Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan di Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL (UN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

  UIN Alaudin Makassar Oleh

MUH. ANDRY AKBAR

  NIM. 10600106049

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2012

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk dengan judul

  

“PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL (UN) MENURUT UNDANG-UNDANG

NO.20 TAHUN 2003 DI KOT A MAKASSAR”, walaupun dengan keterbatasan pengetahuan, waktu, tenaga, biaya dan informasi yang dimiliki penulis.

  Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

  Penyusunan ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Syariah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Makassar. Dalam penulisaini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada : 1.

  Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT., MS. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Makassar beserta seluruh jajarannya.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A Selaku Dewan Kemahasiswaan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar dan seluruh jajaranya dalam pengembangan dan pengertiannya demi kelancaran penyelesaian studi penulis.

  3. Bapak Drs. Hamsir, SH., M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Ibunda Istiqamah, SH., MH. Selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Hukum yang

  4. Ibunda Istiqamah, SH., MH. selaku pembimbing I dan Ibunda Andi Safriani, SH., MH. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.

  5. Para Dosen yang telah membantu memberikan pengetahuan selama studi untuk masa depan penulis.

  6. Bapak kepala sekolah, guru dan staff SMA Negeri 2 Makassar, SMA Kartika WRB I, SMK Negeri 1 Makassar, SMK Prima Mandiri Sejahterah, Madrasah Aliah 2, dan Madrasah Aliah Immim Makassar yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunani.

  7. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang penulis banggakan dan Ibundaku tercinta dan adik-adikku yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

  8. Ucapan terima kasih penulis kepada semua sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan sertaini dapat terselesasikan. Penulis menyadari bahwaini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semogaini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

  Makassar, 22 Agustus 2012

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………….. ii

  HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iii PERSETUJUAN PEMBIMBING

  …………………………………………. iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI

  ……………………………………………………………….. vii ABSTRAK

  …………………………………………………………………. x DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xi

  BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1-16 A.

  Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah …………………… 10 C. Hipotesis …………………………………………………….. 10 D.

  Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan …….. 10 E. Kerangka Pikir ………………………………………………. 12 F. Bagan Kerangka Pikir ……………………………………….. 15 G.

  Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………… 16

BAB II TINJAUAN PUSTAK A ………………………………………… 17-64 A. Efektifitas Hukum 1. Teori Ketaatan …………………………………………… 17 2. Teori Efektifitas Hukum ………………………………… 18 B. Pendidikan Nasional 1. Pengertian Pendidikan ……………………………………. 20 2. Pengertian Ujian Nasional ……………………………….. 21 C. Pelaksanaan Pendidikan Nasional

  D.

  Standar Nasional Pendidikan 1.

  Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan ……………………………………… 39 2. Standarisasi Pendidikan Minimim Nasional ……………... 47 3. Manfaat Standarisasi Nasional Pendidikan ……………… 49 E.

  Kurikulum …………………………………………………….. 50 F. Konsep Dasar Evaluasi …………………………...........……... 56

  BAB III METODE PENELITIAN … ……………………………………. 65-68 A.

  Meode Pendekatan …………………………………………… 65 B. Lokasi Penelitian …………………………………………….. 65 C. Populasi dan Sampel ………………………………………… 66 D.

  Jenis dan Sumber Data .……………………………………… 66 E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 67 F. Analisis Data ...………………………………………………. 67

  BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN …………………………69-99 A.

  Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut UU No. 20 Tahun 2003 di Kota Makassar ……………………………………………. 69 B.

  Faktor-faktor Yang Berpengaruh Dalam Pelaksanaan Ujian Nasional di Kota Makassar ………………………………..... 81

  BAB V PENUTUP ………………………………………………… 100-101 A.

