BAB2 GAMBARAN UMUM
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.
KONDISI GEOGRAFIS
Letak geografis Kota Bitung berada pada posisi 1º23’23”-1º35’39”
Lintang Utara dan 125º1’43”-125º18’13” Bujur Timur.
Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah utara dengan
: Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa
Utara dan Laut Maluku);
- Sebelah Timur dengan
: Laut Maluku;
- Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku;
- Sebelah Barat dengan
: Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa
Utara).
Total panjang garis pantai 143,2 Km, di daratan utama 46,3 Km, di
pulau-pulau 96,9 Km dan luas wilayah perairan 5439,81 Km2.
Wilayah daratan mempunyai luas 304 Km 2 terbagi dalam 5 (lima)
kecamatan, 60 kelurahan, 235 lingkungan serta jumlah KK
42.233.
Kecamatan Bitung Utara mempunyai luas 136.40 km 2 meliputi 12
kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah luas 24 km 2 meliputi 10
kelurahan, Kecamatan Bitung Barat luas 33.62 km 2 meliputi 10
kelurahan, Kecamatan Bitung Timur luas 59.08 km 2 terdiri dari 13
kelurahan dan kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau
Lembeh luas 50.90 km2 meliputi 15 Kelurahan dengan jumlah
penduduk 169.458 jiwa (Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kota
Bitung tahun 2006).
Jarak antara Ibukota Kota Bitung dengan Ibukota Kecamatan :
Bitung-Kecamatan Bitung Tengah (Madidir) 4 km
Bitung-Kecamatan Bitung Barat (Manembo-nembo atas) 12 km
Bitung-Kecamatan Bitung Selatan (Papusungan) 3,5 km
Bitung-Kecamatan Bitung Timur (Winenet I) 5 km
Bitung-Kecamatan Bitung Utara (Danowudu) 10 km
Dilihat dari aspek topografi, keadaan tanahnya sebagian besar
daratan, berombak berbukit 45,06% dan 32.72% bergunung. Hanya
4.18% merupakan dataran landai serta sisanya 18.03% berombak.
Dibagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan
Tanjung Merah dibagian barat merupakan daratan yang relatif cukup
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
6
datar dengan kemiringan 0-15 derajat, sehingga secara fisik dapat
dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan
jasa serta pemukiman. Pada bagian utara keadaan topografi semakin
bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian,
perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam.
Dibagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang
keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa,
holtikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang
indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah
wisata bahari.
Kota Bitung terdapat 8 buah Gunung, yaitu Gunung Duasudara
1.351 m, Gunung Tangkoko 774 m, Gunung Batu Angus 1.099 m,
sebagian Gunung Klabat 1.990 m, Gunung Woka 370 m, Gunung
Lembeh
430
m,
Gunung
Temboan
Sela
430
m,
dan
Gunung
Wiau 891 m. Gunung Batu Angus masih tercatat sebagai gunung
berapi namun tidak aktif. Juga terdapat 5 buah sungai kecil yang
bermuara di Selat Lembeh yaitu Sungai Girian, Sungai Sagerat, Sungai
Tanjung Merah, Sungai Tewaan, dan Sungai Rinondoran.
Kota Bitung hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang
bertiup diwilayah ini, dimana pada bulan Oktober sampai dengan bulan
April biasanya terjadi hujan. Hal ini disebabkan karena angin bertiup
dari arah barat/barat laut yang banyak mengandung air sedangkan
pada bulan juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi
musim kemarau karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah timur
yang tidak banyak mengandung air.
Secara umum rata-rata perbulan pada pengukuran stasiun
Meteorologi Bitung pada tahun 2004, suhu terendah terjadi pada bulan
Juli yakni 26,4º C dan tertinggi 28,6º C pada bulan Mei dan bulan
November.
Sebagai daerah tropis Bitung mempunyai kelembaban udara relatif
tinggi dengan rata-rata perbulan pada tahun 2004 berkisar antara 70
sampai dengan 90 persen (Bitung Dalam Angka 2005).
Jumlah curah hujan di Kota Bitung cukup beragam menurut bulan
dan berdasarkan
catatan stasiun Meteorologi Bitung curah hujan
curah hujan tertinggi pada selama tahun 2004 terjadi pada bulan
November yang mencapai 312 mm. Pada bulan Agustus curah hujan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
7
mengalami titik terendah bahkan tidak tercatat. Jumlah hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan Januari yakni sebanyak 25 hari. Keadaan
iklim Kota Bitung secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1-1 Perbandingan Curah Hujan di Kota Bitung
Tahun 2003 – 2004 (mm)
490
440
390
340
359,5
312
311,6
290
240
140
90
141
78
103
138
135
124,4
78
40
-10
222,4
191
186,4
174
190
67
85,3
60
48
23,4 9
0
62,6 69
5
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2003
2004
Potensi Kota Bitung dilihat dari letak geografis sangat strategis
dalam jalur perdagangan, transportasi, industri, pariwisata ditunjang
dengan adanya fasilitas prasarana Pelabuhan Samudera Bitung yang
dapat dikembangkan menuju pelabuhan internasional, baik untuk
transportasi domestik maupun internasional.
2.2.
PEREKONOMIAN DAERAH
Struktur perekonomian suatu daerah dapat di ketahui dengan
melihat komposisi PDRB Daerah yang bersangkutan. Tahun 2004 PDRB
Kota Bitung menurut harga konstan 1,56 trilyun meningkat
5,38 %
menjadi 1,65 trilyun pada tahun 2005, sedangkan menurut harga
berlaku tahun 2004 2,10 trilyun meningkat menjadi 2,21 trilyun pada
tahun 2005. Demikian juga dengan struktur perekonomian Kota Bitung
dapat dilihat bagaimana peranan atau kontribusi dari masing-masing
sektor dalam pembentukan total PDRB Daerah. Semakin besar
peranan suatu sektor terhadap
total PDRB semakin besar pula
pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah
tersebut.
Kota Bitung terdapat tiga sektor kontributor utama perekonomian
daerah. Ketiga sektor tersebut adalah pertama sektor pertanian yang
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
8
memberikan kontribusi sebesar 24,03 %, kedua sektor industri dengan
kontribusi
22,01
%,
ketiga
kontribusi sebesar 21,06 %.
sektor
komunikasi/angkutan
dengan
Dimana kontribusi sektor-sektor ini
terhadap PDRB 2005 sebesar 67,10 persen, sehingga perubahan pada
ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Kota Bitung secara keseluruhan .
Pada tahun 2004 kontribusi sektor komunikasi/angkutan berada
pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 37,16 persen
sedangkan pada tahun 2005 sektor pertanian menempati urutan
pertama dalam kontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 24,03 %.
