BASIL PENELITIAN BAHASA DAN SASTRA

Nomor 03, Desember 2007

BUNGA RAMPAI
BASIL PENELITIAN BAHASA DAN SASTRA

Fatmawati A.
Arpina
Yanti Riswara
Zihamussholihin
Raja Rachmawati
Elvina Syahrir
Zainal Abidin
Sarmianti
Imelda
Santi Agus

PU AT

11111//""II
00000161


A

f\

A

Balai Bahasa Pekanbaru Riau
Pusat Bahasa
Departemen Pendiclikan Nasional
Pekanbaru 2007

Nomor 03, Desember 2007

Pusat Bahasa
ady Sugono
,us Halim, M.Pd.
uti A.

jswara
,Issholihin

achmawati
Syahrir
Abidin
,lOd

Agus

'kanbaru Riau
12,5 Simpang Barn, Tampan
"ile (076 J) 65930
:;1 UNDAG-~
-nipun seluruhnya, dilarang
:"a pun tanpa izin tertulis dari
engutipan untuk kepefluan
lrangan ilmiah

.'

't


KEPALA PUSA T BAHASA

Masalah kebahasaan dan kesastraan di Indonesia tidak
dapat terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya. Dalam
kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan,
baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, seperti
akan diberlakukannya pasar bebas dalam rangka globalisasi,
maupun akibat perkembangan teknologi informasi yang amat
pesat. Kondisi itu telah mempengaruhi perilaku masyarakat
Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Oleh karena itu,
masalah
bahasa
dan
sastra,
perlu
digarap
dengan
sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir
pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan
daerah dapat tercapai. . Tujuan akhir pembinaan dan

pengembangan itu antara lain adalah meningkatkan mutu
penggunaan bahasa secara baik dan benar dan peningkatan sikap
positif masyarakat terbadap bahasa dan sastra serta peningkatan
mutu daya ungkap bahasa.
Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan berbagai
kegiatan kebahasaan dan kesastraan, seperti (I) pembakuan ejaan,
tata bahasa, dan peristilahan; (2) penyusunan berbagai kamus
bahasa Indonesia dan kamus bahasa daerah serta kamus istilah
dalam berbagai ilmu; (3) penyusunan buku-buku pedoman; (4)
penerjemahan buku kebahasaan, buku acuan serta karya sastra
daerah dan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia; (5)
pemasyarakatan bahasa Indonesia melalui berbagai media, antara
lain melalui televisi dan radio; (6) pengembangan pusat infonnasi
kebahasaan
dan kesastraan melalui inventarisasi, penelitian,
dokumentasi, dan pembinaan jaringan infonnasi kebahasaan; dan
(7) pengembangan tenaga, bakat dan prestasi dalam bidang
bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara, mengarang, serta
pemberian hadiah dan penghargaan.
Merealisasikan berbagai kegiatan kebahasaan dan

kesastraan yang menjadi Tugas Pokok Pusat Bahasa dan Balai
Bahasa, Balai Bahasa Pekanbaru Riau menyusun dan
menerbitkan Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra.

iii

Untuk itu, kepada para penyusun buku Bunga Rampai:
Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra, saya sampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Demikian juga kepada
Kepala Balai Bahasa di Pekanbaru beserta seluruh staf yang telah
mengelola penerbitan Bunga Rampai ini, saya ucapkan terima
kasih.
Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra ini,
mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi peminat bahasa
dan sastra serta masyarakat pada umumnya.

Dr. Dendy Sugono

Jakarta, Desember 2007


IV

KATAPENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA

Balai Bahasa merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat
Bahasa di Provinsi, dilingkungan Sekretaris lenderal Departemen
Pendidikan Nasional. Salah satu Tugas Pokok Balai Bahasa
adalah mengadakan penelitianberbagai aspek kebahasaan,
kesastraan dan pengajarannya. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu bahasa dan sastra dengan
ditemukannya hal-hal baru, dapat mengembangkan bahan
infonnasi kebahasaan dan kesastraan. Basil penelitian ini juga
dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.
Agar hasil-hasil penelitian ini dapat diinfonnasikan
kepada semua pihak, Balai Bahasa Pekanbaru Riau menghimpun,
menyusun, dan menerbitkan hasil penelitian dalam satu buku
"Bunga Rampai". Penelitian ini dilakukan oleh staf teknis Balai
Bahasa Pekanbaru Riau.
Sebagai Kepala Balai mengucapkan terima kasih kepada

staf yang telah melaksanakan penelitian dan menyusun Bunga
Rampai ini. Mudah-mudahan "Bunga Rampai" ini bermanfaat
bagi kita semua.

