Qudsi

Dinamika
Vol. 4, No. 3, Januari 2014

ISSN 0854-2172

PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MATERI BESARAN DAN SATUAN FISIKA
Istianah Qudsi FT
SMAN 1 Paiton Jatim

Abstrak
Dampak positif pembelajaran kelompok akan terlihat jika pembentukan kelompok mengikuti
suatu pola tertentu. Salah satu model pola pembentukan kelompok adalah tutor sebaya. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas, hasil belajar dan respon siswa dalam pembelajaran
kelompok tutor sebaya pada materi besaran dan satuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 tahun ajaran 2011/2012 yang
berjumlah 20 orang. Data berupa tes, lembar observasi, dan angket dari pelaksanaan siklus
penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase. Hasil penelitian
menunjukkan temuan bahwa pembelajaran kelompok tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas
siswa dari siklus I sebesar 76% menjadi 89% pada siklus II. Hasil belajar siswa meningkat dari 25%
pada siklus I dan 75% pada siklus II. Sementara respon siswa mencapai 80% yang mengindikasikan

pembelajaran fisika lebih menyenangkan dengan pembelajaran kelompok tutor sebaya.
© 2014 Dinamika
Kata Kunci: aktivitas, hasil belajar, pembelajaran kelompok, tutor sebaya

PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika di tingkat SMA merupakan pengkhususan IPA di tingkat SMP yang
menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak.
Materi besaran dan satuan yang diajarkan di tingkat SMA juga merupakan pengulangan materi
dari tingkat SMP, walaupun didalamnya terdapat dua tambahan pokok bahasan baru, yaitu dimensi dan angka penting. Namun keduanya merupakan pengkhususan sehingga tetap membutuhkan pemahaman konsep dari materi besaran dan satuan.
Pada saat pengecekan pengetahuan siswa di awal pembelajaran kelas X.2 didapatkan mayoritas siswa masih mengingat dengan baik materi besaran dan satuan di tingkat SMP. Sehingga
strategi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran kelompok. Dengan tujuan siswa bisa menguasai materi dengan bertukar informasi dan berinteraksi sosial.
Interaksi sangat penting dalam proses belajar karena interaksi memaksa siswa untuk
menjelaskan, merinci, mempertahankan, dan menyampaikan pendapatnya. Sebagaimana teori
Piaget yang menyatakan bahwa konflik kognitif yang muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain dapat menyebabkan ketakseimbangan, dan oleh sebab itu belajar dapat terjadi
(Handayanto dkk, 2007).
Pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran yang memungkinkan untuk saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus atau menyelesaikan suatu tugas. Dampak positif yang akan didapatkan siswa melalui pembelajaran kelompok, antara lain: a)
membangun sikap belajar kelompok /bersosialisasi, b) membangun kemampuan bekerjasama, c)
melatih kecakapan berkomunikasi, d) melatih keterlibatan emosi siswa, e) mengembangkan rasa

percaya diri dalam belajar, f) meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok,

