Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional tahun 1995-2005 - USD Repository

  ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA NASIONAL TAHUN 1995-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Swasinto Hernukoro NIM : 011324003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  MO TT O !

  ‘ Beribu-ribu jalan yang akan kulalui, kutentukan saat awal kumelangkah. ’

  • Master Lanjar--- ‘ Episode yang telah ku lampaui telah menjadi episode yang terlewati dan tak mungkin terlintasi kembali.

  Episode yang akan ku tempuh esok, masih menjadi rahasia Sang Sutradara.

  

Episode yang sudah disediakan dan yang harus kujalani

adalah hari ini......

  Dan hari ini adalah perjalanan yang penuh kejutan ’

  • from heaven---

    ‘ Pengalaman adalah Sebelum, Sewaktu, dan Sesudah

    kuhadapi kenyataan ’ (---The Shinto’s--- ‘ Takut, ragu, dan bimbang adalah permainan setan, jalani episode hari ini dengan penuh kesadaran… ’
  • Master Lanjar & The Shinto’s---

  PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Allah

Bapa Sang Pencipta Yang Maha Kasih dan Maha Adil

atas kesempatan, pemahaman, dan ilmu untukku dalam

menyelesaikan karya dan belajarku.

  

Orang-orang sangat berarti di kehidupanku :

  • Kedua orang tuaku (Bpk. B. Noerjanto B.A dan Ibu C.

H. Sri Pudji Hastuti) yang telah menanamkan benih iman dalam hatiku dan yang selalu menyebutku dalam setiap doanya.

  • Kakak dan Adikku tersayang (Felix Antonius Prama Nugraha dan Dionysius Pradah Santika)
  • Saudara-saudaraku di Komunitas Damai yang telah

  mengajarkan apa yang belum pernah aku rasakan: Mas Lanjar, Mas Seno, Mas Pur, Mas Dodo, Mas Yatin, Pak Bardi, Herpin, Joyo, Mas Agus, Mas Yoan, Setro

  • Saudara-saudariku di Pendidikan Ekonomi 2001 yang telah mengecapkan kenangan yang paling wahid di kalbuku, I Miss U dab’s

  

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA

NASIONAL TAHUN 1995-2005

Oleh:

  

Swasinto Hernukoro

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional yaitu: (1) produksi gula nasional; (2) konsumsi gula nasional; (3) harga gula nasional; (4) bea masuk impor gula.

  Penelitian ini merupakan penelitian expost facto yang mencoba menganalisis dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula nasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari tahun 1995 sampai tahun 2005. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan sumber data Badan Pusat Statistik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.

  Berdasarkan hasil diketahui bahwa: 1. produksi gula secara signifikan berpengaruh negatif terhadap impor gula; 2. konsumsi gula secara signifikan berpengaruh positif terhadap impor gula dengan signifikansi; 3. harga gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula dengan signifikan; 4. bea masuk impor gula tidak berpengaruh signifikan terhadap impor gula dengan signifikan.

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE OF NATIONAL SUGAR

  

IMPORT 1995-2005

Swasinto Hernukoro

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2007

  The aims of this research were to find out and analyze (1) national sugar production; (2) national sugar consumption; (3) national sugar price; (4) tax sugar import.

  This is a expost facto research which tries to analyze and examine the factors of national sugar import. Data which used in this research were taken from 1995-2005. The technique of collecting data was documentated from Statistic Centre Board. The technique of data analysis was used on double regression linier test.

  The result of this research shows that :

  1. Significant sugar production influences negatively towards sugar import;

  2. Significant sugar consumption influences positively; 3. Sugar price doesn’t influence significantly towards significant sugar import;.

  4. Taxes of sugar import doesn’t influence significantly toward significant sugar import.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, berkat, dan bimbingan-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Nasional Tahun 1995 – 2005” dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak.

  Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

  3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

  4. Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan

  6. Bapak Indra Darmawan S.E, M.Si atas bimbingan yang telah diberikan, penulis ucapkan banyak terima kasih.

  7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PE dan PAK: Romo Gilles (Alm), Bapak Soedarno (Alm), Pak Harsoyo, Pak Rubi, Pak Teguh, Pak Singo, Pak Yoni, Pak Indra, Bu Wigati, Bu Catur, Pak Heri, Pak Bondan, Pak Wid, Pak Muhadi, terima kasih atas bimbingan dan pelajaran-pelajaran yang telah penulis terima selama kuliah.

  8. Mbak Titin, Pak Wawiek, Mbak Aris yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi.

  9. Orang tuaku tercinta Bapak Bernardus. Noerjanto, B.A dan Ibu Crescentia.

  Maria. Sri Pudji Hastuti atas kasih sayang dan doa yang tiada henti untuk keberhasilanku dalam studi.

  10. Kakak dan adikku tercinta (Felix Antonius Prama Nugraha dan Dionysius Pradah Santika) atas dukungan untuk skripsiku.

  11. TEMAN-TEMAN PEK ’01, terima kasih atas persaudaraan kita, terima kasih atas kenangan-kenangan lucu dan fanny selama kuliah. Kapan-kapan reuni yo... ndak kangene selak ngoyot.

  12. The Boys ‘01: Kaka, She Phe (The Sri), Joyo (The Snake),Yusup (The Lambe), Hari (The Boncel), Hohok (The Monyol), Agung (The Lodjon), Ronald (The Bodat), Yudi, Suradi, Dion, Edi & The Girls

01: Ririn, Rina, Eka, Agnes, Santi, Silas, Ita, Lilis, Prima

  13. ”AB 5374 KH” Simbah balap yang setia menemaniku bertualang sejak SMA sampai kuliah semester 10 dan AB 5874 KS” keturunan simbah balap yang telah menggantikan tugas menemaniku mengemban tugas.

  14. Saudara – saudaraku di Komunitas Damai: Mas Lanjar, Mas Seno, Mas Pur, Mas Dodo, Mas Yatin, Pak Bardi, Herpin, Joyo, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan sharing pengalaman yang telah menambah pemahamanku akan kehidupan, dan maaf sudah banyak merepotkan.

  15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ada didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

  Yogyakarta, 14 Mei 2007 Penulis Swasinto Hernukoro

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................

  5 C. Batasan Masalah .........................................................................

  6 D. Tujuan Penelitian ........................................................................

  6 E. Manfaat Penelitian ......................................................................

  6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

  A. Pasar Gula Internasional ............................................................. 8

  B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula......................... 11 1. Produksi Gula........................................................................

  11 2. Konsumsi Nasional ...............................................................

  13 3. Harga Gula ............................................................................

  14

  4. Bea Masuk Impor Gula ......................................................... 16

  C. Kebijakan Pergulaan Nasional .................................................... 17 D. Penelitian Terdahulu ...................................................................

  20 E. Kerangka Berpikir.......................................................................

  22

  BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24 A. Jenis Penelitian............................................................................

  24 B. Data dan Sumber Data ................................................................ 24

  C. Variabel Penelitian dan Pengukuran ........................................... 25

  D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 25

  E. Teknik Analisis Data................................................................... 26

  1. Uji Normalitas dan Linieritas................................................ 26 2. Uji Asumsi Klasik .................................................................

  28

  3. Analisis Regresi Linear Sederhana ....................................... 32

  4. Analisis Regresi Linear Berganda......................................... 32

  5. Uji Koefisien Regresi Linear Individu.................................. 34

  6. Uji Koefisien Regresi Linear Berganda ................................ 35

  BAB IV ANALSIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................... 37 A. Analisis Data ...............................................................................

  37

  1. Pengujian Prasyarat Regresi.................................................. 37

  2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 43 3. Uji Statistik ...........................................................................