  Kesimpulan ………………………………………………. 100 B. Saran ………………………………………………………... 100

  DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 102

  LAMPIRAN

  • – LAMPIRAN ......................................................................... 105 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

  TABEL 1 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PENILAIAN UJIAN NASIONAL DENGAN KONDISI ATAU DAERAH …….........76

  TABEL 2 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KESIAPAN SEKOLAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL ……………………………………………………...78

  TABEL 3 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG KESULITAN MENYELESAIKAN MATERI SOAL UN ……………………...82

  TABEL 4 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PERBANDINGAN GURU DENGAN JUMLAH SISWA YANG MENGIKUTI UN ………………………………………………………………..85

  TABEL 5 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PROFESIONAL GURU DALAM MENGAJAR ……………..............................................87

  TABEL 6 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG FASILITAS SEKOLAH YANG MENDUKUNG PELAKSANAAN UN ………………...89

  TABEL 7 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG INDIKATOR KELULUSAN SISWA DALAM UN …………………………...93

  TABEL 8 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG STANDAR KELULUSAN UN DENGAN KONDISI SEKOLAH/DAERAH

  …………………………………………...94 TABEL 9 PENDAPAT RESPONDEN TENTANG STANDAR KELULUSAN NASIONAL DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

  …………………………………………………...95

  

ABSTRAK

MUH. ANDRY AKBAR, Nomor induk Mahasiswa : 10600106049, Judul :

“Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan di Kota Makassar”, di bawah

  bimbingan : 1. , M.H., Selaku Pembimbing Satu.

ISTIQAMAH, S.H.

  2. , Selaku Pembimbing Dua.

ANDI SAFRIANI, S.H., M.H.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Tentang Sistem Pendidikan di Kota Makassar Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

  Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar. Dipilihnya lokasi penelitian ini, didasarkan atas pertimbangan bahwa di daerah ini penyelenggaraan pendidikan mengalami perkembangan yang sangat signifikan, jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya baik dari segi sarana pendukungnya dan ketersediaan tenaga kependidikan serta giat dalam meningkatkan pembangunan di segala bidang. Makassar. Sampel ditetapkan secara purposive sampling yaitu dengan menentukan jumlah responden. Penetapan sampel dengan jumlah tertentu ini, didasarkan homogenitas responden yaitu sebagai penyelenggara pendidikan dan peserta didik.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan UN di kota Makassar dalam realitasnya kurang efektif pelaksanaanya sebagai akibat kontradiksi kewenangan dalam melakukan evaluasi terhadap siswa. Penentapan standar nilai UN yang tinggi dan belum disesuaikan dengan kondisi nyata baik sekolah maupun daerah. Dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh faktor materi soal yang di ujikan, kesiapan guru, fasilitas, kelulusan dan standar nilai kelulusan.

  Sebagai rekomendasi dari penelitian ini, kelulusan siswa seharusnya tidak perlu ditetapkan standar secara nasional, akan tetapi sebaiknya menjadi kewenangan dari sekolah dalam menetapkan standar keluluan siswa. Standar mutu pendidikan nasional sebaiknya tidak bertumpu pada perolehan nilai dari UN, tetapi sebaiknya lebih berorientasi pada parameter akreditasi sekolah dengan fokus terhadap aspek kompetensi yaitu afektif, kognitik dan psikomotorik dari siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu amanat para pendiri bangsa (fathers founding) ini, sebagaimana

  yang tertuang dalam Alinea ke IV pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dari tujuan negara tersebut, secara ekspilisit menginginkan pendidikan dilaksanakan dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena pendidikan itu sendiri merupakan usaha agar manusia mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara.

  Fitrah kehidupan manusia adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan-aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, yaitu Allah Swt karena Dia yang paling mengetahui segalanya tentang makhluk ciptaan- Nya.Dalam firman Allah SWT yang menjelaskan tentang pentingnya sebuah

  1

  pendidikan dalam QS.Al-Mujadalah (58) :11

  

           

             

      

  Terjemahannya :Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapanglkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat.

  Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam ayat ini tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka yang berilmu memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari yang sekadar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu. Pentingnya sebuah pendidikan dalam setiap aspek kehidupan juga

  2

  tegaskan oleh Rasulullah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “Tholabul Ilmi Faridlotun ‘Ala Kulli Muslimin Wamuslimatin”. HR. Ibnu Majah, Baihaqi.

  Artinya : (“Menutut Ilmu Wajib atas semua muslim dan muslimah”), HR. Ibnu Majah, Baihaqi.

