FITRIA RAHMAWATI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar

  menjawab pernyataan

  ‘what’, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

  sebagainya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

  Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Tahu (Know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah karena tingkatan ini hanya mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari selutruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

  d. Analisis (Analysis) Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen

  • –komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

  • – formulasi yang ada.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu obyek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

  • –kriteria yang telah ada.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Pendidikan

  Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut.

  b. Paparan Media Massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronika berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapan media masa (televisi, radio, majalah, pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih hanya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media masa.

  c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

  d. Hubungan Sosial Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara batinnya akan lebih terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

  e. Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dan lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2003) dalam memperoleh pengetahuan dibagi dalam 2 kelompok : a. Cara Tradisional

  Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistemik dan logis. Cara

  • – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain, meliputi : 1) Cara Coba –Salah (Trial and error)

  Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna.

  2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemuka agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan.

  3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

  4) Melalui jalan pikiran Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan

  • –pernyataan yang dikemukakan dan dicari hubungannya sehingga dapat diambil kesimpulan.

  b. Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan murah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular (research methodology). Setelah diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif

  • –induktif maka lahirlah suatu penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.

5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

  Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

  a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh pernyataan.

  b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pernyataan.

  c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pernyataan.

B. Pola Pemberian Makan Balita 1. Pengertian Pola Makan

  Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas suatu keompok masyarakat tertentu. Pemberian makanan balita adalah segala upaya dan cara ibu untuk memberikan makanan pada anak balita dengan tujuan supaya kebutuhan makan anak tercukupi, baik dalam jumlah maupun nilai gizinya (Karyadi,E. dan Kolopaking, R., 2007).

  Pola pemberian makanan balita dapat diartikan sebagai upaya dan cara yang biasa dipraktekkan ibu untuk memberikan makanan kepada anak balita mulai dari penyusunan menu, pengolahan, penyajian dan cara pemberiannya kepada balita supaya kebutuhan makan anak tercukupi, baik dalam macam, jumlah maupun nilai gizinya.

  Pemberian makanan pada anak bertujuan untuk mencapai tumbuh kembang anak secara optimal. Pemberian makanan yang baik dan benar dapat menghasilkan gizi yang baik sehingga meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan seluruh potensi genetik yang ada secaraoptimal.

  Menurut Judarwanto (2004) pemberian makanan pada anak mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. Fungsi fisiologis yaitu memberikan nutrisi sesuai kebutuhan agar tercapai tumbuh kembang yang optimal.

  b. Fungsi psikologis, penting dalam pengembangan hubungan emosional ibu dan anak sejak awal.

  c. Fungsi sosial/edukasi yaitu melatih anak mengenal makanan, keterampilan makan dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

  Pemberian makanan pada anak secara tidak langsung menjadi alat untuk mendidik anak. Kebiasaan dan kesukaan anak terhadap makanan mulai dibentuk sejak kecil. Jika anak diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan mulai usia dini, pola makan dan kebiasaan makan pada usia selanjutnya adalah makanan beragam. Secara dini anak harus dibiasakan makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang sebagai bekal dikemudianhari.

  Waktu makan yang teratur membuat anak berdisiplin tanpa paksaan dan hidup teratur. Seperti halnya membiasakan anak makan dengan cara makan yang benar tanpa harus disuapi, makan dengan duduk dalam satu meja sejak dini, dan membiasakan mencuci tangan sebelum makan serta menggunakan alat makan dengan benar dapat melatih anak untuk mengerti etika dan juga mengajarkan anak hidup mandiri, serta mendidik anak hidup bersih danteratur.

2. Tahapan Pemberian Menu Makan

  a. Penyusunan Menu Pemberian makan pada balita harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhannya. Pengaturan makan dan perencanaan menu harus selalu dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan gizi, usia dan keadaan kesehatannya. Pemberian makan yang teratur berarti memberikan semua zat gizi yang diperlukan baik untuk energi maupun untuk tumbuh kembang yang optimal. Jadi apapun makanan yang diberikan, anak harus memperoleh semua zat yang sesuai dengan kebutuhannya, agar tubuh bayi dapat tumbuh dan berkembang. Artinya, selain tubuh bayi menjadi lebih besar, fungsi

  • – fungsi organ tubuhnya harus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia bayi.