  48 B. Pembahasan.................................................................................

  52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 62

  DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 2. : Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara

  2. Tabel 2.1 : Produksi dan Konsumsi Gula

  3. Tabel 2.2 : Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002

  4. Tabel 2.3 : Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002

  5. Tabel 2.4 : Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di Beberapa Negara

  6. Tabel 3.1 : Statistik Durbin Watson Positif

  7. Tabel 3.2 : Statistik Durbin Watson Negatif

  8. Tabel 4.1 : Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov

  9. Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas

  10. Tabel 4.3 : Hasil Uji Linieritas Produksi Gula

  11. Tabel 4.4 : Hasil Uji Linieritas Konsumsi Gula

  12. Tabel 4.5 : Hasil Uji Linieritas Harga Gula

  13. Tabel 4.6 : Hasil Uji Linieritas Bea Masuk Impor Gula

  14. Tabel 4.7 : Hasil Multikolinieritas

  15. Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas

  16. Tabel 4.9 : Hasil Analisis Uji F

  17. Tabel 4.10 : Hasil Analisis Uji t

  2

  18. Tabel 4.11 : Hasil Analisis Uji R

  19. Tabel 4.12 : Produksi Gula Terhadap Impor Gula

  20. Tabel 4.13 : Konsumsi Gula Terhadap Impor Gula

  21. Tabel 4.14 : Harga Gula Terhadap Impor Gula

  22. Tabel 4.15 : Bea Masuk Impor Gula Terhadap Impor Gula

  23. Tabel 4.16 : Tarif Bea Masuk Gula Impor di Beberapa Negara

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. : Data Penelitian Lampiran 2 : Normalitas Data Lampiran 3 : Linieritas Data X

  1 dan Y, X 2 dan Y, X 3 dan Y, X 4 dan Y

  Lampiran 4 : Multikolinieritas, Heterokedastisitas, Autokorelasi Lampiran 5 : Regresi Bergand

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari – hari, gula memiliki peran yang tidak kalah

  penting dari bahan – bahan pokok kita yang lain. Gula memiliki peran sebagai pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman yang kita konsumsi setiap harinya. Dengan mengkonsumsi gula, makanan atau minuman yang kita santap menjadi lebih nikmat karena rasa manis yang terdapat dalam gula menjadikan makanan atau minuman kita menjadi lebih enak. Selain sebagai pemberi rasa manis dalam makanan maupun minuman, gula merupakan sumber kalori yang mempunyai fungsi pengganti baik berupa karbohidrat maupun bahan makanan sumber kalori non karbohidrat seperti lemak.

  Di Indonesia, pabrik gula didirikan pertama kali di Jawa pada tahun 1637. Bermula sejak seorang penduduk diberi ijin untuk memproduksi gula dengan cara – cara mendekati persyaratan perusahaan besar. Pada saat itu mulai dikenal cara pengusahaan tebu dalam bentuk usaha perkebunan di Indonesia (Mubyarto, 1991: 7). Pada jaman kolonial di Jawa terdapat tiga fase (kurun) sejarah perkembangan industri gula. Fase pertama adalah industri gula yang didirikan pada abad 17 hingga 18 di sekitar (ommelanden) sebelah Selatan Batavia. Pada saat itu para pengolah belum melihat kemungkinan gula sebagai barang-dagangan yang menguntungkan, akibat tipisnya kesempatan urusan pertanian dan industri gula dan hanya mendatangkan gula dari Cina, Taiwan, Benggala, dan Muang thai. Fase kedua antara tahun 1830 sampai 1870 yang biasa disebut sebagai kurun cultuurstelsel, bercirikan perusahaan negara (http://members.fortunecity.com/edicahy/thesis/bab1.htm). Sistem yang digunakan dalam Cultuurstelsel adalah sistem tanam paksa yaitu bahwa seperlima tanah penduduk harus disediakan untuk tanaman yang ditetapkan oleh pemerintah (kolonial), mengadakan berbagai bentuk kerja paksa dimana petani diharuskan bekerja beberapa jam setiap hari pada perkebunan – perkebunan Belanda tanpa mendapat upah (Mubyarto, 1991: 8); dan fase ketiga adalah pasca 1870. Para investor swasta mencirikan fase ketiga ini, peranan negara (kolonial) sangat diperkecil, muncul korporasi-korporasi gula dengan investasi besar (http://members.fortunecity.Com/edicahy/thesis/ bab1.htm).

