PEMBUDAYAAN PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN DI SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG - Unika Repository
H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang Profil Sekolah
SMP PL Domenico Savio Semarang dibangun awal tahun 1936 dan terletak disebelah selatan Biara Randusari yang telah selesai terlebih dahulu dibangun daripada gedung SMP PL Domenico Savio. Gedung SMP PL Domenico Savio baru mulai digunakan tanggal 1 Agustus 1936.
Mulanya gedung ini digunakan untuk Sekolah Dagang atau Sekolah Perniagaan (Handel School). Sepuluh tahun kemudian tepatnya tahun 1947, Bruder Bonafasio, FIC membuka sekolah MULO yang kemudian menjadi Middle Bar School.
SMP PL Domenico Savio Semarang mempunyai tekad untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik secara optimal dengan melakukan perbaikan terus-menerus, meliputi sistem manajemen, kurikulum, metodologi pengajaran, dan sumber daya yang tersedia agar out put yang dihasilkan memiliki kompetensi yang memuaskan para pelanggan. SMP PL Domenico Savio secara berkala memberikan pelatihan kepada guru maupun karyawan agar meningkat kompetensinya, dan agar mampu memberikan layanan yang bermutu kepada peserta didik sehingga menjadi insan LUAR BIASA yang Inovatif, Adil, Santun, dan Andal.
Saat ini peserta didik SMP PL Domenico Savio masih unggul dibandingkan dengan SMP-SMP swasta lainnya di Semarang, hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang diterima di SMA-SMA favorit pada tahun pembelajaran 2015-2016, di SMA Negeri misalnya ada SMA Negeri 1 Semarang, SMA Negeri 3 Semarang, SMA Negeri 5 Semarang, dan SMA Negeri 2 Semarang, sedangkan di SMA Swasta ada
73 Loyola, Don Bosco, Van Lith, dan Raffles (Singapura dengan beasiswa).
Tidak hanya itu SMP PL Domenico Savio saat ini telah memiliki ISO 9001:2008 serta memiliki nilai akreditasi 97 dengan kriteria A+, dan pada tanggal 21 Desember 2015 SMP PL Domenico Savio mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
74 sebagai Sekolah Berintegritas dalam Penyelenggaraan Ujian Nasional.
2. Perundungan di SMP PL Domenco Savio
Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian dan pembahasan, yaitu:
73 Buku Pedoman Akademik dan Buku Harian SMP PL Domenico Savio Semarang 2015/2016, hal 20.
1.1 Pengetahuan Istilah Bullying
40
9A SMP PL Domenico Savio Semarang pernah mendengar istilah “bullying”. Istilah itu mereka dengar melalui berbagai sumber, diantaranya media elektronik (sosial media, TV, radio), guru, orangtua, teman maupun melalui pengalaman pribadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Di bawah ini:
Berdasarkan diagram 1. dapat diketahui bahwa semua informan dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas 7A, 8A dan
Diagram 1. Peserta Didik yang Pernah Mendengar Istilah Bullying
Sumber: Data terolah, 22-12-2016.Ya Tidak Savio Semarang
9A
Pernah mendengar bullying
8A
7A
36
34
30
25
20
15
10
5
30
35
Informasi di Peroleh Kelas Media Pengalaman Guru Orangtua Teman Elektronik Pribadi
7A
20
12
4
12
8
8A
22
15
8
20
11
9A
19
14
12
17
11 Jumlah
61
41
24
49
30 Sumber: Data terolah, 22-12-2016.
Mayoritas peserta didik di kelas 7A, 8A, dan 9A mendengar istilah bullying melalui media elektronik (media sosial, TV, radio), selebihnya mereka mendengar istilah bullying melalui teman, lalu pengalaman pribadi, guru dan yang terakhir orangtua.
1.2 Pemahaman mengenai Bullying
Walaupun semua informan dalam penelitian ini pernah mendengar istilah bullying namun ternyata masih ada beberapa peserta didik yang tidak memahami mengenai pengertian bullying itu sendiri.