g) meningkatkan motivasi belajar dan h) memperoleh kepuasan belajar (Suprayekti, 2006:88).
Namun fakta yang ditemukan saat pembelajaran berlangsung, keempat kelompok belum
menunjukkan dampak positif dari model pembelajaran kelompok. Satu kelompok terlihat didominasi oleh satu orang dan anggota yang lain hanya bertindak sebagai pendengar, satu kelompok terlihat lebih banyak mengobrol daripada berdiskusi untuk menyelesaikan tugas, satu
kelompok terlihat kesulitan dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan satu kelompok lain bisa
menyelesaikan tugas kelompok hanya dalam waktu singkat. Setelah dilakukan penilaian pada
hasil tugas kelompok ternyata hanya dua kelompok yang mendapat nilai sempurna. Bahkan pada
saat pengecekan pemahaman melalui kuis di akhir pembelajaran, beberapa siswa masih belum
dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
Dari fakta tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran kelompok yang diterapkan
tidak berhasil. Berlawanan dengan hasil penelitian Johnson (1989) dan Slavin (1990) yang menyatakan bahwa pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran yang sangat efektif dalam
pembelajaran fisika dan banyak dipakai oleh guru-guru IPA di Amerika Serikat (Handayanto,
dkk, 2007).
Belum terlihatnya dampak positif dari pembelajaran kelompok yang diterapkan dapat
disebabkan oleh penentuan kelompok yang secara acak. Hanya berdasarkan teman terdekat atau
teman yang sudah dikenal, bukan menggunakan pola pengelompokan tertentu. Padahal salah
satu aspek penting yang mendukung keberhasilan pembelajaran kelompok adalah menentukan
komposisi kelompok, yaitu bagaimana cara siswa dikelompokkan. Sebab pembelajaran kelompok yang dapat meningkatkan hasil belajar itu menerapkan pola-pola tertentu dalam pembentukannya sehingga tercipta pola interaksi tertentu di antara anggota kelompok (Ellis dan Fouts
dalam Handayanto, dkk, 2007).
Damon dan Phelps (dalam Handayanto dkk, 2007) membedakan tiga pola dalam pembelajaran kelompok. Pola pertama adalah tutorial sebaya. Tutorial sebaya menugaskan seorang
siswa yang pemahaman konsepnya baik, mengajar temannya yang kurang paham saat mereka

bekerja bersama. Pola kedua adalah kooperatif. Pola kooperatif mengelompokkan siswa secara
heterogen dengan pola anggota terdiri atas seorang siswa dengan pemahaman tinggi, seorang
siswa dengan pemahaman sedang, dan dua orang siswa dengan pemahaman rata-rata. Pola ketiga
adalah kolaborasi. Pola ini mengelompokkan siswa dengan kemampuan setingkat untuk bekerja
bersama-sama.
Hasil penelitian Handayanto (2003) kemudian menyatakan bahwa pola tutorial sebaya lebih mampu menciptakan kebersamaan dan saling kebergantungan antar anggota dibandingkan
pola kooperatif dan acak. Sementara hasil penelitian Shodiqi (2004) menemukan bahwa penerapan model tutorial sebaya pada siswa SMA Laboratorimu UM dapat meningkatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan model konvensional (Parno, 2006).
Berdasarkan kajian latar belakang maka penelitian ini memfokuskan untuk menjawab rumusan, bagaimanakah pembelajaran kelompok pola tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar fisika siswa pada materi besaran dan satuan kelas X.2 SMA Negeri 1 Paiton?
Dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk
mendeskripsikan aktivitas, hasil belajar dan respon siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Paiton dalam
pembelajaran kelompok tutor sebaya pada materi besaran dan satuan.
Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan guru
fisika dalam memilih model pembelajaran terutama pada materi besaran dan satuan. Selain itu
pembelajaran kelompok tutor sebaya diharapkan dapat menambah daya tarik siswa terhadap pelajaran fisika sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar fisika. Sementara bagi
sekolah, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran fisika di sekolah
khususnya pada materi besaran dan satuan.
Pembelajaran Kelompok Tutor Sebaya

2


Dinamika
Vol. 4. No. 3. (2014)

Kalkowski (dalam Noor, 2005) mengutip beberapa definisi tutor sebaya sebagai berikut: (1)
tutor sebaya adalah suatu pendekatan di mana seorang siswa mengajar siswa lain tentang materi
pembelajaran, di mana yang pertama berperan sebagai siswa ahli dan yang lainnya berperan sebagai siswa pebelajar (Damon dan Phelps, 1989); (2) tutor sebaya adalah siswa yang ditugaskan
secara acak untuk membantu teman sebaya kelas (Greenwood, Delquardi, dan Hall/Aula, 1989;
Palincsar dan Brown, 1986; Dinwiddie, 1986); (3) tutor sebaya adalah siswa yang membantu teman sebaya siswa yang berkecepatan belajar rendah (Pigott, 1986); dan (4) tutor sebaya terjadi
apabila tutor dan siswa lain adalah berumur sama (Gaustad, 1993).
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya
dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, dan sumber belajarnya bukan hanya
guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan
ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan (Sutamin, 2007).
Menentukan tutor menurut Djamarah dan Aswan (dalam Rachmiati, 2010) memerlukan pertimbangan tersendiri. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menentukan tutor
adalah:
1. Dapat diterima oleh siswa lain sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepadanya.
2. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

3. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Dengan tutor sebaya diharapkan siswa sebagai pebelajar merasa lebih bebas mengungkapkan kelemahan dan kesulitannya karena bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, tidak ada
rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya. Siswa pebelajar juga mendapat perhatian yang
lebih fokus dalam prestasi belajarnya. Sedangkan harapan pada siswa sebagai tutor yaitu dapat
membangun sifat kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab.
Program tutor sebaya yang dikembangkan di Universitas Curtin (Beasley dalam Noor,
2005) menunjukkan bahwa pembelajaran tutur sebaya tidak hanya menguntungkan bagi siswa
pebelajar, melainkan juga bagi siswa yang berperan sebagai tutor. Nias (dalam Noor, 2005) juga
melaporkan bahwa cara terbaik untuk memperdalam pemahaman siswa adalah melalui mengajar orang lain yang sebaya. Selain itu dengan menganjurkan siswa menolong rekan sebaya dikelasnya, pembelajaran antar mereka akan lebih baik daripada sekedar mengandalkan interaksi
yang berpusat pada guru-guru semata.
Namun demikian untuk mendukung keberhasilan pembelajaran tutor sebaya maka pelaksanaan pembelajaran tutor sebaya harus memperhatikan hal-hal diantaranya: (1) memulai dengan tujuan yang jelas; (2) menjelaskan tujuan tutor sebaya kepada seluruh siswa; (3) menyiapkan
bahan dan sumber belajar yang memadai; (4) menghindari pengulangan yang telah dilakukan
guru; (5) memusatkan pada kemampuan berpikir; (6) memberikan latihan singkat tentang apa
yang dilakukan seorang tutor; dan (7) melakukan pengamatan terhadap proses belajar tutorial
(Umayah, 2010).
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Begitu pun dengan
pembelajaran tutor sebaya. Kelebihan dan kelemahan tutor sebaya dijabarkan Arikunto (dalam
Rachmiati, 2010) sebagai berikut.
a) Kelebihan metode tutor sebaya
(1) Untuk menyampaikan informasi lebih mudah sebab bahasanya sama.

(2) Dalam mengemukakan kesulitan lebih terbuka.
(3) Suasana yang rileks bisa menghilangkan rasa takut.
(4) Mempererat persahabatan.
(5) Ada perhatian terhadap perbedaan karakteristik.
(6) Konsep mudah dipahami.
PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MATERI BESARAN DAN SATUAN FISIKA
Istianah Qudsi FT

3

(7) Siswa tertarik untuk bertanggungjawab dan mengembangkan kreativitas.
b) Kelemahan metode tutor sebaya
(1) Kurang serius dalam belajar.
(2) Jika siswa punya masalah dengan tutor ia akan malu bertanya.
(3) Sulit menentukan tutor yang tepat.
(4) Tidak semua siswa pandai dapat jadi tutor