  Pada tahun 1870 dikeluarkan Undang – undang Agraria yang menghapus sistem tanam paksa, diantaranya mengenai tebu. Dengan adanya Undang – undang Agraria tersebut, mengakibatkan terbukanya peluang berkembangnya perkebunan – perkebunan swasta di Indonesia. Dalam perkembangan berikutnya, adanya Undang – Undang Agraria, Undang – Undang Budidaya Tebu maupun Peraturan Sewa Tanah, disertai dengan murahnya harga tanah dan upah buruh, pembangunan jalan kereta api, jalan raya, telekomunikasi dan perkapalan, industri gula di Jawa mengalami kemajuan pesat. Pada puncak kemajuannya (1930) terdapat 179 pabrik gula yang beroperasi dan mampu mengekspor gula sebesar 2 juta ton pada tahun 1931. Pada saat itu Indonesia adalah produsen gula terbesar kedua dunia setelah Kuba (Mubyarto, 1991: 11).

  Bila dilihat produksi gula dibandingkan masa kejayaannya (tahun 1830), saat ini produksi gula dapat dikatakan menurun, karena saat ini dapat dikatakan bahwa Indonesia bukan lagi sebagai negara pengekspor gula namun sebagai negara pengimpor gula. Didalam data Statistik Komoditas Perkebunan, Indonesia tidak disebutkan lagi sebagai negara produsen utama gula dan pengekspor utama gula di dunia, namun sudah termasuk dalam daftar negara pengimpor gula di beberapa produsen utama.

  Dalam data produksi gula di Indonesia, produksi gula tertinggi pernah dicapai pada tahun 1993 (sebesar 2,49 juta ton). Kemudian turun di tahun 1999 (sebesar 1,49 juta ton) dan naik lagi di tahun 2002 (sebesar 1,94 juta ton) ( Khudori, Pikiran Rakyat Cyber Media: 2003), sedangkan produksi nasional untuk tahun 2005 mencapai 2,1 juta ton dan untuk tahun 2006 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 2,3 juta ton (KCM, Sabtu, 4 Juni 2005) Dengan produksi sebesar itu jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi nasional yang mencapai rata – rata 3,2 – 3,4 juta ton pertahunnya (Susila, 21 Desember 2004) maka tidaklah mencukupi karena produksi nasional tidak sepadan dengan konsumsi nasional. Disatu sisi harga gula yang rendah tidak memotivasi petani untuk menanam tebu, namun disisi lain harga gula yang tinggi tentu akan memberatkan konsumen. Di lain pihak industri makanan dan dan menengah terancam gulung tikar karena tidak mampu menahan kenaikan harga gula akibat kenaikan BBM. Jalan satu – satunya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional adalah dengan jalan mengimpor gula dari produsen lain. Pemerintah telah mengeluarkan tiga kebijakan untuk mengatasi masalah gula nasional antara lain

  1. Instruksi kepada produsen dan distribusi untuk melakukan operasi pasar khusus (OPK) dengan sasaran harga gula bisa ditekan sampai Rp.

  5.500/Kg,

  2. Penurunan bea masuk impor gula dari Rp790 menjadi Rp530 per kilogram untuk gula kristal putih dan Rp550 menjadi Rp250 per kilogram untuk gula kristal mentah (raw sugar).

  3. Mempercepat impor 300 ribu ton gula, termasuk 200 ribu ton untuk buffer stock pada triwulan pertama tahun 2006 (Mudzakir, KCM 17 Mei 2006).

  Disisi lain dengan mengimpor gula dari luar negeri sangat menguntungkan bagi konsumen dalam negeri sebab harga gula impor jauh lebih murah dibandingkan harga gula dalam negeri. Pada tahun 2005 harga gula sebesar Rp 5.500/Kg bahkan mencapai Rp.6000/Kg (KCM, 4 Juni 2005) namun harga gula impor pada tahun 2005 sebesar Rp 5000/Kg (Suara Merdeka 26 Juni 2005). Disisi lain harga gula impor yang murah telah merugikan petani tebu di Indonesia. Gula pasir impor selain harganya yang lebih murah, mutu gula impor juga jauh lebih baik dari pada gula dalam negeri (Suara Merdeka, 26 Juni 2005). Menurut Kompas 27 April 2003 (Harsoyo, Y: menurun kembali pada tahun 2001 dan 2002 masing-masing sebesar 1,6 juta ton dan 1, 544 juta ton, sedangkan jumlah produksi untuk tahun 2001 dan 2002 sebesar 1,713 juta ton dan 1,755 juta ton. Walaupun terjadi penurunan, namun jumlah impor tersebut masih terhitung tinggi dibandingkan jumlah konsumsi nasional yang mencapai 3,3 juta ton. Dengan adanya Kepres RI No.