Bullying
Mengerti tentang bullying
40
34
35
32
30
30
25 Ya
20 Tidak
15
10
4
5
7A
8A
9A Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Dari diagram 2. dapat dilihat bahwa terdapat 4 peserta didik di kelas 7A yang tidak memahami pengertian bullying. Selebihnya di kelas 8A dan 9A semua informan memahami pengertian bullying. Namun, walaupun sebagian besar peserta didik memahami pengertian bullying tetapi pemahaman mereka tentang bullying terbatas pada memberi nama panggilan di luar nama asli atau meng olok-olok dengan menggunakan nama orangtua, jadi si anak
dipanggil dengan nama orangtuanya. Menurut Kepala Sekolah, anak-anak di SMP PL Domenico Savio sangat malu apabila nama
75 nama asli atau meng olok-olok dengan menggunakan nama
orangtua, pemahaman peserta didik mengenai pengertian bullying lainnya yaitu menyakiti badan, menyindir lewat media sosial dan
pelecehan seksual. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Pemahaman Peserta Didik Mengenai Pengertian Bullying
KelasPemahaman Tentang Bullying Menyakiti Memberi Melihat Mendiamkan Menyidir Pelecehan Badan nama dengan dengan lewat seksual Seseorang panggilan sinis sengaja medsos
7A
10
20
28
1
3
7
8A
21
22
28
3
7
18
9A
16
27
17
1
12 Jumlah
47
69
73
4
11
37 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Dalam tabel 2. Diketahui bahwa hanya sedikit peserta didik yang menganggap bahwa mendiamkan seseorang dengan sengaja dan melihat dengan sinis adalah bagian dari bullying. Padahal mendiamkan seseorang dengan sengaja masuk dalam perilaku non- verbal langsung sedangkan melihat dengan sinis masuk dalam perilaku non-verbal tidak langsung. Pemahaman peserta didik mengenai penyebab bullying yang terjadi di SMP PL Domenico Savio dapat dlihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram 3. Pemahaman Peserta Didik Tentang Penyebab Bullying
Pemahaman Mengenai Penyebab
bullying
35
31
30
27
23
25
20 Ya
13
15 Tidak
10
3
3
5
7A
8A
9A Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Dari diagram 3. diketahui bahwa sebanyak 13 dari 36 anak di kelas 7 tidak mengetahui penyebab bullying, sedangkan dikelas 8 dan 9 masing-masing hanya 3 dari 34 dan 30 anak yang tidak mengetahui penyebab bullying. Dalam hal ini kelas 7 menjadi kelas yang peserta didiknya paling banyak tidak mengetahui penyebab bullying. Menurut salah seorang guru Bimbingan Konseling, hal ini pengetahuan mereka mengenai penyebab bullying di SMP PL
76 Domenico Savio pun masih minim. Pada tabel selanjutnya di bawah ini kebanyakan peserta didik menjawab penyebab bullying adalah perbedaan kelas, suku, agama dan ekonomi. Lihat tabel di bawah ini:
Tabel 3. Pemahaman Peserta Didik Tentang Penyebab Bullying Penyebab Bullying Perbedaan kelas, Kelas Senioritas Tradisi suku, agama, dan ekonomi
7A
8
21
8A
12
3
30
9A
21
3
13 Jumlah
41
6
64 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Ketika peneliti mewawancarai salah satu siswi kelas 7A, ia mengatakan bahwa ia pernah melihat temannya di panggil di luar nama aslinya karena rasnya berbeda dengan peserta didik lain di SMP PL Domenico Savio. Ia mengatakan temannya tersebut berkulit agak gelap dan sering dipanggil dengan sebutan hitam oleh temen-teman perempuannya yang lain, dan menurutnya korban
77 biasa.
1.4 Pengalaman Bullying di SMP Domenico Savio Semarang
Di SMP PL Domenico Savio cukup banyak yang pernah dibully. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4:
Diagram 4. Peserta Didik yang Pernah Dibully Pengalaman pernah di bully
30
25
25
23
22
20
17
14 Ya
15 Tidak
9
10
5
7A
8A
9A Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Pada diagram 4. dapat diketahui bahwa di kelas 7A yang jumlah peserta didiknya 36, terdapat 14 peserta didik yang pernah dibully sedangkan sisanya tidak pernah, di kelas 8A cukup banyak yang pernah dibully, ada 25 anak dari jumlahnya seluruhnya 34, seluruhnya 30 anak. Sangat tingginya korban bullying di kelas 8 diperkuat dengan wawancara oleh guru Bimbingan Konseling yang mengatakan bahwa peserta didik dikelas 8 lebih cenderung nakal dibanding kelas 7 dan kelas 9, hal ini dikarenakan mereka sudah melewati masa-masa peralihan dari anak-anak ke remaja dan belum terbebani dengan ujian nasional seperti anak kelas 9. Maka, wajar jika banyak anak-anak kelas 8 yang sering membully teman-teman sekelasnya. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 4. Pelaku Pembully
Pelaku Kelas Jender Teman Kakak Guru Laki-laki Perempuan Sekelas Kelas7A
19
11
23
3
8A
15
7
1
21
5
9A
11
7
1
13
2 Jumlah
45
25
2
57
10 Sumber : Data terolah, 22-12-2016 Sebanyak 57 anak mengatakan bahwa mereka dibully oleh teman kelasnya, pelakunya sendiri cenderung lebih banyak laki-laki daripada perempuan, hal ini didukung dengan wawancara dengan seorang anak kelas 8A yang mengatakan bahwa anak laki-laki lebih
78 karena tujuannya bercanda maka tidak pernah dilaporkan ke guru.