Drs. Agu! Halim, M.Pd.

Pekanbaru, Desember 2007

Kepala Balai Bahasa
Pekanbaru Riau

v

KATAPENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA

Balai Bahasa merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat
Bahasa di Provinsi, dilingkungan Sekretaris Jenderal Departemen
Pendidikan Nasional. Salah satu Tugas Pokok Balai Bahasa
adalah mengadakan penelitian berbagai aspek kebahasaan,

kesastraan dan pengajarannya. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu bahasa dan sastra dengan
ditemukannya hal-hal barn, dapat mengembangkan bahan
informasi kebahasaan dan kesastraan. Hasil penelitian ini juga
dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.
Agar hasil-hasil penelitian ini dapat diinformasikan
kepada semua pihak, Balai Bahasa Pekanbaru Riau menghimpun,
menyusun, dan menerbitkan hasil penelitian dalam satu buku
"Bunga Rampai". Penelitian ini dilakukan oleh staf telrnis Balai
Bahasa Pekanbaru Riau.
Sebagai Kepala Balai mengucapkan terima kasih kepada
staf yang telah melaksanakan penelitian dan menyusun Bunga
Rampai ini. Mudah-mudahan "Bunga Rampai" ini bennanfaat
bagi kita semua.

Pekanbaru, Desember 2007

Drs. Agus Halim, M.Pd.
Kepala Balai Bahasa
Pekanbaru Riau


v

DAFTARISI

KAT A PENGANTAR KEPALA PUSAT BAHASA ..........
KAT A PENGANT AR KEPALA BALAI BAHASA...........
DAFT AR lSi.... ....... .... ... .. .............. .......... ..... ..... ........... .. ... .. ..

III

v
VI

Sarmianti
Satire dalam Cerita Jenaka Melayu Riau ... ......... ... ................. .
Fatmawati A
Tipe Semantik Nomina Bahasa Melayu Riau Dialek Rokan
Hilir ................ ........ ......... .. ........ .. ............................................. 27
Raja Rachmawati

Pantun Perkawinan Adat Melayu di Pulau Penyengat..... ..... ... 48
Santi Agus
Fonologi Bahasa Melayu Riau Isolek Desa Batu Belah .... .. .... 74
Zihamussholihin
Penggunaan Afiks dalam Unsur Serapan Bahasa Arab ........... 102
Arpina
Medan Makna Peralatan Pertanian dalam Bahasa Melayu
Dialek Kuantan Singingi ......................................................... 117
Zainal Abidin
Bahasa Luar Ruang: Pengindonesiaan dan Pemakaiannya
pada Iklan Papan Nama Usaha di Kota Pekanbaru .................. 137
Imelda
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat
Pelalawan ................................................................................. 154

vi

Yanti Riswara
Diasistem Lafal Silabe Akhir dalam Isolek-Isolek
di Kabupaten Kuantan Singingi .. ........... ................................. 186


Elvina Syahrir
Medan Makna Peralatan Rumah Tangga
dalam Bahasa Melayu Rokan Hulu ......................................... 215

Sarmianti
Gaya Penceritaan dalam Kumpulan Cerpen
Membaca Hang Jebat Karya Taufik Ikram Jamil ................... 244

Elvina Syahrir
Aspek Didaktis dalam Roman Oknum-Oknum
Karya Bustamam Halimy ........................................................ 264

vii

Yanti Riswara
Diasistem Lafal Silabe Akhir dalam Isolek-Isolek
di Kabupaten Kuantan Singingi .............................................. 186
Elvina Syahrir
Medan Makna Peralatan Rumah Tangga
dalam Bahasa Melayu Rokan Hulu ......................................... 215
Sarrnianti
Gaya Penceritaan dalam Kurnpulan Cerpen
Membaca Hang Jebat Karya Taufik Ikram Jamil ............ ....... 244
Elvina Syahrir
Aspek Didaktis dalam Roman Oknum-Oknum
Karya Bustamam Halimy ........................................................ 264