  Kewajiban menuntut ilmu dalam hadits ini adalah ilmu agama, ilmu yang akan menuntun setiap orang muslim pada kehidupan yang hakiki.Penguasaan terhadap ilmu, pengetahuan-teknologi, aspek-aspek materi (hasil-hasil teknologi) dan kemajuan-kemajuan lainnya merupakan sesuatu yang harus disadari oleh kaum muslimin sebagai kebutuhan dan kewajiban yang harus selalu dilaksanakan dalam menjaga keberlansungan kehidupan (peradaban). Fitrah ini pula yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia pada posisi yang seharusnya yaitu sebagai makhluk yang paling mulia yang diciptakan Allah Swt yang diantaranya dapat tetap terpelihara dengan didukung oleh keberhasilan suatu proses

  3

  pendidikan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs. Az-Zumar (39) :9 :

  

             

            

  2 Terjemahanya : “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

  Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah mengenal adanya Allah. Adapun orang yang berilmu pengetahuan dengan yang tidak, tentu tidak sama derajatnya. Orang berilmu memiliki keutamaan yaitu memiliki derajat yang lebih mulia di hadapan Tuhannya. Karena dengan berbekal kecedasan otak saja tidak cukup kalau tidak ada tuntunan jiwa yaitu berupa iman yang menjadi pelita bagi pengetahuan. Dan kesimpulannya adalah keseimbangan antara akal budi (Albaab)merupakan gabungan antara kecerdasan spiritual dan kecerdsan akal sehingga dapat meninggikan derajat manusia dihadapan Tuhannya.

  Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri kaum muslimin terbesar telah didera berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena kekeliruan dalam menyelenggarakan sistem Pendidikan Nasionalnya.Di dalam Undang undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) mengenai pendidikan ini, diatur secara tersendiri dalam Bab

  XIII, dengan judul pendidikan, yang diatur dalam Pasal 31 khususnya ayat (1) dan

  4

  ayat (3) menetapkan bahwa :

  Ayat (1) : “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Ayat (3) : “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur UU”.

  Sebagai penjabaran lebih lanjut dari amanat tersebut diatas, khususnya

  Pasal 31 ayat (3) UUD 1945, maka diundangkanlah Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disingkat UU

5 Sisdiknas). Dalam penjelasan umum UU Sisdiknas ditegaskan bahwa gerakan

  reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam

  6

  kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan UU Sisdiknas ini, membawa perubahan yang mendasar terhadap sektor pendidikan, karena telah mendorong pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah (school based management) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang berpihak pada otonomi guru serta penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka, sehingga pendidikan menjadi urusan publik atau menjadi urusan masyarakat secara umum dengan mengurangi wewenang pemerintah.Dengan adanya prinsip tersebut tentunya akan mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional. Khususnya pada unsur pengetahuan (kognitif), sikap ( afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

  Namun kebijakan yang diambil oleh pemerintah menyangkut penyelenggaraan pendidikan akhir-akhir ini menuai kontroversi, salah satu contoh aktualnya adalah Ujian Nasional (UN), sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.75 Tahun 2009 Tentang Ujian Nasional SMP/Mts, SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK Tahun Pelajaran 2009/2010

  7

  (selanjutnya disingkat Permen Diknas UN). Yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan untuk memperoleh keterangan serta standar mutu pendidikan secara nasional dalam rangka menjaga akuntabilitas pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.

  Penetapan kebijaksanaan ini, tidak partisipatif dan sangat kontradiktif dengan UU Sisdiknas yang menekankan urgensi pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dalam proses pendidikan dengan mendorong sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat.

  Berbagai kalangan menilai, UN tidak bisa dijadikan parameter untuk menilai kualitas pendidikan siswa yang sebenarnya, apalagi yang dinilai hanya sisi kognitifnya (pengetahuan) saja. Kriteria yang ditetapkan dalam Pasal 20 Permen Diknas mengenai standar kelulusan UN,juga sulit untuk dicapai, karena ada ketimpangan kendali mutu sekolah terhadap kinerja guru yang belum optimal, kurangnya peranan fasilitator terhadap kebutuhan guru maupun siswa dalam melaksanakan programnya sehingga penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi kurang baik. Di satu pihak pemerintah menghendaki mutu pendidikan yang tinggi, tetapi di lain pihak masih terjadi mutu pelayanan yang rendah dalam proses 6 belajar mengajar di sekolah.