Tabel 5. Tindakan bullying yang diterima Tindakan Kelas Menyindir Fisik Verbal lewat medsos
7A
4
19
2
8A
10
19
1
9A
2
14
3 Jumlah
16
52
6 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Sedangkan, tindakan yang diterima oleh korban bullying di SMP PL Domenico Savio lebih banyak tindakan verbal, seperti memanggil di luar nama asli dan memanggil dengan nama orantua. Namun tindakan fisiknya pun masih tetap ada. Hal ini dibenarkan dengan wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan Konseling yang mengatakan bahwa tindakan fisik memang pernah terjadi namun tidak terus-menerus, hanya beberapa kasus. Di tahun 2016 ini saja hanya 1 kasus fisik yang dilaporkan ke guru Bimbingan Konseling, yaitu perkelahian antar peserta didik yang
79
awalnya hanya bercanda. Namun menurut Kepala Sekolah hal ini 78 tidak termasuk dalam kategori bullying karena bullying sendiri itu
Hasil wawancara dengan Violette, peserta didik kelas 9A SMP PL Domenico Savio Semarang, hari
Jumat tanggal 16 Desember 2016
80
dan tidak terus menerus.Tabel 6. Tempat Terjadinya Bullying Tempat terjadi Kelas Ruang Di luar Toilet Kantin Halaman Kelas pagar
7A
17
5
4
8
4
8A
16
2
3
9A
10
1
1
2
4 Jumlah
43
6
7
13
8 Sumber: Data terolah, 22-12-2016
Tempat terjadinya sendiri kebanyakan diruang kelas, hal ini sekali lagi ditegaskan oleh Violette karena awalnya hanya bercanda antar teman sekelas, menurutnya juga candaan tersebut sebagai
81 tanda keakraban di dalam kelas.
Jika di-bully Melapor ke Diam Cerita Cerita Kelas Menegur Membalas guru Saja ke ke Pelaku Pelaku BK/Non BK teman orangtua
7A
5
15
5
16
6
11
8A
9
21
3
13
9
7
9A
11
11
2
13
12
12 Jumlah
25
47
10
42
27
30 Sumber: Data terolah, 22-12-2016
Sedangkan peserta didik SMP Domenico Savio Semarang sendiri cenderung diam saja apabila dibully di sekolah. Menurut 3
informan yang peneliti wawancarai, alasan mereka memilih untuk
diam adalah karena mereka menganggap hal itu sudah biasa, salah satu informan juga menambahkan bahwa ia sudah enggan melapor karena dirinya sudah dewasa, dan jika tindakan yang ia terima
82 adalah tindakan yang sepele ia menjadi malu untuk melapor.
Pengalaman Membully
Diagram 5. Peserta Didik yang Pernah Membully
Pengalaman pernah membully
35
30
30
23
25
20 Ya
15
15
13
15 Tidak
10
4
5
7A
8A
9A Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Dari diagram 6 diketahui bahwa hampir sebagian lebih peserta didik pernah membully, jumlah peserta didik yang paling banyak membully ada di kelas 8 dengan jumlah 30 dari 34 anak.
Sedangkan di urutan kedua jumlah peserta didik yang paling membully ada dikelas 7 dengan jumlah 23 dari 36 anak. Pada kelas 9 hanya sebagian peserta didik yang pernah membully. Menurut guru bimbingan konseling SMP PL Domenico Savio, peserta didik kelas 9 memang cenderung lebih fokus kepada ujian nasional, karena itu laporan bullying dari kelas 9 pun jarang di terima oleh membully pun paling banyak terdapat di kelas 8. Guru Bimbingan Konseling menegaskan kembali bahwa peserta didik kelas 8 memang cenderung lebih nakal daripada kelas 7 dan 9, menurut beliau hal ini juga dikarenakan peserta didik di kelas 8 menganggap bahwa mereka sudah senior dan sudah saling mengenal satu sama lain serta lebih akrab, karena keakraban tersebutlah maka tindak
bullying jadi lebih gampang terjadi antar peserta didik di kelas 8.
Tabel 8. Korban Bullying
Korban Kelas Jender Teman Kakak Guru Laki-laki Perempuan Sekelas Kelas7A
17
6
1
21
2
8A
19
13
3
29
3
9A
10
8
15
1 Jumlah
56
27
4
65
6 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Pada tabel 8. diketahui bahwa pembully lebih banyak membully teman sekelasnya sendiri dan disini dapat dilihat bahwa korban bullying lebih banyak adalah laki-laki. Dengan demikian, menurut peneliti tindakan bullying yang terjadi di SMP PL Domenico Savio cenderung dilakukan oleh laki-laki terhadap teman sekelasnya yang laki-laki juga. Hal ini juga ditegaskan oleh Meylina yang mengatakan bahwa pelaku cenderung bergender laki- secara paksa meminum bubuk kopi oleh teman laki-lakinya sampai mulutnya berwana hitam. Kejadian ini juga tidak diketahui oleh BK 83 karena korban sendiri tidak pernah melapor.