  Oleh karena itu pengaturan makanan harus mencakup jenis makanan yang diberikan, waktu usia makan mulai diberikan, besarnya porsi makanan setiap kali makan dan frekuensi pemberian makan setiap harinya. Mulai memasuki usia 1 tahun, orang tua perlu membuat jadwal harian pola makan anak (food diary) agar anak terbiasa dengan pola makan yang teratur.

  Selain jadwal makan, mencatat jenis makanan, porsi serta jumlah yang dikonsumsi anak dan jenis makanan apa saja yang disukai atau tidak disukai anak, bahkan bila ada makanan yang menyebabkan alergi dapat diketahui dari food diary ini (Karyadi,E. dan Kolopaking,R., 2007).

  Diharapkan kebiasaan makan yang teratur, baik, dan sehat ini akan terus melekat sepanjang hidup anak dan hal itu merupakan modal bagi pemeliharaan gizi anak untuk usia selanjutnya.

  Pengaturan jenis dan bahan makanan yang dikonsumsi juga harus diatur dengan baik agar anak tidak cepat bosan dengan jenis makanan tertentu. Makanan yang memenuhi menu gizi seimbang untuk anak bila menu makanan terdiri atas kelompok bahan makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur serta makanan yang berasal dari susu (Karyadi,E.dan Kolopaking,R.,2007). Dalam praktek, keanekaragaman bahan makanan itu dapat diwujudkan dengan menerapkan pola susunan hidangan ”empat sehat lima sempurna”, yaitu diterapkannya penggunaan empat kelompok bahan makanan dalam menu makanan anak sehari-hari yang diperkaya dengan segelas susu. Komposisi makanan anak mulai usia tahun kedua dapat digambarkan dalam bentuk ”piramida komposisi maka nan”. Luas bidang pada masing –masing petak kelompok bahan makanan pada piramida menggambarkan perbandingan banyaknya porsi kelompok bahan makanan pada setiap kali pemberian makan. Nasi atau sumber karbohidrat lain seperti kentang atau roti menempati bidang yang paling luas pada dasar piramida.

  Hal ini menunjukkan bahwa nasi atau penggantinya merupakan bahan yang porsinya paling besar karena merupakan sumber energi. Sebaliknya, lemak atau minyak dan gula ditempatkan pada puncak piramida. Makanan yang mengandung lemak, minyak, dan makanan manis harus dibatasi sesedikit mungkin karena kurang baik bagi anak.

  Besar porsi makanan setiap kali makan harus sesuai. Agar kecukupan gizi anak terpenuhi, maka bukan saja jenis bahan makanan yang diberikan harus beragam, tetapi juga harus memperhatikan banyaknya makanan yang dimakan atau besar porsi makanan setiap kali makan.

  Porsi makan yang kurang akan menyebabkan anak kekurangan zat gizi. Sebaliknya porsi makan yang berlebih juga akan menyebabkan anak menjadi kelebihan gizi hingga menjadi kegemukan. Beberapa penelitian menyimpulkan, mereka yang pada masa kanak-kanak dan remaja telah mengalami kegemukan (overweight), lebih rentan terhadap penyakit diabetes atau kencing manis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit lainnya (Moehyi, 2008).

Tabel 2.1 Contoh Menu Anak Usia 1 – 3 Tahun Waktu u Menu Bahan Makanan Ukuran Kalori

  Bangun Tidur Susu 1 gelas Susu 150 ml 100 Jam 07.00 (sarapan) Bubur Ayam Beras 20 g 182 Sayur Kacang merah 20 g Ayam giling 30 g

  Tomat 1 buah Bayam 20 g Wortel 20 g Bawang putih 1 siung

  Ng Daun seledri ½ sdm Garam ½ sdm Air 150 ml

  Jam 10.00 (makanan selingan) Jus Alpukat Daging alpukat 50 g 196 Susu skim bubuk 1 sdm

  Madu 50 g Krim moka 10 g Air matang 75 ml Jam 12.00

  (makan siang) Nasi tim Beras 20 g 218 Sayur daging Daging sapi giling 25 g Tahu 50 g

  Tomat 25 g Wortel 50 g Mentega 1 sdt Jam 16.00

  (makanan selingan) Jus papaya Pepaya 100 g

  93 Jeruk Air jeruk 1 sdm Gula pasir 1 sdt Jam 18.00 (makan malam)

  Nasi tim Beras 20 g 119 Brokoli Brokoli cacah halus 25 buah Teri nasi 10 g Kaldu ayam 250 ml Minyak sayur 1 sdm Sebelum tidur Susu 1 gelas Susu 150 ml 100

  Total kalori 1008 Sumber : Karyadi, E. dan Kolopaking, R. (2007).

