IDENTIFIKASI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

(1)

commit to user

IDENTIFIKASI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN

DI KABUPATEN TEMANGGUNG

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Wahyu Safitri

H 0307088

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai Penguji Skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah begitu sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga bagi Penulis.

4. Ibu Mei Tri Sundari SP, MSi. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak R. Kunto Adi, SP, MP. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi Penulis.

6. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, beserta stafnya yang telah memberikan bantuan dalam penyediaan data yang Penulis butuhkan.

7. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Temanggung beserta staf yang telah memberi bantuannya selama ini.

8. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Temanggung beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang Penulis butuhkan.

9. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.


(4)

commit to user

10. Bapak Syamsuri dan Mbak Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.

11. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

12. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Much Safi’i dan Ibu Titik Sulastri, terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, nasihat, air mata, cinta dan kasih sayang yang tiada tara sepanjang masa, sehingga Penulis dapat menjadi seseorang yang lebih baik.

13. Adikku tersayang, Nurul Hidayah, terimakasih doa, dukungan, keceriaan, semangat, dan kasih sayang.

14. Sahabat-sahabatku, Eka, Dhevi, Shilviana, Wahyuni, Sinelsa, dan Putri, terimakasih atas persahabatan yang begitu indah serta segala bantuannya selama ini.

15. Teman-temanku mahasiswa Agrobisnis angkatan 2007, seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini. 16. Seluruh pengurus dan anggota HIMASETA FP UNS, terima kasih atas

dukungan, kesempatan, pengalaman luar biasa, dan persahabatan yang telah terjalin.

17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, April 2011


(5)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PENGESAHAN

... ii

KATA PENGANTAR

... iii

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR GAMBAR

... x

DAFTAR LAMPIRAN

... xi

RINGKASAN

... xii

SUMMARY

... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Penelitian Terdahulu ... 6

B. Tinjauan Pustaka ... 7

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 13

D. Asumsi-asumsi ... 20

E. Pembatasan Masalah ... 20

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel... 20

III.METODE PENELITIAN... 23

A. Metode Dasar Penelitian ... 23

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 23

C. Jenis dan Sumber Data... 24

D. Metode Analisis Data... 25

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 31

A. Keadaan Alam... 31


(6)

commit to user

2. Topografi... 31

3. Jenis Tanah... 32

4. Penggunaan Lahan ... 33

5. Keadaan Iklim ... 34

B. Keadaan Penduduk... 35

C. Keadaan Perekonomian... 36

D. Keadaan Sektor Pertanian ... 37

1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 37

2. Sub Sektor Perkebunan ... 39

3. Sub Sektor Kehutanan ... 41

4. Sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya ... 42

5. Sub Sektor Perikanan ... 43

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. Komoditi Pertanian Unggulan Berdasarkan Analisis Data Sekunder... 45

B. Peranan Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung ... 53

1. Analisis Surplus Pendapatan di Kabupaten Temanggung ... 54

2. Analisis Pengganda Pendapatan di Kabupaten Temanggung ... 57

C. Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 59

1. Kuosien Spesialisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 59

2. Kuosien Spesialisasi Wilayah Kecamatan ... 61

3. Kuosien Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan ... 64

4. Kuosien Lokalisasi Wilayah Kecamatan ... 65

D. Analisis Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan... 67

E. Perbandingan Komoditi Pertanian Unggulan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan Hasil Analisis Data Sekunder ... 74

F. Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung Berdasarkan Penyesuaian Antara Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temang- gung dan Hasil Analisis Data Sekunder ... 78

VI.KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80


(7)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA... 82 LAMPIRAN... 84


(8)

commit to user

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen) ... 2 2 Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun

2008 (Persen) ... 2 3 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen) ... 23 4 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung Tahun

2008 ... 33 5 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2004–2008 .... 35 6 Prosentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Mata

Pencaharian di Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 35 7 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008

(Persen) ... 36 8 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Temanggung

Tahun 2004–2008 (Persen) ... 37 9 Jumlah Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 38 10 Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 40 11 Produksi Komoditi Kehutanan di Kabupaten Temanggung

Tahun 2008 ... 41 12 Jumlah Produksi Komoditi Peternakan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 42 13 Jumlah Produksi Komoditi Perikanan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 43 14 Urutan Komoditi Pertanian Unggulan Tiap Kecamatan di

Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Berdasarkan pada


(9)

commit to user

Nomor Judul Halaman 15 Surplus Pendapatan Tiap Kecamatan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 (Rupiah) ... 55 16 Pengganda Pendapatan Tiap Kecamatan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 58 17 Kuosien Spesialisasi Tiap Komoditi Pertanian di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 60 18 Kuosien Spesialisasi Tiap Kecamatan di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 62 19 Kuosien Lokalisasi Tiap Komoditi Pertanian di Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 64 20 Kuosien Lokalisasi Tiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung

Tahun 2008 ... 66 21 Urutan Seleksi Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan Tiap

Kecamatan di Kabupaten Temanggung Berdasarkan Penentuan Komoditi Unggulan Sesuai Besarnya Nilai LQ, Nilai LQ dan KS, serta Komoditi Pertanian Unggulan yang Menjadi Prioritas

Pengembangan ... 68 22 Perbandingan Komoditi Pertanian Unggulan Versi Pemerintah

Daerah Kabupaten Temanggung dan Hasil Analisis Data

Sekunder ... 74 23 Komoditi Pertanian Unggulan Berdasarkan Sub Sektor


(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan

Komoditi Pertanian Unggulan dan Peranannya di Kabupaten

Temanggung ... 17 2 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan

Adanya Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian

Unggulan di Kabupaten Temanggung ... 18 3 Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan

Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten


(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Temanggung Tahun

2008 ... 85 2 Nilai Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Temanggung

Tahun 2008 (Dalam Rupiah)... 90 3 Kuosien Lokasi (LQ) Komoditi Pertanian Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 96 4 Surplus Pendapatan Komoditi Pertanian Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 (Dalam Rupiah) ... 100 5 Pengganda Pendapatan Komoditi Pertanian Unggulan di

Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ... 106 6 Kuosien Spesialisasi (KS) Komoditi Pertanian Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 107 7 Kuosien Lokalisasi (Lo) Komoditi Pertanian Kabupaten

Temanggung Tahun 2008 ... 112 8 Surat ijin penelitian dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Temanggung ... 117 9 Peta Kabupaten Temanggung ... 119


(12)

commit to user

RINGKASAN

Wahyu Safitri, 2011. ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi unggulan, mengetahui peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian wilayah dilihat dari surplus pendapatan serta pengganda pendapatan, mengetahui adanya spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan, dan mengidentifikasi komoditi pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Temanggung.

Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan daerah penelitian secara puposive. Analisis data dengan metode Location Quotient (LQ), Surplus Pendapatan dan Pengganda Pendapatan, Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo). Jenis data yang digunakan adalah data produksi dan harga rata-rata komoditi selama satu tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi pertanian unggulan yang banyak diusahakan di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Temanggung adalah padi, jagung, tembakau, kopi robusta, kayu rimba, domba, ayam buras, dan lele. Surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar Rp 373.471.938.761,62. Pengganda pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar 1,6382. Berdasarkan analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo) diketahui bahwa komoditi domba dan padi merupakan komoditi yang terspesialisasi di Kabupaten Temanggung, dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, terdapat 13 kecamatan yang mengalami pemusatan terhadap komoditi tertentu, sedangkan dari 60 komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung, 36 komoditi memusat di kecamatan tertentu dan 24 komoditi lainnya menyebar di beberapa kecamatan. Berdasarkan analisis prioritas, maka komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Temanggung adalah padi di Kecamatan Bulu, jagung di Kecamatan Bejen, tembakau di Kecamatan Kledung, kopi robusta di Kecamatan Gemawang, kayu rimba di Kecamatan Jumo, ayam buras di Kecamatan Bansari, domba di Kecamatan Tretep, serta lele di Kecamatan Tembarak.


(13)

commit to user

SUMMARY

Wahyu Safitri, 2011. ”Identification of Pre-Eminent Agriculture Commodity in Temanggung Regency” guided by Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi. dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University.