Tabel 9. Tindakan Bullying yang Dilakukan Tindakan Kelas Menyindir Fisik Verbal lewat medsos
7A
2
17
4
8A
7
26
3
9A
2
13
1 Jumlah
11
56
8 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Berdasarkan tabel 9. Tindakan yang dilakukan oleh pembully mayoritas tindakan verbal, namun tindakan fisik dan menyindir lewat media sosial juga tetap ada. Ketika ditanya tentang menyindir lewat media sosial, salah satu informan Meylina menjawab bahwa teman perempuannya pernah mengajukan pertanyaan yang menyindir dan memojokan kepada seseorang teman yang tidak ia sukai melalui ask.fm dengan tidak mencantumkan namanya sendiri (anonymous). Tentu hal ini tidak pernah dilaporkan oleh korban kepada guru Bimbingan Konseling karena sulitnya malacak siapa yang menyindir atau memojokkannya tersebut, selain itu menyindir
tidak dilakukan saat kegiatan di luar sekolah juga.
Tabel 10. Tempat Terjadinya Bullying Tempat terjadinya Kelas Ruang Toilet Kantin Halaman Di luar Kelas pagar
7A
14
3
5
8
4
8A
24
21
7
3
9A
10
2
1
1
3 Jumlah
48
5
27
16
10 Sumber: Data terolah, 22-12-2016 Pembully dalam tabel 10. diketahui cenderung melakukan tindakannya di ruang kelas, selain itu juga di kantin yang dimana merupakan tempat kedua setelah ruang kelas yang sering didatangi oleh peserta didik. Tidak hanya itu ternyata halaman sekolah juga merupakan tempat pembully sering melancarkan aksi bullying-nya. Menurut Agatha, hal ini biasanya ketika bermain di lapangan, beberapa anak tidak sepaham sampai akhirnya bertengkar, saling mengejek dan pernah juga sampai tindakan fisik atau saling
84 memukul.
Tanggapan Sekolah Terhadap Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai tanggapan sekolah mengenai Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penaggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, peneliti terlebih dahulu memberikan sebuah naskah yang berisi hal-hal penting yang terdapat dalam Permendikbud tersebut. Sebelum membaca naskah tersebut sebagian besar peserta didik SMP Domenico Savio Semarang belum mengetahui mengenai Permendikbud ini. Hal ini wajar menurut peneliti mengingat Permendikbud ini masih terbilang baru dan sampai saat ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Sutarto sosilisasi khusus mengenai Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 belum pernah dilakukan. Selama ini menurut beliau hanya disosialisasikan melalui web disdik.semarangkota.go.id dan disinggung-singgung di setiap rapat kepala
85 sekolah maupun guru.
No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan Mengetahui tentang Permendikbud
30
28
28
25
20
17 Ya
15
12
12 Tidak
10
8
5
7A
8A
9A Sumber: Data terolah, 23-12-2016 Walaupun belum pernah ada sosialisasi khusus mengenai
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015, namun beberapa peserta didik di
SMP PL Domenico Savio ternyata sudah mengetahui mengenai
Permendikbud ini, perolehan informasi mengenai Pemendikbud 82 Tahun
2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan Kelas Informasi diperoleh Media Elektronik Guru Teman Orangtua
11
86
10 Sumber: Data terolah, 23-12-2016 Berdasarkan tabel 11. peserta didik memperoleh informasi melalui media elektronik, sama halnya dengan istilah bullying dimana peserta didik lebih banyak memperoleh informasi melalui media elektronik. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Bapak Sutarto, dimana Permendikbud
ini telah disosialisasikan melalui web disdik.semarangkota.go.id.
2
7
32
4 Jumlah
1
7A
8
3
1
4
13
8A
3
1
2
9A
Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan
Sumber: Data terolah, 23-12-2016 Setelah peserta didik membaca naskah yang diberikan oleh penelitikepada semua siswi-siswi yang menerima Permendikbud ini, diperoleh
alasan yang beragam. Menurut 2 informan yang diwawancarai oleh
peneliti, mereka mengatakan menerima Permendikbud ini, karena dengan
adanya Permendikbud ini mereka menjadi mengerti bagaimana cara
menghadapi perundungan/bullying. Dengan adanya Permendikbud ini juga
anak-anak korban perundungan/bullying menjadi tidak takut untuk
melapor. Sedangkan 2 informan yang menolak Permendikbud ini
25
9A
Tanggapan mengenai Permendikbud
8A
7A
40
35
30
20
36
15
10
5
2
30
32
Menerima Menolak seorang informan juga mengatakan bahwa jika ada layanan pelaporan maka akan membuat pelaku bullying bukannya takut tapi malah menjadi-jadi dan bisa saja pelaku akan melakukan pengancaman jika korban berani melapor.