  

Lembaran Pertimbangan Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem

  Terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia Abdul Malik Fadjar (Mendiknas Tahun 2001) mengakui kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia. Beliau mengingatkan, pendidikan sangat sangat dipengaruhi oleh kondisi social politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan, sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman. Menanggapi hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Indonesia

  8

  menduduki urutan ke – 12, setingkat dibawah Vietnam.

  Kondisi ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggara pendidikan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun masih ada faktor

  • – faktor lain yang juga mempengaruhinya.

  Bahkan dalam diskusi publik mengenai Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Fajar tanggal 27 Januari 2010 terungkap bahwa sistem pelaksanaan UN yang diselenggarakan selama ini, dinilai belum terjamin kredibilitasnya. Pemerintah diharapkan segera menciptakan metode dan sistem baru yang lebih ideal, agar hasil yang dicapai terjamin murni dan berkualitas.Dalam kaitan ini, tepatlah ungkapan Soedijarto (Kompas Desember dengan sendirinya mengusung kreativitas pembelajaran. Semua materi yang diajarkanoleh guru harus mengacu pada target menjawab Soal

  • – soal Ujian Nasional. Jika demikian halnya, wajar bila muncul semacam gugatan untuk apa pendidikan atau persekolahan diselenggarakan. Untuk mengejar nilai Ujian Nasional atau memerdekakan anak menuju pendewasaan dan kemandirian mereka.

  Demikian pula di kota Makassar problematika UN masih menimbulkan berbagai masalah dalam penerapannya. Parameter standar nasional dalam penentuan kelulusan siswa menyebabkan masih banyak siswa yang gagal dalam menempuh ujian nasional. Hal ini, disebabkan karena pemerintah mengidentikkan penyelanggaraan pendidikan di semua daerah. Pada hal faktanya tidaklah demikian, karena yang sekolah di gunung tentu berbeda dengan yang sekolah di kota-kota besar.

  Pada umumnya pelaksaanaan Ujian Nasional di Kota Makassar sendiri masih menimbulkan beberapa problematik seperti halnya yang terjadi di kota- kota besar lainnya. Beberapa diantaranya yaitu, tidak meratanya kebijakan pemerintah dalam memberikan standar kelulusan nasional bagi sekolah-sekolah, seperti yang kita ketahui perbedaan strata maupun tingkat pendidikan antara sekolah favorit atau unggulan jauh berbeda dengan sekolah-sekolah yang masih memiliki keterbatasan sarana, fasilitas dan tenaga pengajar. Sebagaimana yang terjadi pada Madrasah Aliah Ulul Albab yang berlokasi di Kecamatan seperti ruang kelas bagi siswa, buku-buku mata pelajaran sesuai standar kurikulum yang berlaku, serta tenaga pengajar yang membuat kurangnya kesiapan siswa maupun para guru dalam mengahadapi ujian nasional dan mencapai standar

  9 nilai kelulusan yang telah ditetapkan .

  Kebijakan pemerintah ini juga menimbulkan indikasi negatif seperti munculnya dampak psikologis seperti rasa takut para siswa, guru, orang tua siswa dan pihak sekolah dalam mencapai standar nilai kelulusan. Dari rasa takut itulah lahirlah bentuk tindak pidana baru dalam dunia pendidikan seperti kecurangan dalam ujian dan pembocoran soal ujian yang sebenarnya merupakan salah satu dokumen rahasia milik Negara yang dalam beberapa tahun terakhir ini banyak kita temui khusunya di kota Makassar, Pada tahun 2008, sebanyak 751 siswa dari enam sekolah SMA yang berbeda di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ulang karena terindikasi melakukan tindak kecurangan membocorkan soal Ujian Nasioanal oleh Badan Standar Nasional

10 Pendidikan (BNSP) .

  Berdasarkan uraian di atas, maka tampak bahwa problematika mengenai UN perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam untuk ditelaah pelaksanaanya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional serta megulas, terutama di kota Makassar. Karena itu, penelitian terhadap pelaksanaan UN menjadi penting untuk dikaji sebagai suatu problematika hukum.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

  1. Sejauhmanakah pelaksanaan Ujian Nasional Menurut UU No.20 Tahun 2003 di Kota Makassar.

  2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelaksanaan Ujian Nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 di Kota Makassar.

