan penggunakan penari dalam jumlah genap karena penata ingin membentuk pola lantai simetris dan membentuk pola lantai asimetris, adapun 1 penari pendukung untuk memperkuat adegan pada bagian 2 dan bagian 3, namun penari ini tidak termasuk penari utama. Selain itu penata menggunakan penari dengan tinggi badan yang berbeda karena penata melihat postur tubuh yang dimiliki masyarakat desa sedang tidak semua sama rata ada yang tinggi dan ada juga yang pendek. Tidak hanya itu penata juga ingin adanya level dengan tinggi badan penari walaupun penata tidak membuat level. Dalam karya tari Heels, penata mengimajinasikan perempuan desa yang belum tersentuh modernisasi yang nantinya terpesona dengan high heels sebagai simbol modernisasi, rasa ingin yang besar untuk memakai high heels tersebut sehingga tidak dapat mengendalikan diri yang mengakibatkan dirinya tersakiti oleh high

  heels karena mereka tidak terbiasa untuk menggunakannya.

  Karya tari Heels menggunakan gerak-gerak tubuh yang dihasilkan dari proses eksplorasi gerak sehari-hari yang sudah dikembangkan. Gerakan dari hasil eksplorasi kemudian dikembangkan menjadi gerak-gerak baru yang menjadi ciri khas dari karya tari ini. Karya tari Heels menggunakan properti high heels yang dijadikan bagian dari garapan sehingga dalam pengunaannya lebih banyak pengolahan gerak dengan menggunakan properti seperti melakukan ekplorasi di tangan, membuat suatu pola dengan properti, kemudian dari properti tersebut munculnya gerak-gerak yang dapat dikoreografikan. Koreografi yang ditata sedemikian rupa menjadi sebuah rangkaian gerak yang bermakna dan terjalin seperti sebuah alur cerita yang terlihat jelas.

  Struktur karya tari kontemporer

  Heels yakni, Bagian I: Menggambarkan

  perempuan desa yang sederhana, belum mengetahui cara berpenampilan orang kota (modern). Pada bagian ini terdapat 2 penari yang bergerak saling bertumpu yang menggambarkan karakter perempuan desa saling bahu membahu dengan kehidupan sederhana setelah itu masuknya 2 orang penari dari up stage left. Bagian 2: Saat 4 penari berada di up stage right dan 1 penari tambahan membawa high heels berwarna merah dan meninggalkannya di down stage left. 4 penari yang terpesona dengan high

  heels dan 1 penari mendekati high heels

  tersebut dan diikuti 3 penari lainnya yang memainkan high heels tersebut dengan tangan. Bagian 3: Perempuan desa yang baru mencoba high heels tersebut tetapi belum bisa menguasai high heels tersebut.

  Bagian ini memperlihatkan perempuan desa yang baru mengetahui bahwa high heels yang ia mainkan tersebut dipakai di kaki.

  Mereka pun mulai mencoba dengan perlahan tetapi terus terjatuh. Bagian 4: Pada bagian ini high heels yang disimbolkan sebagai modernisasi di lemparkan keberbagai arah dengan satu persatu dengan perasaan sedih dan kesal yang menyimbolkan melepas rasa ego yang tinggi dan penyesalan, karena memaksakan diri untuk menggunakan tanpa memikirkan cocok atau tidaknya mereka gunakan. Bukan penampilan meranik yang mereka dapatkan justru merugikan diri mereka.

  Dalam karya tari musik merupakan alat pengiring atau membantu dalam menguatkan ekspresi atau penjiwaan dalam suatu karya tari. Musik iringan yang digunakan yaitu Live Electronic Music yang didalamnya terdapat alat musik seperti keyboard, kantil semarandana, gong, drum pad, suling, dan terdapat vokal yang berdurasikan 12 menit. Penata memilih konsep musik seperti ini baik dari kualitas musik yang dihasilkan maupun kualitas musik yang digunakan, karena penata berkeinginan lebih menonjolkan suasana pada karya tari ini. Kostum yang digunakan pada Ujian Tugas Akhir berlangsung menggunakan kemben yang di modifikasi, strait pendek, kancut, sedangkan tatarias yang digunakan yaitu tatarias panggung.

  Karya tari kontemporer Heels dipentaskan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Ardha Chandra yang berbentuk proscenium , pada tanggal 7,8,9 Mei 2018. Panggung proscenium terdiri dari bagian panggung dan bagian penonton berbentuk tapal kuda yang bisa disaksikan dari arah depan, samping kanan, dan samping kiri. Hal ini erat kaitannya dengan desain lantai yang digunakan. Desain lantai adalah pola yang dilintasi oleh gerak-gerak dari komposisi di atas lantai dari ruang tari (Soedarsono, 1975: 17). Ruang tari yang dimaksud adalah panggung, oleh karena itu perlu kiranya mengenal bagian-bagian panggung proscenium yang memiliki arti pada daerah tertentu berdasarkan kekuatan dan kegunaan pada ruang tari. Untuk menciptakan kesan atau suasana yang diinginkan dalam pertunjukkannya, dimanfaatkan pencahayaan yang ditata atau diatur sedemikian rupa sebagai salah satu unsur ekstrinsik dalam seni pertunjukkan.

  Adapun pesan yang ingin disampaikan dalam karya tari Heels ini di jaman modernisasi banyak sekali maka dari itu sebagai masyarakat untuk lebih selektif memilih pengaruh modernisasi yang dapat di terima dan sesuaikan pada kemampuan diri agar tidak merugikan diri sendiri. Dalam berproses pasti terdapat adanya faktor-faktor penghambat, antara lain: a.

  c.

