BAB2 PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 2
PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG

2.1.

WILAYAH ADMINISTRASI
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Tengah yang terletak antara 110023’ – 110046’30” Bujur Timur dan 7014’ – 7032’35” Lintang
Selatan dengan jarak terjauh dari barat ke timur adalah 43,437 km dan jarak yang terjauh dari
utara ke selatan adalah 34,375 km dengan luas wilayah sekitar 87.065 hektar. Batas-batas
wilayah administrasi Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
Utara

: Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang

Selatan

: Kabupaten Magelang

Barat


: Kabupaten Wonosobo

Timur

: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

Kabupaten Temanggung terbagi kedalam 20 kecamatan, 266 desa dan 23 kelurahan
serta 1.518 Rukun Warga (RW), 5,792 Rukun Tetangga (RT), 1.425 Dusun dan 139 Lingkungan.
Kecamatan Temanggung merupakan Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak yaitu
6 desa dan 19 kelurahan sedangkan Kecamatan Gemawang adalah kecamatan dengan jumlah
desa/kelurahan terkecil yaitu 10 desa.
Tabel II. 1
Daftar Kecamatan di Kabupaten Temanggung
No.
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nama Kecamatan
Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang

Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo

Luas Kecamatan
(Km2)
22,23
32,21
22,54
43,04
33,39
24,84
26,84
17,29
57,61
57,27

63,92
78,36
34,96
53,31
29,32

Jumlah
Desa
14
13
13
19
6
12
13
12
12
14
14
16

14
19
13

Jumlah
Kelurahan
2
19
1
1
-

II-1
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No.
16
17
18
19

20

Nama Kecamatan
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo

Luas Kecamatan
(Km2)
67,11
59,94
68,84
33,65
43,98

Jumlah
Desa
10

14
14
11
13

Jumlah
Kelurahan
-

Sumber: Temanggung Dalam Angka, 2015

2.2.

POTENSI WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG
Potensi-potensi Kabupaten Temanggung yang dapat menjadi sebuah investasi daerah

yang sangat baik adalah pertanian, dan wisata yang didukung oleh objek wisata alam dan
budaya.
2.2.1


Potensi Pertanian
Kabupaten Temanggung merupakan kabupaten yang berada persis diantara Gunung

Sumbing dan Sindoro. Sehingga memberikan keuntungan bagi Kabupaten Temanggung untuk
mengembangkan sektor pertanian karena memiliki cuaca yang mendukung. Curah hujan yang
terjadi juga cukup baik untuk pertanian dengan intensitas sedang saat musim penghujan. Dengan
topografi Kabupaten Temanggung yang terdiri atas dataran rendah hingga dataran tinggi, maka
banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan seperti tanaman kopi, padi dan tembakau.
Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh di dataran tinggi dengan
harga yang relatif tinggi maka tanaman ini sangat disukai oleh masyarakat. Sentra kopi di
Kabupaten Temanggung adalah perkebunan kopi di Desa Gesing yang berjarak kurang lebih 12
km dari Kota Temanggung, perkebunan Bojongrejo di Kecamatan Bejen, dan perkebunan
Rowoseneng di Kecamatan Kandangan. Kegiatan sentra kopi tersebut sekaligus dapat menjadi
potensi pengembangan pariwisata yaitu agrowisata atau wisata pertanian dan peternakan. Dari
ketiga sentra tersebut, perkebunan Rowoseneng yang merupakan bagian dari peternakan sapi
perah paling diminati oleh pengunjung karena pengunjung tidak hanya bisa melihat dan
memanen kopi tapi juga bisa ikut beternak sapi perah.
Tembakau
Jenis tanaman perkebunan yang sangat menonjol di Kabupaten Temanggung adalah

tanaman kopi arabika, kopi robusta dan tembakau. Tanaman kopi merupakan tanaman yang
hanya dapat tumbuh di dataran tinggi dengan harga yang relatif tinggi maka tanaman ini sangat
disukai oleh masyarakat. Luas tanaman terbesar adalah tanaman tembakau yaitu 12.587 Ha
II-2
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

dengan produksi 6.922,93 ton. Tanaman tembakau tersebar hampir di sebagian besar
kecamatan di Kabupaten Temanggung kecuali Kecamatan Bejen dan Pringsurat.
Padi
Padi merupakan komoditas pertanian yang banyak ditanam di Kabupaten
Temanggung. Pada tahun 2014 produksi padi sebanyak 162.121,32 ton, mengalami kenaikan
sebesar 7,21%. Panen terluas untuk padi adalah di Kecamatan Kedu yaitu 2.938 Ha, merupakan
kecamatan penyandang panen padi dengan produksi sebesar 17.504,04 ton atau 10,80% dari
total produksi padi di Kabupaten Temanggung.
Palawija
Tanaman palawija yang ada di Kabupaten Temanggung terdiri dari jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ketela pohon, dan ubi jalar. Sesuai dengan data dari BPS, produksi
ketela pohon, kacang tanah dan kacang kedelai sempat mengalami penurunan sedangkan
produksi jagung dan ubi jalar mengalami kenaikan. Jenis tanaman palawija dapat ditemui di
seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.


II-3
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-4
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2.3.1

Potensi Wisata Alam
Kabupaten Temanggung selain memilki produk pertanian sebagai sektor utama, juga

memiliki potensi wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya yang dapat menarik minat
pengunjung sehingga menjadi potensi pendapatan daerah. Dalam mengembangkan potensi yang
ada juga membutuhkan pengembangan sarana dan prasarana pendukungnya seperti akses
jalan. Berikut ini merupakan potensi wisata yang berada di Kabupaten Temanggung diantaranya
lain:
Objek Wisata Alam
1.


Air Terjun Trocoh (Surodipo) di Kecamatan Wonoboyo. Air terjun ini berada di Desa
Tawangsari yang berjarak 7 km dari Kecamatan Wonoboyo atau 36 km dari Kota
Temanggung. Kawasan ini memiliki lima terjunan air dengan suasana yang berbeda.
Sekitarnya bernuansa pegunungan yang segar, sejuk dan nyaman. Namun untuk mencapai
lokasi harus melewati perbukitan di ladang penduduk dan membutuhkan tenaga ekstra.

2.

Air Terjun Lawe di Kecamatan Gemawang. Lokasi air terjun berjarak 26 km dari Kota
Temanggung dan terletak di Desa Muncar Kecamatan Gemawang.Air Terjun Lawe
mwnyuguhkan panorama yang cukup memikat.Pengunjung dapat menyantap buah-buahan
yang terdapat di kawasan tersebut jika datang tepat pada musimnya. Berjarak 26 kilo arah
utara Kota Temanggung atau 1 jam perjalanan lewat jalur Parakan-Ngadirejo. Kondisi jalan
menuju kesana sudah beraspal hingga desa.