vii

viii

Satire tfafo.m Cmta Jenalig ?defo.yu !J{jau

Sarmianti

SATIRE DALAM CERITA JENAKA MELAYU RIAU

Sarmianti
Bala; Bahasa Pekanbaru
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa
. dalam cerita jenaka banyak terdapat unsur satire
yang belum tergali. Dalam menganalisis unsur
satire ini dilakukan anal isis pertama, yaitu analisis
unsur intrinsik. Setelah itu baru ditemukan unsur
satirenya, yaitu peristiwa yang memberi sindiran
kepada orang-orang tertentu.
Penelitian ini dilakukan terhadap II cerita
jenaka dari etnis Melayu Riau yang telah disajikan
dalam bentuk tertulis. Oleh karena itu, analisis
dilakukan dengan teknik studi pustaka.
Setelahmelakukan penelitian ditemukan
kecenderungan pen yampa ian unsur satire di dalam
cerita dilakukan dengan cara hal us. Karena sindiran
dilakukan melalui eerita lueu, orang yang menjadi
sasaran sindiran tidak merasa dan . eenderung .
menerima dengan pikiran yang terbuka.

I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra lisan merupakan bentuk kesusastraan yang paling awal
lahir pada semua kebudayaan di dunia. Begitu pula pada
masyarakat Melayu. Sebelum tulisan dikenal, sastra lisan telah
berkembang dan meluas dalam masyarakat Melayu. Oleh karena
itu, sastra lisan merupakan bentuk karya sastra Melayu yang
tertua. Meskipun tradisi tulis telah dikenal, sastra lisan tetap
berkembang
dan terus dipakai oleh masyarakat Melayu,
eontohnya pantun. Pantun adalah bentuk sastra lisan yang sangat
populer hingga sekarang. Pantun selalu digunakan oleh

Sa/ire dOIam Cerill1.Jenafp !J.{efayu !/(iau

Sarmil1ttti

masyarakat Melayu dalam upacara-upacara ad at bahkan pada
pertemuan-pertemuan yang bersifat biasa atau dinas.
Cerita rakyat juga terus hidup di dalam masyarakat.
Cerita-cerita ini disampaikan oleh orang tua kepada anakanaknya. Cerita rakyat masih menjadi bagian penting dari
kebudayaan para pewaris aktif atau pewaris pasifnya. Bagi
pewaris aktif, cerita rakyat memiliki dua kekuatan dasar yang
dapat dimanfaatkan. Pertama, kekuatan dasar bermakna spiritual,
yakni pesan-pesan mulia yang tersembunyi dalam cerita rakyat
dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan. Kekuatan kedua adalah yang
bemakna ekonomis, maksudnya, cerita rakyat ini dapat dijual
ketika dijadikan bah an seni pertunjukan atau disajikan dalam
bentuk tertulis (Sedyawati dkk. 2004: 199). Menurut Ismail
Hamid dalam bukunya Perkembangan Kesusasteraan Melayu
Lama, sastra lisan bagi masyarakat Melayu berfungsi sebagai
sarana untuk menghibur, menasihati dan mengajak pendengar
berpikir, alat propaganda seperti menekankan hak-hak istimewa
suatu suku/keturunan, media untuk membuat kritikan terhadap
raja atau orang yang berkuasa, dan sebagai sindiran bagi orangorang yang bakhil, tamak, gila kuasa, dan suka mengumbar nafsu
( 1987:4-5).
Dari fungsi-fungsi di atas terlihat bahwa fungsi sastra
lisan pada masyarakat melayu sangat dekat dengan ciri-ciri satire
dalam sastra. Syed Othman Syed Omar menyebutkan bahwa
sastra (cerita) lisan mempunyai motif untuk mendidik dan
mengajar secara hal us dan tersirat. Pemikiran secara tersirat ini
disebut sebagai pemikiran satire (1999: Ill). Adapun pengertian
satire, menurut Syed Omar, adalah karangan yang
mempersendakan atau menyindir orang dan lain-lain, atau karya
sastra yang dimaksudkan untuk menimbulkan cemooh atau
perasaan muak terhadap penyalahgunaan dan kebodohan manusia
serta pranatanya. Tujuan karya sastra satire ini untuk mengoreksi
penyelewengan dengan jalan mencetuskan kemarahan dan ketawa
bercampur dengan kecaman dan ketajaman pikiran. Selanjutnya
disebutkan bahwa unsur satire yang paling penting ialah kritik