Tabel 2.2 Contoh Menu Anak Usia 3 – 5 Tahun Waktu Menu Bahan Ukuran Kalori

  Jam 06.00 Susu Susu sapi segar 150 ml 100 Jam 07.00 (sarapan) Nasi uduk Nasi uduk 1 mangkuk 266

  Dadar telur Telur I butir Jam 10.00 Roti isi kacang 1 porsi 258 Jam 12.00 (makan siang)

  Nasi Beras 150 gr 400 Ayam goreng Ayam 1 potong dada Sayur bayam Bayam 50 gr Jagung 30 gr Tahu tepung Tahu 25 gr Tepung 30 gr

  Jam 16.00 Pisang segar I buah pisang 100 g

  95 Jam 18.00 (makan malam) Nasi putih Nasi 150 g 432

  150 g Tumis jamur Jamur 30 g Jagung muda 50 g Nanas potong

  30 Total Kalori 1551 Sumber : Karyadi, E. dan Kolopaking, R. (2007).

  b. Pengolahan Keamanan pangan untuk balita tidak cukup hanya menjaga kebersihan tetapi juga perlu diperhatikan selama proses pengolahan. Proses pengolahan pangan memberikan beberapa keuntungan, misalnya memperbaiki nilai gizi dan daya cerna, memperbaiki cita rasa maupun aroma, serta memperpanjang daya simpan (Auliana, 1999).

  Bahan makanan yang akan diolah disamping kebersihannya juga dalam penyiapan seperti dalam membuat potongan bahan perlu diperhatikan. Hal ini karena proses mengunyah dan refleks menelan balita belum sempurna sehingga anak sering tersedak.

  Penggunaan bumbu dalam pengolahan juga perlu diperhatikan. Menurut Uripi, V (2004) pemakaian bumbu yang merangsang perlu dihindari karena dapat membahayakan saluran pencernaan dan pada umumnya anak tidak menyukai makanan yang beraroma tajam.

  Pengolahan makanan untuk balita adalah yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi yaitu direbus, diungkep atau dikukus.

  Untuk pengolahan dengan dipanggang atau digoreng yang tidak menghasilkan tekstur keras dapat dikenalkan tetapi dalam jumlah yang terbatas. Disamping itu dapat pula dilakukan pengolahan dengan cara kombinasi misal direbus dahulu baru kemudian dipanggang atau direbus/diungkep baru kemudian digoreng.

  c. Penyajian Penyajian makanan salah satu hal yang dapat dapat menggugah selera makan anak. Penyajian makanan dapat dibuat menarik baik dari variasi bentuk, warna dan rasa. Variasi bentuk makanan misalnya dapat dibuat bola-bola, kotak, atau bentuk bunga. Penggunaan kombinasi bentuk, warna dan rasa dari makanan yang disajikan tersebut dapat diterapkan baik dari bahan yang berbeda maupun yang sama. Disamping itujugadepatmenggunakanalatsajiataualatmakanyanglucusehingga selain anak tergugah untuk makan, anak tertarik untuk dapat berlatih makan sendiri. d. Cara Pemberian Makanan untukAnak Anak balita sudah dapat makan seperti anggota keluarga lainnya dengan frekuensi yang sama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali makan selingan yaitu menjelang siang dan pada sore hari. Meski demikian cara pemberiannya dengan porsi kecil, teratur dan jangan dipaksa karena dapat menyebabkan anak menolak makanan.

  Waktu makan dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk belajar bagi anak balita, seperti menanamkan kebiasaan makan yang baik, belajar keterampilan makan dan belajar mengenai makanan. Orang tua dapat membuat waktu makan sebagai proses pembelajaran kebiasaan makan yang baik seperti makan teratur pada jam yang sama setiap harinya, makan di ruang makan sambil duduk bukan digendongan atau sambil jalan-jalan.

  Makan bersama keluarga dapat memberikan kesempatan bagi balita untuk mengobservasi anggota keluarga yang lain dalam makan. Anak dapat belajar cara menggunakan peralatan makan dan cara memakan makanan tertentu. Anak usia ini mulai mengetahui cara makan sendiri meskipun masih mengalami kesulitan untuk mengambil atau menyendok makanan dengan demikian anak dilatih untuk dapat mengeksplorasi keterampilan makan tanpa bantuan.Untuk menumbuhkan keterampilan makan anak secara mandiri anak jangan dibiasakan untuk selalu disuapi oleh orang tua atau pengasuhnya.