3.

Goa Lawa di Kecamatan Bejen. Goa Lawa terletak di Desa Ngalian Kecamatan Bejen yang
berada di perbatasan Temanggung dengan Kendal. Di kawasan ini terdapat tradisi
pendukung yakni upacara “Lampet Dawuhan” yaitu serangkaian upacara adat sedekah kali
dengan ungkapan doa agar air mengairi sawah penduduk. Pengembangan kawasan wisata
ini pernah dirintis oleh Mahasiswa AKPARI Semarang.

4.

Mata Air Jumprit. Lokasi mata air Jumprit berada di Dusun Jumprit Desa Tegalrejo
Kecamatan Ngadirejo yang berjarak 26 km dari Kota Temanggung. Wisata ini merupakan
objek wisata yang dikelola oleh Perhutani.Ada tradisi Kungkum di pusat mata air dan
kemudian berdzikir di Makam Ki Nujum Majapahit. Pengambilan air di Sendang Jumprit
biasanya dilakukan diawal sebelum perayaan Tri Suci Waisak. Air yang diambil oleh para
Biksu tersebut akan disemayamkan di Candi Mendut

5.

Kledung Pass. Merupakan kawasan titik puncak perjalanan Temanggung-Wonosobo dan
Dieng dengan pemandangan panorama Gunung Sumbing dan Sindoro dengan hamparan
II-5

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

tanaman tembakau.Di sekitar kawasan terdapat kebun Strawberry dan pusat pembibitan
tanaman kentang unggul sehingga menjadikan area Kledung Pass menjadi agrowisata.
6.

Pendakian Gunung Sumbing. Pendakian Gunung Sumbing merupakan tradisi yang
dilakukan para pecinta alam dan petualang wisata pada “malam Selikuran”. Pendakian
dilakukan lewat Dusun Kacepit, Desa Pagergunung Kecamatan Bulu.

7.

Pendakian Gunung Sindoro. Pendakian dilakukan setiap “malam 1 sura’” lewat Desa
Katekan Kecamatan Ngadirejo dan lewat Desa Kledung Kecamatan Kledung.

8.

Posong. Merupakan wisata alam yang menyuguhkan tempat mencari sunrise dan sunset
terbaik di Kabupaten Temanggung.Lokasinya yang berada di Lereng Gunung Sindoro dan
berada di Desa Tlahab Kecamatan Keldung.Namun akses dalam menuju lokasi merupakan
jalur yang terjal, berkontur, masih berupa jalan batu dan sempit sehingga membutuhkan
sikap hati-hati.

9.

Hutan Walitis. Merupakan objek wisata pohon besar yang memiliki diameter 7,5 m dengan
tinggi sekitar 30 m yang berada di Desa Jetis Kecamatan Selopampang. Kawasan Walitis
memiliki pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan segar alami.

Objek Wisata Buatan
1.

Pikatan Water Park. Merupakan bagian dari kawasan olah raga dan rekreasi serta situs
Kerajaan Mataram Hindu. Wisata permainan air yang berada di Pikatan Temanggung
dengan menawarkan Kolam renang standar nasional, kolam anak-anak, hall tempat bermain
dan juga terdapat situs Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram.

2.

Taman Rekreasi Kartini. Merupakan pusat hiburan masyarakat yang berlokasi di Jalan
Suwandi Suwardi, Kowangan. Taman rekreasi kartini merupakan salah satu ikon pariwisata
dari Kabupaten Temanggung. Lokasinya pun mudah di jangkau karena berada di pintu
masuk kabupaten temanggung sebelah timur. Fasilitas yang tersedia pun cukup banyak,
seperti rumah makan pujasera, kolam renang tirto asri, arena bola basket, lapangan tennis,
lapangan voli, hingga lapangan sepak bola.

3.

Monumen Meteorit. Lokasinya berada di Desa Wonotirto Kecamatan Bulu, merupakan
tempat jatuhnya meteor pada tanggal 11 febuari 2001. Monumen ini menjadi objek wisata
yang menarik didukung dengan suasana alam sekitar dan berlatar belakang pemandangan
Gunung Sumbing.

II-6
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

4.

Monumen Bambang Sugeng. Monumen ini berada di Kranggan sebelah jembatan Sungai
Progo dan berjarak 3 km dari Museum ke arah timur.Merupakan saksi bisu dari perjuangan
Mayjend Bambang Sugeng pada waktu perang kemerdekaan memimpin pasukan TNI di
daerah Temanggung.

Potensi Wisata Budaya
1.

Candi Pringapus. Merupakan peninggalan Hindu-Budha yang bisa dijadikan objek
penelitian kebudayaan masa lampau. Candi Pringapus dengan arca-arca berartistik Hindu
Sekte Shiwaisti dibangun pada tahun 850 masehi. Candi ini terletak di Desa Pringapus
Kecamatan Ngadirejo yang berjarak 22 km dari Kota Temanggung. Juga Candi Perot dan
Petirtaan di dekatnya

2.

Situs Liyangan. Situs Liyangan adalah situs purbakala berupa candi dan kawasan
permukiman di lereng timur Gunung Sindoro, tepatnya di permukiman warga Dusun
Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, berjarak sekitar 20 kilometer arah barat
laut dari kota Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Situs ini baru
ditemukan pada tahun 2008. Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu
candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di
atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga
lubang. Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta pada
2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi
sebuah perdusunan Mataram Kuno.

3.

Prasasti Gondosuli. Merupakan reruntuhan candi yang dibangun pada zaman Kerajaan
Sriwijaya dan menjadi saksi bisu kebudayaan masa lampau yang dilindungi sebagai cagar
budaya. Lokasi nya berada di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu dengan jarak 7 km dari Kota
Temanggung.

4.

Suran Traji. Merupakan ritual setempat yang dilakukan pada setiap malam 1 Sura. Kepala
Desa yang berbusana seperti pengantin Jawa dikirabkan menuju Sendang Sidhukun di Desa
Traji, Kecamatan Parakan tempat diselenggarakan sesaji serta pentas wayang kulit.Sunan
Traji.

5.

Makam Ki Ageng Makukuhan. Makam Ki Ageng Makukuhan berada di Desa Kedu dikenal
sebagai objek wisata ziarah. Terletak sekitar 5 km dari arah utara dari Kota Temanggung.

II-7
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Banyak peziarah yang datang dari luar daerah terutama di malam Jumat Kliwon dan malam
Selasa Kliwon.
6.