2

SanniaTlti

Satire ddam Cerita Jena/W. 'Mefayu rRjau

yang disampaikan secara lucu supaya manusia tidak terasa secara
langsung akan segal a kebodohan dan kesalahan pikiran yang
sudah dilakukan (1999: 113).
Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis mencoba
menemukan unsur satire dalam cerita-cerita jenaka Melayu Riau.
Bahwa dalam cerita yang tujuan utamanya menghibur juga
terdapat kritik yang bersifat mendidik. Mendidik dengan cara
seperti ini akan lebih efektif.

1.2 Pembatasan Masalah
Untuk membatasi pengkajian, pada peneiitian ini penulis
memfokuskan penelaahan pada unsur intrinsik cerita dan
penemuan unsur satire dalam cerita yang selanjutnya akan
menemukan makna cerita.
1.3 Perumusan Masalah
Adapun perrnasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
I . bagaimanakah jalinan unsur-unsur intrinsik dalam ceritacerita jenaka yang ditelaah? 
2.   bagaimanakah unsur satire di  dalam cerita? 
3.   bagaimanakah pengaruh cerita yang jenaka terhadap tema 
dan amanat? 
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 
I.   mengetahui  jalinan  unsur­unsur  intrinsik  dalam  ceritacerita jenaka yang ditelaah. 
2.   mengetahui unsur satire di dalam cerita. 
3.   mengetahui  pengaruh  cerita  yang  jenaka  terhadap  tema 
dan amanat. 
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  pendekatan 
kualitatif  dengan  metode  analisis  deskriptif.  Pengumpulan  data 
penelitian tidak dilakukan pengumpuian cerita rakyat yang  rnasih 



Satire tfafam Cen"ta .Jenafp :Meliutu :l(imt

tersebar dalam bentuk lisan. Data 'yang diteliti adalah cerita yang
telah didokumentasikan dalam bentuk tertulis pada berbagai
sllmber. Data tersebut dianalisis berdasarkan unsur intrinsiknya
dan kemudian memfokuskan pembahasan pada unsur satire cerita.
1.6 Kerangka Teori
Cerita jenaka termasuk jenis dongeng, yaitu cerita lelucon
dan anekdot. Yang dimaksud dengan lelucon adalah cerita pribadi
seorang tokoh yang tidak benar-benar ada. Adapun anekdot
adalah kisah pribadi dari seseorang yang benar-benar hidup.
Sebagaimana diketahui, tujuan utama cerita rakyat
berjenis dongeng adalah sebagai hiburan. Tujuan lainnya adalah
sebagai alat penyampai nilai moral atau sebagai alat sindiran.
Fungsi cerita jenaka sebagai alat sindiran akan menjadi fokus
penelitian ini .
Berdasarkan isinya, Winstedt (melalui Rukmi, 1978:30)
membagi cerita jenaka atau humor atas tiga kelompok.
Pembagian ini dilakukan dengan memperhatikan sifat tokoh
utamanya.
1. Memperlihatkan sifat sederhana atau bodoh dari
tokoh utamny~.
2. Memperlihatkan sifat kecerdikan atau tipu muslihat
tokoh utamanya.
3. Memperlihatkan sifat yang lucu dan cerdik.
Fungsi cerita rakyat bagi masyarakat pewarisnya adalah
sebagai sarana menyampaikan nilai dan sikap hidup masyarakat;
mengisahkan riwayat suatu masyarakat; memberikan penghiburan
di kala senggang; memberikan nasihat atau ajaran moral kepada
anggota masyarakat; mempropagandakan sesuatu seperti memberi
hak-hak istimewa bagi kalangan tertentu; dan menjadi media
kritikan kepada raja atau orang yang berkuasa (Hamid, 1987: 4-5).
Satire dapat dipadankan dengan kata satura dalam bahasa
latin, kemudian diucapkan sebagai satyre, satire, yang berarti full
plate, yaitu untuk suatu pengertian piring yang penuh dengan
campuran pelbagai buah (Syed Omar: 1999: Ill). Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, satire diartikan sebagai (I) gaya bah as a
4

Satire tfaCam Cerita Jena~

Sannianti

'MeCayu