Tingginya kontribusi sektor pertanian lebih disebabkan sumbangan
dari sub sektor perikanan kontribusinya 21,64 persen dari total PDRB,
mengingat Kota Bitung memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
Banyaknya kegiatan penangkapan ikan selain berpengaruh pada
sektor industri juga meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Pada
sektor pertanian, sub sektor perikanan memberikan kontribusi 7,11
persen PDRB, paling besar dibandingkan sub sektor lain. Produksi
perikanan laut mencapai 13,29% yakni dari 117.434 Ton menjadi
133.043,6 Ton. Sedangkan banyaknya perahu / kapal dan alat tangkap
yang digunakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan
produksi, nilai
produksi perikanan juga
mengalami peningkatan
sebesar 2,97% yakni dari 685,723 milyar rupiah pada tahun 2004
menjadi 706,107 milyar rupiah di tahun 2005. Melihat produksi
perikanan laut menurut jenis ikan dan peningkatan produksi perikanan
adalah wajar jika Kota Bitung dijuluki kota cakalang karena 40.11%
atau 53.716,9 Ton dengan nilai produksi 309,433 Milyar Rupiah dari
total produksi perikanan laut adalah ikan cakalang dan diikuti oleh ikan
layang yang produksinya 25.567,30 Ton dengan nilai produksi 114,857
Milyar Rupiah.
Sektor pertanian khususnya produksi tanaman pangan (padi
sawah) cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Namun
tahun 2005 produksi padi sawah mencapai 552 ton atau menurun
dibanding
tahun 2004 yang mencapai 591,25 ton. Sedangkan
produksi palawija naik seperti tahun sebelumnya setelah beberapa
tahun terakhir produksinya menurun. Produksi palawija pada tahun
2005 sebanyak 12.462,25 ton atau naik 7,68 % dibanding tahun 2004
sebesar 11.573,73 ton. Untuk produksi perkebunan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
selama tahun
9
2005 mengalami penurunan yang signifikan dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Dari total produksi tanaman perkebunan didominasi oleh
tanaman kelapa dengan produksi mencapai 13.304,00 ton yang terdiri
dari kelapa dalam dan kelapa hibrida.
Sektor industri dipengaruhi oleh banyaknya industri non migas
yang ada di Kota Bitung, yang sebagian besar adalah industri
pengolahan makanan seperti pengolahan ikan, minyak kelapa, kopra
dan lain-lain. Bertumbuhnya sektor industri merupakan sektor andalan
Kota
Bitung
sangat membantu
meluasnya tenaga kerja.
perekonomian
terutama
dengan
Begitu juga dari sisi kapital dimana
peningkatan jumlah perusahaan diikuti juga dengan peningkatan
jumlah investasi menjadi 541,67 miliard rupiah atau meningkat 23,47
% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan nilai investasi yang
meningkat 23,47 % ternyata mampu meningkatkan produksi hingga
7,92%.
Sektor komunikasi/angkutan lebih disebabkan sumbangan dari
sub sektor angkutan laut kontribusinya 21,06 % dari total PDRB, hal ini
wajar mengingat Bitung sebagai Kota Pelabuhan yang cukup ramai.
PDRB per kapita di Kota Bitung tahun 2005 atas dasar harga
berlaku sebesar Rp. 13.036.207 dengan pendapatan per kapitanya
adalah Rp. 11.015.595. Berdasarkan harga konstan atas tahun dasar
2000,
PDRB
perkapita
tahun
2005
Rp.
9.733.606.
Sedangkan
pendapatan perkapita tahun 2005 sebesar Rp. 8.224.897.
Pertumbuhan ekonomi Kota
Bitung tahun 2005 sebesar 5,37
persen, laju pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan tahun lalu
yang menunjukan adanya sedikit penurunan dalam kegiatan sektor
perekonomian di Kota Bitung. Hal yang sedikit mempengaruhinya
adalah situasi politik pasca perhelatan PILKADA di Kota Bitung.
2.3.
SOSIAL BUDAYA DAERAH
Peningkatan
partisipasi
sekolah
penduduk
tentunya
harus
diimbangi dengan penyediaaan sarana pendidikan maupun tenaga
guru yang memadai.
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
10
Gambar 4 - Perbandingan Jumlah Guru - Murid di Kota Bitung 2004
20.118
GURU
20000
MURID
15000
7.025
10000
5.634
5000
686
350
321
SLT P
SLT A
0
SD
Gambar ini memberikan gambaran mengenai jumlah sekolah
maupun guru selama beberapa tahun sampai dengan 2004 pada
seluruh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Tahun 2005 ratio murid dan guru SD sebesar 12,99
menurun
dibanding tahun 2004 sebesar 29,33. Angka tersebut berarti tiap guru
SD rata-rata membimbing 13 siswa, penambahan guru SD merupakan
hal yang mendesak mengingat rasio murid – guru SD terus meningkat
dari tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dengan rasio murid-guru SD, rasio murid-guru pada
jenjang SLTP masih dalam kisaran angka yang ideal dimana pada
tahun
2005
ini
sebesar
19,40,
artinya
setiap
guru
rata-rata
membimbing sekitar 20 siswa. Kecamatan Bitung Selatan mempunyai
rasio terbesar yaitu 32,62 dibanding kecamatan lain. Seperti halnya
rasio pada SLTP, rasio yang ideal juga terjadi pada jenjang SLTA dimana
rasio murid-gurunya sebesar 16,17. Berbeda dengan situasi tahuntahun sebelumnya, angka ratio murid – guru baik pada tingkat SD,
SLTP dan juga pada tingkat SLTA, semua mengalami penurunan yang
disebabkan oleh adanya penambahan jumlah guru secara signifikan
selama tahun 2005.
Untuk menampung para lulusan SLTA terdapat 2 sekolah tinggi
dan 2 akademi yang dapat dijadikan pilihan untuk peningkatan kualitas
SDM penduduk di Kota Bitung.
Peningkatan
partisipasi
sekolah
penduduk
tentunya
harus
diimbangi dengan penyediaan sarana pendidikan maupun tenaga guru
yang memadai. Keadaan pendidikan suatu wilayah dapat menjadi
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
11
indikator kesiapan penduduk dalam menerima perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah.
Dengan upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan
memberikan penyuluhan agar keluarga berperilaku hidup sehat dan
penyediaan fasilitas seperti rumah sakit, puskesmas, BKIA, Posyandu,
Toko Obat, Apotik. Tenaga kesehatan seperti Dokter, Bidan, Perawat
dan para medis.