Selanjutnya Kepala Sekolah SMP PL Domenico Savio, juga menerima Permendikbud ini, diikuti dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat dan guru Bimbingan Konseling. Menurut mereka, Permendikbud ini baik karena dengan adanya Permendikbud ini maka, rasa aman dan nyaman dapat tercipta dan peserta didik akan merasa betah dan
87 enjoy di sekolah.
Dilaksanakannya Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP PL Domenico Savio
Semarang
Tanggapan mengenai perlu atau tidak dilaksanakannya Permendikbud di 4. SMP PL Domesico Savio 5.
40
36
33
30 6.
30 Ya
20 7.
Tidak
10
1
7A
8A
9A
Sumber: Data terolah, 23-12-2016 Hampir semua informan dalam penelitian ini menjawab bahwa
Permendikbud ini perlu dilaksanakan di SMP PL Domenico Savio. Dari 4 peserta didik yang diwawancarai cenderung mengatakan Permendikbud ini perlu diterapkan di SMP PL Domenico Savio Semarang karena fakta yang ada lapangan perundungan/bullying masih sering terjadi. Sedangkan seorang anak yang menolak Permendikbud ini diterapkan di SMP PL
88
sendiri untuk mengakrabkan satu sama lain. Namun menurut peneliti, perundungan malah sebenarnya akan membuat luka batin pada peserta didik, mempengaruhi perilakunya di sekolah dan akan berdampak pada prestasi akademik mereka. Selain itu menurut Ibu Christina seorang anak akan terbentuk melalui lingkungan jadi anak bisa menerima diri dan berempati karena pernah merasakan dibully jadi anak tidak kemudian harus selalu dilindungi terus-menerus tetapi ketika perundungan/bullying tersebut
89
berlebihan bolehlah anak melapor. Menurut peneliti, seperti yang dikatakan oleh Rika Saraswati dan Yuni Kusniati bahwa perundungan/bullying dapat digolongkan sebagai sebuah tindakan kekerasan dan melanggar hak asasi manusia (hak asasi anak) dan menurut Undang-Undang anak berhak atas perlindungan terhadap kekerasan. Pendapat Ibu Christina ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap konsep dan prinsip-prinsip pemenuhan hak anak. Karena itu menurut peneliti tidak berlebihan jika anak perlu dilindungi dari segala bentuk tindak kekerasan.
Sedangkan berdasarkan wawancara kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat dan guru Bimbingan 88 Konseling, menunjukkan bahwa mereka sangat setuju jika Permendikbud
Hasil wawancara dengan Julius peserta didik Kelas 8A, SMP PL Domenico Savio Semarang, hari
Permendikbud ini penting karena tindakan perundungan/bullying bisa menjadi luka batin untuk anak seumur hidup, apalagi jika tindak kekerasan atau perundungan/bullying tersebut dilakukan oleh orang yang lebih
90
dewasa itu bisa menimbulkan trauma seumur hidup , sedangkan menurut Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat karena ini sebuah
91
peraturan maka sudah seharusnya diterapkan , lalu menurut guru Bimbingan Konseling, Permendikbud ini penting dan harus digerakkan di
92
sekolah-sekolah. Namun, dalam hal ini peneliti melihat pendapat Ibu Christina bertolak belakang dengan pendapatnya yang terdahulu yang mengatakan bahwa anak akan terbentuk dan berempati karena pernah merasakan dibully. Lalu, beliau mengatakan bahwa karena ini sebuah peraturan jadi sudah seharusnya diterapkan. Padahal menurut peneliti bukan hanya karena ini sebuah peraturan yang memang harus diterapkan. Namun, ini merupakan hak asasi manusia, dimana anak juga berhak untuk diberi perlindungan, dan sebagai satuan pendidikan maka SMP PL Domenico Savio Semarang perlu melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan perundungan/bullying.
90 91 Hasil wawancara dengan Bapak Albertus Suwarto, Op.Cit, hari Jumat tanggal 16 Desember 2016. 92 Hasil wawancara dengan Ibu Christina Sri Munarti, Op.Cit, hari Rabu tanggal 30 Desember 2016.
Hasil wawancara dengan Bapak Gyrillus Harry Setyawan,Op.Cit, hari Jumat tanggal 16 Desember
SMP PL Domenico Savio Semarang.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Guru Bimbingan Konseling dan peserta didik SMP PL Domenico Savio Semarang berdasarkan urutan komponen pendekatan penanganan kekerasan yang dipaparkan oleh Mendikbud dan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, adalah sebagai berikut:
1) Upaya penanggulangan perundungan/bullying di SMP PL Domenico Savio Semarang.
Sampai saat ini SMP PL Domenico Savio selalu memberikan pertolongan kepada anak yang mengalami perundungan/bullying, hal ini diakui oleh peserta didik yang peneliti wawancarai. Menurut mereka ketika ada laporan, maka pelaku dan korban akan segera dipanggil ke ruang guru Bimbingan Konseling dan kedua atau lebih pihak akan diajak mediasi.