Tradisi Jumat Pahingan. Tradisi ini terletak di masjid Desa Menggoro Kecamatan
Tembarak dan berjarak 7 km dari Kota Temanggung.Banyak pengunjung yang melakukan
kegiatan membaca Al-Quran, dzikir, membaca doa-doa, ataupun mengadu nasib dengan
memeluk salah satu tiang masjid yang dikenal dengan soko guru karena konon bisa
mengetahui rejekinya jauh atau dekat.

7.

Kota Tua Parakan. Parakan pada zaman dahulu merupakan ibukota Menoreh pada masa
pemerintahan Amangkurat II (Raja Kasunanan Kartasura) hingga akhir masa perang
Diponegoro kemudian karena satu dan lain hal kemudian ibukota Menoreh dipindah dari
Parakan ke Temanggung dan nama kabupaten berubah menjadi Kabupaten Temanggung
pada tahun 1834. Berikut ini beberapa situs bersejarah di Kecamatan Parakan:
a. Pasar Entho
Pasar entho merupakan destinasi wisata kuliner sejak abad ke-18 yang berada di
Parakan Wetan, tepat di pinggir jalan yang menghubungkan Parakan-KledungWonosobo. Pasar ini tepat berada di belakang pecinan Parakan. Di pasar ini dijual
berbagai macam jajan pasar dan makanan ringan serta sayur mayur yang langsung
dipasok dari berbagai desa di lereng gunung Sindoro dan Sumbing.
b. Kelenteng Hok Tek Hong
Kelenteng Hok Teng Hong merupakan kelenteng tertua di Parakan. Kelenteng ini berada
di Kawasan Pecinan Parakan tepatnya di sebelah timur pasar entho dan dibangun pada
abad ke-18.
c. Stasiun Parakan
Stasiun parakan yang dibangun tahun 1907 oleh Netherlandsche Indische Spoorweg
Maastcappij (NIS) dan hingga akhirnya di era tahun 1970-an jalur Secang-TemanggungParakan resmi ditutup karena biaya operasional dan perawatan dengan pemasukan
yang tidak seimbang.
d. Masjid Al barokah dan Kyai Bambu Runcing
Masjid yang sangat terkenal di zaman kemerdekaan merupakan tempat dimana istilah
bambu runcing berasal. Seorang Kyai bernama Kyai Subkhi dan Kyai Ali, berinisiatif
untuk mengumpulkan para pemuda dari Parakan dan sekitarnya untuk melawan agresi

II-8
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Jepang dan Belanda. Sampai sekarang masjid ini masih ada bahkan tempat penyepuhan
bambu runcing pun masih ada.
Adanya wisata budaya, apabila dilakukan kajian secara strategis mengenai
pengembangan wisata budaya lokal maka dapat digunakan unutk mendukung ekonomi kreatif
masyarakat.Hal ini juga bermanfaat sebagai upaya melestarikan berbagai budaya yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

2.3.

DEMOGRAFI DAN URBANISASI
Kondisi kependudukan pada suatu wilayah perlu dibahas dalam kegiatan pengkajian

suatu wilayah. Substansi kependudukan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan meliputi jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK), jumlah penduduk miskin dan
persebarannya, proyeksi pertumbuhan penduduk, serta jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi
urbanisasi.
Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 adalah sebesar 738.915
jiwa yang terdiri dari laki-laki 370.398 jiwa (50,13%) dan perempuan 368.517 jiwa (49,87%). Jika
dilihat dari penyebarannya maka kecamatan yang memiliki presentase jumlah penduduk tertinggi
adalah Kecamatan Temanggung sebesar 10,79% dari jumlah penduduk total Kabupaten
Temanggung, dan yang paling terkecil adalah Kecamatan Selopampang sebesar 2,48 %.
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014) cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2014 tercatat sebesar 849 jiwa
setiap 1 km2, namun persebaran penduduknya tidak merata. Kecamatan Temanggung
merupakan kecamatan terpadat yaitu 2.389 jiwa per km2 dan kecamatan Bejen merupakan
kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu 284 jiwa per km2.
Tabel II. 2
Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2014
No
.

Nama
Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8

Parakan
Kledung
Bansari
Bulu
Temanggung
Tlogomulyo
Tembarak
Selopampang

Luas
Kec.
(km2)
22,23
32,21
22,54
43,04
33,39
24,84
26,84
17,29

Jmlh
KK
13.164
6.580
95.916
11.429
21.438
5.330
7.222
4.737

Jumlah
penduduk
Laki-laki
(jiwa)
25.484
12.440
11.198
23.582
39.342
11.230
14.626
9.165

Jumlah
Penduduk
Perempuan
(jiwa)
25.546
12.168
10.892
22.798
40.414
11.137
14.396
9.192

Total
Jumlah
Pendudu
k (jiwa)
51.030
24.608
22.090
46.380
79.756
22.367
29.022
18.357

Distribusi
Penduduk
(%)
6,91
3,33
2,99
6,28
10,79
3,03
3,93
2,48

Kepadatan
(jiwa/ km2)
2.296
764
980
1.078
2.389
900
1.081
1.062

II-9
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No
.
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama
Kecamatan
Kranggan
Pringsurat
Kaloran
Kandangan
Kedu
Ngadirejo
Jumo
Gemawang
Candiroto
Bejen
Tretep
Wonoboyo

Luas
Kec.
(km2)

Jmlh
KK

57,61
57,27
63,92
78,36
34,96
53,31
29,32
67,11
59,94
68,84
33,65
43,98

11.848
12.723
11.849
12.612
13.736
14.206
7.825
7.676
8.824
5.693
4.930
6.378

Jumlah
penduduk
Laki-laki
(jiwa)
22.689
24.476
20.202
24.224
28.236
26.165
14.099
16.074
15.049
9.870
9.974
12.273

Jumlah
Penduduk
Perempuan
(jiwa)
22.921
22.921
20.410
23.855
27.903
25.842
14.237
15.760
15.250
9.700
9.715
12.156

Total
Jumlah
Pendudu
k (jiwa)
45.610
48.701
40.612
48.079
56.139
52.007
28.336
31.384
30.299
19.570
19.689
24.429

Distribusi
Penduduk
(%)
6,17
6,59
5,50
6,51
7,60
7,04
3,83
4,31
4,10
2,65
2,66
3,31

Kepadatan
(jiwa/ km2)
792
850
635
614
1.606
976
966
474
505
284
585
555

Sumber: Temanggung Dalam Angka, 2015

Selain dilihat dari persebaran penduduk, perlu diketahui pula jumlah penduduk hingga
tahun 2023. Dari data jumlah penduduk 10 tahun sebelumnya (2004-2014), diproyeksikan jumlah
penduduk Kabupaten Temanggung hingga tahun 2023 dengan menggunakan model trendline
polynomial dengan R2= 0,82. Secara garis besar dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
meningkat setiap tahun. Untuk jumlah penduduk hasil proyeksi, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Error! Reference source not found..
860,000