  C. Hipotesis

  Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah pokok tertentu yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.Adapun hipotesis yang diajukan adalah : 1.

  Pelaksanaan Ujian Nasional yang diterapkan di Kota Makassar kurang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan ujian nasional di Kota Makassar antara lain : kesiapan sekolah dan guru, materi soal dan kelulusan serta fasilitas dan standar kelulusan.

  D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

  1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

  11 bangsa dan Negara.

  2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakhir pada nilai

  • – nilai agama, kebudayaan nasional

  12 Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

  3. Evaluasi penddikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk

  13 pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

  4. Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompotensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan

  14 dasar dan menengah.

  5. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

  15 11 nasional.

  Mulyasa, op. cit.,h. 13.

  6. Stakeholder pendidikan adalah orang – orang atau pihak – pihak yang merasa berkepentingan dengan pendidikan yaitu guru, orang tua murid, pimpinan sekolah, keluarga, masyarakat, organisasi politik,

  16 LSM, dunia kerja, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

  7. Tujuan pelaksanaan Ujian Nasional adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

  17 yang bermatabat.

E. Kerangka Pikir

  Pelaksanaan UN adalah merupakan evaluasi pendidikan yang merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan Pendidikan Nasional. Di dalam Pasal 31 Ayat (2) UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya serta mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.

  Penegasan tersebut, telah mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan “Pemerintah menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan 14 15 Ibid . 16 Ibid.

  Ibid. serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang

  • – Undang. Ketentuan dia atas, merupakan penjabaran dari tujuan nasional yang termasuk dalam Alinea IV Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu, melindungi segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.

  Selanjutnya dengan disahkannya UU Sisdiknas, telah membawa perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam undang

  • – undang ini, antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan. Demokratisasi mengarah kepada dua hal yaitu pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah. Hal ini, berarti peranan pemerintah akan dikurangi dan lebih member peluang yang besar pada masyarakat untuk berpartisipasi. Demikian pula, peranan pemerintah yang bersifat senstralistis dan yang telah berlangsung cukup lama, dikurangi dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah melalui sistem desentralisasi.

  Meskipun demikian, dalam realitasnya pemerintah tetap mengeluarkan kebijaksanaan yang tidak demokratis dan sangat sentralistis, antara lain kebijksanaan pemerintah dibidang pendidikan yang menuai banyak sorotan ialah diadakannya Ujian Nasional (UN) yang dituangkan dalam Peraturan Mendiknas No. 75 Tahun 2009. Dalam Permen Diknas UN tersebut, ditetapkan bahwa Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran praktik kejuruan minimal 7.00 dan

  18

  digunakan untuk menghitung rata – rata UN (Pasal 20 ayat (1)).

  Namun perlu diketahui bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali.

  UN yag dimaksudkan sebagai sarana peningkatan mutu pendidikan tidak akan efektif, apabila tidak diikuti pembenahan atau perbaikan faktor

  • – faktor yang mempengaruhi peningkatannya. Pembenahan tersebut, antara lain pada kesiapan sekolah dan guru, materi soal dan kelulusan, fasilitas dan standar nilai kelulusan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas, tampak dalam bagan kerangka pikir berikut ini:

  F. Bagan Kerangka Pikir

UUD NEGARA RI TAHUN 1945

UU NO. 20 TAHUN 2003 PP NO. 19 TAHUN 2005 PERMENDIKNAS NO. 75 TAHUN 2009

UJIAN NASIONAL

  

Pelaksanaan

Ujian Nasional

Kompetensi Persiapan Ujian Nasional

Penilaian Ujian Nasional

  Faktor – faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan Ujian Nasional

  Materi Soal Persiapan Guru Fasilitas Kelulusan dan Standar Nilai

Pelaksanaan Ujian Nasional di Kota Makassar

  

Kurang Efektif

Solusi/Kesimpulan

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a.

  Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Ujian Nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 di Kota Makassar.

  2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Ujian Nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 di Kota Makassar.

  b.

  Manfaat Penelitian Adapun Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini, adalah :

  1. Manfaat teoritis Diharapkan hasil penelitian ini, dapat memberi kontribusi dalam rangka pengembangan khasanah ilmu hukum di bidang penyelenggaraan pendidikan nasional.

  2. Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini, dapat memberikan kontribusi terhadap masalah pendidikan nasional, khususnya mengenai problematik UN, sehingga pemerintah mampu menetapkan kebijakan dibidang pendidikan nasional dan dapat lebih memperhatikan kemampuan daerah secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas Hukum Salah satu fungsi hukum adalah sebagai alat penyelesaian sengketa atau

  konflik, disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian sosial dan alat rekayasa sosial. Hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif- rasional, sehingga menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis. Dilain pihak ada yang memandang hukum sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur (ajeg). Metode berpikir yang digunakan adalah induktif-empiris, sehingga hukum itu dilihatnya sebagai tindak yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, yang mempunyai tujuan tertentu.

1. Teori Ketaatan

  Menurut H.C. Kelman, ketaatan Hukum itu sendiri dapat dibedakan

  1

  kualitasnya dalam tiga jenis , seperti yang dikemukakan juga oleh L.Pospisil (1971)

1 H. C Kelman,”Teori Ketaatan”,dalam Achmad Ali, ed; Menguak Teori Hukum (Legal

  

Theory) dan Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk InterPretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Cet. I; Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 225. a.

  Compliance ( ketaatan yang bermutu rendah ) yaitu seseorang menaati suatu aturan hanya karena takut terkena sanksi. Dan kelemahan ketaatan jenis ini, ia membutuhkan pengawasan yang terus-menerus agar timbul rasa selalu menaati aturan.

  b.

  Identification yaitu seseorang mentaati suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak.

  2 c.

  internalization (ketaatan yang bermutu tinggi) yaitu seseorang mentaati suatu aturan, benar-benar karena ia merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai- nilai instristik yang dianutnya.

  3 2.

  Teori Efektifitas Hukum Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai tujuanya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak.

  Diperlukan kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar hukum mempunyai pengaruh terhadap sikap tindak atau perilaku manusia. Kondisi-kondisi yang harus ada adalah antara lain bahwa hukum harus dapat dikomunikasikan. Komunikasi hukum lebih banyak tertuju pada sikap, oleh karena sikap merupakan suatu kesiapan mental sehingga seseorang mempunyai kecendurangan untuk memberikan pandangan yang baik atau buruk, yang kemudian terwujud di dalam perilaku nyata. 2 Ibid. 3

  Apabila yang dikomunikasikan tidak bisa menjangkau masalah-masalah yang secara langsung dihadapi oleh sasaran komunikasi hukum maka akan dijumpai kesulitan-kesulitan. Hasilnya yaitu hukum tidak punya pengaruh sama sekali atau bahkan mempunyai pengaruh yang negatif. Hal itu disebabkan oleh karena kebutuhan mereka tidak dapat dipenuhi dan dipahami, sehingga mengakibatkan terjadinya frustasi, tekanan, atau bahkan konflik dan problematik.

  Bila membicarakan efektivitas hukum dalam masyarakat berarti membicarakan daya kerja hukum itu dalam mengatur atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum. Efektifitas hukum berarti mengkaji kaidah hukum yang harus memenuhi syarat, yaitu berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum berfungsi dalam masyarakat yaitu, Kaidah hukum/peraturan itu sendiri, petugas/penegak hukum, sarana atau fasilitas yang digunakan penegak hukum, kesadaran masyarakat. Didalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan tiga macam hal mengenai

  4

  berlakunya hukum sebagai kaidah , yaitu : 1.

  Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang lebih tinggi tingkatanya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabiala kaidah tersebut efektif.

  4 Artinya, kaidah yang dimaksud dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa

  Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta;Sinar Grafika, 2006 ). h. 62 walaupun tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan) atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat.

3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi.

  Untuk melihat efektif atau tidaknya hukum yang berjalan harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tersebut. Efektifnya suatu hukum menjadi harga mati bagi pemerintah dalam menjalankan pemerintahan dan mengatur masyarakatnya khususnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita bersama dalam mewujudkan kesejahteraan bagi Negara dan masyarakat.

  Berdasarkan landasan teori diatas menjadi dasar maupun acuan penelitian terhadap efektifitas hukum dan peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah khususnya dibidang pendidikan mengenai Pelaksanaan Ujian Nasional Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 di Kota Makassar.

  B.

  Pendidikan Nasional 1.

  Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai

  5 tujuan pendidikan nasional.

2. Pengertian Ujian Nasional

  Ujian Nasional (UN) adalah salah satu evaluasi atau seleksi yang dilakukan pada dunia pendidikan yang disesuaikan dengan standar pencapaian hasil yang dilakukan secara nasional. Awalnya ujian nasional diartikan sebagai langkah untuk mengetahui keberhasilan dari proses pendidikan dan pembelajaran yang ada diseluruh wilayah Indonesia. Dengan dilaksanakannya ujian nasional, pemerintah mengharapkan dapat memetakan tingkat kemampuan sekolah sehingga dapat melakukan penentuan terhadap skala prioritas penanganan proses pendidikan. Tetapi, belakangan ini pengertian dari ujian nasional yang ada dulu telah mengalami perubahan orientasi yang signifikan sehingga dijadikan sebagai satu-satunya penentuan keberhasilan dan kelulusan dari para anak didik. Dengan menetapkan suatu

  6 angka yang kemudian dipakai sebagai batas minimal nilai kelulusan.

  5 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi.Konsep;Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: P.T.Remaja Rosdakarya, 2003), h. 26. 6 Slamet, Ujian Nasional dan Masalahnya, (Jakarta; P.T. Grafika;2005), h. 2.

C. Pelaksanaan Pendidikan Nasional 1.

  Fungsi Negara di Bidang Pendidikan Tugas pemerintah sebagai realisator atas perwujudan fungsi Negara yang demikian luas menyebabkan pemerintah tidak hanya berfungsi mengatur, akan tetapi juga berfungsi mengembangkan dan melayani kebutuhan masyarakat yang berkembang terus menerus dan saling berkaitan satu sama lainnya.

  Dengan fungsi mengatur mengandung pengertian dan berdiam di dalam wilayah masyarakat Negara bersangkutan. Tujuan pengaturan ini ialah untuk menciptakan atau mempertahankan keadaan tata hidup masyarakat agar dapat berjalan lancar dengan tertib dan harmonis. Untuk memenuhi tugas ini peranan pemerintah Negara itu, harus diterima oleh masyarakat secara keseluruhan. Sebaliknya dengan fungsi mengembangkan kehidupan masyarakat yang mempunyai sekian banyak aspek itu memberikan keharusan pemerintah menjadi agent of

  

development, memberi tugas pada pemerintah untuk aktif hampir di seluruh bidang

  kehidupan masyarakat, termasuk penyelenggaraan di bidang pendidikan. Karena itu, pemerintah harus berperanan sebagai pendorong inisiatif dalam usaha mengadakan perubahan dan pembangunan masyarakat berarti pemerintah berkewajiban berperan

  7 sebagai enterprenuer, innovator dan harus pula menjadi stabilitator.

7 Moh. Sochib, Mengembalikan Pendidikan Sebagai Hak Asasi Manusia;Jurnal Konstitusi,

  Dalam melaksanakan tugas pelayanannya kepada masyarakat, pemerintah dibatasi oleh luas jangkauan dan wewenangnya, sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang – undangan yang berlaku.

  8 Selanjutnya dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia ke IV secara tegas

  ditetapkan fungsi dan tujuan Negara merupakan tugas daripada Pemerintah Negara Indonesia

  9

  : Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.