The aim of this research are to identify agriculture commodity which to be the pre-eminent, to know the role of pre-eminent commoditiy in regional economics based on income surplus and income multiplier, to know specialization and localization of pre-eminent agriculture commodity, and to identify the priority of pre-eminent agriculture comodity development in Temanggung Regency.

The basic method that be used in this research is analytic descriptive, with the research is taken purposively. The data analysis is by Location Quotient method (LQ), Income Surplus, Income Multiplier, Specialization Quotient (KS) and Localization Quotient (Lo).The data type are use production data of commodity and the average price data of commodity during one year.

The result of the research indicates that the pre-eminent agriculture commodity which is laboured in most of subdistrict in Temanggung Regency are rice, maize, tobacco, robusta coffee, wooden jungle, sheep, jungle fowl, and freshwater catfish. Income surplus of pre-eminent agriculture commodity in Temanggung Regency is Rp 373.471.938.761,62. Income multiplier of pre-eminent agriculture commodity in Temanggung Regency is Rp 1,6382. Based on Specialization Quotient (KS) and Localization Quotient (Lo) analysis, sheep and rice is known as a specialized commodity in Temanggung Regency, from 20 subdistricts in Temanggung Regency, there are 13 subdistricts has a concentration to certain agricultural commodity, while from 60 pre-eminent agriculture commodities in Temanggung Regency, 36 commodities are concentrated in certain subdistrict and 24 commodities spread in several subdistricts. Based on priority analysis, the pre-eminent agriculture commodity which priority to be developed in Temanggung Regency are rice in Bulu Subdistrict, maize in Bejen Subdistrict, tobacco in Kledung Subdistrict, robusta coffee in Gemawang Subdistrict, wooden jungle in Jumo Subdistrict, jungle fowl in Bansari Subdistrict, sheep in Tretep Subdistrict, and freshwater catfish in Tembarak Subdistrict.

Key words: Commodity, Pre-eminent, Income Surplus, Specialization, and Localization.


(14)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan dan merupakan kegiatan-kegiatan yang berkesinambungan dan bertahap ke tingkat yang lebih maju dan lebih baik. Pembangunan harus dilakukan secara bertahap di segala sektor secara terencana dan terprogram.

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia merupakan upaya berkesinambungan dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan dari pembangunan nasional tersebut tidak akan tercapai tanpa dukungan dan peran serta dari seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam rangka perwujudan tujuan daerah dan tujuan nasional. Jadi keberhasilan pembangunan daerah juga merupakan keberhasilan bagi pembangunan nasional itu sendiri.

Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk dapat melakukan pembenahan dan perbaikan di bidang perencanaan pembangunan wilayah yang disesuaikan dengan potensi wilayahnya sehingga tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Oleh karena itu, setiap wilayah harus mampu mengetahui potensi yang dimiliki oleh wilayahnya masing-masing sekaligus juga mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuat sesuai sasaran dan kebutuhan wilayah yang bersangkutan. Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari wilayah Jawa Tengah dimana sektor perekonomiannya lebih banyak didominasi dan ditunjang oleh sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 1.


(15)

commit to user

Tabel 1. Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008 (Persen)

Tahun Sektor

2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 32,24 32,60 32,00 32,03 30,59

Pertambangan dan Penggalian 1,06 1,09 1,04 1,00 1,02

Industri Pengolahan 20,17 20,11 20,37 20,21 20,28

Listrik dan Air Bersih 0,81 0,85 0,85 0,88 0,91

Bangunan 5,36 5,27 5,32 5,28 5,38

Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan

16,50 16,73 16,97 17,07 17,24

Pengangkutan dan Komunikasi 5,19 5,29 5,34 5,47 5,59

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

4,02 3,94 3,94 3,92 3,96

Jasa-jasa 14,65 14,12 14,17 14,14 15,03

Jumlah 100,00 100,00 100,0 100,00 100,00

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2008

Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian tiap tahun memberikan kontribusi tertinggi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Temanggung diantara sektor yang lain.

Menurut informasi dari BAPPEDA Kabupaten Temanggung (2008), sektor pertanian di Kabupaten Temanggung dihasilkan oleh lima sub sektor pertanian yang ada di Kabupaten Temanggung yaitu dari sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan yang terakhir sub sektor perikanan. Besarnya kontribusi masing-masing sub sektor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2008 (Persen)

Sub Sektor Pertanian Nilai Sub Sektor Pertanian

Tanaman Bahan Makanan 20,68

Perkebunan 4,38

Peternakan 4,65

Kehutanan 0,57

Perikanan 0,31

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2008

Tabel 2 menunjukkan bahwa sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi terbesar dibanding sub sektor yang lain pada tahun 2008 yaitu sebesar 20,68 persen. Kemudian diikuti dengan sub sektor peternakan sebesar 4,65 persen, sub sektor perkebunan sebesar 4,38 persen,


(16)

commit to user

sub sektor kehutanan sebesar 0,57 persen, dan yang terakhir sub sektor perikanan sebesar 0,31 persen. Informasi mengenai besarnya kontribusi masing-masing subsektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Temanggung tersebut, diharapkan dapat membantu dalam menetapkan kebijakan pembangunan di wilayah Kabupaten Temanggung.

Wilayah Kabupaten Temanggung mampu menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian. Dari sekian banyak komoditi yang dihasilkan, Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung telah menentukan komoditi pertanian yang merupakan komoditi unggulan. Namun, ada beberapa cara untuk mengetahui komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu, untuk mengetahui komoditi pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Temanggung maka perlu dilakukan penelitian tentang “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung” agar dengan mengenal potensi sektor pertanian Kabupaten Temanggung ditinjau dari komoditi yang dihasilkan, maka akan diketahui komoditi unggulan di wilayah kabupaten tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berlakunya otonomi daerah, memungkinkan daerah untuk dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Sumber daya alam merupakan modal utama untuk pembangunan daerah. Oleh karena itu, setiap daerah atau kabupaten harus jeli dalam memberdayakan dan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki agar memberikan kemanfaatan maksimal dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Temanggung adalah potensi di sektor pertanian.

Sektor pertanian di Kabupaten Temanggung memiliki peran penting dalam upaya pembangunan daerah Kabupaten Temanggung. Hal ini dapat dibuktikan dari keunggulan sektor pertanian yang mampu menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian, baik berupa tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, peternakan, maupun perikanan. Berbagai macam


(17)

commit to user

komoditi pertanian tersebut tersebar di berbagi wilayah kecamatan di Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Temanggung, komoditi pertanian yang merupakan unggulan menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dari subsektor tanaman bahan makanan yaitu jagung, padi, dan ketela pohon, dari sub sektor perkebunan yaitu tembakau dan kopi robusta, dari sub sektor kehutanan yaitu kayu rimba, dari sub sektor peternakan yaitu sapi potong, domba, dan ayam buras, serta dari sub sektor perikanan yaitu lele dan ikan nila. Namun, dalam menentukan komoditi pertanian unggulan ada berbagai macam cara. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menentukan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu metode Location Quotient (LQ).

Berbagai macam komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung, tidak semua komoditi pertanian yang dihasilkan oleh setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Temanggung memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dapat dijadikan komoditi unggulan. Setiap komoditi pertanian memiliki potensi masing-masing yang akan menentukan layak tidaknya bagi komoditi pertanian tersebut untuk mendapatkan prioritas pengembangan. Komoditi-komoditi pertanian yang nantinya layak mendapatkan prioritas pengembangan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor pertanian menjadi sektor yang memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian wilayah Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Komoditi pertanian apakah yang merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung?

2. Apakah komoditi unggulan mempunyai peranan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Temanggung dilihat dari surplus pendapatan serta pengganda pendapatan yang ditimbulkan?


(18)

commit to user

3. Adakah spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung?

4. Komoditi pertanian apa saja yang diprioritaskan di Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung” ini adalah:

1. Mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung.

2. Mengetahui peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Temanggung dilihat dari surplus pendapatan serta pengganda pendapatan yang ditimbulkan.