852,861

840,000

834,513

jumlah (jiwa)

820,000

817,377
801,451

800,000
786,736

780,000

773,232

Proyeksi Penduduk

760,939

760,000
740,000
720,000
700,000
2017

2018

2019

2020
tahun

2021

2022

2023

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 (olah data)

Gambar 2. 1
Proyeksi Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2015-2021

II-10
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Berkaitan dengan kependudukan, kondisi kesejahteraan masyarakat juga perlu
diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Temanggung dilihat dari data jumlah kepala keluarga pra sejahtera dapat dilihat pada Error!
Reference source not found..
Tabel II. 3
Jumlah KK Miskin di Kabupaten Temanggung tahun 2014
Kecamatan

KK Miskin

Parakan

3.082

Kledung

669

Bansari

1.129

Bulu

3.779

Temanggung

2.404

Tlogomulyo

1.728

Tembarak

1.305

Selopampang

1.077

Kranggan

2.206

Pringsurat

3.547

Kaloran

4.592

Kandangan

6.200

Kedu

3.531

Ngadirejo

4.705

Jumo

2.156

Gemawang

3.706

Candiroto

2.337

Bejen

2.270

Tretep

894

Wonoboyo

2.549

Jumlah

53.866

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015

Penduduk yang masuk kategori miskin di Kabupaten Temanggung rata-rata tinggal di
kawasan permukiman yang kurang layak atau dapat dikatakan kumuh. Rumah yang kumuh
menunjukkan kondisi rumah yang tidak sehat dan nyaman untuk dihuni sebagai tempat tinggal
sehari-hari. Pada umumnya keluarga miskin di Kabupaten Temanggung adalah bekerja sebagai
petani. Petani di Kabupaten Temanggung memiliki kesejahteraan yang relatif rendah karena
harga jual untuk hasil pertanian tertentu tidak sebanding dengan modal dan tenaga yang
dikeluarkan.

II-11
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2.4.

ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD
DAN RTRW KABUPATEN TEMANGGUNG

2.3.2

Isu Strategis Sosial Ekonomi

Perkembangan indikator ekonomi makro di Kabupaten Temanggung tidak terlepas dari
kondisi pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu
terhadap periode waktu sebelumnya. Perubahan kondisi yang terjadi dalam skala nasional
sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di daerah. Salah satu indikator ekonomi
makro adalah PDRB. Perkembangan PDRB selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Error!
Reference source not found..
Tabel II. 4
Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2010-2014
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Jutaan Rupiah

Pertumbuhan (%)

Jutaan Rupiah

Pertumbuhan (%)

2010

5.069.020,30

12,58

2.409.366,40

4,31

2011

5.603.983,71

10,55

2.521.439,02

4,65

2012

6.198.351,81

10,61

2.648.488,46

5,04

2013

6.915.876,33

11,58

2.781.320,87

5,02

2014

7.679.241,74

11,04

2.917.973,80

4,91

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung Tahun, 2014

Pada tahun 2014 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten temanggung
secara agregat sebesar 7.679.241,74 juta rupiah. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 6.915.876,33 juta rupiah sehingga terjadi
pertumbuhan sebesar 11,04 %. Pertumbuhan PDRB ADHB sebesar 11,04% tersebut
sebenarnya belum dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya karena masih
terpengaruh adanya kenaikan harga (inflasi). Pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati
keadaan riil atau telah menghilangkan faktor inflasi diperoleh dari pertumbuhan PDRB ADHK.
Berdasarkan PDRB ADHK 2000, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Temanggung untuk tahun
2014 sebesar 4,91%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang
tumbuh sebesar 5,02%.
Dalam periode waktu lima tahun terakhir (2010-2014), sektor pertanian dan sektor
industri pengolahan masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian Kabupaten
Temanggung, karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan PDRB. Hal
II-12
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

ini dapat dilihat pada presentase distribusi PDRB menurut sektor baik menurut harga berlaku
maupun harga konstan, dimana sektor pertanian menyumbang diatas 30% dari nilai total PDRB
dan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi lebih dari 18%.
Pada tahun 2014 sumbangan terbesar untuk PDRB atas dasar harga berlaku adalah
dari sektor pertanian 30,69%. Sehingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara
signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami kenaikan, demikian juga
apabila sektor pertanian mengalami penurunan maka besaran PDRB mempunyai kecenderungan
untuk turun. Di tahun 2014, perana sektor pertanian yang sebesar 30,69% mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang memiliki kontribusi sebesar 32,03%. Berikut ini
tabel struktur ekonomi Kabupaten Temanggung ADHB tahun 2010-2014 dalam persen.

Tabel II. 5
Struktur Ekonomi Kabupaten Temanggung ADHB tahun 2010-2014
Tahun
Sektor
2010
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Listrik dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, hotel dan rumah makan
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasa-jasa

PDRB (%)

2011

2012

2013

2014

33,11
1,05
17,68
1,05
5,60
16,64
5,23
4,11

32,75
0,96
17,26
1,05
5,52
16,63
5,28
4,23

32,57
0,86
17,61
1,06
5,60
16,63
5,16
4,19

32,03
0,85
17,80
1,09
5,61
16,78
5,20
4,38

30,69
0,85
18,34
1,09
5,67
17,17
5,33
4,52

15,53

16,32

16,32

16,26

16,34

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2014

II-13
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Gambar 2. 2
PDRB Kabupaten Temanggung 2014
10.0

8.0

7.93

6.25

6.0

5.84

5.64

Inflasi %

5.3

4.0

2.0
2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung 2014

Gambar 2. 3
Inflasi PDRB Kabupaten Temanggung 2014
Dari hasil pengolahan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir
perekonomian Kabupaten Temanggung terus mengalami inflasi dengan pergerakan yang cukup
fluktuaso pada kisaran 5,30 persen sampai 7,93 persen. Seperti terlihat pada grafik diatas, pada
tahun 2010 inflasi tahunan tercatat sebesar 7,93 persen, kemudian turun menjadi 5,64 persen
pada tahun 2011 kemudian turun lagi menjadi 5,30 persen pada tahun 2012. Namun pada tahun
II-14
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2013 inflasi kembali naik menjadi 6,25 persen lebih tinggi dibanding tahun 2014 yang sebesar
5,84 persen. Adanya inflasi yang besarannya masih satu digit selama kurun waktu tersebut
menandakan perekonomian Kabupaten Temanggug bergerak secara dinamis dan memberikan
ekspektasi yang menggembirakan bagi para pelaku ekonomi, dan juga tidak memberatkan
konsumen.
PDRB per kapita dapat dijadikan sebagai tolok ukur guna melihat keberhasilan
pembangunan perekonomian khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah
khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah yang dilihat secara makro. PDRB
per kapita menggambarkan rata-rata besarnya output barang dan jasa yang dihasilkan oleh
setiap penduduk pada suatu daerah selama satu tahun. Perkembangan PDRB per kapita
Kabupaten Temanggung tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel II. 6
PDRB per Kapita Kabupaten Temanggung Tahun 2010-2014
Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun

Rupiah

Atas Dasar Harga Konstan

Pertumbuhan (%)

Rupiah

Pertumbuhan
(%)

2010

7.064.501,89

11,55

3.357.870,71

3.35

2011

7.738.502,63

9,54

3.481.837,83

3.69

2012

8.482.526,56

9,61

3.624.491,54

4.10

2013

9.381.988,23

10,60

3.773.103,86

4.10

2014

10.392.591,49

10,77

3.948.997,92

4.66

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2014

Menurut harga berlaku kenaikan harga dan output dari berbagai barang dan jasa dari
beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar
harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2014 PDRB per kapita Kabupaten Temanggung tercatat sebesar 10.392.591,49 rupiah.
Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 10,77% dibandingkan dengan PDRB per kapita
tahun 2013 yang tercatat sebesar 9.381.988,23 rupiah. Sedangkan menurut harga konstan,
besarnya PDRB per kapita tahun 2014 tumbuh sebesar 4,,66% sehingga mencapai angka
3.948.997,92 rupiah.

II-15
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Kenaikan PDRB per Kapita selama lima tahun ini menunjukkan bahwa kemakmuran
penduduk Kabupaten Temanggung semakin meningkat. Namun demikian data tersebut belum
dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena produk barang dan jasa yang
dihasilkan di Kabupaten Temanggung tidak hanya berasal dari masyarakat Temanggung saja
tapi juga berasal dari luar Temanggung yang melakukan investasi di Kabupaten Temanggung.
Isu strategis sosial ekonomi dilihat pula dari proporsi penduduk miskin yang ada di
kabupaten Temanggung. Dapat dilihat pada gambar berikut, jumlah keluarga miskin yang paling
banyak terdapat di Kecamatan Kandangan sebanyak 6.200 KK dari 15.867 KK. Secara
keseluruhan, jumlah KK miskin di Kabupaten Temanggung masih terhitung tinggi yaitu 53.866 KK
dari total 224.509 KK (24%).

30,000
25,000
20,000
15,000
Jumlah KK
10,000

KK Pra Sejahtera

5,000
0

Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 (olah data)

Gambar 2. 4
Proporsi KK Miskin Kabupaten Temanggung Tahun 2014

2.3.3

Isu Strategis Lingkungan
Kondisi lingkungan Kabupaten Temanggung berisi data-data mengenai kondisi

lingkungan strategis seperti topografi, geologi dan klimatologi serta risiko bencana alam.

II-16
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

a.

Topografi
Kabupaten Temanggung memiliki relief yang bervariasi antara datar, hampir datar,

landai, agak terjal, hampir terjal, dan sangat terjal. Berdasarkan letak kemiringannya, wilayah
Kabupaten Temanggung dapat dikelompokkan menjadi empat kelas sebagai berikut:
1) Kelas lereng I (kemiringan 0 – 2 %) seluas 50,90 Ha atau 0,1 % dengan
penyebarannya di sebagian Kecamatan Candiroto dan Kecamatan Bejen.
2) Kelas lereng II (kemiringan 2 – 15%) seluas 34.699 Ha atau 40 %, dengan
penyebarannya meliputi Kecamatan Bulu, Kecamatan Parakan, Kecamatan
Tembarak, Kecamatan Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran,
KecamatanKandangan,

Kecamatan

Temanggung,

Kecamatan

Candiroto,

Kecamatan Jumo, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari,
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Kedu, dan Kecamatan Bejen.
3) Kelas lereng III (kemiringan 15 – 40%) seluas 33.216 Ha atau 38% dengan
penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tretep, Kecamatan
Wonoboyo,

Kecamatan

Ngadirejo,

Kecamatan

Tlogomulyo,

Kecamatan

Selopampang, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Bulu, Kecamatan Kedu,
Kecamatan Kandangan, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Bejen, Kecamatan
Parakan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Jumo, dan
Kecamatan Kledung.
4) Kelas lereng IV (kelerengan > 40%) seluas 19.561 Ha atau 22%, dengan
penyebarannya meliputi wilayah Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari,
Kecamatan Bejen, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Parakan, Kecamatan Bulu,
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Candiroto, Kecamatan
Wonoboyo, Kecamatan Tretep, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Jumo, dan
Kecamatan Gemawang.

II-17
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-18
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

b.

Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung didominasi oleh tegalan yang

membentang dari sisi utara sampai sisi timur. Penggunaan lahan terbanyak kedua adalah sawah
irigasi. Permukiman menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. Dominasi
penggunaan lahan untuk pertanian ini menunjukkan bahwa sektor utama pendapatan Kabupaten
Temanggung adalah dari sektor pertanian dan mayoritas warganya bekerja sebagai petani.
Berikut ini adalah persentase penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung tahun 2014:

21%

24%
Lahan Sawah
lahan non sawah
permukiman

55%

Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka,2015

Gambar 2. 5
Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung tahun 2014

II-19
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-20
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

c.

Hidrogeologi
Kondisi Hidrogeologi yang terdapat di Kabupaten Temanggung sebagian besar

memiliki karakteristik akuifer produktif dengan penyebaran luas. Akuifer jenis ini sangat
memudahkan kegiatan fungsi guna lahan budidaya. Kegiatan fungsi tersebut antara lain adalah
pertanian, baik pertanian padi maupun tembakau sebgai komoditi utama Kabupaten
Temanggung. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya akuifer tipe ini dapat membantu
menyalurkan irigasi sawah dan lahan perkebunan dengan baik dan lancar. Apabila disentuh oleh
fungsi guna lahan permukiman juga sangat baik. Kondisi air tanah yang berkualitas akan menjadi
daya tarik sendiri dalam pemenuhan air bersih bagi kawasan permukiman. Akuifer jenis ini
tersebar di daerah Kecamatan Bejen, Candiroto, Parakan, Kedu, Bulu, Temanggung, Tembarak,
Kranggan, dan Pringsurat. Sedangkan kecamatan Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo Gemawang,
Kandangan, Kaloran, Tlogomulyo, Selopampang, dan Kledung termasuk ke dalam jenis akuifer
kecil setempat.

d.

Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Temanggung terdiri dari Regosol Kuning (3%), Regosol

Coklat Kekelabuan (14%), Latosol Merah Kekuningan (9%), Andosol (2%), Latosol Coklat
Kemerahan (1%), Latosol Coklat (33%), Latosol Coklat Kemerahan (9%) dan Latosol Merah
Kekuningan (28%). Jenis tanah Latosol Coklat membentang dari arah barat laut ke tenggara,
Latosol Coklat Kemerahan membentang di bagian timur ke tenggara, sedangkan Latosol Merah
Kekuningan membentang di bagian timur dan barat dan termasuk ke dalam klasifikasi tanah yang
agak peka terhadap erosi. Sementara jenis tanah Regosol membentang sebagian di sekitar Kali
Progo dan lereng-lereng terjal. Jenis tanah Andosol ditemui pada sebagian wilayah Kecamatan
Pringsurat dan jenis tanah ini termasuk ke dalam klasifikasi tanah yang peka terhadap
erosi.Litologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan vulkanis sangat subur sehingga
cocok digunakan sebagai lahan pertanian karena memiliki kandungan unsur hara yang tinggi.
Berbagai komoditas yang dominan ditanam di Kabupaten Temanggung meliputi padi, kopi, dan
tembakau.

II-21
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-22
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

e.

Curah Hujan
Curah hujan di berbagai wilayah Kabupaten Temanggung berbeda-beda. Curah hujan

dari paling rendah ke yang paling tinggi terhitung dari 1.500 mm/tahun hingga 4.000 mm/tahun.
Keadaan ini sangat mempengaruhi kegiatan masyarakat terutama kegiatan pertanian, yang
merupakan aktivitas dominan penduduk setempat.
Dilihat dari curah hujan per tahun Kabupaten Temanggung terbagi dalam 5 (lima) zona,
yaitu:
1) Curah hujan antara 3.500-4000 mm/tahun, meliputi sebagian: Kecamatan Tembarak,
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bulu, Kecamatan Kledung, Kecamatan
Selopampang, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo.
2) Curah hujan antara 3.000-3.500 mm/tahun, meliputi sebagian : Kecamatan Bejen,
Kecamatan Kandangan, Kecamatan Tretep, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, dan Kecamatan Wonoboyo.
3) Curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun, meliputi sebagian : Kecamatan Kaloran,
Kecamatan Kandangan, Kecamatan Tretep, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Tembarak,
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Bansari, Kecamatan Parakan, Kecamatan Bulu,
Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Kledung, Kecamatan
Selopampang, dan Kecamatan Bejen.
4) Curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun, meliputi sebagian: Kecamatan Kaloran,
Kecamatan Kranggan, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan
Kedu, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Parakan, Kecamatan Kandangan,
Kecamatan

Bulu,

Temanggung,

Kecamatan

Kecamatan

Ngadirejo,

Gemawang,

Kecamatan

Kecamatan

Tretep,

Kecamatan

Candiroto,

Kecamatan

Wonoboyo, Kecamatan Jumo, dan Kecamatan Selopampang.
5) Curah hujan 1.500-2.000mm/tahun, meliputi sebagian:Kecamatan Kaloran,
Kecamatan Kranggan, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan
Kedu, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Parakan, Kecamatan Kandangan,
Kecamatan Bulu, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Jumo, dan Kecamatan Selopampang.

II-23
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-24
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

f.

Geologi
Kabupaten Temanggung yang terletak di daerah gunung yaitu Gunung Sindoro dan

Gunung Sumbing memiliki formasi jenis batuan gunung api dari keduanya. Berdasarkan struktur
geologi, wilayah Kabupaten Temanggung dapat dikelompokkan menjadi 11 zona sebagai berikut:
1)

Batuan Gunung Api Sindoro dengan luas 18.369 Ha

(21,2%) terdapat di

sebagian wilayah Kecamatan Bansari, Kecamatan Ngadirejo, sebagian
Kecamatan Parakan, sebagian Kecamatan Kledung, sebagian Kecamatan
Candiroto, sebagian Kecamatan Jumo, Kecamatan Kedu dan Kecamatan
Temanggung.
2)

Jenis batuan Gunung Api Sumbing dengan luas 16.365 Ha (18,9%) berada di
sebagian

wilayah

Kecamatan

Selopampang,

Kecamatan

Tlogomulyo,

Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, sebagian Kecamatan Kledung,
sebagian Kecamatan Parakan, sebagian Kecamatan Kedu dan sebagian
Kecamatan Temanggung.
3)

Batuan Gunung Api Sindoro Lama dengan luas 1.360 Ha (1,6%) berada di
sebagian wilayah Kecamatan Kedu, Kecamatan Jumo, Kecamatan Kandangan,
Kecamatan Temanggung, Kecamatan Parakan, Kecamatan Gemawang,

4)

Batuan Gunung Api Gilipetung dengan luas 4.77 Ha (0,6%) berada di sebagian
wilayah Kecamatan Pringsurat.

5)

Batuan Gunung Api Jembangan dengan luas 4.368 Ha (5%) berada di sebagian
wilayah Kecamatan Tretep, Kecamatan Candiroto dan Kecamatan Wonoboyo.

6)

Batuan Gunung Api Merbabu dengan luas 272 Ha (0,3%) di sebagian wilayah
Kecamatan Pringsurat.

7)

Endapan Kerucut Gunung Berapi dengan luas 1.318 (1,5%) berada di sebagian
wilayah Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Pringsurat.

8)

Formasi Kali Getas dengan luas 17.957 Ha (20,7%) di sebagian wilayah
Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep, Kecamatan Candiroto, Kecamatan
Kaloran, Kecamatan Kranggan, Kecamtan Tembarak, Kecamatan Pringsuurat,
Kecamtan Temanggung dan Kecamatan Selopampang.

9)

Formasi Kerek dengan luas 4.349 Ha (5%) berada di sebagian wilayah
Kecamatan

Gemawang,

Kecamatan

Kaloran,

Kecamatan

Kandangan,

Kecamatan Bejen, Kecamatan Candiroto dan Kecamatan Bejen.
II-25
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

10)

Formasi Pernyataan dengan luas 21.919 Ha (25,3%) berlokasi di sebagian
Kecamatan Bejen, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan, Kecamatan
Kandangan, Kecamatan Temanggung, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, Kecamatan Jumo dan Kecamatan Bejen.

11)

Lava Gunung Sumbing dengan luas 33,12 Ha berlokasi di sebagian wilayah
Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Selopampang.

g.

Potensi Bencana
Potensi bencana yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung berdasarkan peraturan

daerah No. 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Temanggung adalah berupa angin topan,
tanah longsor, kekeringan, banjir, dan potensi gempa bumi. Kawasan yang rawan akan angin
topan berada di Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Bulu,
Kecamatan Temanggung, Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Pringsurat. Sementara
kawasan yang rawan tanah longsor berada di seluruh wilayah Kabupaten kecuali Kecamatan
Ngadirejo dan Tlogomulyo. Kecamatan dengan luasan wilayah rawan bencana tanah longsor
adalah di Kecamatan Gemawang yang hampir lebih dari setengah luas wilayahnya mengalami
tanah longsor.