  63 Thn.2003 Tentang Dewan Gula Indonesia (Tempo, 2003) diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat membantu baik bagi PG, petani gula dan masyarakat dalam negeri.

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

  Mempengaruhi Impor Gula Nasional”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian – uraian dalam latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah produksi gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?

  2. Apakah konsumsi nasional mempengaruhi jumlah impor gula? 3.

  Apakah harga gula nasional mempengaruhi jumlah impor gula?

  4. Apakah bea masuk gula impor mempengaruhi jumlah impor gula? 5.

  Apakah produksi, konsumsi, harga, dan bea masuk secara bersama – sama mempengaruhi jumlah impor gula?

  C. Batasan Masalah

  Agar permasalahan tidak terlalu luas dan untuk menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi penelitian pada

  1. Produksi gula dalam negeri

  2. Konsumsi gula dalam negeri

  3. Harga gula dalam negeri

  4. Bea masuk gula impor

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi impor gula nasional. Faktor –faktor yang diteliti adalah 1) produksi gula dalam negeri, 2) konsumsi gula dalam negeri, 3) harga gula dalam negeri 4) bea masuk gula impor

  E. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Pemerintah Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan masukan dalam menentukan kebijakan yang mengatur khususnya mengenai gula agar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

2. Bagi Penulis

  Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian khususnya mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi impor gula nasional.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan sebagai tambahan referensi perpustakaan Sanata Dharma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Gula Internasional Industri gula di Indonesia pernah mengalami zaman keemasan pada

  masa pendudukan kolonial Belanda. Adanya sistem tanam paksa menjadikan produktivitas tanaman tebu meningkat dua kali lipat dalam jangka waktu kurang lebih setengah abad. Peningkatan produktivitas tersebut pada akhirnya meningkatkan angka ekspor gula ke Eropa yang pada awal mulanya (tahun 1831) berjumlah 7.800 ton, meningkat pesat menjadi 161.800 ton pada tahun 1868 (Mubyarto,1991: 9), sehingga pada akhirnya (tahun 1918) menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba. Bila dilihat kondisi pergulaan nasional saat ini sungguh jauh berbeda. Saat ini Indonesia sudah menjadi negara pengimpor gula bahkan terbesar kedua setelah Rusia (Harsoyo, 2004: 153).

  Berdasarkan tabel dibawah ini, kebutuhan konsumsi gula dalam negeri sebesar 3,3-3,4 juta ton pertahun. Data tersebut menempatkan Indonesia kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia dan menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula utama dunia.

  Tabel 2. Perkembangan dan Proyeksi Konsumsi Gula di Beberapa Negara

  Negara Konsumsi Konsumsi Konsumsi 2001/02 2002/03 2003/04

  (juta ton) (juta ton) (juta ton) India 19,760 20,750 21,500 Eropa Timur 15,014 14,868 14,507 Uni Eropa 14,332 14,458 14,529 Brazil 9,450 9,640 9,980 Amerika Serikat 9,249 8,699 9,117 China 9,050 9,122 9,194 Mexico 5,082 5,266 5,283 Pakistan 3,450 3,500 3,500 Indonesia 3,350 3,400 3,450 Jepang 2,277 2,314 2,250

  Total Dunia 134,920 136,550 138,569 Sumber: USDA: Statistik Komoditas Perkebunan, Maret 2004

Tabel 2.1 Produksi dan Konsumsi Gula Dunia

  Tahun Produksi (juta ton) Konsumsi (juta ton) 1996/1997 124.26 120.89 1997/1998 128.50 123.13 1998/1999 134.71 125.50 1999/2000 134.21 128.25 2000/2001 131.41 130.14 2001/2002 135.97 132.87