  Acara makan bersama juga dapat mengajarkan balita mengenai makanan. Secara umum anak lebih suka memakan makanan yang dimakan orang tuanya. Seiring bertambahnya usia anak balita mulai tertarik dengan makanan yang dimakan oleh teman-temannya. Dengan demikian, orang tua sangat berperan dalam memberikan model atau contoh bagi anak dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makan Balita

  a. Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita Pengetahuan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh menggunakan dan mengapa pangan diperlukan untuk kesehatan. Pengetahuan pangan dan gizi orang tua terutama ibu berpengaruh terhadap jenis pangan yang dikonsumsi sebagai refleksi dari praktek dan perilaku yang berkaitan dengan gizi (Zulkarnaen,dkk.,2000). Adanya pengetahuan gizi diharapkan seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui akibat apabila terjadi kurang gizi.

  Pengetahuan tentang pangan dan gizi dapat diperoleh melalui berbagai media baik cetak (majalah, tabloid) maupun elektronik (radio, televisi, internet) disamping dari buku-buku. Selain itu juga bisa diperoleh melalui pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas.

  Sumber informasi yang dapat menambah pengetahuan ibu di luar pendidikan formal yang sering dipergunakan dan menarik sebagian besar ibu rumah tangga di pedesaan, sehingga memungkinkan informasi termasuk pengetahuan pangan, gizi dan kesehatan adalah media elektronik diantaranya televise dan radio. Namun, menurut penelitian Zulkarnaen,dkk (2000) untuk ibu-ibu rumah tangga di desa keberadaan posyandu justru lebih banyak dimanfaatkan sebagai sumber informasi pangan, gizi dan kesehatan. Hal ini karena disamping adanya kegiatan- kegiatan penyuluhan (penyampaian pesan-pesan gizi), posyandu juga merupakan tempat pertemuan ibu-ibu yang memiliki balita sehingga sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi dan pengalaman dalam mengasuh balitanya.

  b. Pendidikan Menurut UU No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab I pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pendidikan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akandatang. Berkaitan dengan jenjang atau tingkatan yang ada dalam pendidikan sekolah, sikap dan kepribadian seseorang akan berubahsetelah memperoleh pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan yang berbeda- beda.

  Menurut Kusumawati, Yuli (2004) latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi. Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi.

  Pendidikan ibu disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan untuk rumah tangga. Wahidah (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga berhubungan positif dengan perbaikan pola konsumsi pangan keluarga dan pola pemberian makanan pada bayi dan anak. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi melalui pemilihan bahan pangan.

  c. Pendapatan RumahTangga Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun hasi sendiri dengan jalan dinilai dengan uang atas dasar harga saat itu (Mulyono,dkk 1985). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2007 naik 17% menjadi US$ 1.946 atau sekitar 17,9 juta rupiah per tahun (kurs 9.200), berarti pendapatan per kapita rata

  • – rata masyarakat Indonesia per bulan sekitar 1,46 juta rupiah.

  Struktur pendapatan rumah tangga di pedesaan bervariasi tergantung pada keragaman sumber daya pertanian. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Akses ke daerah perkotaan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non- pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usaha tani/ternak dan berburuh tani. Sedangkan dari sektor nonpertanian berasal dari usaha nonpertanian, profesional, buruh non pertanian dan pekerjaan lainnya di sektor non pertanian.

  Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga. Akan tetapi mutu makanan tidak selalu membaik jika diterapkan pada tanaman perdagangan. Tanaman perdagangan menggantikan produksi pangan untuk rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh dari tanaman perdagangan itu atau peningkatan pendapatan yang lain mungkin tidak digunakan untuk membeli pangan atau bahan-bahan berkualitas gizi tinggi. Pendapatan keluarga menurut Wahidah (2005) adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan pengaruh dalam taraf hidup keluarga.

  Pengaruh di sini lebih diorientasikan pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. d. Besar Keluarga Wahidah (2005) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

  Termasuk dalam hal ini akan mempengaruhi konsumsi pangan. Sehingga jumlah anggota keluarga yang semakin besar akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan.