3. Mengetahui spesialisasi dan lokalisasi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.

4. Mengidentifikasi komoditi yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Temanggung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung” ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah wawasan ilmu pengetahuan sesuai dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi penentu kebijakan yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan khususnya dalam hal penentuan wilayah pengembangan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.

3. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan referensi untuk permasalahan yang sama.


(19)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Aryani (2005:45) dalam penelitiannya mengenai ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Sragen” dengan menggunakan analisis Location Quatient (LQ) diperoleh hasil bahwa komoditi pertanian unggulan yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Sragen pada tahun 2002 adalah padi sawah, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, cabe, kacang panjang, pepaya, pisang, mangga, jambu biji, kelapa, wijen, kapok randu, sapi potong, kambing, domba, lele dumbo, gurame, dan belut. Masing-masing kecamatan tidak mempunyai spesialisasi komoditi unggulan tertentu karena cenderung memiliki komoditi pertanian yang beragam. Komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah komoditi garut, nanas, dan sapi perah. Kecamatan Sumberlawang mempunyai komoditi pertanian terbesar yaitu 29 komoditi sedangkan Kecamatan Sidoarjo hanya mempunyai 6 komoditi.

Riyani (2006:64-66), dalam penelitiannya mengenai ”Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Karanganyar” dengan menggunakan beberapa analisis, yaitu dengan metode analisis Location Quotient, Kuosien Spesialisasai, dan Kuosien Lokalisasi. Berdasarkan hasil gabungan analisis Location Quotient, Kuosien Spesialisasi, dan Kuosien Lokalisasi diketahui bahwa wilayah yang menjadi basis bagi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Karanganyar adalah Kecamatan Tawangmangu untuk komoditi kentang, cabe rawit, bawang merah, kobis, krisan, bawang putih, wortel, pisang, kuda, jeruk keprok, tomat, nangka, jambu biji, alpukat, salak, mawar, sawi, cabe besar, durian, cengkeh, laos, angsa, dan petai. Sedangkan komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan atau dipertimbangkan untuk dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah kentang. Komoditi kentang mempunyai nilai Kuosien Lokasi yang tinggi dan keunggulan komparatif tertinggi dibandingkan komoditi lainnya.


(20)

commit to user

Penelitian-penelitian di atas digunakan sebagai bahan referensi dari penelitian ini karena topik penelitian yang dikaji sama yaitu mengenai komoditi pertanian unggulan tiap daerah atau kabupaten. Selain itu, metode analisis yang digunakan dalam kedua referensi penelitian tersebut sama dengan metode analisis pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Perbedaanya terletak pada daerah yang diteliti dan kombinasi alat analisis yang digunakan. Metode analisis utamanya sama-sama menggunakan metode Location Quotient (LQ), namun ada yang menggabungkan dengan analisis Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo) dan ada pula yang tidak.

B. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan

Pembangunan haruslah diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan yang absolut (Todaro, 1978: 125-128).

Pembangunan merupakan suatu transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan bentuk susunan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994: 2).

Menurut Michael P. Todaro dalam Abipraja (1993:17), mengemukakan bahwa tujuan pembangunan adalah:

a. Menambah persediaan dan memperluas distribusi barang keperluan hidup pokok seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan perlindungan bagi semua anggota masyarakat.

b. Menaikkan taraf hidup termasuk pendapatan yang lebih tinggi, penyediaan lapangan kerja, pendidikan, dan perhatian yang lebih


(21)

commit to user

banyak pada nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan. Semua ini tidak hanya akan menaikkan kesejahteraan kebendaan saja tetapi akan menimbulkan harga diri dan kebanggan nasional.

c. Memperluas lingkup pilihan ekonomi dan sosial bagi perseorangan dan negara dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan tidak hanya dalam hubungannya dengan orang-orang dan negara-negara lain tetapi juga dengan kebodohan dan penderitaan kemiskinan.

2. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan perekonomian dan taraf kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Abipraja, 1993:1).

Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan penghasilan riil per kapita. Standar hidup tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu, terdapat perpacuan antara perkembangan penghasilan nasional riil (output total) dengan perkembangan penduduk (Irawan &Suparmoko, 2002:75).

Menurut Sumitro Djojohadikusumo dalam Abipraja (1993:2), pembangunan ekonomi adalah usaha menambah peralatan modal dan menambah skills agar satu sama lainnya membawa pendapatan per kapita yang lebih besar dan produktivitas per kapita lebih tinggi.

Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh negara dan tak dapat dicangkokkan dari luar (Jhigan, 2007:41).


(22)

commit to user

3. Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah dapat dibedakan dalam dua pengertian. Pengertian pertama yang merupakan pengertian yang seringkali digunakan, dimaksud untuk menyatakan tentang pembangunan dalam suatu daerah, misalnya daerah Jawa Barat, daerah Sumatera Utara, daerah Sulawesi, dan sebagainya. Disamping itu istilah tersebut dapat diartikan sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayah dan dalam konteks ini istilah yang lebih tepat digunakan adalah pembangunan wilayah. Dalam pengertian kedua strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan struktural dari pembangunan nasional (Sukirno, 1976:5).

Tujuan otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, dan meningkatkan demokratisasi di seluruh strata masyarakat di daerah. Sebagaimana ditegaskan pada UU No. 22/1999 daerah Kabupaten/Kota dianggap lebih dekat dengan rakyat dibanding propinsi. Daerah Kabupaten/Kota dianggap berhak mempunyai lembaga legislatif sendiri dan dengan demikian dapat mengelola daerahnya secara demokratis sesuai aspirasi penduduknya (Mubyarto, 2001:81).

4. Pembangunan Pertanian

Menurut Napitulu dalam Sumodiningrat, et al (2001:21), sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka panjang pembangunan ekonomi maupun untuk pemulihan ekonomi jangka pendek. Karena itu sekarang ini merupakan moment yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran mengenai reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor yang tangguh, dalam jangka pendek mampu menghadapi krisis ekonomi, dan dalam jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan sistem pertanian yang


(23)

commit to user

berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam pemerintahan yang terdesentralisasi.

Program pembangunan pertanian diletakkan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Sehingga apa yang distrategikan dalam pembangunan nasional harus tercermin dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Kegagalan pembangunan nasional, terutama dalam bentuk krisis multidimensi, sedikit banyak akan membawa imbas yang besar terhadap pembangunan pertanian dan pedesaan (Pranadji, 2003:152).

Pembangunan sektor pertanian harus dilakukan dari dua arah, yakni dari peningkatan usahatani kecil dan dari pembangunan daerah pedesaannya. Dari kegiatan peningkatan usahatani kecil, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah memperkenalkan teknologi pertanian baru dan inovasi. Cara lain untuk meningkatkan usahatani kecil adalah dengan memperbaiki kebijakan pemerintah dibidang pertanian (Tarmidi, 1992:100-101).

5. Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal : (Jhingan, 2007: 362)

a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat.

b. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus.

c. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah d. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan

Konsekuensi bagi negeri yang tergolong agraris, sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Begitu pun dengan Indonesia. Sebagai salah satu negara yang sedang membangun, dimana 60% penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian, maka wajar kalau dalam beberapa pelita, sektor pertanian selalu didudukkan pada prioritas yang utama. Peranan sektor pertanian, disamping tercatat sebagai


(24)

commit to user

devisa yang cukup besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduknya (Sastraatmadja, 1989:35).

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam jangka panjang pembangunan ekonomi maupun dan lebih-lebih untuk pemuliaan ekonomi jangka pendek. Karena itu sekarang ini merupakan momen yang tepat untuk menggali pemikiran-pemikiran mengenai reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian tersebut diarahkan agar pertanian menjadi sektor yang tangguh, dalam jangka pendek mampu menghadapi krisis ekonomi, dan dalam jangka panjang mampu menghadapi globalisasi dengan system pertanian yang berkelanjutan, dalam sistem ekonomi yang demokratis dan dalam pemerintahan yang terdesentralisasi (Sumodiningrat, et al, 2001:21). 6. Teori Location Quotient (LQ)

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya (Hendayana, 2003:2-3).

LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (kabupaten atau kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Location Quotient (LQ) dapat untuk mengukur suatu sektor menjadi basis. Teknik ini dapat membantu untuk


(25)

commit to user

menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self suffience per sektor atau dengan kata lain alat analisis ini dipakai untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan (industri) sejenis dalam perekonomian regional atau nasional (Bappenas, 2003:36-37).

Kelebihan metode LQ (Location Quotient) dalam mengidentifikasi komoditi unggulan antara lain penerapannya sederhana, mudah, dan tidak memerlukan pengolahan data yang rumit. Metode LQ selain memiliki kelebihan juga memiliki keterbatasan yaitu dalam sistem analisis data, metode ini memerlukan akurasi data atau dalam arti validitas data sangat diperlukan (Hendayana, 2003:4).

Aplikasi LQ menuju perolehan komoditas unggulan yang didasarkan pada aspek luas areal panen didefinisikan bahwa LQ adalah rasio antara pangsa relatif (share) luas areal panen komoditas i pada tingkat wilayah terhadap total luas areal panen subsektor wilayah dengan pangsa relatif luas areal panen komoditas i pada tingkat nasional terhadap total luas araeal panen subsektor nasional. Secara matematis formula LQ dituliskan sebagai berikut : (Hendayana, 2003:8)

Keterangan:

LQ = Location Quotient

Pi = Luas areal panen komoditas i pada tingkat wilayah.

pt = Total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat wilayah. Pi = Luas areal panen komoditas i pada tingkat nasional.

Pt = Total luas areal panen subsektor komoditas i pada tingkat nasional. Hasil perhitungan LQ menghasilkan 3 kriteria yaitu:

LQ > 1 : Komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas ini, hasilnya tidak saja dapat

t i

t i

P P

p p LQi

/ /


(26)

commit to user

memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.

LQ = 1 : Komoditas itu tergolong non basis. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

LQ < 1 : Komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Penerapan otonomi daerah memungkinkan pemerintah suatu daerah untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya masing-masing, sesuai dengan potensi yang dimiliki daerahnya. Upaya pembangunan daerah Kabupaten Temanggung dapat dilakukan dengan mengenali secara baik potensi daerah tersebut, menggalang kemampuan untuk menggali, mengoptimalkan dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki daerah dalam ruang lingkup pemerintahannya. Salah satu bentuk kebijakan sebagai dasar pembangunan daerah yaitu diberlakukannya UU RI No. 32 tahun 2004 yang mengatur tentang otonomi daerah dan UU RI No. 33 tahun 2004 yang mengatur tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah maka sudah jelas bahwa pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan menurut asas otonomi dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia maka pemerintah daerah harus mengambil kebijakan strategis yang tepat dalam pembangunan daerahnya.

Konsep perencanaan pembangunan suatu wilayah harus mampu mengoptimalkan potensi-potensi sektor perekonomian serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah Kabupaten/Kota. Kabupaten Temanggung sebagai wilayah yang memiliki potensi di sektor pertanian perlu menggali dan mengembangkan potensi pertanian di wilayahnya dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan


(27)

commit to user

wilayah. Potensi pertanian yang dimiliki suatu wilayah kabupaten tidak terlepas oleh adanya potensi di tingkat wilayah yang mempunyai lingkup yang lebih kecil atau kecamatan.

Keberadaan wilayah suatu kabupaten pada hakekatnya tersusun dari wilayah kecamatan-kecamatan. Dalam hal ini, kecamatan menjadi sentral perencanaan pembangunan yang utuh sehingga perencanaan di tingkat kabupaten dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Kabupaten Temanggung secara administratif terbagi menjadi 20 kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki sumber daya alam dan kondisi alam yang berbeda. Masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sektor pertanian dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan perekonomian masyarakat.

Pengambilan kebijakan pembangunan di Kabupaten Temanggung dapat dilakukan dengan mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi unggulan. Jika mengacu pada teori basis ekonomi, maka seluruh kegiatan sektor pertanian dapat diklasifikasikan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis pertanian menghasilkan komoditi pertanian unggulan dan kegiatan non basis menghasilkan komoditi pertanian bukan unggulan. Komoditi pertanian unggulan tersebut dapat diketahui melalui teori ekonomi basis, yang dapat dilakukan dengan metode langsung ataupun metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan survei langsung terhadap obyek yang diteliti sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan metode kombinasi, metode pendekatan asumsi, metode kebutuhan minimum, dan metode Location Quotient.

Pengidentifikasian komoditi pertanian unggulan masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung digunakan pendekatan Location Quotient (LQ), yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Temanggung. Kriteria komoditi pertanian yang menjadi unggulan adalah komoditi yang mempunyai nilai LQ > 1, artinya


(28)

commit to user

produksi komoditi pertanian tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditi pertanian dengan nilai LQ = 1 menunjukkan komoditi tersebut komoditi bukan unggulan, artinya produksi komoditi pertanian tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain. Sedangkan komoditi pertanian dengan nilai LQ < 1 menunjukkan komoditi tersebut termasuk komoditi bukan unggulan, artinya produksi komoditi pertanian tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari wilayah lain. Untuk mengetahui peranan komoditi pertanian unggulan tersebut terhadap perekonomian wilayah digunakan surplus pendapatan dan angka pengganda pendapatan.

Peranan komoditi pertanian unggulan terhadap perekonomian wilayah dapat diketahui dengan menggunakan surplus pendapatan dan angka pengganda pendapatan. Apabila angka surplus pendapatan bernilai positif berarti komoditi pertanian tersebut selain mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, tetapi juga mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang lain. Sebaliknya, apabila angka surplus pendapatan bernilai negatif berarti komoditi pertanian tersebut masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan perlu membeli dari kecamatan yang lain.

Sedangkan untuk mengetahui wilayah basis dari komoditi pertanian tersebut digunakan Kuosien Spesialisasi (KS) dan Kuosien Lokalisasi (Lo). Apabila nilai KS ~ 0 berarti di tingkat kecamatan tidak terdapat spesialisasi komoditi pertanian tertentu atau di tingkat kabupaten tidak terdapat spesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu. Namun, jika nilai KS ~ 1 atau KS ³ 1 berarti di tingkat kecamatan terdapat spesialisasi terhadap komoditi pertanian atau di tingkat kabupaten terdapat spesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu. Apabila nilai Lo ~ 0 berarti di tingkat kecamatan tidak terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu atau di tingkat kabupaten tidak terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi pertanian yang ada tersebar di beberapa


(29)

commit to user

wilayah di Kabupaten Temanggung. Jika nilai Lo ~ 1 berarti di tingkat kecamatan terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu atau di tingkat kabupaten terdapat pemusatan terhadap komoditi pertanian tertentu.