93 Menurut peneliti ini merupakan salah satu cara yang
diberikan dalam rangka memberikan pertolongan kepada korban dan sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) huruf a Permendikbud Nomor 82 Tahun 93 Hasil wawancara dengan Agatha, peserta didik kelas 7A, Angela siswi kelas 7A, Meylina peserta
Lingkungan Satuan Pendidikan. Namun, menurut Bapak Harry, kasus perundungan/bullying biasanya tidak langsung dilaporkan kepada orangtua/wali peserta didik baik pelaku maupun korban, menurut beliau kasus hanya akan melibatkan orangtua apabila mediasi antar peserta didik gagal atau kasus tersebut mengakibatkan luka fisik pada korban
94
dan/atau pelaku. SMP PL Domenico Savio Semarang juga telah membangun lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, serta jauh dari tindak kekerasan antara lain dengan melakukan kegiatan pencegahan tindak kekerasan. Di SMP PL Domenico Savio Semarang, setiap minggu terdapat mata pelajaran Bimbingan Konseling untuk setiap kelas. Dalam mata pelajaran itu terdapat pembahasan mengenai sekolah anti perundungan/bullying.
Apabila terjadi perundungan/bullying maka SMP PL Domenco Savio Semarang akan melakukan identifikasi fakta kejadian, hal ini masuk dalam mekanisme pelaporan dan penyelesaian pada Kode Etik Perlindungan Terhadap Kekerasan bagi Peserta Didik. Dalam Pasal 9 angka 2, terdapat tahap penyelidikan aduan yang dapat dilakukan oleh
95 94 tenaga yang ditunjuk sekolah (mis: rujukan, BP, Pamong). Menurut
Hasil wawancara dengan Bapak Gyrillus Harry Setyawan, Op.Cit. hari Jumat tanggal 16 Desember 2016 terdapat dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015. Kemudian dalam Kode Etik Perlindungan Terhadap Kekerasan bagi Peserta Didik juga disebutkan bahwa kasus tersebut nantinya akan dibuatkan laporan dan rekomendasi lalu akan diserahkan kepada pengambil keputusan (Kepala Sekolah, Yayasan) untuk memberikan sanksi. Akan tetapi sebelum memberikan keputusan (sanksi), menurut Kepala Sekolah, biasanya akan dilakukan konsultasi terlebih dahulu kepada pihak-pihak terkait, seperti Guru Bimbingan
96 Konseling, Wali Kelas, Yayasan. Selanjutnya, SMP PL Domenico
Savio tidak memberikan rehabilitasi dan/atau fasilitasi kepada peserta didik yang mengalami tindakan perundungan/bullying disekolah.
Menurut Bapak Harry karena tindakan perundungan yang terjadi di SMP PL Domenico Savio masih tergolong ringan, yaitu hanya berupa memberi nama panggilan di luar nama asli, meng olok-olok dengan menggunakan nama orangtua atau dipanggil dengan nama orangtuanya. Menurut beliau karena hal ini jugalah akhirnya tidak pernah ada kasus perundungan/bullying yang dilaporkan ke Dinas Pendidikan maupun
97
aparat penegak hukum. Bapak Sutarto selaku Kepala Bidang 96 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dinas Pendidikan Kota Ibid. berat yang dilaporkan kepada Dinas Pendidikan, menurut beliau jika masalah perundungan/bullying seperti yang memberi nama panggilan di luar nama asli, mengolok-olok dengan menggunakan nama orangtua atau dipanggil dengan nama orangtua maka dapat diselesaikan di sekolah bersama dengan guru Bimbingan Konseling dan bisa juga dengan orangtua/wali. Apabila masalah tersebut tidak dapat diselesaikan 98 barulah dapat dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Walaupun Bapak Harry mengatakan bahwa sampai saat ini SMP PL Domenico Savio tidak memberikan rehabilitasi dan/atau fasilitasi kepada peserta didik yang mengalami tindakan perundungan/bullying disekolah, tetapi kenyataannya setiap ada kasus perundungan/bullying maka peserta didik baik pelaku maupun korban akan diberikan konseling oleh guru Bimbingan Konseling. Hal ini peneliti lihat sendiri ketika sedang melakukan pra-survei di SMP PL Domenico Savio Semarang. Menurut peneliti pemberian konseling kepada pelaku maupun korban sebenarnya merupakan salah bentuk fasilitasi yang diberikan oleh kepada SMP PL Domenico Savio Semarang kepada peserta didiknya.