  Menurut Zulkarnaen,dkk (2000) jumlah anggota rumah tangga yang sedikit akan lebih mudah meningkatkan kesejahteraan, pemenuhan pangan dan sandang serta upaya meningkatkan pendidikannya lebih tinggi. Keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak yang sedikit. Jika besar keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak dari pada anak yang lebih tua.

  e. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya (Suhardjo, 2003). Mengembangkan kebiasaan makan, berarti mempelajari cara yang berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu dimulai dari permulaan hidupnya dan akan menjadi perilaku yang berakar diantara kelompok penduduk.

  Kebiasaan makan adalah suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dari nilai

  • – nilai yang dianut oleh seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Pada masyarakat kota modern dimana hampir semua orang menghabiskan waktu dari pagi sampai sore di tempat kerja sudah tentu tidak banyak mempunyai waktu untuk memasak makanan. Biasanya pada masyarakat seperti ini akan berkembang kebiasaan makan di restoran cepat saji dimana nilai gizi yang terkandung dalam makanan belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Hal sebaliknya terjadi pada masyarakat pedesaan dimana kebiasaan makan keluarga dari makanan yang diolah dan dimasak sendiri.

  Kebiasaan makan seseorang terbentuk dari proses belajar (learning

  behavior ). Apabila sejak dini orang tua tidak memperkenalkan atau

  membiasakan makan dengan benar maka hal itu akan terbawa hingga anak dewasa. Hal ini karena bersamaan dengan pangan yang disajikan dan diterima baik langsung atau tidak langsung, anak-anak menerima pula informasi yang berkembang menjadi perasaan, sikap dan tingkah laku serta kebiasaan yang dapat mereka kaitkan dengan pangan.

4. Penilaian Pola Pemberian Makan

  Menurut jurnal tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak-Kanak Nurul Huda Kecamatan Indra Jaya Kabupaten Pidie Tahun 2012 oleh Junaidi penilaian pola pemberian makan dapat dilakukan menggunakan rumus:

  = × 100%

  Keterangan: N : nilai pola makan Sp : skor yang didapat Sm : skor maksimum Persentase diinterpretasikan dengan nilai patokan:

  a. Kategori baik = > 15 mean

  b. Kategori kurang baik = 15 mean C.

   Faktor Pendapatan

  Merupakan jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan yang dapat dikategorikan dalam penghasilan yang kurang, cukup maupun berpenghasilan tinggi yang nantinya akan berpengaruh dalam memantau tumbuh kembang. Atau menggunakan standar UMR (Upah Minimum Regional) yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. UMR Kabupaten Banyumas tahun 2016 sebesar Rp.1.350.000.Pengukuran pendapatan juga dapat dilakukan berdasarkan persepsi individu berdasarkan pendapatannya selama satu bulan dengan dinyatakan ke dalam persepsi kurang, cukup dan tinggi menurut tingkat kecukupan kebutuhannya. (Badan Pusat Statistik, 2008).

1. Tingkat Pendapatan Keluarga

  a. Data Ekonomi Keluarga Data ekonomi keluarga meliputi: 1) Pekerjaan (pekerjaan utama, misalnya pekerjaan pertanian, dan pekerjaan tambahan, misalnya pekerjaan musiman).

  2) Pendapatan keluarga (gaji, upah, imbalan, industri rumah tangga, pertanian pangan/non pangan, dan hutang).

  3) Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, mobil, motor, dan lain-lain).

  4) Pengeluaran/anggaran (pengeluaran untuk makanan, pakaian, listrik, pendidikan, minyak/bahan bakar, transportasi, rekreasi, dan lain-lain). 5) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim.

  (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).

2. Sumber Pendapatan Keluarga

  Pendapatan Keluarga adalah jumlah pendapatan tetap dan sampingan dari kepala keluarga, ibu, dan anggota keluarga lain dalam 1 bulan dibagi jumlah seluruh anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan (Ernawati, 2006).

  Sumber-sumber pendapatan keluarga didapatkan dari upah, gaji, imbalan, industri rumah tangga, dan pertanian pangan/non pangan. Kekayaan berbeda dengan Pendapatan, karena kekayaan menandakan kepemilikan saham asset, sedangkan pendapatan merupakan aliran daya beli. Kekayaan mewakili kapasitas yang lebih permanen dalam jangka panjang, sedangkan pendapatan mewakili kapasitas dalam jangka pendek. Kekayaan dan pendapatan berkorelasi positif, karena pendapatan yang disimpan dan / atau diinvestasikan dapat menjadi kekayaan, dan kekayaan dapat menjadi sumber penghasilan, keluarga dengan berpenghasilan lebih dapat menambah kekayaan, dan keluarga dengan kekayaan lebih dapat memperoleh tambahan pendapatan (Raffalovich, Monnat, & Tsao, 2009).