  Karya tari Heels merupakan karya tari bertemakan kehidupan sosial yang terinspirasi dari saudara yaitu saudara dari ayah penata. Karya tari ini dtarikan oleh 4 orang penari termasuk penata, 1 penari tambahan untuk memperkuat adegan pada bagian 2 dan bagian 3, namun penari ini

  Karya tari yang berjudul Heels merupakan karya tari yang terinspirasi dari saudara yaitu adik dari ayah penata dan fenomena modernisasi yang sedang terjadi. Ide awal yang penata apresiasi adalah munculnya keinginan untuk membuat karya tari yang menunjukan perempuan desa yang kehidupannya belum tersentuh modernisasi.

  Penutup

  Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.para pendukung tari sangat berminat untuk mendukung atau membantu dalam bidang tari kontemporer sekaligus yang mereka dapatkan adalah pengalaman.

  Untuk dapat menjamin hasil karya tari yang utuh, maka penata harus mempunyai perhatian terhadap para pendukung tari.Penata harus memperhatikan fisik dari pendukung,kesiapan pendukung mengikuti proses latihan sangat perlu diperhatikan oleh penata.penata yang membatasi waktu latihan hanya 2 jam saja harus mencapai target yang diharapkan. 2)

  1)

  Faktor Intern Penghambat Proses Penciptaan Karya Tari Kontemporer

  Faktor Intern Pendukung Karya Tari Kontemporer High Heels

Perhatian

Minat

  Terkait tempat latihan, terkadang penata kesulitan harus melakukan proses latihan di studio mana. Jumlah mahasiswa yang banyak dan tidak hanya mahasiswa tetapi mahasiswa lain yang bersangkutan dengan matakuliah praktek juga menggunakan, maka dari itu sering terjadi rebut-rebutan tempat latihan.

  2)

  Hal ini terkait dengan waktu latihan.Pada kisaran waktu yang cukup lama,tetapi proses dan jadwal yang ditentukan penata sangatlah berbeda dengan pendukung tari.Tentu saja hal ini berdampak pula pada kelelahan jasmani yang dirasakan penata.Banyak hal yang membuat karya tari tidak dapat latihan maksimal dikarenakan terbatas waktu dari masing-masing pendukung.

  Pembelajaran Tari Pendet pendek 1)

  Faktor Ekstern Penghambat

  b.

  Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis) (Slameto, 2010:). Kelelahan yang terlihat ketika menuangkan ide ke pendukung tari dan langsung melakukan proses latihan adalah kelelahan jasmani.

  1)

  Heels

Faktor kelelahan

Waktu kuliah

Tempat latihan

  tidak termasuk penari utama. Properti yang digunakan yaitu high heels (sepatu hak tinggi) sebagai simbol modernisasi yang kemudian diolah menjadi sebuah karya tari.

  (terjemahan dari buku Dance Composition, The Basic Elemen karya La Meri). Yogyakarta: Lagaligo.

  Saluk ”. Skrip Karya. Program Sarjana (S1), Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar: tidak diterbitkan.

  Sartre, Jean Paul. 1962. Theory of the Emotions Analisis Teori Emosi .

  Surabaya: Ecosystem Publishing. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni

  Pertunjukan . Jakarta: Sinar Harapan.

  Soedarsono, R.M 1986. Elemen-elemen

  Dasar Komposisi Tari

  Sumandiyo Hadi, Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok .

  (terjemahan Aquarini Priyatna Prabasmoro). Yogyakarta: Jalasutra. Putu Eny Darmayani, Ni Luh. 2016.

  Yogyakarta: Manthili. Tasman, A. 2008. Analisis Gerak dan Karakter . Surakarta: ISI Press.

  Turwina, Ai., Risna Halidi. 2015. 10-24 Desember. Majalah Wanita Kartini hal. 38-39 .

  Daftar Video

  Menonton video Ujian Akhir tahun 2016 oleh Ni Luh Putu Eny Darmayani berjudul

  “Solek Saluk”.

  Menonton video musik K-POP yang di nyanyikan oleh IU berjudul The Red Shoes

  Solek

  Thought

  Musik iringan yang digunakan yaitu

  Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. D’Souza, Nandini. 2011. “Shoes”.

  Pertunjukan ISI Denpasar: tidak diterbitkan. Monika, Mira. 2010. 30 Oktober- 5

  Live Electronic Music . Penata memilih

  konsep musik seperti ini baik dari kualitas musik yang dihasilkan maupun kualitas musik yang digunakan, karena penata berkeinginan lebih menonjolkan suasana pada karya tari ini. Kostum yang digunakan pada Ujian Tugas Akhir berlangsung menggunakan kemben yang di modifikasi, strait pendek, kancut, sedangkan tatarias yang digunakan yaitu tatarias panggung.

  Daftar Rujukan

  Djelantik, A.A.M 2004. Estetika Sebuah

  Pengantar . Bandung:

  November. Gaya Hidup Masa Kini Femina hal. 72-75 . Putnam Tong, Rosemarie. 1988. Feminist

Harper’s Bazar Fabulous at Every Age hal. 130-145

  Haryanto, Rudy. 2000. Mengenal Jiwa Wanita . Surabaya: Putra Belajar. Hawkins, Alma M. 2003. Bergerak

  Forming Within: A New Method for Dance Making Alma M.

  Hawkins 1991). Jakarta: MSPI. ____________. 2003. Mencipta Lewat Tari

  (terjemahan buku Creating Through Dance Karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Manthili.

  Mas Sudarningsih, Anak Agung. 2015.

  “Pancalibayang”. Skrip Karya. Program Sarjana (S1), Jurusan Seni Tari Fakultas Seni

  Menurut Kata Hati: Metode Baru dalam Menciptakan Tari diterjemahkan I Wayan Dibia (terjemahan buku Moving