mencantumkan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan atau pelaku/pengabaian tindak kekerasan.Pada tata tertib SMP PL Domenico Savio bagian ketentuan lain angka 3 disebutkan bahwa, peserta didik yang melakukan perbuatan tercela di sekolah atau di masyarakat dikenakan tindakan tegas dari sekolah. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bagian Hubungan Masyarakat, Ibu Christina, tata tertib di SMP PL Domenico Savio Semarang memang tidak menjelaskan bahwa peserta didik dilarang melakukan tindakan perundungan/bullying, tetapi menurut beliau perbuatan tercela yang dimaksud dalam tata tertib meliputi juga tidak melakukan tindakan perundungan/bullying. Konsekuensi bagi pelanggar tata tertib ini pun tegas, diantaranya adalah peringatan lisan, peringatan secara tertulis dengan tembusan kepada orangtua/wali, pemberian sanksi, refleksi untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan tingkat pelanggaran dan
99
pemutusan hubungan studi. Walaupun konsekuensinya tegas, menurut peneliti, kalimat “perbuatan tercela” tetaplah tidak secara eksplisit menjelaskan tentang perundungan/bullying. Menurut peneliti, tata tertib tersebut lebih baik jika memasukan larangan melakukan tindakan teman maupun terhadap guru. Tidak hanya tata tertib, Yayasan Pangudi Luhur juga mempunyai panduan perlindungan anak terhadap kekerasan, di dalamnya berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh bapak dan ibu guru dalam mengatasi dan menyelesaikan kasus kekerasan di SMP PL Domenico Savio. Selain itu SMP PL Domenico Savio juga memasukan sikap hormat, patuh, sopan terhadap Kepala Sekolah, guru dan semua anggota sekolah, orang dewasa lain dan teman dalam Rekap Buku Kriteria Penilaian Budi Pekerti/Kepribadian yang nantinya diisi oleh Wali Kelas dan merupakan hasil dari penilaian guru Wali Kelas dan Guru Bimbingan Konseling. Menurut Bapak Harry kalimat “hormat dan sopan” disini dapat diartikan sebagai suatu kewajiban anak untuk tidak melakukan tindak perundungan/bullying baik kepada guru, anggota
100
sekolah maupun teman. Guru bimbingan konseling disini berperan memberikan data peserta didik yang pernah berlaku tidak hormat atau sopan kepada guru, semua anggota sekolah dan peserta didik lainnya selama satu semester kepada Wali Kelas. Kemudian, Wali Kelas akan menilai anak berdasarkan tingkah lakunya ketika anak berada didalam 100 kelas. Rekap Buku Kriteria Penilaian Budi Pekerti/Kepribadian ini pun
Hasil wawancara dengan Bapak Gyrillus Harry Setyawan, Op.Cit. hari Jumat tanggal 16 Desember
Menurut Kepala Sekolah jika semua aspek yang yang dinilai mendapatkan nilai ≤ 180 maka kemungkinan peserta didik bisa tidak naik kelas, walaupun nilai akademiknya baik. Karena itu, peserta didik di SMP PL Domenico Savio dituntut untuk menyeimbangkan nilai akademik dan budi pekertinya, apabila tidak maka kemungkingan mereka bisa tidak naik kelas. Menurut peneliti, kalimat “hormat dan patuh” disini sama seperti kalimat “perbuatan tercela” yang terdapat dalam tata tertib SMP PL Domenico Savio Semarang. Kalimatnya tidak eksplisit menjelaskan tentang perundungan/bullying. Sampai saat ini menurut Kepala Sekolah belum pernah ada peserta didik 101 yang tidak naik kelas karena skor budi pekertinya rendah.
3) Upaya pencegahan perundungan/bullying di SMP PL Domenico Savio Semarang.
Menurut Bapak Sutarto setiap sekolah di Semarang sudah dihimbau agar dapat menciptakan lingkungan satuan pendidikan yang bebas dari
102
perundungan/bullying. Menurut beliau, hal ini dilakukan supaya peserta didik betah berada di sekolah. Upaya tersebut telah dilakukan oleh SMP PL Domenico yang telah membangun lingkungan satuan 101 pendidikan yang bebas dari perundungan/bullying dengan cara
Hasil wawancara dengan Bapak Gyrillus Harry Setyawan, Op.Cit, hari Jumat tanggal 16 Desember
Harry, pembicara dalam seminar tersebut adalah Kapolda Semarang, saat itu beliau memberikan paparan mengenai sanksi-sanksi hukum apabila peserta didik melakukan perundungan/bullying. Seminar ini menurut Bapak Harry memberikan dampak positif kepada peserta didik karena setelah seminar tersebut para pembully menjadi takut untuk membully lagi. Seminar itu sendiri dilakukan pada tahun 2013 dan baru pertama kali dilakukan, setelah itu menurut Bapak Harry belum pernah ada lagi seminar mengenai perundungan/bullying di SMP PL Domenico
103
Savio. Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 ini juga mewajibkan sekolah untuk menerapkan Prosedur Operasi Standar (POS) yang isinya berupa pencegahan perundungan/bullying dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMP PL Domenico Savio sendiri memang belum membuat POS tersebut tetapi menurut peneliti dengan adanya pedoman perlindungan kekerasan terhadap anak berupa Kode Etik Perlindungan Terhadap Kekerasan Bagi Peserta Didik, Pendidik dan Tenaga Pendidikan Yayasan Pangudi Luhur yang disesuaikan dengan Undang- Undang Perlindungan Anak (UUPA) Nomor 23 Tahun 2002, dapat sendiri oleh Yayasan Pangudi Luhur. Kode Etik Perlindungan Terhadap Kekerasan Bagi Peserta Didik, Pendidik dan Tenaga Pendidikan Yayasan Pangudi Luhur terdapat dalam buku pedoman akademik dan buku harian SMP PL Domenico Savio Semarang, sebagai sebuah buku pedoman akademik dan buku harian maka buku ini telah dimiliki oleh semua warga sekolah, baik peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Ketika peneliti mewawancarai informan yang terdiri dari Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Guru Bimbingan Konseling dan 4 peserta didik, semuanya mengatakan bahwa buku ini benar telah dimiliki oleh mereka masing-masing. Sampai saat ini buku pedoman akademik dan buku harian SMP PL Domenico Savio tersebut selalu disosialisasikan secara terus menerus setiap tahunnya pada saat masa orientasi peserta didik
104 baru.