Pemerintah
kesejahteraan
penghidupan
bersama
sosial
sosial
untuk
material
masyarakat
melaksanakan
mewujudkan
tata
dan
spiritual.
usaha
kehidupan
Usaha
ini
serta
terutama
diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah pokok kesejahteraan
sosial yaitu kemiskinan, ketertinggalan, keterlantaran, ketunaan sosial
dan kebutuhan perumahan dan fasilitas. Kota Bitung memiliki keluarga
prasejahtera sebanyak 7.661 keluarga atau 20,25%, dari jumlah itu
6.077 keluarga diantaranya adalah keluarga prasejahtera karena
alasan ekonomi. Persentasi keluarga prasejahtera ini mengalami
penignkatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 17,75%.
Peningkatan ini karena adanya penurunan status dari keluarga
sejahtera tahap 1 keluarga prasejahtera. Dampak dari kenaikan BBM
juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sehingga keluarga
miskin meningkat.
2.4.
PRASARANA DAN SARANA DAERAH
Makin
peningkatan
meningkatnya
usaha
pembangunan
jalan
pembangunan
guna
menuntut
memudahkan
pula
mobilitas
penduduk dan arus barang dan jasa antar daerah.
Panjang
jalan
kota
selama
tahun
2004
tidak
mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya yakni mencapai 332,42 km.
Demikian pula dengan halnya panjang jalan yang berada dibawah
wewenang negara sejak tahun 1998 tidak mengalami penambahan
dan masih tetap 18,7 km.
Dilihat dari segi kualitas kondisi jalan pada tahun 2004
sedikit
meningkat dibanding kondisi tahun lalu. Seperti tahun lalu untuk jalan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
12
negara tidak ada yang berkondisi kritis, sedangkan yang tidak mantap
masih 3 Km yakni di Kecamatan Bitung Utara. Kondisi jalan kota
mengalami peningkatan kualitas dimana panjang jalan dengan kondisi
mantap pada tahun 2004 mencapai 165,04 Km bertambah 0,6 Km,
karena ada perbaikan pada ruas jalan yang tidak mantap sehingga
jalan tidak mantap ini menjadi 42,83 Km. Kondisi jalan kota yang kritis
mencapai 126,45 Km. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi darat
pada tahun 2004 di Kota Bitung tersedia sarana angkutan penumpang
roda 4 sebanyak 851 buah kendaraan yang terdiri dari angkutan kota
sebanyak 590 kendaraan, angkutan antar kota sebanyak 205 buah dan
angkutan pedesaan sebanyak 56 buah kendaraan. Selain kendaraan
roda 4 juga di Kota Bitung terdapat sarana angkutan roda 2 (ojek) yang
melayani trayek yang tidak dilalui oleh mikrolet. Tidak diketahui secara
pasti jumlah angkutan ojek tetapi secara umum jumlah sepeda motor
non dinas 9.616 unit.
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat
penting
bagi
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan
untuk
itu
pemerintah telah berusaha meningkatkan panambahan kapal dengan
sewa beli atau menyewa. Jumlah kapal yang masuk keluar pelabuhan
Samudra Bitung tahun 2004 tercatat sebanyak 3.699 buah kapal atau
naik cukup signifikan yakni sebesar 13,32 persen dibanding tahun
2003. Komposisi jenis kapal yang singgah adalah 4,08 persen kapal
luar negeri, 44,12 persen pelayaran dalam negeri, 32,74 persen
pelayanan khusus, pelayaran rakyat 16,68 persen serta perintis 2,38
persen.
Jumlah barang yang dimuat sebanyak 1.190.914 ton naik
jika
dibanding tahun sebelumnya yang hanya 911.473 ton. Demikian juga
barang yang dibongkar sepanjang tahun 2004 sebanyak 2.255.818 ton
atau stabil dari tahun sebelumnya 2.253.870 ton. Dari keseluruhan
barang yang dibongkar sebagian besar merupakan barang dari
pelayaran dalam negeri yang berjumlah 1.341.246 ton atau 59,46
persen. Sedangkan kegiatan muat barang, sebagian besar merupakan
barang muatan khusus (42,79 %) serta muatan luar negeri yang
mencapai 391.706 atau 32,89 %.
Perusahaan industri di Kota Bitung pada tahun 2004 berjumlah
2.432 unit usaha berarti ada peningkatan dibandingkan tahun 2003
sebanyak 28 perusahaan. Pelayanan Jasa pos dan telekomunikasi
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
13
tahun 2004 tercatat 2 buah kantor pos, 1 pos keliling, 70 kotak pos dan
8 tromol pos. Dalam perkembangan teknologi komunikasi seperti
Handphone dengan segala fiturnya serta teknologi online perbankan
yang sangat praktis mulai menggeser pelayanan pos yang masih
konvensional. Jasa paket pos yang memang belum tergantikan oleh
teknologi
lain
menyebabkan
layanan
ini
masih
mengalami
perkembangan. Kapasitas sentral telepon otomat tahun 2004 tersedia
9.000 SST, sedangkan pelanggan berjumlah 8.265 SST ini berarti
masih tersedia 735 SST dari jumlah pelanggan itu terbanyak diwilayah
Bitung Timur, Bitung Tengah dan Bitung Barat. Wilayah Bitung Selatan
di Pulau Lembeh terpisah dari daratan utama
baru terdapat 30
pelanggan. Bitung Utara mengalami perkembangan pesat dengan
dibukanya jalur telepon didaerah itu sehingga menambah pelanggan
dari 48 SST menjadi 372 SST. Dari sisi kelompok, kelompok pelanggan
sebagian besar pengguna fixline telkom adalah rumah tangga 88,69%
kemudian kelompok bisnis 810 SST atau 9,80%.
Pengembangan sektor perhubungan di Kota Bitung diarahkan
untuk meningkatkan arus lalulintas terutama untuk mobilitas manusia,
barang dan jasa baik dalam daerah maupun luar daerah. Untuk saat ini
pusat pelayanan di Kota Bitung yang memiliki fungsi primer adalah
kegiatan pelabuhan Samudra Bitung dan terminal angkutan darat
Tangkoko, kedua kegiatan tersebut tidak hanya melayani penduduk
yang berada di Kota Bitung tetapi juga melayani kebutuhan penduduk
diluar Kota Bitung bahkan Sulawesi Utara.
Kebutuhan akan listrik baik untuk tenaga penerangan maupun
usaha di Kota Bitung dipenuhi oleh PT. PLN dengan memanfaatkan
generator, diesel atau PLTD. Perkembangan daya terpadang PLN dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2004,
daya terserap di Kota Bitung mencapai 39.143 KVA.