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan fokus pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas siswa didefinisikan sebagai peningkatan jumlah siswa yang terlibat aktif dalam belajar seperti bertanya, menjawab, dan saling berinteraksi
membahas materi pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes
tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Kunandar, 2008).
Indikator yang digunakan dalam mengukur aktivitas siswa meliputi keberanian berpendapat dan menghargai pendapat, keberanian bertanya dan menjawab, serta keterlibatan dalam
proses diskusi kelompok. Sementara untuk mengukur hasil belajar menggunakan tes tertulis
dengan bentuk uraian.
Subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Paiton tahun ajaran 2011/2012 yang
berjumlah 20 orang. Terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2011 dengan dua siklus penelitian. Masing-masing siklus memiliki empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Tahap perencanaan terkait dengan sejumlah persiapan yang harus dilakukan sebelum
melaksanakan pembelajaran tutor sebaya. Persiapan meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan penyusunan instrument penelitian. Selain itu juga dipersiapkan sumber belajar bagi siswa, siswa yang menjadi tutor dan
masing-masing anggota kelompok.
Pada siklus I penentuaan siswa yang menjadi tutor dilakukan melalui observasi pada
pelaksanaan diskusi kelas dan kelompok sebelum diadakan penelitian, dan penentukan anggota
kelompok dilakukan berdasarkan observasi awal kemampuan siswa.
Pada siklus II penentuaan siswa yang menjadi tutor dilakukan melalui observasi pada
pelaksanaan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya pada siklus I, dan penentukan anggota
kelompok dilakukan berdasarkan hasil kemampuan siswa pada siklus I.
Pada tahap perencanaan siklus II selain kegiatan yang telah disebutkan terdapat kegiatan tambahan. Yakni melakukan identifikasi masalah pada pelaksanaan pembelajaran kelompok
pola tutor sebaya siklus I. Masalah yang teridentifikasi kemudian diberikan alternatif solusi agar
masalah tidak kembali terjadi pada siklus II.

Tahap pelaksanaan merupakan tahap dilakukannya proses pembelajaran tutor sebaya.
Pada tahap pelaksanaan, tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, yaitu: menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan,
menyajikan materi pembelajaran, membagikan lembar diskusi, dan membimbing kelompok serta mengarahkan tutor untuk melakukan perannya sebagai sumber belajar bagi teman yang lain.
Tahap pelaksanaan pada siklus I dan siklus II memiliki kegiatan yang sama. Perbedaan
hanya pada materi pembelajaran yang disajikan. Untuk siklus I disajikan sub materi besaran, satuan dan dimensi. Sedangkan pada siklus II disajikan sub materi pengukuran dan angka penting.
Tahap ketiga adalah pengamatan. Pada tahap ini, peneliti mengamati proses pembelajaran
tutor sebaya yang sedang berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi situasi kegiatan belajar
mengajar dan aktivitas siswa dalam proses diskusi kelompok. Tidak ada perbedaan kegiatan pada
tahap pengamatan siklus I maupun siklus II.
Tahapan terakhir adalah refleksi. Refleksi dilakukan dengan tujuan mengevalusi seluruh

4

Dinamika
Vol. 4. No. 3. (2014)

tindakan berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi belajar. Kegiatan yang dilakukan antara
lain melakukan penghitungan untuk menentukan persentase tingkat keterlaksaanan penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya, persentase aktivitas siswa dalam proses diskusi
kelompok, persentase tingkat hasil belajar siswa, dan persentase respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya dalam pembelajaran fisika pada materi besaran
dan satuan.

Pada siklus I hasil dari refleksi dijadikan pedoman dalam menyusun rencana perbaikan
pada pelaksanaan penelitian pada siklus II. Pada siklus II selain melakukan evaluasi juga membuat kesimpulan atas pelaksanan pembelajaran kelompok tutor sebaya dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.2 pada materi besaran dan satuan di SMA Negeri 1 Paiton.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa tes, observasi, dan
angket. Data tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan butir soal
berupa uraian. Data observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dalam proses diskusi
kelompok dan keterlaksanaan penerapan pembelajaran kelompok tutor sebaya. Untuk mengukur
aktivitas siswa digunakan lembar observasi berbentuk skala penilaian, sedangkan untuk mengukur keterlaksanaan penerapan pembelajaran kelompok tutor sebaya menggunakan lembar observasi berbentuk checklist. Sedangkan data angket digunakan untuk mengetahui respon siswa
tentang pembelajaran kelompok tutor sebaya angket dengan menggunakan angket berbentuk
skala Likert.
Data yang terkumpul dari pelaksanaan siklus penelitian kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan teknik persentase. Hasil persentase dijadikan pedoman dalam
pengambilan kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian dan indikator keberhasilan. Indikator
keberhasilan yang disusun pada penelitian ini antara lain:
1. Metode pembelajaran kelompok tutor sebaya dapat terlaksana 75 %, yang diperoleh berdasarkan nilai dari lembar observasi kelas
2. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok mencapai 75%, yang diperoleh berdasarkan nilai
dari lembar observasi kelas, meliputi keberanian mengutarakan pendapat, menghargai pendapat, kemampuan bertanya dan menjelaskan, serta kerjasama kelompok
3. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan KKM sebanyak 75% dari seluruh siswa, yang diperoleh dari tes evaluasi
4. Respon siswa dalam pembelajaran kelompok tutor sebaya mencapai 75%, yang diperoleh
melalui hasil angket