D. Status Gizi

  Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi seseorang. Apabila asupan tersebut sesuai maka disebut status gizi baik, jika asupan kurang disebut status gizi kurang dan selanjutnya asupan gizi lebih (Indonesian Nutrition Network Forum, 2005).

  Status gizi sangat penting untuk diketahui guna menentukan ada tidaknya gangguan gizi. Gangguan gizi yang terjadi pada bayi dan balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, baik pada masa balita maupun pada masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian karena balita adalah generasi penerus bangsa. Penyebab gangguan gizi pada anak adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi yang di peroleh dengan kebutuhan tubuh, termasuk kurangnya asupan gizi (lemak, protein dan karbohidrat), infeksi dan yang paling penting karena kurangnya perhatian dari ibu maupun keluarga terdekat (Arty, 2009).

1. Klasifikasi Status Gizi

  Klasifikasi status gizi balita telah disepakati oleh pakar gizi pada bulan Mei tahun 2000 di semarang tentang standar baku nasional diIndonesia, yaitu nilai indeks antropometri berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS.

  Indikator berat badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi sekarang, klasifikasi terdiri dari gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Indikator tinggi badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi masa lalu, klasifikasi terdiri dari normal dan pendek. Indikator berat badan menurut tinggi badan digunakan untuk menilai keadaan gizi secara lebih khusus karena mencerminkan keadaan gizi masa lalu dan sekarang, klasifikasi terdiri dari gemuk, normal, kurus, dan kurus sekali (Indonesia Nutrition Network Forum, 2005).

  Pemilihan dan penggunaan indikator sangat dipengaruhi oleh subjek yang akan diukur dan ditimbang, ketersediaan alat dan kemampuan petugas.

  Pengukuran tinggi badan pada kelompok balita sering mengalami kesulitan, selain itu dalam pelaksanaannya dibutuhkan dua orang petugas yang terlatih. Pelaksanaan pengukuran antropoetri terhadap balita diPosyandu masih terbatas pada penimbangan berat badan menggunakan dacin dengan pertimbangan lebih mudah dalam pelaksanaan dan lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum (Indonesia Nutrition Network Forum, 2005).

2. Tujuan Pemantauan Status Gizi

  Tujuan pemantauan status gizi adalah untuk memperoleh data atau informasi status gizi seseorang, kelompok atau masyarakat sehingga dapat diketahui status kesehatannya. Tujuan umum kegiatan pemantauan status gizi adalah tersedianya informasi status gizi secara berkala dan terus- menerus, guna evaluasi perkembangan status gizi, penetapan kerjasama dan perencanaan jangka pendek (Supariasa, 2012). Pemantauan berguna untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan, sehingga intervensi akan lebih cepat dilakukan sebelum kondisi menjadi lebih parah (Sedioetama, 2004).

3. Cara Pemantauan Status Gizi

  Cara pemantauan dan penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada umumnya pemantauan status gizi adalah dengan cara antropometri yaitu menilai ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

  Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).

  Umur sangat penting dalam pemantauan status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut puslitbang gizi, batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh, dan untuk anak umur 0 sampai 2 tahun digunakan bulan usia penuh (Supariasa, 2002).

  Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, menurutnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks berat badan menurut umur menggambarkan status gizi saat ini. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur adalah gizi baik bila berat badan berada > 80% dari median berat baku rujukan WHO-NCHS (National Centre for Health Statistics), gizi kurang 61- 80 persen dan gizi buruk ≤ 60 persen (Supariasa, 2002).

4. Status Gizi Baik

  Cara mengetahui pertumbuhan berat badan anak balita dan usia sekolah dapat menggunakan KMS, Selanjutnya, jabaran AKG menurut takaran konsumsi makanan sehari, berdasarkan kelompok umur adalan sebagai berikut:

Tabel 2.3 Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi kelompok umur 3-5 tahun Golongan Umur Bahan Makanan Berat (gr) URT

  3-5 tahun Nasi 300 2 ½ gelas Daging 100 2 potong Telur 50 1 butir Tempe 50 2 potong Kacang hijau 10 1 sdm Buah 200 2 buah pisang Sayuran 100 2 magkuk Gula 25 2 ½

  sdm

  Minyak 10 1 sdm Susu 400 2 gelas

  Sumber : Pudjiaji (2003) 5.