Berdasarkan hasil analisis gabungan tersebut, maka dapat ditentukan komoditi pertanian unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan atau diproduksi di kecamatan tertentu di Kabupaten Temanggung. Caranya dengan melihat nilai LQ terbesar dan nilai KS yang tertinggi. Skema kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(30)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Komoditi Pertanian Unggulan dan Peranannya di Kabupaten Temanggung

Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Pembangunan Wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung

Metode Pengukuran Tidak Langsung

Metode Pengukuran Langsung

Metode Kombinasi Metode Kebutuhan Minimum

Metode Pendekatan Asumsi

Metode Location Quotient Identifikasi Komoditi Unggulan LQ > 1 Komoditi unggulan LQ < 1 Komoditi bukan unggulan LQ = 1 Komoditi bukan unggulan

Peranan Komoditi Unggulan

Keterangan :

________: Metode yang digunakan dalam penelitian

---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian

Perekonomian

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian

Komoditi Pertanian

Teori Ekonomi Basis - Surplus pendapatan - Pengganda pendapatan


(31)

commit to user

Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Adanya Spesialisasi dan Lokalisasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung

Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Pembangunan Wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung

Teori Ekonomi Basis

Metode Pengukuran Langsung Metode Pengukuran

Tidak Langsung

Metode Kombinasi Metode Kebutuhan Minimum

Metode Pendekatan Asumsi Metode Location Quotient

*KS~1 atau KS≥1, Lo~1 → Komoditi pertanian i merupakan komoditi pertanian yang terspesialisasi di kecamatan i dan keberadaannya memusat di suatu wilayah kecamatan

*KS~0, Lo~0 → Komoditi pertanian i merupakan komoditi pertanian yang tidak terspesialisasi di kecamatan i dan keberadaannya menyebar di wilayah kecamatan Kuosien Spesialisasi Kuosien Lokalisasi

Keterangan :

________: Metode yang digunakan dalam penelitian

---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian

Perekonomian

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian

Komoditi Pertanian


(32)

commit to user

Gambar 3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Untuk Menentukan Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung

Otonomi Daerah

Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Temanggung

Pembangunan Wilayah Kecamatan Kabupaten Temanggung

Teori Ekonomi Basis

Metode Pengukuran Langsung Metode Pengukuran

Tidak Langsung

Metode Kombinasi Metode Kebutuhan Minimum

Metode Pendekatan Asumsi Metode Location Quotient

Kuosien Spesialisasi Kuosien Lokalisasi

Prioritas Komoditi Pertanian Unggulan

v Nilai LQ Terbesar

v Nilai Kuosien

Spesialisasi (KS) Tertinggi

Keterangan :

________: Metode yang digunakan dalam penelitian

---: Metode yang tidak digunakan dalam penelitian

Perekonomian

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian


(33)

commit to user

D. Asumsi-asumsi

1. Setiap perekonomian kecamatan, kebutuhan barang atau komoditi pertanian akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi sendiri dan kekurangannya akan dibeli dari wilayah lain.

2. Terdapat pola permintaan yang sama antara kecamatan dengan kabupaten. E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini memusatkan pada analisis data nilai produksi komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung dan nilai produksi komoditi pertanian di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung.

2. Harga komoditi pertanian yang digunakan adalah harga rata-rata satu tahun komoditi pertanian yaitu tahun 2008, pada tingkat produsen di Kabupaten Temanggung.

3. Komoditi pertanian yang diteliti adalah komoditi pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Temanggung selama periode penelitian, yang datanya tersedia, dipublikasikan, dan kontinuitasnya terjaga.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Identifikasi adalah penentuan dan atau penetapan identitas komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung.

2. Komoditi adalah produk yang dihasilkan oleh suatu usaha atau kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di Kabupaten Temanggung.

3. Komoditi pertanian adalah komoditi yang dihasilkan oleh suatu kegiatan di sektor pertanian. Dalam penelitian ini, komoditi pertanian meliputi komoditi pada lima sub sektor pertanian yaitu komoditi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan di Kabupaten Temanggung.

4. Komoditi pertanian unggulan adalah komoditi pertanian yang mampu memenuhi kebutuhan di kecamatannya sendiri serta dapat diekspor ke


(34)

commit to user

kecamatan lain, yang menurut analisis Location Quotient ditunjukkan dengan nilai LQ > 1.

5. Komoditi pertanian bukan unggulan adalah komoditi pertanian yang hanya mampu memenuhi kebutuhan di kecamatannya sendiri dan tidak dapat diekspor ke kecamatan lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ = 1. Atau dapat juga berarti komoditi pertanian yang tidak mampu memenuhi kebutuhan di kecamatannya sendiri dan perlu beli (impor) dari kecamatan lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ < 1 di Kabupaten Temanggung. 6. Nilai produksi/output komoditi pertanian adalah hasil balas jasa dari suatu

komoditi pertanian yang diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi suatu komoditi pertanian dalam satu tahun dengan harga rata-rata komoditi pertanian di tingkat produsen dalam satu tahun di Kabupaten Temanggung yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

7. Pola permintaan adalah besarnya tingkat kebutuhan suatu wilayah terhadap suatu komoditi pertanian tertentu dalam upaya pemenuhan kebutuhan wilayah tersebut.

8. Ekspor adalah menjual komoditi pertanian ke kecamatan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Temanggung.

9. Keunggulan kompetitif merupakan kemampuan daya saing dari komoditi pertanian yang diunggulkan secara ekonomis.

10. Spesialisasi adalah keunggulan kompetitif komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung yang diukur dengan menggunakan Kousien Spesialisasi (KS). Apabila nilai KS ~ 1 atau KS ≥ 1 berarti Kabupaten Temanggung terspesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu dan apabila nilai KS ~ 0 berarti tidak ada kegiatan spesialisasi terhadap komoditi pertanian di Kabupaten Temanggung.

11. Lokalisasi adalah tingkat penyebaran dan pemusatan komoditi pertanian pada setiap kecamatan di Kabupaten Temanggung yang diukur dengan menggunakan Kuosien Lokalisasi (Lo). Apabila nilai Lo ~ 1 berarti komoditi pertanian memusat di suatu kecamatan di Kabupaten Temanggung dan bila Lo ~ 0 berarti tidak terdapat pemusatan komoditi


(35)

commit to user

pertanian di kecamatan atau dalam arti komoditi pertanian tersebut menyebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Temanggung.


(36)

(37)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Menurut Surakhmad (1994), ciri dari metode deskriptif analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis.

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Pada penelitian ini, pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Temanggung, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Temanggung. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian pada tahun 2008 memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 30,59 persen terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Temanggung. 2. Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermatapencaharian di

sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Temanggung Tahun 2004, 2005, 2006, dan 2008 (Persen)

Tahun Sektor

2004 2005 2006 2008

Pertanian 67,54 61,40 54,89 53,65

Perdagangan 12,55 14,70 15,48 8,97

Industri 5,56 7,80 20,01 5,61

Jasa 6,33 7,50 8,90 5,09

Lainnya 8,02 8,60 10,72 46,86

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00


(38)

commit to user

Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Temanggung paling banyak bermatapencaharian di sektor pertanian. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri. Meskipun proporsi penduduk yang bermatapencaharian di sektor pertanian semakin menurun dari tahun ke tahun, namun proporsinya tetap paling tinggi diantara sektor-sektor yang lain. Menurunnya tenaga kerja di sektor pertanian dari tahun ke tahun disebabkan jumlah penduduk usia muda di Kabupaten Temanggung yang tertarik untuk bekerja di sektor pertanian semakin berkurang. Sebagian besar penduduk usia muda lebih tertarik untuk bekerja di luar sektor pertanian karena dianggap lebih menjanjikan terutama dari segi pendapatan.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Data ini diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Wirartha, 2006:106).

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Temanggung, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Temanggung, Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Temanggung.

Data sekunder tersebut berupa data produksi komoditi pertanian Kabupaten Temanggung tahun 2008, data produksi komoditi pertanian tiap kecamatan di Kabupaten Temanggung tahun 2008, data harga rata-rata komoditi pertanian Kabupaten Temanggung tahun 2008, Kabupaten Temanggung Dalam Angka 2009, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2004-2008, dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Temanggung Tahun 2009.


(39)

commit to user

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan narasumber. Wawancara dilakukan kepada dinas terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung. Wawancara yang dilakukan terkait dengan penentuan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung menurut versi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Komoditi Pertanian Unggulan

Penentuan komoditi pertanian unggulan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dari data sekunder dan penyesuaian dengan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung terkait penentuan komoditi pertanian unggulan di wilayah tersebut.

Pada penelitian ini, untuk menentukan komoditi pertanian unggulan atau bukan unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Besarnya nilai LQ diperoleh dari persamaan berikut :

Keterangan :

LQ : Indeks Location Quotient komoditi pertanian di kecamatan i Kabupaten Temanggung

ki : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Temanggung

kt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Temanggung

Ki : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat Kabupaten

Temanggung

t i

t i

K K

k k LQ

/ /


(40)

commit to user

Kt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat Kabupaten Temanggung

Kemudian besarnya nilai LQ yang diperoleh, diklasifikasikan berdasarkan indikator sebagai berikut:

· LQ>1, artinya komoditi pertanian tersebut termasuk komoditi unggulan. Produksi komoditi pertanian tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain.