II-26
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-27
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

II-28
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2.3.4

Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur

a.

Isu Strategis Permukiman
1. Isu Backlog (kekurangan rumah)
Perhitungan kekurangan jumlah rumah (backlog) dilakukan dengan cara
menghitung selisih antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlah rumah
eksisting pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung. Backlog di
Kabupaten Temanggung menunjukan kekurangan rumah sebesar 12.931 unit,
terdiri dari rumah di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Berdasarkan data
tersebut menunjukan bahwa diperlukan adanya pembangunan unit perumahan baru
dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan rumah.
Berdasarkan data statistik, jumlah kekurangan rumah (backlog) terbanyak
terdapat di Kecamatan Temanggung sebanyak 3.088 unit rumah. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah kekurangan rumah di Kabupaten Temanggung dapat
dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.
Tabel II. 7
Backlog (Kekurangan Jumlah Rumah)
di Kabupaten Temanggung
No.

Kecamatan

Jumlah
Rumah (Unit)

Jumlah KK

Jumlah
Kekurangan
Rumah (Unit)

1

Parakan

10.112

12.899

2.787

2

Kledung

7.186

6.450

(736)

3

Bansari

4.915

5.800

885

4

Bulu

12.427

11.199

(1.228)

5

Temanggung

17.914

21.002

3.088

6

Tlogomulyo

7.569

5.098

(2.471)

7

Tembarak

6.380

7.079

699

8

Selopampang

4.083

4.645

562

9

Kranggan

10.502

11.610

1.108

10

Pringsurat

10.810

12.466

1.656

11

Kaloran

10.504

11.612

1.108

12

Kandangan

10.624

12.360

1.736

13

Kedu

12.981

13.460

479

14

Ngadirejo

12.376

13.920

1.544

15

Jumo

7.133

7.670

537

II-29
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

No.

Kecamatan

Jumlah
Rumah (Unit)

Jumlah KK

Jumlah
Kekurangan
Rumah (Unit)

16

Gemawang

7.836

7.524

(312)

17

Candiroto

7.658

8.649

991

18

Bejen

5.228

5.582

354

19

Tretep

4.809

4.835

26

20

Wonoboyo

6.135

6.253

118

177.182

190.113

12.931

Jumlah

Sumber: RP4D Kabupaten Temanggung, 2011

2. Isu Kawasan Kumuh (squatters)
Kondisi ini terlihat dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati
lahan ilegal, serta kondisi fisik lingkungan dan bangunan buruk, tanpa dilayani
sarana dan prasarana, khususnya yang mendukung kebersihan lingkungan seperti
sanitasi, persampahan dan drainase. Selain itu, sebab lain dari munculnya kawasan
kumuh adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan
rumah yang sehat.
Sebaran permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan data
hasil studi RP4D Kabupaten Temanggung Tahun 2011 dapat dibedakan menjadi :
1. Permukiman Kumuh Perkotaan
Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan
bantaran rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan
Parakan Wetan, Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman
disepanjang sungai yaitu di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah,
Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari, Banyuurip, Butuh, Kertosari dan
Gendengan. Permukiman kumuh tersebut merupakan permukiman padat
dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah yang ada saling
berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala manusia,
dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah. Rumahrumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.
2. Permukiman Kumuh Perdesaan
Kelompok permukiman kumuh perdesaan disebabkan karena masih adanya
masalah rumah yang tidak sehat maksudnya adalah masih banyaknya rumah
II-30
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

atau permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya
kandang ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan
perkarangan yang ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam
pengawasan sehingga aman dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga
dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan
kebersihan (SDM masyarakat masih rendah) terutama bagi masyarakat
pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha sampingan yaitu beternak
kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis hewan unggas
lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak tersebut
berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah
tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah
perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan
juga karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.
3. Isu Daerah Rawan Bencana
Beberapa permukiman di wilayah Kabupaten Temanggung yang menempati
daerah rawan bencana tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Temanggung.
Beberapa daerah rawan bencana alam di wilayah Kabupaten Temanggung
diantaranya adalah daerah rawan bencana tanah longsor, angin topan, kekeringan
dan banjir.
Berdasarkan peraturan daerah RTRW Kabupaten Temanggung tahun 2008,
disebutkan bahwa lokasi kawasan rawan bencana alam tersebar dibeberapa
daerah, untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. kawasan rawan bencana angin topan meliputi kecamatan Selopampang,
Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung, Kledung, Pringsurat, Kaloran, Jumo,
Gemawang dan Wonoboyo;
b. kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi kecamatan Tretep,
Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Kaloran, Pringsurat, dan
Selopampang;
c. kawasan rawan bencana kekeringan meliputi kecamatan Pringsurat,
Kranggan, Kaloran, Kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo;
d. kawasan rawan bencana banjir meliputi kecamatan Kedu, Parakan,
Temanggung; dan
II-31
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

e. kawasan rawan bencana gempa bumi dapat terjadi di seluruh kawasan.

b.

Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Isu Pemenuhan Kebutuhan Ruang Terbuka Publik dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
di Perkotaan
Ruang terbuka hijau sangatlah penting bagi masyarakat, baik itu di kawasan
perkotaan maupun pedesaan. Ruang terbuka hijau dapat berupa taman aktif yang
dapat digunakan sebagai tempat bermain. Ada pula berupa taman pasif yang hanya
berfungsi sebagai paru-paru kota. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu
RTH di kawasan perkotaan semakin berkurang. Hal ini terjadi karena jumlah
penduduk yang semakin meningkat sehingga mengakhibatkan bertambahnya
kepadatan penduduk dan lahan terbangun di perkotaan. Maka dari itu, perlu adanya
pengendalian

pembangunan

khususnya

di

kawasan

perkotaan

untuk

mempertahankan kebutuhan RTH sesuai dengan standar dan peraturan yang
berlaku. Menurut P2KH Kabupaten Temanggung RTH Publik hanya sebesar
0,712% di kawasan strategis perkotaan dan 1,49% RTH Publik yang berada di ibu
kota kabupaten.
2. Isu Tertib Pembangunan dan Keandalan Bangunan Gedung
Saat ini pembangunan gedung terutama permukiman tidak mempertimbang
kan faktor keselamatan, seperti garis sempadan bangunan (GSB), jarak antar
bangunan (JAB) dan koefisien dasar bangunan (KDB). Faktor tersebut berguna
untuk mempermudah evakuasi bencana dan menambah penyediaan RTH.
Pembangunan gedung perlu dikendalikan dengan penerapan kriteria terukur dari
peraturan pembangunan terutama KDB, KLB, JAB, GSB dan memperhatikan
ketersediaan RTH. Sesuai dengan data dari KPPPM Kabupaten Temanggung,
jumlah bangunan di Kabupaten Temanggung mencapai 199.720 unit sedangkan
jumlah bangunan yang memiliki IMB dari jumlah total tersebut ada sebanyak 14.110
unit. Hal ini menunjukkan adanya bangunan yang belum memenuhi syarat untuk
didirikan sehingga meyebabkan adanya kasus tidak tertibnya pembangunan.