   Penilaian Status Gizi

  a. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

  b. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks massa tubuh merupakan cara untuk menggambarkan berat badan dalam hubungannya dengan tinggi badan.

  c. Indeks Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

  Berapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu : 1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

  Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka BB berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, makan indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. 2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

  Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. 3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

  Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Tabel 2.4 Gabungan Beberapa Indeks Antropometri BB / TB BB / U TB / U Status gizi

  Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang gizi Normal Normal Rendah Baik Normal Tinggi Tinggi Jangkung, baik Rendah Rendah Tinggi Buruk Rendah Rendah Normal Buruk / kurang Rendah Normal Tinggi Kurang Tinggi Tinggi Rendah Lebih, kemungkinan obes Tinggi Rendah Rendah Lebih, pernah kurang gizi Tinggi Tinggi Rendah Lebih, tetapi tidak obes

  Sumber : Arisman, 2007 Bentuk indikator gabungan diatas dimaksudkan untuk mempertajam dan memperjelas interprestasi status gizi agar penanggulangannya dapat lebik baik dalam menentukan prioritas maupun jenis perlakuan atau intervensi.

Tabel 2.5 Klasifikasi Menurut Standar WHO-NCHS Indeks Status Gizi Ambang batas

  BB / U Gizi lebih > 2,0 SD Gizi baik - 2,0 SD / + 2 SD Gizi kurang < - 2 SD Gizi buruk < - 3,0 SD Berdasarkan penilaian Z-skor adalah sebagai berikut :

  a. BB/ U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score ) 1) Gizi buruk ; <- 3 SD 2) Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD 3) Gizi baik : -2 SD sampai +2 S 4) Gizi lebih ; > +3 SD

  b. TB/ U ( Tinggi badan menurut Umur berdasarkan Z-Score) 1) Normal : > -2 SD 2) Rendah : <-2 SD Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score diklasifikasikan menjadi : 1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) ; <-3 SD 2) Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD 3) Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD 4) Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD

  Dampak kurang gizi pada anak dapat meningkatkan risiko kematian, menghambat perkembangan kognitif, dan mempengaruhi status kesehatan pada usia remaja dan dewasa (Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011).

  c. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ- organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Tanda klinik seperti pucat, kemungkinan defisiensi zat gizinya adalah kurang zat besi, gusi berdarah kemungkinan kurang vitamin c, dan pembesaran kelenjar tiroid kemungkinan kurang yodium.

  d. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja, dan juga eberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

  Penggunaan: Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

  e. Biofisik Merupaan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

  Penggunaan: Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemic. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

6. Karakteristik dan Fungsi Gizi

  a. Protein Protein merupakan senyawa yang berasal dari nitrogen organik yang sangat kompleks dengan asam amino sebagai unit penyusunnya.

  Asam amino tersusun atas unsur karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan pada keadaan tertentu, unsur fosfor. 1) Fungsi Protein

  Protein berperan sebagai penunjang pertumbuhan, pengatur proses tubuh, dan energy. Sebagai penunjang pertumbuhan, protein merupakan unsur utama matriks tulang dan gigi, kulit, kuku, rambut, sel darah dan serum. Protein dalam pengaturan proses tubuh menjalankan fungsi yang sangat khusus. Protein juga merupakan sumber energi, ini dapat dipahami karena tiap gram protein menghasilkan kurang lebih 4 kkal. (0,01 MJ). 2) Masalah Kelebihan dan Kekurangan Protein

  Masalah yang diakibatkan oleh asupan protein berlebih terjadi bila asupan protein lebih dari 20% total kalori selama masa bayi. Kompensasi kelebihan protein yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan air dapat menimbulkan dehidrasi. Kurang gizi dan infeksi saling berkaitan, membentuk sebuah lingkaran setan, anak terkena infeksi kelhilangan nafsu makan sehingga asupan zat gizi kurang dari kebutuhan dan menyebabkan peningkatan proses metabolism. Kadar protein semakin berkurang, akibatnya ketahanan tubuh menurun sehingga anak mudah terserang infeksi.

  b. Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa organic yang paling banyak ditemukan dan melimpah diseluruh dunia. Karbohidrat dapat diklasifikasikan sebagai monosakarida (gula simpleks), disakarida (gula ganda), dan polisakarida (termasuk molekul gula simpleks). 1) Peran Karbohidrat