· LQ=1, artinya komoditi tersebut termasuk komoditi bukan unggulan. Produksi komoditi pertanian tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain.

· LQ<1, artinya komoditi pertanian tersebut termasuk komoditi bukan unggulan. Produksi komoditi pertanian tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari luar wilayah. (Diadopsi dari Hendayana, 2003).

Setelah diperoleh komoditi pertanian unggulan berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dari data sekunder, kemudian disesuaikan dengan hasil penentuan komoditi pertanian unggulan menurut Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung. Komoditi hasil penyesuaian kedua hal tersebut merupakan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.

2. Peran Komoditi Pertanian

Pada penelitian ini, peran komoditi pertanian terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Temanggung dapat diketahui dengan melihat surplus pendapatan yang diberikan dan efek pengganda yang ditimbulkan. Besarnya surplus pendapatan tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan berikut :


(41)

commit to user

Keterangan :

SP : Surplus pendapatan

Si : Nilai Produksi komoditi pertanian i di tingkat kecamatan di Kabupaten Temanggung

S : Nilai produksi total komoditi pertanian tingkat kecamatan di Kabupaten Temanggung

Ni : Nilai produksi komoditi pertanian i di tingkat Kabupaten Temanggung

N : Nilai produksi total komoditi pertanian di tingkat Kabupaten Temanggung

Apabila besarnya surplus pendapatan yang diperoleh bernilai positif berarti komoditi pertanian tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan wilayah yang bersangkutan juga dapat memenuhi kebutuhan wilayah lain. Namun, sebaliknya jika besarnya surplus pendapatan yang diperoleh bernilai negatif berarti komoditi pertanian tersebut masih kurang dalam memenuhi kebutuhan wilayah yang bersangkutan dan perlu dibeli dari wilayah lain untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang bersangkutan terhadap komoditi pertanian tersebut.

Untuk besarnya pengganda pendapatan yang ditimbulkan dapat diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan berikut :

Sedangkan besarnya perubahan pendapatan di suatu wilayah dapat diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan berikut:

D Y = M x DYB Keterangan :

D Y : Perubahan nilai produksi/output M : Pengganda pendapatan

DYB : Perubahan nilai produksi/output komoditi unggulan (Diadopsi dari Budiharsono, 2001:31-32).

Nilai produksi /output total komoditi pertanian Pengganda Pendapatan =


(42)

commit to user

3. Analisis Wilayah Basis Komoditi Pertanian Unggulan

Pada penelitian ini, untuk mengetahui wilayah basis dari komoditi pertanian unggulan yaitu dengan menggunakan pendekatan tingkat spesialisasi wilayah terhadap kegiatan pertanian dan tingkat penyebaran dari komoditi pertanian yang terdapat di Kabupaten Temanggung.

a. Kuosien Spesialisasi

Pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah di suatu wilayah terdapat spesialisasi terhadap komoditi pertanian tertentu atau tidak yaitu dengan melihat besarnya nilai Kuosien Spesialisasi (KS) yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

KSi = (wi/wt) – (Wi/Wt)

KS =

å

= n

p

KSip

1

Keterangan :

KSi : Kuosien Spesialisasi terhadap komoditi i

wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Temanggung

wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Temanggung

Wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah Kabupaten

Temanggung

Wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada wilayah Kabupaten

Temanggung

KS : Kuosien Spesialisasi KSip : KSi positif

Berdasarkan hasil perhitungan, apabila nilai KS ~ 0 berarti tidak ada spesialisasi komoditi i pada wilayah tersebut. Namun, apabila nilai KS ~ 1 atau KS ≥ 1 berarti wilayah tersebut terspesialisasi terhadap komoditi i (Djojodipuro, 1992 cit Aryani, 2005).


(43)

commit to user

b. Kuosien Lokalisasi

Kuosien Lokalisasi digunakan pada penelitian ini, untuk melihat tingkat penyebaran komoditi tertentu di suatu wilayah, yang dapat diketahui dengan melihat besarnya Kuosien Lokalisasi (Lo). Besarnya nilai Kuosien Lokalisasi (Lo) dapat diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus berikut :

Loi = (wi/Wi) – (wt/Wt)

Lo =

å

= n

p

Loip

1

Keterangan :

Loi : Koefisien Lokalisasi komoditi pertanian i

wi : Nilai produksi komoditi pertanian i pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Temanggung

wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada tingkat kecamatan

di Kabupaten Temanggung

Wi : Nilai produksi komoditi pertanian i Kabupaten Temanggung

Wt : Nilai produksi total komoditi pertanian pada wilayah Kabupaten Temanggung

Lo : Kuosien Lokalisasi Loi p : Lo i positif

Apabila nilai Lo ~ 0 berarti komoditi pertanian tersebut menyebar di beberapa wilayah. Namun, jika nilai Lo ~ 1 atau Lo ≥ 1 maka komoditi pertanian memusat di suatu wilayah (Djojodipuro, 1992 cit Aryani, 2005).

4. Penentuan Prioritas Komoditi Pertanian

Pada penelitian ini, untuk mengetahui prioritas komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung dilakukan melalui tahap seleksi yaitu dimulai dari komoditi pertanian unggulan yang ditentukan berdasarkan besarnya nilai LQ hasil analisis data sekunder, kemudian diseleksi kembali dengan menyesuaikan urutan nilai KS dari masing-masing komoditi pertanian unggulan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga diperoleh


(44)

commit to user

komoditi pertanian unggulan yang memiliki nilai LQ yang relatif besar dan juga nilai KS yang relatif tinggi di kecamatan tertentu. Langkah selanjutnya menyesuaikan komoditi yang diperoleh dari hasil analisis penggabungan antara nilai LQ yang relatif besar dan KS yang relatif tinggi tersebut dengan komoditi pertanian unggulan yang telah ditetapkan berdasarkan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung. Semakin besar nilai LQ suatu komoditi maka semakin besar pula potensi keunggulan komoditi tersebut. Demikian juga jika nilai KS suatu komoditi semakin tinggi maka semakin tinggi pula keunggulan kompetitif komoditi tersebut untuk diproduksi di kecamatan tersebut.


(45)

commit to user

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu wilayah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 870,65 km2. Kabupaten Temanggung secara geografis terletak diantara 7º14’ LS - 7º32’ LS dan 110º23’ BT - 110º46’ BT. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang Sebelah Selatan : Kabupaten Magelang

Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo

Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang Kabupaten Temanggung secara administratif dibagi menjadi 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa/kelurahan. Kecamatan Kandangan merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 78,36 km2 atau sekitar 9,00% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Temanggung. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Selopampang dengan luas wilayah sekitar 17,29 km2 atau sekitar 1,99% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kabupaten Temanggung (BPS Kabupaten Temanggung, 2009).

2. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung berada pada ketinggian antara 500 - 1.450 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan wilayah Kabupaten Temanggung yang berada di atas ketinggian tersebut merupakan pegunungan yaitu pada lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Ketinggian wilayah Kabupaten Temanggung terbagi ke dalam 5 kelas yaitu 400 – 500 m dpl, 500 – 750 m dpl, 750 – 1000 m dpl, 1000 – 1500 m dpl, dan 1500 – 3000 m dpl.

Lahan di Kabupaten Temanggung memiliki tingkat kemiringan yang yang dibedakan menjadi 4 kelas yaitu 1,17% diantaranya merupakan


(46)

commit to user

daerah datar dengan kemiringan 0% - 2%, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan 2% - 15% sebesar 39,31% merupakan daerah bergelombang, kemudian 37,88% diantaranya merupakan daerah curam dengan tingkat kemiringan antara 15% - 40%, dan sisanya sebesar 21,64% dengan tingkat kemiringan lebih dari 40% merupakan daerah sangat curam.