Dalam upaya pencegahan perundungan/bullying, SMP PL Domenico Savio Semarang belum menjalin kerjasama dengan lembaga psikologi, organisasi keagamaan, dan pakar pendidikan. Menurut Kepala Sekolah, hal tersebut disebabkan pendapat beliau yang menganggap perundungan/bullying yang terjadi di SMP PL Domenico Savio Semarang masih terbilang ringan dan penyelesaiannya masih bisa
Semarang juga tidak mempunyai tim pencegahan tindak perundungan/bullying, serta tidak memasang papan layanan pelaporan
105
pengaduan perundungan/bullying. Menurut Bapak Harry hal-hal seperti ini masih belum perlu dilakukan karena peserta didik SMP PL Domenico Savio diberikan hak untuk melaporkan langsung kepada
106 guru/guru Bimbingan Konseling apabila ia menjadi korban bullying.
Menurut Ibu Christina, dengan adanya papan layanan itupun sebenarnya akan membuat peserta didik menjadi manja, karena semua hal bahkan
107 yang paling ringan saja bisa peserta didik laporkan kepada dinas.
Namun menurut peneliti papan layanan tersebut sebenarnya tidak akan membuat peserta didik menjadi manja seperti yang dikatakan oleh Ibu Christina. Justru dengan adanya papan layanan tersebut sebenarnya SMP PL Domenico Savio Semarang telah membantu memberikan perlindungan kepada korban yang merasa malu atau enggan untuk melapor.
105 106 Ibid.
Hasil wawancara dengan Bapak Gyrillus Harry Setyawan, Op.Cit, hari Jumat tanggal 16 Desember
Pembahasan 1. Pembudayaan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP PL Domenico Savio.
Menurut Hilman Hadikusuma, budaya hukum adalah tanggapan umum yang sama dari masyarakat tertentu terhadap gejala-gejala hukum.
Tanggapan yang sama ini dapat bersifat menerima atau bersifat menolak. Terdapat 3 budaya hukum yang dapat dikelompokkan menjadi 3 wujud perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat yaitu, budaya parokial, budaya subjek dan budaya partisipan. Menurut peneliti 3 wujud perilaku manusia ini merupakan suatu tahapan yang menggambarkan masyarakat dengan cara berpikir terbatas, sedang, dan luas. Untuk menentukan budaya hukum pada tanggapan dan upaya-upaya yang dilakukan oleh SMP PL Domenico Savio Semarang maka dilakukan analisis sebagai berikut.
1.1. Tanggapan
Berdasarkan tanggapan yang telah dijelaskan dihasil penelitian, maka budaya hukum yang terbentuk adalah budaya partisipan
(participant culture) . Tanggapan komunitas SMP PL Domenico Savio
Semarang menurut peneliti telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam budaya masyarakat pasrtisipan. Hampir semua informan menerima adanya Permendikbud ini, tetapi ada beberapa orang yang
Dalam tanggapan ini, terdapat beberapa informan yang menolak. Menurut peneliti informan yang menolak ini masih berbudaya takluk. Misalnya saja Ibu Christina, beliau mengatakan, seorang anak akan terbentuk melalui lingkungan dan anak bisa menerima diri dan berempati karena pernah merasakan dibully, karena itu anak tidak kemudian harus dilindungi. Walaupun begitu menurut beliau karena ini sebuah peraturan maka sudah seharusnya diterapkan. Menurut peneliti tanggapan Ibu Christina ini menggambarkan budaya takluk pada masyarakat budaya partisipan. Beliau hanya takluk pada sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal ini Permendikbud, dan merasa Permendikbud ini memang perlu diterapkan tanpa beliau mengerti fungsi dari Permendikbud ini sendiri.