HASIL PENELITIAN
Penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan alokasi waktu 135 menit setiap
pertemuan. Rincian tiga pertemuan tatap muka tersebut adalah dua kali pertemuan tatap muka
untuk proses pembelajaran, dan satu kali pertemuan tatap muka untuk pelaksanaan tes, pengisian angket dan evaluasi penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya.
Hasil penelitian siklus I diperoleh dari data hasil observasi dan tes. Data tersebut dianalisis dan dievaluasi untuk mendapatkan kesimpulan sementara. Data yang diperoleh dari siklus I
antara lain keterlaksanaan pembelajaran kelompok tutor sebaya mencapai 90% sehingga masuk
dalam kategori berhasil. Dengan rincian 27 indikator terlaksana dan 3 indikator tidak dapat terlaksana. Namun ada beberapa catatan pada pelaksanaan pembelajaran kelompok tutor sebaya
pada siklus I, diantaranya:
1. Siswa sebagai tutor masih belum percaya diri untuk memimpin diskusi dan menjelaskan materi pada anggota kelompoknya.
2. Siswa sebagai pebelajar masih malu untuk berpendapat dan bertanya saat mengalami kesulitan dalam memahami materi sehingga bertindak sebagai pendengar saja.
3. Kerjasama dalam kelompok masih kurang sehingga jawaban lembar diskusi antar anggota
PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MATERI BESARAN DAN SATUAN FISIKA
Istianah Qudsi FT

5

kelompok berbeda.
Aktivitas siswa dalam proses diskusi kelompok mencapai 76% sehingga dapat dinyatakan
penelitian berhasil. Secara rinci disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Persentase aktivitas siswa pada siklus I

Variabel
Keberanian mengutarakan pendapat
Keberanian menghargai pendapat
Kemampuan bertanya dan menjelaskan
Kerjasama kelompok
Aktivitas Siswa

Persentase (%)
68
84
72
76
76

Sementara hasil belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 25% sehingga dinyatakan penelitian belum berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rincian hasil belajar siswa adalah siswa yang tuntas KKM sebanyak 5 orang dan 15 siswa lainnya dinyatakan belum tuntas
karena belum mencapai nilai KKM yaitu 72.
Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kelompok tutor sebaya yang didapat dari
hasil angket pada siklus I mencapai 80%. Hasil ini menyatakan bahwa tindakan dalam penelitian
berhasil menambah daya tarik siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II untuk mengoptimalkan hasil penelitian. Hasil penelitian siklus II kemudian dianalisis dan dievaluasi untuk
mendapatkan kesimpulan akhir tentang penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya.
Hasil siklus II menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran kelompok tutor sebaya mencapai 96 % dengan rincian 49 indikator dapat terlaksana dan 2 indikator tidak dapat terlaksana.
Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kelompok pola tutor sebaya telah
berhasil dilaksanakan. Beberapa catatan pada pelaksanaan pembelajaran kelompok tutor sebaya
pada siklus II, diantaranya:
1. Tutor yang ditentukan sudah tepat sehingga pelaksanan diskusi berjalan baik.
2. Siswa sebagai tutor memiliki kepercayaan diri untuk memimpin diskusi dan menjelaskan
materi pada anggota kelompoknya.
3. Siswa sebagai pebelajar sudah berani untuk berpendapat dan bertanya saat mengalami kesulitan dalam memahami materi.
4. Aktivitas siswa pada aspek kerja sama kelompok dalam menyelesaikan tugas mulai tampak
dan meningkat pada pertemuan dua.
5. Peraturan yang diberikan guru untuk melayani pertanyaan hanya dari tutor selama diskusi
berlangsung terbukti efektif untuk memberi kesempatan tutor menjelaskan materi pembelajaran pada anggota.
6. Pemberian tugas pada tutor untuk mengoreksi hasil jawaban anggota, meningkatkan tanggung jawab tutor untuk membelajarkan anggotanya.
7. Tutor mampu memotivasi anggota untuk bertanya dan menyelesaikan tugas.
8. Tutor merasa keberatan jika nilai tutor dikurangi karena ada anggota yang tidak tuntas.
Aktivitas siswa dalam proses diskusi kelompok mencapai 89% sehingga dapat dinyatakan
penelitian berhasil. Secara rinci disajikan pada tabel berikut.