Keanekaragaman kondisi topografi yang ada tersebut merupakan potensi bagi Kabupaten Temanggung untuk budidaya berbagai jenis tanaman sesuai dengan ketinggian tanah.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Temanggung beragam dan sebarannya adalah sebagai berikut:

a. Tanah Latosol Coklat seluas 26.563,47 hektar atau sebesar 32,13% dari keseluruhan luas tanah di Kabupaten Temanggung, membentang di tengah-tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara.

b. Tanah Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 hektar atau sebesar 9,53% dari kesekuruhan luas tanah di Kabupaten Temanggung, membentang di bagian timur ke tenggara.

c. Tanah Latosol Merah Kekuningan seluas 29.209,08 hektar atau sebesar 35,33% dari kesekuruhan luas tanah di Kabupaten Temanggung, membentang di bagian timur dan barat.

d. Tanah Regosol seluas 16.873,97 hektar atau sebesar 20,14% dari kesekuruhan luas tanah di Kabupaten Temanggung, membentang sebagian di sekitar Sungai Progo dan lereng-lereng terjal.

e. Tanah Andosol seluas 2.149,55 hektar atau sebesar 2,60% dari kesekuruhan luas tanah di Kabupaten Temanggung, membentang di aluvial antar bukit.

Keanekaragaman jenis tanah yang ada di Kabupaten Temanggung akan berpengaruh juga pada keanekaragaman komoditi yang dihasilkan.


(47)

commit to user

Hal ini terkait dengan karakteristik suatu komoditi yang hanya dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu.

4. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung relatif beragam seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung Tahun 2008

No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)

1. Lahan Sawah

a. Irigasi teknis

b. Irigasi setengah teknis c. Irigasi sederhana PU d. Irigasi sederhana non PU e. Tadah hujan

20.634 4.641 8.538 2.989 3.525 941

2. Lahan Bukan Sawah

f. Bangunan/pekarangan g. Tegal/Huma

h. Kolam/empang i. Hutan negara/rakyat j. Perkebunan negara/swasta k. Lainnya 66.431 9.274 28.093 31 16.117 10.816 2.100 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2009

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Temanggung dibagi menjadi dua yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Temanggung adalah 20.634 hektar. Lahan sawah tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis lahan sawah sesuai dengan jenis pengairannya, yaitu tediri dari sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana PU (lahan sawah dengan sistem irigasi dimana sebagian jaringan pengairannya atau bendungannya dibangun oleh PU/Pekerjaan Umum), sawah irigasi sederhana non PU (lahan sawah yang mendapatkan irigasi dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi desa), dan sawah tadah hujan.

Sawah irigasi setengah teknis merupakan jenis lahan sawah yang memiliki luasan terbesar dibandingkan dengan yang lain yaitu seluas 8.538 hektar. Hal tersebut didukung oleh daerah Kabupaten Temanggung yang memiliki cukup sumber air dan kadar curah hujan yang relatif tinggi


(48)

commit to user

sehingga sebagian besar irigasi sawah di daerah tersebut berasal dari sumber mata air yang ada di daerah tersebut dan sebagian lagi berasal dari air hujan.

Selain berupa lahan sawah, di wilayah Kabupaten Temanggung juga terdapat lahan bukan sawah yang terdiri dari bangunan/pekarangan, tegal/huma, kolam/empang, hutan negara/rakyat, perkebunan negara/swasta, dan lainnya. Pemanfaatan lahan bukan sawah di Kabupaten Temanggung seluas 66.431 hektar. Luas lahan bukan sawah ini lebih besar dibandingkan dengan luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan data luas lahan bukan sawah yang ada, pemanfaatan lahan untuk tegalan di Kabupaten Temanggung memiliki luasan terbesar. Hal ini dikarenakan sebagian besar lahan bukan sawah yang ada di wilayah ini berupa lahan kering sehingga kegiatan pertanian yang ada juga dilakukan pada tanah tegalan (lahan kering).

5. Keadaan Iklim

Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April sampai dengan September, sedangkan musim penghujan terjadi antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, dengan curah hujan pada umumnya tinggi. Pada tahun 2007 curah hujan di Kabupaten Temanggung berkisar antara 1000 - 3100 mm per tahun. Curah hujan pada dataran rendah relatif lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi.

Wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dengan udara pegunungan dengan kisaran suhu antara 20ºC - 30ºC. Daerah di Kabupaten Temanggung yang berhawa dingin yaitu Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, dan Kecamatan Candiroto. Kecamatan Tretep dan Kecamatan Bulu berada di lereng Gunung Sumbing, sedangkan Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, dan Kecamatan Candiroto berada di lereng Gunung Sindoro.


(49)

commit to user

B. Keadaan Penduduk

Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Temanggung adalah 716.295 jiwa dengan luas wilayah 870,65 km2 sehingga kepadatan penduduk di Kabupaten Temanggung sebesar 823 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Temanggung dari tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2004 683.540

2005 693.343

2006 703.346

2007 709.343

2008 716.295

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2009

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa secara umum, jumlah penduduk Kabupaten Temanggung setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah penduduk tahun 2008 lebih besar apabila dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2004 tercatat 683.540 jiwa, tahun 2005 tercatat 693.343 jiwa, tahun 2006 tercatat 703.346 jiwa, dan tahun 2007 tercatat 709.343 jiwa.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bekerja di sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Prosentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Temanggung Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Pertanian 249.749

2. Industri 30.449

3. Bangunan 13.793

4. Perdagangan 51.415

5. Pengangkutan 10.271

6. Jasa 43.271

7. Lain-lain 8.099

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2009

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sektor pertanian sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang merupakan salah satu masalah


(50)

commit to user

yang dihadapi oleh suatu daerah yang sedang melaksanakan pembangunan di era otonomi daerah, termasuk dalam hal ini adalah Kabupaten Temanggung. Sektor perdagangan menempati urutan kedua dalam penyerapan tenaga kerja, yang kemudian diikuti oleh sektor jasa, industri, bangunan, pengangkutan, dan lain-lain.

C. Keadaan Perekonomian

Tingkat perkembangan makro ekonomi Kabupaten Temanggung dapat dilihat dari indikator-indikator makro ekonomi. Salah satu indikator makro ekonomi yang biasa digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan adalah PDRB (Produk Domestok Regional Bruto). Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2004 - 2008 (Persen)

Tahun PDRB ADHK Tahun 2000 (Nilai Juta Rupiah) Pertumbuhan

2004 1.917.584,33 3,92

2005 1.994.172,90 3,99

2006 2.060.140,24 3,31

2007 2.143.221,21 4,03

2008 2.219.155,63 3,54

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2008

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa terjadi pertumbuhan PDRB yang positif di Kabupaten Temanggung dari tahun 2004 hingga tahun 2007. Hal ini menunjukkan terjadi perbaikan keadaan perekonomian di Kabupaten Temanggung sebagai dampak dari adanya keberhasilan pembangunan daerah yang dilaksanakan. Namun, pada tahun 2008 nilai PDRB mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan laju pertumbuhan PDRB di sektor pertanian yang dapat terlihat pada Tabel 8.


(1)

Kabupaten Temanggung adalah komoditi tembakau, kopi robusta, dan kelapa. Perbedaan penentuan komoditi unggulan dari sub sektor perkebunan ini disebabkan oleh adanya perbedaan kriteria yang digunakan untuk menentukan komoditi unggulan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Temanggung.