Produksi
air
minum
untuk
kebutuhan
masyarakat
maupun
kebutuhan kapal-kapal di Pelabuhan Samudera Bitung berasal dari
tujuh sumber dengan kapasitas terpasang berturut-turut Danowudu I
120 L/dt, Danowudu II dan Air Hujan masing-masing 20 L/dt, Kumersot
Idan II masing-masing 40 L/dt, Tendeki 10 L/dt dan sungai Girian (IPA)
100 L/dt. Sebagai kebutuhan utama produksi air bersih seharusnya
terus
ditingkatkan
menyesuaikan
dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk. Produksi air bersih selama tahun 2004 meningkat 16,79 %
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
14
yakni dari 2.384.420 m3 pada tahun 2003 menjadi 2.784.788 m3.
Dengan produksi sebesar itu berartia rata-rata penyaluran air bersih
perkapita
tahun
2004
sebesar
40,00
m3
perkapita.
Intensitas
penyaluran air masih dapat dilakukan terutama dengan melibatkan
sektor swasta untuk berinvestasi pada sektor ini.
Di Kota Bitung mempunyai hutan lindung, hutan wisata, suaka
alam dan taman wisata. Luas hutan Kota bItung sebesar 13.757,5 ha
sebagain besar merupakan hutan cagar alam seluas 7.495 ha
(54.48%) dan hutan lindung seluas 4.991 ha (36.28%). Sisanya adalah
taman wisata 1.250 ha (9,08%) dan hutan wisata 21,5 ha (0,16%).
2.5.
PEMERINTAHAN UMUM
Pemerintah Kota Bitung menciptakan sistem pemerintahan yang
tertib hukum dengan berbagai peraturan daerah dan kebijakan instansi
dimana terdapat 21 instansi,
BUMD dan unit
yang terkait
dengan
pelaksanaan kinerja Kota Bitung. Dalam hal menjalankan tugas
pemerintah kota belum sepenuhnya mencapai hasil sebagaimana yang
diinginkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bahwa
meskipun merupakan daerah otonom tapi kewenangan otonomi belum
mencapai
harapan
sebagaimana
mestinya.
Kedua,
kemampuan
aparatur dalam arti profesionalisme dalam menjalankan tugas dan
fungsi belum memadai. Namun begitu tetap dibutuhkan suatu atmosfir
lingkungan pemerintah kota sebagaimana tuntutan terhadap arus
demokrasi dan reformasi disudut hukum dan pemerintahan. Untuk
meningkatkan kinerja pemerintah maka pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan organisasi sesusai tugas dan fungsi dari masingmasing dians/unti, pendekatan fungsional antara atasan dan bawahan,
serta pendekatan efektif danefisiensi kerja, serta dilakukan suatu
penilaian terhadap kinerja instansi dalam bentuk analisis kinerja
instansi pemerintah.
Letak pusat kantor pemerintahan Kota Bitung berada di Kelurahan
Bitung Barat, Kecamatan Bitung Tengah. Kecamatan Bitung Selatan di
Papusungan, Kecamatan Bitung Tengah di Madidir, Kecamatan Bitung
Timur di Winenet I, Kecamatan Bitung Barat di Manembo-nembo Atas
dan Kecamatan Bitung Utara di Danowudu.
Kota Bitung memiliki 60
kelurahan yang merupakan hasil pemekaran dari 44 kelurahan pada
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
15
tahun 2001. Dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Bitung, semua
sudah berstatus swasembada.
Pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, telah
diupayakan diterbitkan Peraturan Daerah tentang Kartu Keluarga dan
Kartu Penduduk, melalui Kantor Catatan Sipil pada tahun 2005 telah
diterbitkan Kutipan Akte Kelahiran sebanyak 574 lembar atau turun
42,02 persen dibanding tahun sebelumnya sebanyak 990 lembar,
sedangkan penerbitan akte kematian mengalami penurunan, dari 533
lembar di tahun sebelumnya menjadi 269 lembar. Akte perkawinan
terbit sebanyak 865 lembar atau naik sebesar 7,85 persen dari tahun
sebelumnya sebanyak 802 lembar. (Bitung Dalam Angka 2006).
Pelaksanaan pembinaan ketertiban dan keamanan di bidang
pemerintahan dan pembangunan dilaksanakan secara terpadu dengan
instansi terkait, diarahkan pada peningkatan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah, maupun undang-undang yang berlaku
seperti penertiban perjudian dan penjualan minuman keras tanpa izin
serta
pemanfaatan
organisasi
pertahanan
sipil
dalam
rangka
pelaksanaan fungsi perlindungan masyarakat.
Dalam rangka pemantapan penyelenggaraan pemerintahan telah
dikeluarkan produk-produk hukum daerah berupa Peraturan Daerah,
Peraturan Walikota, Keputusan Walikota, Instruksi Walikota, Keputusan
DPRD.
Keberhasilan proses pembangunan di Kota Bitung ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain aparatur pemerintah, birokrasi merupakan
tulang
punggung
dalam
menjalankan
roda
pemerintahan,
pembangunan dan program kemasyarakatan. Tugas pokok birokrasi
memberi
pelayanan
yang
optimal
kepada
masyarakat
dan
melaksanakan segala sesuatu yang meningkatkan pelaksanaan tugastugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan
mencapai sasaran yang ditetapkan. Banyaknya permasalahan dalam
melaksanaknan tugas yang mencakup sistim rekruitmen, jenjang karir,
promosi dan mutasi, kejelasan tugas pokok dan fungsi, kualitas sumber
daya manusia, rendahnya kinerja orientasi nilai-nilai prilaku dan
budaya yang tidak menghargai prestasi, kurangnya disiplins dan
lambatnya birokrasi. Semua masalah tersebut membuat birokrasi sulit
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
16
melaksanakan tugas-tugas yang diembannya sehingga reformasi
birokrasi merupakan suatu keharusan, terutama untuk mengembalikan
tugas dan fungsi hakiki birokrasi sebagai organisasi yang profesional,
netral, legal dan moderen. Birokrasi seperti itu diharapkan mampu
memberi pelayanan yang prima bagi masyarakat sekaligus menjadi
motor penggerak kemajuan pembangunan disegala bidang.
Pendayagunaan aparatur pemerintah daerah di Kota Bitung
dalam
lima
tahun
mendatang
diprioritaskan
untuk
mendukung
pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan peran aparatur
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan, meningkatkan kinerja pemerintah daerah, mengurangi
seminimal mungkin praktek-praktek KKN di lingkungan aparatur
pemerintah daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada
masyarakat serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
bukan kepentingan pribadi atau golongan.
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
17
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.