  Karbohidrat diguaakan sebagai pemenuhan kebutuhan energi oleh tubuh. Namun, ada beberapa karbohidrat digunakan juga untuk sintesis sejumlah senyawa pengatur seperti karbohidrat sebagai pengasil energi, aksi penadangan protein, pengatur metabolisme lemak, dan berperan dakam system penernaan. 2) Sumber Karbohidrat

  Pada masa bayi muda, lakosa merupakan karbohidrat yang dihasilkan lebih banyak dari ASI dan susu sapi. Namun, seiring pertambahan usia, pemenuhan kebutuhan karbohidrat pada bayi perlu ditambahkan dari sumber lain, seperti biji-bijian, roti, dan makanan lain misalnya kentang. 3) Masalah Kekurangan dan Kelebihan Karbohidrat

  Kekurangan karbohidrat terjadi bila asupan karbohidrat rendah atau dibawah kebutuhan tubuh. Bila karbohidrat tidak ada sama sekali dari makanan yang dikonsumsi, segera munul gejala dehidrasi, ketosis, kehilangan protein tubuh, kelelahan, dan kehilangan energi. Asupan karbohidrat yang berlebihan mengakibatkan penurunan asupan zat gizi esensial lain sehingga timbul defisiensi gizi dan kelebihan berat badan.

  c. Lemak Lemak merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen. Namun proporsi oksigen lebih rendah. Seara kimiawi, lemak makanan terdiri atas ampuran trigliserida. Asam lemak dibedakkan menjadi asam lemak jenuh merupakan asam lema yang stabil dan tidak mempunyai ikatan ganda. Asam lemak tak jenuh memiliki lebih dari dua ikatan yang bereaksi seara bertahap dengan udara. Reaksi ini menyebabkan tengik. Asam lemak tak jenuh diperoleh dari asam oleat, asam linoleat dan asam arakidonat.

  Fungsi utama lemak adalah memberikan energi. Tiap gram lemak setelah proses oksidasi menghasilkan kurang lebih 9 kalori. Lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Lemak memberikan perasaan kenyang karena keepatan pengosongan dari lambung berhubungan dengan kandungan lemak dalam makanan.

  d. Vitamin Vitamin merupakan bahan makanan organic. Dalam jumlah keil, vitamin diperlukan untuk pertumbuhan normal dan kesehatan tubuh.

  Jumlah vitamin yang dibutuhkan tubuh sehari-harinya relative keil karena vitamin diperkirakan sebagai katalisator.

  1) Maam-maam Vitamin dan Manfaatnya

  a) Vitamin A adalah Vitamin larut dalam lemak pertama yang ditemukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan Nama Retinol Fungsi Vitamin A : Berperan dalam Penglihatan, dan . merupakan salah satu komponen penyusun pigmen mata. selain itu fungsi vitamin A juga ikut berperan penting menjaga kesehatan, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan dan sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit.

  Sumber-sumber Vitamin A , Hewani : Hati, Kuning telur, susu, mentega dan minyak ikan.Nabati : Karoten sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau, dan buah-buahan yang berwarna kuning seperti Wortel, pisang dan pepaya.Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin Adapat mengakibatka

  

rabun senja, katarak dan penurunan daya tahan

tubuh.

  b) Vitamin BAda beberapa kelompok golongan Vitamin B (B ) dan secara umum manfaat vitamin B berperan penting

  Komplek

  dalam metabolisme tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat kita melakukan aktivitas. Peranan Vitamin B di dalam tubuh sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi.

  Selain itu beberapajenis-jenis vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah Sumber vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan

  c) Vitamin C nama lainnya yaitu asam askorbat. Banyak sekali manfaat vitamin C bagi kesehatan tubuh kita. Diantara yaitu berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong organ lain. Selain itu Vitamin C merupakan antioksidan alami yang bisa menangkal berbagai radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh kita sehingga meminimalisir risiko terjadinya berbagai penyakit degenaratif, seperti dan berbagai jenis penyakit degeneratif lain.Selain itu, vitamin c juga berperan dalam menjaga kebugaran tubuh da sangat baik dan ber

  

bisa mencegah mencegah berbagai jenis penyakit dan

infeksi.

  Sumber Vitamin C yaitu Jeruk banyak terdapat pada buah- buahan seperti jeruk, tomat, semangka da

  

lainnya. Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan Gusi

berdarah dan nyeri pada persendian, kurangnya imunitas tubuh.

  namun kelebihan konsumsi vitamin C berdampak buruk terhadap ginjal dan gangguan saluran pencernaan.