6

Dinamika
Vol. 4. No. 3. (2014)

Tabel 2. Persentase aktivitas siswa pada siklus II
Variabel
Keberanian mengutarakan pendapat
Keberanian menghargai pendapat
Kemampuan bertanya dan menjelaskan
Kerjasama kelompok
Aktivitas Siswa

Persentase (%)
85
96
84
90
89

Tes hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 75% sehingga dapat dinyatakan penelitian
berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rincian hasil belajar siswa adalah siswa yang
tuntas KKM sebanyak 18 orang dan 2 siswa lainnya dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai nilai KKM yaitu 72.
Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kelompok tutor sebaya yang didapat dari
hasil angket mencapai 80%. Hasil ini menyatakan bahwa tindakan dalam penelitian berhasil menambah daya tarik siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Secara rinci hasil penelitian disajikan dalam tabel dan grafik berikut.
Tabel 3. Persentase hasil analisis data penelitian
Variabel
Aktivitas Siswa
Hasil Belajar
Respon Siswa
Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase (%)
Siklus I
Siklus II
76
89
25
75
80
80
90
96

Grafik 1. Persentase hasil analisis data penelitian
Pada tabel 3 dan grafik 1 tampak adanya perubahan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa meningkat dari 76% pada siklus I menjadi 89%
pada siklus II. Ketercapaian ketuntasan belajar siswa meningkat dari 25% pada siklus I menjadi
75% pada siklus II. Keterlaksanaan pembelajaran juga menunjukkan peningkatan dari 90% pada
siklus I menjadi 96% pada siklus II. Sementara respon siswa terhadap pembelajaran kelompok
tutor sebaya tidak mengalami perubahan pada masing-masing siklus yakni sebesar 80%.
PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MATERI BESARAN DAN SATUAN FISIKA
Istianah Qudsi FT