KONDISI GEOGRAFIS
Letak geografis Kota Bitung berada pada posisi 1º23’23”-1º35’39”
Lintang Utara dan 125º1’43”-125º18’13” Bujur Timur.
Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah utara dengan
: Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa
Utara dan Laut Maluku);
- Sebelah Timur dengan
: Laut Maluku;
- Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku;
- Sebelah Barat dengan
: Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa
Utara).
Total panjang garis pantai 143,2 Km, di daratan utama 46,3 Km, di
pulau-pulau 96,9 Km dan luas wilayah perairan 5439,81 Km2.
Wilayah daratan mempunyai luas 304 Km 2 terbagi dalam 5 (lima)
kecamatan, 60 kelurahan, 235 lingkungan serta jumlah KK
42.233.
Kecamatan Bitung Utara mempunyai luas 136.40 km 2 meliputi 12
kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah luas 24 km 2 meliputi 10
kelurahan, Kecamatan Bitung Barat luas 33.62 km 2 meliputi 10
kelurahan, Kecamatan Bitung Timur luas 59.08 km 2 terdiri dari 13
kelurahan dan kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau
Lembeh luas 50.90 km2 meliputi 15 Kelurahan dengan jumlah
penduduk 169.458 jiwa (Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kota
Bitung tahun 2006).
Jarak antara Ibukota Kota Bitung dengan Ibukota Kecamatan :
Bitung-Kecamatan Bitung Tengah (Madidir) 4 km
Bitung-Kecamatan Bitung Barat (Manembo-nembo atas) 12 km
Bitung-Kecamatan Bitung Selatan (Papusungan) 3,5 km
Bitung-Kecamatan Bitung Timur (Winenet I) 5 km
Bitung-Kecamatan Bitung Utara (Danowudu) 10 km
Dilihat dari aspek topografi, keadaan tanahnya sebagian besar
daratan, berombak berbukit 45,06% dan 32.72% bergunung. Hanya
4.18% merupakan dataran landai serta sisanya 18.03% berombak.
Dibagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan
Tanjung Merah dibagian barat merupakan daratan yang relatif cukup
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
6
datar dengan kemiringan 0-15 derajat, sehingga secara fisik dapat
dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan
jasa serta pemukiman. Pada bagian utara keadaan topografi semakin
bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian,
perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam.
Dibagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang
keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa,
holtikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang
indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah
wisata bahari.
Kota Bitung terdapat 8 buah Gunung, yaitu Gunung Duasudara
1.351 m, Gunung Tangkoko 774 m, Gunung Batu Angus 1.099 m,
sebagian Gunung Klabat 1.990 m, Gunung Woka 370 m, Gunung
Lembeh
430
m,
Gunung
Temboan
Sela
430
m,
dan
Gunung
Wiau 891 m. Gunung Batu Angus masih tercatat sebagai gunung
berapi namun tidak aktif. Juga terdapat 5 buah sungai kecil yang
bermuara di Selat Lembeh yaitu Sungai Girian, Sungai Sagerat, Sungai
Tanjung Merah, Sungai Tewaan, dan Sungai Rinondoran.
Kota Bitung hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang
bertiup diwilayah ini, dimana pada bulan Oktober sampai dengan bulan
April biasanya terjadi hujan. Hal ini disebabkan karena angin bertiup
dari arah barat/barat laut yang banyak mengandung air sedangkan
pada bulan juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi
musim kemarau karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah timur
yang tidak banyak mengandung air.
Secara umum rata-rata perbulan pada pengukuran stasiun
Meteorologi Bitung pada tahun 2004, suhu terendah terjadi pada bulan
Juli yakni 26,4º C dan tertinggi 28,6º C pada bulan Mei dan bulan
November.
Sebagai daerah tropis Bitung mempunyai kelembaban udara relatif
tinggi dengan rata-rata perbulan pada tahun 2004 berkisar antara 70
sampai dengan 90 persen (Bitung Dalam Angka 2005).
Jumlah curah hujan di Kota Bitung cukup beragam menurut bulan
dan berdasarkan
catatan stasiun Meteorologi Bitung curah hujan
curah hujan tertinggi pada selama tahun 2004 terjadi pada bulan
November yang mencapai 312 mm. Pada bulan Agustus curah hujan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
7
mengalami titik terendah bahkan tidak tercatat. Jumlah hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan Januari yakni sebanyak 25 hari. Keadaan
iklim Kota Bitung secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1-1 Perbandingan Curah Hujan di Kota Bitung
Tahun 2003 – 2004 (mm)
490
440
390
340
359,5
312
311,6
290
240
140
90
141
78
103
138
135
124,4
78
40
-10
222,4
191
186,4
174
190
67
85,3
60
48
23,4 9
0
62,6 69
5
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2003
2004
Potensi Kota Bitung dilihat dari letak geografis sangat strategis
dalam jalur perdagangan, transportasi, industri, pariwisata ditunjang
dengan adanya fasilitas prasarana Pelabuhan Samudera Bitung yang
dapat dikembangkan menuju pelabuhan internasional, baik untuk
transportasi domestik maupun internasional.
2.2.
PEREKONOMIAN DAERAH
Struktur perekonomian suatu daerah dapat di ketahui dengan
melihat komposisi PDRB Daerah yang bersangkutan. Tahun 2004 PDRB
Kota Bitung menurut harga konstan 1,56 trilyun meningkat
5,38 %
menjadi 1,65 trilyun pada tahun 2005, sedangkan menurut harga
berlaku tahun 2004 2,10 trilyun meningkat menjadi 2,21 trilyun pada
tahun 2005. Demikian juga dengan struktur perekonomian Kota Bitung
dapat dilihat bagaimana peranan atau kontribusi dari masing-masing
sektor dalam pembentukan total PDRB Daerah. Semakin besar
peranan suatu sektor terhadap
total PDRB semakin besar pula
pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah
tersebut.
Kota Bitung terdapat tiga sektor kontributor utama perekonomian
daerah. Ketiga sektor tersebut adalah pertama sektor pertanian yang
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
8
memberikan kontribusi sebesar 24,03 %, kedua sektor industri dengan
kontribusi
22,01
%,
ketiga
kontribusi sebesar 21,06 %.
sektor
komunikasi/angkutan
dengan
Dimana kontribusi sektor-sektor ini
terhadap PDRB 2005 sebesar 67,10 persen, sehingga perubahan pada
ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Kota Bitung secara keseluruhan .
Pada tahun 2004 kontribusi sektor komunikasi/angkutan berada
pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 37,16 persen
sedangkan pada tahun 2005 sektor pertanian menempati urutan
pertama dalam kontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 24,03 %.