II-32
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

c.

Isu Strategis Sistem Penyediaan Air Minum
1. Lingkungan semakin terbebani dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten
Temanggung
Setiap tahunnya penduduk Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan
terus menerus dari tiap tahun ke tahunnya. Terutama untuk penduduk perkotaan
seperti Kecamatan Temanggung dan Parakan, dengan meningkatnya jumlah
penduduk maka dibutuhkan akses air minum yang lebih untuk masyarakat.
Sedangkan kapasitas produksi air minum yang ada di kawasan perkotaan semakin
terbatas karena sudah tergunakan semua. Sehingga membutuhkan pengadaan unit
produksi kembali
Tabel II. 8
Kapasitas Produksi Tiap Daerah Pelayanan Kabupaten Temanggung
No

Daerah Pelayanan

(Lt/Dt)

1

Kota Temanggung

126

2

Parakan

60,50

3

Ngadirejo

19.6

4

Jumo

11

5

Kedu

44

6

Kaloran

6

7

Pringsurat

40

8

Tembarak

12

9

Kranggan

37

Jumlah

356,1

Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

Berdasarkan Keterangan diatas, Kapasitas produksi air yang dimiliki PDAM
Kabupaten Temanggung sudah termasuk penuh. Apabila ada penambahan unit
produksi maka membutuhkan unit baru kembali. Seperti untuk Kecamatan Bejen,
Gemawang, Kandangan, dan Candiroto. Hal tersebut sesuai dengan tujuan jangka
panjang dalam penanganan kebutuhan air bersih.

II-33
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

2. Keterbatasan Pembiayaan yang mengakibatkan rendahnya investasi dalam
penyediaan air minum
Investasi dalam bidang air minum sangat bergantung sekali dari pinjaman,
baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Akan tetapi, pada era sekarang investasi
semakin sulit masuk karena pinjaman juga semakin terbatas dan juga akan semakin
terhambat apabila hutang yang dilakukan oleh pihak PDAM sendiri yang kurang bisa
diselesaikan denga baik. sumber pembiayaan pada saat ini masih terbatas kepada
pinjaman dan hibah, untuk itu perlu adanya pembiayaan alternatif lainnya agar
PDAM sebagai penyedia layanan air minum bisa berkembang.
3. Pemahaman masyarakat mengenai air minum masih kurang
Sebagian masyarakat di Indonesia maupun Kabupaten Temanggung dalam
hal penyediaan air minum masih dirasa sangat kurang pengetahuannya.Masyarakat
kurang memperhatikan pengambilan air tanah secara terus menerus dan juga masih
kurang pengetahuan tentang pentingnya menggunakan air secara bijak. Hal
tersebut dibuktikan dengan cakupan pelayanan yang dibuat oleh PDAM untuk setiap
Kecamatannya. Persentase pengguna air bersih yang berasal dari PDAM hanya
baru tercakup 15.28% pada tahun 2013. Sedangkan dalam 5 tahun kedepan hanya
mencakup sebesar 23%/ Sumber air baku seperti sungai masih digunakan sebagai
tempat pembuangan limbah rumah tangga, isu seperti ini yang masih berkembang
dimasyarakat.
4. Sumbedaya Manusia yang kurang terlatih dan sesuai bidangnya
Pada dasarnya isu dari sebuah infrastruktur diantaranya adalah sumberdaya
manusia yang mengelolanya. Pada tahun 2012 diketahui bahwa sebagain besar
pegawai PDAM Kabupaten Temanggung berlatar pendidikan SLTA atau SMA.
Dengan persentase 54% dari seluruh pegawai. Sementara itu, hanya 20% saja
pegawai PDAM yang memperoleh gelar sarjana dan diploma. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pegawai PDAM masih terpaut jauh dari ahli teknis di dalam
bidangnya. Dengan isu sumberdaya manusia ini bahwa harus dipahami untuk
memajukan PDAM di ranah teknis maupun non-teknis maka harus memeprsiapkan
sumberdayanya sebaik mungkin. Persentase tersebut bisa dilihat di tabel II.9

II-34
RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

Tabel II. 9
Pendidikan Formal Terakhir Pegawai PDAM Kabupaten Temanggung
Status Pegawai

Jumlah

%

SD

18

18%

SLTP

8

8%

SLTA

52

54%

Sarjana dan Diploma

20

20%

Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015

d.

Isu Strategis Penyehatan Lingkungan Permukiman
1. Isu tidak optimalnya pengelolaan air limbah
Pengelolaan air limbah tidak optimal disebabkan karena fasilitas pengelolaan
air limbah setempat belum memenuhi standar teknis yan telah ditetapkan.
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana 9%
masyarakat masih BAB di sungai. Kapasitas sumber daya manusi masih rendah
dan kurangnya koordinasi antarinstansi dalam penetapan kebijakan air limbah.
2. Isu tidak optimalnya pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah kurang optimal dilihat dari meningkatnya jumlah
timbulan sampah di TPA Sranggahan. Dana untuk pengelolaan persampahan
rendah/ kurang sehingga pengelolaan sampah kurang maksimal. Selain itu,
kewajiban dan sanksi bagi pemerintah dalam pengelolaan sampah belum efektif
sehingga semakin menghambat penyediaan sarana untuk optimalisasi pengelolaan
sampah.
3. Isu pengadaan dan pemeliharaan drainase
Fungsi drainase merupakan saluran untuk pembuangan air hujan sehingga
tidak menimbulkan genangan di suatu kawasan. Akan tetapi, fungsi drainase
disalahartikan sebagai pembuangan akhir untuk kawasan perumahan. Salah satu
sebabnya adalah belum tersedia sistem infiltrasi dan sistem pengawasan yang baik
dibidang pembuangan air limbah dari perumahan. Selain itu, dalam hal pembiayaan
juga tidak berjalan lancar sehingga pemeliharaan saluran drainase masih rendah.
Penanganan drainase terpadu dan pembangunan sistem drainase utama dan lokal
tidak berjalan baik akibat dari kurang lengkapnya data base mengenai saluran
drainase untuk Kabupaten Temanggung.
II-35

RPIJM Kabupaten Temanggung | 03