7

PEMBAHASAN
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ditentukan oleh indikator keberhasilan yang sudah
dibuat. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini menyatakan bahwa penelitian dikatakan berhasil jika aktivitas siswa, hasil belajar, respon siswa, dan pelaksanaan pembelajaran mencapai
angka persentase 75%.
Pada siklus I secara garis besar semua rencana tindakan dapat terlaksana dengan baik ditandai dengan persentase keterlaksanaan sebesar 90%. Selain itu respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya juga tinggi, yaitu mencapai angka 80%. Namun
demikian perlu ada perbaikan rencana tindakan untuk memperoleh keterlaksanaan pembelajaran yang lebih optimal dan lebih memotivasi siswa dalam belajar fisika.
Perbaikan yang dilakukan diantaranya terkait dengan pemilihan tutor, sebab dari lima tutor hanya dua orang tutor yang terlibat aktif untuk menjelaskan. Selain itu siswa sebagai tutor
maupun pebelajar masih terkesan malu dan belum percaya diri dalam melakukan diskusi kelompok. Beberapa siswa juga masih menjadi pendengar saja. Hanya beberapa siswa yang aktif dan
terkesan mendominasi dalam pembelajaran kelompok. Belum optimalnya aktivitas siswa dalam
pembelajaran ditandai dengan pencapaian aktivitas siswa yang berada pada angka 76%.
Penyebab belum maksimalnya aktivitas siswa bisa disebabkan siswa masih beradaptasi
dengan lingkungan baru, begitu pula dengan penentuan tutor yang tidak tepat sehingga tidak
bisa memotivasi anggota untuk aktif dalam diskusi kelompok. Sesuai dengan Arikunto (dalam
Rachmiati, 2010) yang menyatakan bahwa penentuan tutor yang tidak tepat adalah salah satu
kelemahan pola pembelajaran tutor sebaya.
Aktivitas siswa yang belum optimal mengakibatkan hasil tes pada siklus 1 rendah. Dari 20
orang siswa, hanya 5 orang yang nilainya mencapai KKM. Lima belas orang atau 75% nilai siswa
di bawah KKM. Walaupun rata-rata nilai siswa hanya berselisih 3-5 poin nilai untuk mencapai
KKM.
Alternatif solusi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa antara lain dengan
melakukan penggantian siswa yang menjadi tutor, memberi tanggung jawab lebih besar pada tutor untuk bisa memimpin dan mengatur jalannya diskusi, memberi kesempatan pada setiap anggota kelompok untuk bertanya, memberikan motivasi untuk aktif berdiskusi, dan menghimbau
anggota kelompok untuk tidak bertanya pada guru selama proses diskusi selain kepada tutor.
Perubahan tutor, pemberian motivasi dan waktu adaptasi yang lebih lama membuat siswa
semakin percaya diri dalam proses diskusi. Hal ini tampak pada pelaksanaan siklus II. Semua
siswa terlihat aktif dalam diskusi kelompok. Baik berpendapat, menyanggah, bertanya, maupun
menjawab pertanyaan dari siswa lain. Tutor pun semakin percaya diri dalam memimpin diskusi
dan terlihat memotivasi anggotanya untuk bertanya dan menyelesaikan tugas dengan benar. Kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok yang meningkat berdampak pada aktivitas siswa
yang mencapai angka 89% dengan persentase setiap indikator pengukuran berada pada kategori
berhasil.
Selain aktivitas siswa, hasil belajar fisika juga meningkat. Pada siklus I hanya 5 orang siswa
yang tuntas atau 25% dari keseluruhan jumlah siswa. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi fisika sehingga hasil belajar mencapai 75%. Dengan jumlah siswa tuntas KKM sebanyak 15 orang. Hasil belajar yang tinggi disebabkan kepercayaan diri
yang sudah dimiliki oleh siswa sebagai tutor dan sebagai pebelajar dalam melaksanakan aktivitas
pada proses diskusi kelompok. Sebab rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap hasil prestasi
belajar siswa di sekolah (Rachman, 2010).
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa didukung oleh respon siswa yang mencapai
angka 80% terhadap penerapan pembelajaran kelompok tutor sebaya. Hasil ini sebenarnya tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan siklus I. Namun persentase respon siswa yang
tinggi menandakan bahwa siswa merasa termotivasi dalam belajar menggunakan pembelajaran
kelompok tutor sebaya. Sehingga berdampak pada meningkatnya aktivitas dalam diskusi kelom-

8

Dinamika
Vol. 4. No. 3. (2014)

pok dan hasil belajar fisika.
Hasil akhir penelitian tindakan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Shodiqi (2004)
yang menemukan bahwa model tutorial sebaya siswa SMA Laboratorimu UM memiliki prestasi
belajar lebih tinggi daripada model konvensional (Parno, 2006), dan Handayanto (2003) yang
menyatakan bahwa pola tutorial sebaya mampu menciptakan kebersamaan dan saling kebergantungan antar anggota sehingga dapat menumbuhkan konsep fisika siswa SMA dibandingkan
pola kooperatif dan acak.

KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kelompok dengan mengikuti suatu
pola dapat memperlihatkan dampak positif dari pembelajaran kelompok. Tampak pada pemilihan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya yang terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa di kelas X.2 SMA Negeri 1 Paiton.
Implementasi pembelajaran kelompok pola tutor sebaya memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I sebesar 76% menjadi 89% pada siklus II. Penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran berdasarkan hasil tes juga menunjukkan peningkatan yaitu 25%
pada siklus I dan 75% pada siklus II.
Dampak positif lain yang terlihat pada pembelajaran kelompok tutor sebaya adalah meningkatnya rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa serta terjalinnya ikatan persaudaraan
siswa antara satu dengan yang lain. Dampak positif pembelajaran kelompok tutor sebaya tidak
akan terlihat tanpa adanya respon siswa yang mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Dalam penelitian ini respon siswa mencapai 80% yang mengindikasikan bahwa pembelajaran
fisika dengan menggunakan pembelajaran kelompok tutor sebaya lebih menyenangkan, sehingga
meningkatkan minat dalam aktivitas dan hasil belajar.
Keefektifan pembelajaran kelompok pola tutor sebaya dalam pembelajaran fisika mendasari peneliti untuk menyarankan pembelajaran kelompok tutor sebaya sebagai alternatif dalam
usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. Selain itu diharapkan pembelajaran kelompok tutor sebaya tidak hanya diterapkan pada pembelajaran fisika
melainkan juga pada mata pelajaran yang lain.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih dihaturkan kepada ibu Ninik, bapak Madrikan, dan bapak Haris sebagai tim
trainer TOT PTK Jatim yang sudah membimbing selama proses penyusunan laporan PTK, bapak
Suwardi (alm) sebagai kepala SMA Negeri 1 Paiton yang memberikan ijin untuk mengadakan
penelitian.

DAFTAR RUJUKAN
Handayanto, Supriyono K. 2003. “Dampak Pola Interaksi Kelompok Teman Sebaya pada Pertumbuhan
Konsep Fisika Siswa SMU di Kota Malang”. Jurnal MIPA UM. 32 (2): 168-185.
Handayanto, Supriyono K, dkk. 2007. “Pola Interaksi Kelompok Teman Sebaya dan Dampaknya Terhadap
Pertumbuhan Konsep Fisika Siswa SLTP di Kota Malang”. Jurnal MIPA UM. 36 (1): 49-67.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
Rajawali Pers
Noor, Mas Apriyan. 2005. “Penerapan Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi Guna Peningkatan
Keaktifan dan Perolehan Kinerja Siswa Kelas II IPA SMA Negeri I Tarakan Tahun 2004/2005”. Tesis.
Malang: PPs Pendidikan Biologi UM.
Parno. 2006. “Pendekatan Kontekstual Model Pembelajaran Kelompok Pola Tutorial Sebaya dalam Mata
Kuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah untuk Meningkatkan Pemahaman Fisika Sekolah”. Jurnal MIPA
UM. 35 (1): 29-42.
PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MATERI BESARAN DAN SATUAN FISIKA
Istianah Qudsi FT

9

Rachman, Siti Nur Deva. 2010. “Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan hasil Belajar (Studi Mata
Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)”. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
(Online),(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3361/1/SITI%20NUR%20
DEWA%20RACHMAN-FITK.pdf, diakses tanggal 08 Juni 2011).
Rachmiati, Tri. 2010. “Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Surakarta”. Skripsi. Solo:
UNS. (Online), (www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/141221108201011471.pdf, diakses tanggal
08 Juni 2011).
Suprayekti. 2006. “Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif ”. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online),
Th. V. No. 07, (http://www. Bpkpenabur.co.id, tanggal 08 Juni 2011).
Sutamin. 2007. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A SMP 2 Kudus Melalui Implementasi Metode Pembelajaran dengan Tutor Sebaya pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”. Skripsi. Semarang: UNNES. (Online), (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0195/0d0bc998.dir/doc_2.pdf, diakses tanggal 08 Juni 2011).
Taqqiya, I. Q. F. 2011. “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Kelompok Tutor Sebaya pada Kelas X.2 SMA Negeri 1 Paiton”. Laporan PTK. Probolinggo: SMAN 1 Paiton.
Umayah, Rida. 2010. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Tutor Sebaya pada
Siswa Kelas IIA SDN Bendogerit 1 Kota Blitar”. Skripsi. Malang: PS PGSD FIP UM.

10

Dinamika
Vol. 4. No. 3. (2014)