Tingginya kontribusi sektor pertanian lebih disebabkan sumbangan
dari sub sektor perikanan kontribusinya 21,64 persen dari total PDRB,
mengingat Kota Bitung memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
Banyaknya kegiatan penangkapan ikan selain berpengaruh pada
sektor industri juga meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Pada
sektor pertanian, sub sektor perikanan memberikan kontribusi 7,11
persen PDRB, paling besar dibandingkan sub sektor lain. Produksi
perikanan laut mencapai 13,29% yakni dari 117.434 Ton menjadi
133.043,6 Ton. Sedangkan banyaknya perahu / kapal dan alat tangkap
yang digunakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan
produksi, nilai
produksi perikanan juga
mengalami peningkatan
sebesar 2,97% yakni dari 685,723 milyar rupiah pada tahun 2004
menjadi 706,107 milyar rupiah di tahun 2005. Melihat produksi
perikanan laut menurut jenis ikan dan peningkatan produksi perikanan
adalah wajar jika Kota Bitung dijuluki kota cakalang karena 40.11%
atau 53.716,9 Ton dengan nilai produksi 309,433 Milyar Rupiah dari
total produksi perikanan laut adalah ikan cakalang dan diikuti oleh ikan
layang yang produksinya 25.567,30 Ton dengan nilai produksi 114,857
Milyar Rupiah.
Sektor pertanian khususnya produksi tanaman pangan (padi
sawah) cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Namun
tahun 2005 produksi padi sawah mencapai 552 ton atau menurun
dibanding
tahun 2004 yang mencapai 591,25 ton. Sedangkan
produksi palawija naik seperti tahun sebelumnya setelah beberapa
tahun terakhir produksinya menurun. Produksi palawija pada tahun
2005 sebanyak 12.462,25 ton atau naik 7,68 % dibanding tahun 2004
sebesar 11.573,73 ton. Untuk produksi perkebunan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
selama tahun
9
2005 mengalami penurunan yang signifikan dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Dari total produksi tanaman perkebunan didominasi oleh
tanaman kelapa dengan produksi mencapai 13.304,00 ton yang terdiri
dari kelapa dalam dan kelapa hibrida.
Sektor industri dipengaruhi oleh banyaknya industri non migas
yang ada di Kota Bitung, yang sebagian besar adalah industri
pengolahan makanan seperti pengolahan ikan, minyak kelapa, kopra
dan lain-lain. Bertumbuhnya sektor industri merupakan sektor andalan
Kota
Bitung
sangat membantu
meluasnya tenaga kerja.
perekonomian
terutama
dengan
Begitu juga dari sisi kapital dimana
peningkatan jumlah perusahaan diikuti juga dengan peningkatan
jumlah investasi menjadi 541,67 miliard rupiah atau meningkat 23,47
% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan nilai investasi yang
meningkat 23,47 % ternyata mampu meningkatkan produksi hingga
7,92%.
Sektor komunikasi/angkutan lebih disebabkan sumbangan dari
sub sektor angkutan laut kontribusinya 21,06 % dari total PDRB, hal ini
wajar mengingat Bitung sebagai Kota Pelabuhan yang cukup ramai.
PDRB per kapita di Kota Bitung tahun 2005 atas dasar harga
berlaku sebesar Rp. 13.036.207 dengan pendapatan per kapitanya
adalah Rp. 11.015.595. Berdasarkan harga konstan atas tahun dasar
2000,
PDRB
perkapita
tahun
2005
Rp.
9.733.606.
Sedangkan
pendapatan perkapita tahun 2005 sebesar Rp. 8.224.897.
Pertumbuhan ekonomi Kota
Bitung tahun 2005 sebesar 5,37
persen, laju pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan tahun lalu
yang menunjukan adanya sedikit penurunan dalam kegiatan sektor
perekonomian di Kota Bitung. Hal yang sedikit mempengaruhinya
adalah situasi politik pasca perhelatan PILKADA di Kota Bitung.
2.3.
SOSIAL BUDAYA DAERAH
Peningkatan
partisipasi
sekolah
penduduk
tentunya
harus
diimbangi dengan penyediaaan sarana pendidikan maupun tenaga
guru yang memadai.
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
10
Gambar 4 - Perbandingan Jumlah Guru - Murid di Kota Bitung 2004
20.118
GURU
20000
MURID
15000
7.025
10000
5.634
5000
686
350
321
SLT P
SLT A
0
SD
Gambar ini memberikan gambaran mengenai jumlah sekolah
maupun guru selama beberapa tahun sampai dengan 2004 pada
seluruh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Tahun 2005 ratio murid dan guru SD sebesar 12,99
menurun
dibanding tahun 2004 sebesar 29,33. Angka tersebut berarti tiap guru
SD rata-rata membimbing 13 siswa, penambahan guru SD merupakan
hal yang mendesak mengingat rasio murid – guru SD terus meningkat
dari tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dengan rasio murid-guru SD, rasio murid-guru pada
jenjang SLTP masih dalam kisaran angka yang ideal dimana pada
tahun
2005
ini
sebesar
19,40,
artinya
setiap
guru
rata-rata
membimbing sekitar 20 siswa. Kecamatan Bitung Selatan mempunyai
rasio terbesar yaitu 32,62 dibanding kecamatan lain. Seperti halnya
rasio pada SLTP, rasio yang ideal juga terjadi pada jenjang SLTA dimana
rasio murid-gurunya sebesar 16,17. Berbeda dengan situasi tahuntahun sebelumnya, angka ratio murid – guru baik pada tingkat SD,
SLTP dan juga pada tingkat SLTA, semua mengalami penurunan yang
disebabkan oleh adanya penambahan jumlah guru secara signifikan
selama tahun 2005.
Untuk menampung para lulusan SLTA terdapat 2 sekolah tinggi
dan 2 akademi yang dapat dijadikan pilihan untuk peningkatan kualitas
SDM penduduk di Kota Bitung.
Peningkatan
partisipasi
sekolah
penduduk
tentunya
harus
diimbangi dengan penyediaan sarana pendidikan maupun tenaga guru
yang memadai. Keadaan pendidikan suatu wilayah dapat menjadi
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
11
indikator kesiapan penduduk dalam menerima perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah.
Dengan upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan
memberikan penyuluhan agar keluarga berperilaku hidup sehat dan
penyediaan fasilitas seperti rumah sakit, puskesmas, BKIA, Posyandu,
Toko Obat, Apotik. Tenaga kesehatan seperti Dokter, Bidan, Perawat
dan para medis.