Menurut keterangan yang tersedia di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, pemilihan komoditi unggulan yang ada tersebut hanya berdasarkan pada kesesuaian kondisi iklim dan tanah di wilayah Kabupaten Temanggung yang cocok bagi pertumbuhan tanaman tembakau dan kopi robusta. Sedangkan dalam penelitian ini digunakan kriteria nilai produksi yang diperoleh dari hasil perkalian antara produksi komoditi pertanian dengan harga komoditi pertanian, kemudian dicari nilai LQ dari komoditi tersebut. Jadi, dalam penelitian ini selain memperhatikan jumlah produksi juga memepertimbangkan harga komoditi tersebut. Perbedaan juga terjadi pada penentuan komoditi unggulan dari sub sektor peternakan. Menurut Pemerintah Kabupaten Temanggung, komoditi unggulan dari sub sektor peternakan di Kabupaten Temanggung adalah komoditi sapi potong, domba, dan ayam buras. Sedangkan menurut hasil analisis data sekunder, komoditi unggulan dari sub sektor peternakan di Kabupaten Temanggung adalah kerbau, domba, kambing, ayam buras, dan entok. Perbedaan ini disebabkan perbedaan kriteria penentuan komoditi unggulan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan penelitian yang dilakukan kali ini. Menurut keterangan yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, penentuan komoditi unggulan tersebut berdasarkan pada jumlah produksi tertinggi tanpa memperhatikan harga dari komoditi ternak tersebut. Tingginya produksi ternak sapi potong di Kabupaten Temanggung ini didukung oleh kondisi agroklimat wilayah tersebut meliputi faktor suhu udara, kelembaban, dan curah hujan wilayah Kabupaten Temanggung yang cocok untuk pengembangan ternak sapi potong. Selain itu, sebagian besar masyarakat di Kabupaten Temanggung sudah sangat akrab dengan budaya ternak sapi potong. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Temanggung juga banyak yang memelihara ternak domba terkait dengan tersedianya lahan


(2)

commit to user

pemeliharaan dan pakan ternak yang memadai. Selain sapi potong dan domba, sebagian besar masyarakat Kabupaten Temanggung juga memelihara ayam buras karena terbukti memberikan kontribusi ekonomi yang relatif tinggi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kriteria nilai produksi yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga komoditi dari sub sektor peternakan tersebut, baru kemudian dicari nilai LQ dari masing-masing komoditi tersebut sehingga wajar jika terjadi perbedaan hasil penentuan komoditi unggulan dari sub sektor peternakan di Kabupaten Temanggung. Sebenarnya jumlah produksi yang tinggi belum tentu memiliki nilai yang tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan yaitu jumlah produksi yang tinggi tetapi harganya rendah sehingga nilai produksinya juga rendah atau jumlah produksinya tinggi tetapi tingkat permintaan terhadap komoditi tersebut juga tinggi sehingga hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam wilayah saja dan tidak mampu melakukan ekspor.

Sub sektor terakhir yang terdapat perbedaan dalam penentuan komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung adalah sub sektor perikanan. Komoditi unggulan dari sub sektor perikanan menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung yaitu komoditi lele dan nila. Sedangkan menurut hasil analisis data sekunder adalah komoditi karper, lele, tawes, dan gabus. Berdasarkan keterangan yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Temanggung, penentuan komoditi unggulan yang ada karena pola pengembangan komodit lele dan nila dinilai lebih mudah pemeliharaannya dan cocok dikembangkan di wilayah Kabupaten Temanggung karena sudah banyak embrio yang terdapat di wilayah tersebut. Selain itu, adanya persepsi bahwa peluang pasar dari komoditi lele dan ikan nila masih luas. Sedangkan penelitian kali ini mempertimbangkan jumlah produksi dan harga komoditi dari sub sektor perikanan untuk menentukan nilai produksi terlebih dahulu, baru kemudian mencari nilai LQ dari masing-masing komoditi yang ada sehingga terjadi perbedaan dalam penentuan komoditi dari sub sektor perikanan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan hasil penelitian.


(3)

Perbedaan penentuan komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung ini dimungkinkan karena adanya pembatasan pada penelitian kali ini dimana terdapat asumsi-asumsi yang sebenarnya berbeda dengan kondisi di lapang. Asumsi tesebut mengenai pola permintaan antara kecamatan dan kabupaten yang dianggap sama padahal sebenarnya berbeda. Sedangkan, Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dalam menentukan komoditi unggulan hanya berdasarkan pada tingkat produksi komoditi terbesar tanpa mempertimbangkan harga komoditi tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dapat memadukan perbedaan penetapan komoditi pertanian unggulan menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung maupun berdasarkan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pembangunan di sektor pertanian di masa mendatang.

F. Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Temanggung Berdasarkan

Penyesuaian Antara Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dan Hasil Analisis Data Sekunder

Komoditi pertanian unggulan Kabupaten Temanggung pada penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil analisis data sekunder dan penentuan komoditi unggulan menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung. Berdasarkan pertimbangan kedua hal tersebut maka komoditi pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Komoditi Pertanian Unggulan Berdasarkan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Temanggung

Sub Sektor Pertanian Komoditi Unggulan

Tanaman Bahan Makanan padi dan jagung

Perkebunan temabakau dan kopi robusta

Kehutanan kayu rimba

Peternakan domba dan ayam buras

Perikanan lele

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, serta Hasil Analisis Data Sekunder, 2008


(4)

commit to user

Tabel 23 menunjukkan bahwa yang menjadi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung dari sub sektor tanaman bahan makanan yaitu padi dan jagung, dari sub sektor perkebunan yaitu tembakau dan kopi robusta, dari sub sektor kehutanan yaitu kayu rimba, dari sub sektor peternakan yaitu domba dan ayam buras, serta dari sub sektor perikanan yaitu lele. Komoditi pertanian tersebut merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Temanggung. Apabila telah diketahui komoditi pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Temanggung maka diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dapat mengoptimalkan peran sektor pertanian dengan tetap mengacu pada potensi wilyah yang dimiliki dan komoditi unggulan yang ada di Kabupaten Temanggung.


(5)

commit to user

80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung berdasarkan sub

sektornya adalah sebagai berikut:

a. Sub sektor tanaman bahan makanan: padi dan jagung. b. Sub sektor perkebunan: tembakau dan kopi robusta. c. Sub sektor kehutanan: kayu rimba.

d. Sub sektor peternakan: domba dan ayam buras.

e. Sub sektor perikanan: lele.

2. Surplus pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar Rp 373.471.938.761,62 dan angka pengganda pendapatan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung sebesar 1,6382.

3. Kegiatan pertanian di Kabupaten Temanggung terspesialisasi untuk

mengembangkan ternak domba dan menanam komoditi padi. Sedangkan dari 60 komoditi pertanian yang ada di Kabupaten Temanggung sebanyak 36 komoditi keberadaannya memusat di suatu kecamatan yaitu kedelai, bawang merah, kacang merah, kayu manis, nilam, semangka, klengkeng, babi, sapi perah, kapulogo, kentang, lada, bawang putih, kapuk, kunyit, kemukus, jambu biji, tebu, kopi arabika, rambutan, kakao, ketela rambat, kubis, pepaya, kacang panjang, jahe, kuda, sawi, durian, cengkeh, aren, cabe, burung puyuh, jati, gabus, dan kopi robusta. Adapun 24 komoditi lainnya menyebar di beberapa kecamatan yaitu tembakau, tawes, karper, kelinci, nila, ketela pohon, kelapa, panili, lele, kerbau, udang, kacang tanah, pisang, ayam ras petelur, rimba, kambing, padi, jagung, sapi potong, ayam buras, itik, domba, entok, dan angsa.

4. Komoditi pertanian unggulan yang dipriotaskan untuk dikembangkan di

Kabupaten Temanggung adalah padi di Kecamatan Bulu, jagung di Kecamatan Bejen, tembakau di Kecamatan Kledung, kopi robusta di Kecamatan


(6)

commit to user

Gemawang, kayu rimba di Kecamatan Jumo, ayam buras di Kecamatan Bansari, domba di Kecamatan Tretep, dan lele di Kecamatan Tembarak.

B. Saran

Perbedaan penentuan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung antara hasil penelitian dan menurut versi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung merupakan bahan pertimbangan yang penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dalam mengambil kebijakan pembangunan sektor pertanian sesuai dengan potensi wilayah yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan dalam menentukan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung, selain mempertimbangkan kondisi iklim dan lahan di wilayah tersebut, juga harus mempertimbangkan jumlah produksi dan harga dari komoditi tersebut. Selebihnya, masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai komponen pertumbuhan yang mempengaruhi komoditi tersebut sehingga komoditi tersebut dapat muncul sebagai komoditi unggulan dan perubahannya di masa mendatang.