Pemerintah
kesejahteraan
penghidupan
bersama
sosial
sosial
untuk
material
masyarakat
melaksanakan
mewujudkan
tata
dan
spiritual.
usaha
kehidupan
Usaha
ini
serta
terutama
diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah pokok kesejahteraan
sosial yaitu kemiskinan, ketertinggalan, keterlantaran, ketunaan sosial
dan kebutuhan perumahan dan fasilitas. Kota Bitung memiliki keluarga
prasejahtera sebanyak 7.661 keluarga atau 20,25%, dari jumlah itu
6.077 keluarga diantaranya adalah keluarga prasejahtera karena
alasan ekonomi. Persentasi keluarga prasejahtera ini mengalami
penignkatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 17,75%.
Peningkatan ini karena adanya penurunan status dari keluarga
sejahtera tahap 1 keluarga prasejahtera. Dampak dari kenaikan BBM
juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sehingga keluarga
miskin meningkat.
2.4.
PRASARANA DAN SARANA DAERAH
Makin
peningkatan
meningkatnya
usaha
pembangunan
jalan
pembangunan
guna
menuntut
memudahkan
pula
mobilitas
penduduk dan arus barang dan jasa antar daerah.
Panjang
jalan
kota
selama
tahun
2004
tidak
mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya yakni mencapai 332,42 km.
Demikian pula dengan halnya panjang jalan yang berada dibawah
wewenang negara sejak tahun 1998 tidak mengalami penambahan
dan masih tetap 18,7 km.
Dilihat dari segi kualitas kondisi jalan pada tahun 2004
sedikit
meningkat dibanding kondisi tahun lalu. Seperti tahun lalu untuk jalan
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
12
negara tidak ada yang berkondisi kritis, sedangkan yang tidak mantap
masih 3 Km yakni di Kecamatan Bitung Utara. Kondisi jalan kota
mengalami peningkatan kualitas dimana panjang jalan dengan kondisi
mantap pada tahun 2004 mencapai 165,04 Km bertambah 0,6 Km,
karena ada perbaikan pada ruas jalan yang tidak mantap sehingga
jalan tidak mantap ini menjadi 42,83 Km. Kondisi jalan kota yang kritis
mencapai 126,45 Km. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi darat
pada tahun 2004 di Kota Bitung tersedia sarana angkutan penumpang
roda 4 sebanyak 851 buah kendaraan yang terdiri dari angkutan kota
sebanyak 590 kendaraan, angkutan antar kota sebanyak 205 buah dan
angkutan pedesaan sebanyak 56 buah kendaraan. Selain kendaraan
roda 4 juga di Kota Bitung terdapat sarana angkutan roda 2 (ojek) yang
melayani trayek yang tidak dilalui oleh mikrolet. Tidak diketahui secara
pasti jumlah angkutan ojek tetapi secara umum jumlah sepeda motor
non dinas 9.616 unit.
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat
penting
bagi
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan
untuk
itu
pemerintah telah berusaha meningkatkan panambahan kapal dengan
sewa beli atau menyewa. Jumlah kapal yang masuk keluar pelabuhan
Samudra Bitung tahun 2004 tercatat sebanyak 3.699 buah kapal atau
naik cukup signifikan yakni sebesar 13,32 persen dibanding tahun
2003. Komposisi jenis kapal yang singgah adalah 4,08 persen kapal
luar negeri, 44,12 persen pelayaran dalam negeri, 32,74 persen
pelayanan khusus, pelayaran rakyat 16,68 persen serta perintis 2,38
persen.
Jumlah barang yang dimuat sebanyak 1.190.914 ton naik
jika
dibanding tahun sebelumnya yang hanya 911.473 ton. Demikian juga
barang yang dibongkar sepanjang tahun 2004 sebanyak 2.255.818 ton
atau stabil dari tahun sebelumnya 2.253.870 ton. Dari keseluruhan
barang yang dibongkar sebagian besar merupakan barang dari
pelayaran dalam negeri yang berjumlah 1.341.246 ton atau 59,46
persen. Sedangkan kegiatan muat barang, sebagian besar merupakan
barang muatan khusus (42,79 %) serta muatan luar negeri yang
mencapai 391.706 atau 32,89 %.
Perusahaan industri di Kota Bitung pada tahun 2004 berjumlah
2.432 unit usaha berarti ada peningkatan dibandingkan tahun 2003
sebanyak 28 perusahaan. Pelayanan Jasa pos dan telekomunikasi
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
13
tahun 2004 tercatat 2 buah kantor pos, 1 pos keliling, 70 kotak pos dan
8 tromol pos. Dalam perkembangan teknologi komunikasi seperti
Handphone dengan segala fiturnya serta teknologi online perbankan
yang sangat praktis mulai menggeser pelayanan pos yang masih
konvensional. Jasa paket pos yang memang belum tergantikan oleh
teknologi
lain
menyebabkan
layanan
ini
masih
mengalami
perkembangan. Kapasitas sentral telepon otomat tahun 2004 tersedia
9.000 SST, sedangkan pelanggan berjumlah 8.265 SST ini berarti
masih tersedia 735 SST dari jumlah pelanggan itu terbanyak diwilayah
Bitung Timur, Bitung Tengah dan Bitung Barat. Wilayah Bitung Selatan
di Pulau Lembeh terpisah dari daratan utama
baru terdapat 30
pelanggan. Bitung Utara mengalami perkembangan pesat dengan
dibukanya jalur telepon didaerah itu sehingga menambah pelanggan
dari 48 SST menjadi 372 SST. Dari sisi kelompok, kelompok pelanggan
sebagian besar pengguna fixline telkom adalah rumah tangga 88,69%
kemudian kelompok bisnis 810 SST atau 9,80%.
Pengembangan sektor perhubungan di Kota Bitung diarahkan
untuk meningkatkan arus lalulintas terutama untuk mobilitas manusia,
barang dan jasa baik dalam daerah maupun luar daerah. Untuk saat ini
pusat pelayanan di Kota Bitung yang memiliki fungsi primer adalah
kegiatan pelabuhan Samudra Bitung dan terminal angkutan darat
Tangkoko, kedua kegiatan tersebut tidak hanya melayani penduduk
yang berada di Kota Bitung tetapi juga melayani kebutuhan penduduk
diluar Kota Bitung bahkan Sulawesi Utara.
Kebutuhan akan listrik baik untuk tenaga penerangan maupun
usaha di Kota Bitung dipenuhi oleh PT. PLN dengan memanfaatkan
generator, diesel atau PLTD. Perkembangan daya terpadang PLN dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2004,
daya terserap di Kota Bitung mencapai 39.143 KVA.
Produksi
air
minum
untuk
kebutuhan
masyarakat
maupun
kebutuhan kapal-kapal di Pelabuhan Samudera Bitung berasal dari
tujuh sumber dengan kapasitas terpasang berturut-turut Danowudu I
120 L/dt, Danowudu II dan Air Hujan masing-masing 20 L/dt, Kumersot
Idan II masing-masing 40 L/dt, Tendeki 10 L/dt dan sungai Girian (IPA)
100 L/dt. Sebagai kebutuhan utama produksi air bersih seharusnya
terus
ditingkatkan
menyesuaikan
dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk. Produksi air bersih selama tahun 2004 meningkat 16,79 %
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
14
yakni dari 2.384.420 m3 pada tahun 2003 menjadi 2.784.788 m3.
Dengan produksi sebesar itu berartia rata-rata penyaluran air bersih
perkapita
tahun
2004
sebesar
40,00
m3
perkapita.
Intensitas
penyaluran air masih dapat dilakukan terutama dengan melibatkan
sektor swasta untuk berinvestasi pada sektor ini.
Di Kota Bitung mempunyai hutan lindung, hutan wisata, suaka
alam dan taman wisata. Luas hutan Kota bItung sebesar 13.757,5 ha
sebagain besar merupakan hutan cagar alam seluas 7.495 ha
(54.48%) dan hutan lindung seluas 4.991 ha (36.28%). Sisanya adalah
taman wisata 1.250 ha (9,08%) dan hutan wisata 21,5 ha (0,16%).
2.5.
PEMERINTAHAN UMUM
Pemerintah Kota Bitung menciptakan sistem pemerintahan yang
tertib hukum dengan berbagai peraturan daerah dan kebijakan instansi
dimana terdapat 21 instansi,
BUMD dan unit
yang terkait
dengan
pelaksanaan kinerja Kota Bitung. Dalam hal menjalankan tugas
pemerintah kota belum sepenuhnya mencapai hasil sebagaimana yang
diinginkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bahwa
meskipun merupakan daerah otonom tapi kewenangan otonomi belum
mencapai
harapan
sebagaimana
mestinya.
Kedua,
kemampuan
aparatur dalam arti profesionalisme dalam menjalankan tugas dan
fungsi belum memadai. Namun begitu tetap dibutuhkan suatu atmosfir
lingkungan pemerintah kota sebagaimana tuntutan terhadap arus
demokrasi dan reformasi disudut hukum dan pemerintahan. Untuk
meningkatkan kinerja pemerintah maka pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan organisasi sesusai tugas dan fungsi dari masingmasing dians/unti, pendekatan fungsional antara atasan dan bawahan,
serta pendekatan efektif danefisiensi kerja, serta dilakukan suatu
penilaian terhadap kinerja instansi dalam bentuk analisis kinerja
instansi pemerintah.
Letak pusat kantor pemerintahan Kota Bitung berada di Kelurahan
Bitung Barat, Kecamatan Bitung Tengah. Kecamatan Bitung Selatan di
Papusungan, Kecamatan Bitung Tengah di Madidir, Kecamatan Bitung
Timur di Winenet I, Kecamatan Bitung Barat di Manembo-nembo Atas
dan Kecamatan Bitung Utara di Danowudu.
Kota Bitung memiliki 60
kelurahan yang merupakan hasil pemekaran dari 44 kelurahan pada
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
15
tahun 2001. Dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Bitung, semua
sudah berstatus swasembada.
Pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, telah
diupayakan diterbitkan Peraturan Daerah tentang Kartu Keluarga dan
Kartu Penduduk, melalui Kantor Catatan Sipil pada tahun 2005 telah
diterbitkan Kutipan Akte Kelahiran sebanyak 574 lembar atau turun
42,02 persen dibanding tahun sebelumnya sebanyak 990 lembar,
sedangkan penerbitan akte kematian mengalami penurunan, dari 533
lembar di tahun sebelumnya menjadi 269 lembar. Akte perkawinan
terbit sebanyak 865 lembar atau naik sebesar 7,85 persen dari tahun
sebelumnya sebanyak 802 lembar. (Bitung Dalam Angka 2006).
Pelaksanaan pembinaan ketertiban dan keamanan di bidang
pemerintahan dan pembangunan dilaksanakan secara terpadu dengan
instansi terkait, diarahkan pada peningkatan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah, maupun undang-undang yang berlaku
seperti penertiban perjudian dan penjualan minuman keras tanpa izin
serta
pemanfaatan
organisasi
pertahanan
sipil
dalam
rangka
pelaksanaan fungsi perlindungan masyarakat.
Dalam rangka pemantapan penyelenggaraan pemerintahan telah
dikeluarkan produk-produk hukum daerah berupa Peraturan Daerah,
Peraturan Walikota, Keputusan Walikota, Instruksi Walikota, Keputusan
DPRD.
Keberhasilan proses pembangunan di Kota Bitung ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain aparatur pemerintah, birokrasi merupakan
tulang
punggung
dalam
menjalankan
roda
pemerintahan,
pembangunan dan program kemasyarakatan. Tugas pokok birokrasi
memberi
pelayanan
yang
optimal
kepada
masyarakat
dan
melaksanakan segala sesuatu yang meningkatkan pelaksanaan tugastugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan
mencapai sasaran yang ditetapkan. Banyaknya permasalahan dalam
melaksanaknan tugas yang mencakup sistim rekruitmen, jenjang karir,
promosi dan mutasi, kejelasan tugas pokok dan fungsi, kualitas sumber
daya manusia, rendahnya kinerja orientasi nilai-nilai prilaku dan
budaya yang tidak menghargai prestasi, kurangnya disiplins dan
lambatnya birokrasi. Semua masalah tersebut membuat birokrasi sulit
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
16
melaksanakan tugas-tugas yang diembannya sehingga reformasi
birokrasi merupakan suatu keharusan, terutama untuk mengembalikan
tugas dan fungsi hakiki birokrasi sebagai organisasi yang profesional,
netral, legal dan moderen. Birokrasi seperti itu diharapkan mampu
memberi pelayanan yang prima bagi masyarakat sekaligus menjadi
motor penggerak kemajuan pembangunan disegala bidang.
Pendayagunaan aparatur pemerintah daerah di Kota Bitung
dalam
lima
tahun
mendatang
diprioritaskan
untuk
mendukung
pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan peran aparatur
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan, meningkatkan kinerja pemerintah daerah, mengurangi
seminimal mungkin praktek-praktek KKN di lingkungan aparatur
pemerintah daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada
masyarakat serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
bukan kepentingan pribadi atau golongan.
RPJM Daerah Kota Bitung 2006-2011
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
17