  Sumber: Business News 9 Mei 2003

  Dari tabel 2.1 diatas menunjukkan konsumsi gula di dunia lebih rendah dibandingkan jumlah produksi sehingga berakibat terjadinya kelebihan suplai, yang, kemudian membuat negara-negara produsen harus mampu melakukan strategi dagang seperti tindakan dumping, untuk menjaga kelangsungan produksinya. Terbukti dari harga eceran di beberapa negara seperti Jepang harga gula putihnya Rp16.470,-/kg; Hongkong Rp 8.010,-/kg dan Australia Rp

  5.220,-/kg; padahal harga rata-rata gula dunia sekitar Rp 3.745,-/kg dengan asumsi kurs dolar AS Rp 9.000,-/1 USD (Business News, 2003: 3). Bila dicermati, harga gula domestik di negara-negara tersenut jauh lebih tinggi daripada Indonesia namun negara-negara tersebut mampu mempertahankan produksi gula domestiknya. Di Thailand misalkan, pada tahun 2002 harga gula domestik mencapai USD300/ton namun harga ekspor gula mereka hanya sebesar USD120-140/ton, sedangkan produksi gula mereka mencapai 6 juta ton dan konsumsi gula sebesar 1,8-2 juta ton sehingga mereka mampu mengekspor sebesar 3,8-4,3 juta ton pada tahun yang sama. Dengan kemampuan ekspor sebesar itu (3,8-4,3 juta ton) dan harga gula ekspor lebih rendah daripada harga gula domestik maka kebijakan praktik dumping kemungkinan besar terjadi.

  Dalam hal biaya produksi gula di Indonesia termasuk tinggi dibandingkan negara lain. Brazil mampu memproduksi gula sebesar 22,4 juta ton dengan biaya produksi USD204/MT pada tahun 2002, Australia memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton membutuhkan biaya produksi USD249,1/MT, di Thailand membutuhkan USD272/MT untuk memproduksi 6 juta ton gula, sedangkan Indonesia membutuhkan USD280,6/MT untuk memproduksi 1,75 juta ton gula.pada tahun 2002. Dengan biaya produksi yang mahal dan hanya menghasilkan produksi gula yang tidak seimbang dengan kebutuhan gula nasional, sementara harga gula dinegara lain relatif lebih murah sedangkan produksi gula negara-negara tersebut melimpah, proteksi dalam bentuk bea masuk dari negara-negara pengekspor gula juga lebih tinggi daripada proteksi bea masuk gula impor di Indonesia. Di Uni Eropa bea masuk yang diterapkan sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India 150%, Thailand 104%, dan Brazil 55% (Business News, 2003: 3) , sedangkan Indonesia hanya menerapkan bea masuk impor gula sebesar 20%-25%.

Tabel 2.2 Tarif Impor Gula di Beberapa Negara Tahun 2002

  No Negara Tarif Impor

  1 Indonesia Rp550-Rp700/kg

  2 Mesir 30%

  3 Sri Langka 66%

  4 Filipina 133%

  5 Amerika Serikat 155%

  6 Banglades 200%

  7 Brasil 55%

  8 Thailand 104%

  9 Afrika Selatan 124%

  10 Kolombia 130%

  11 Uni Eropa 240%

  Sumber: Harsoyo,Y. 2004: 154

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula 1.

  Produksi gula Indonesia merupakan negara agraris dan tanahnya subur sehingga sangat cocok untuk ditanami tumbuh-tumbuhan perkebunan dan pertanian.

  Hal ini dapat dibuktikan dengan salah satunya ekspor gula pada zaman penjajahan Belanda. Kemampuan ekspor gula ini menjadikan Indonesia negara pengekspor gula nomor dua setelah Kuba.

  Tabel. 2.3 Produksi dan Konsumsi Gula Nasional Tahun 1990-2002

  Tahun Produksi Impor (ton) Konsumsi Populasi Konsumsi (ton) (ton) per kapita 1990 2.125.868 278.501 2.389.222 179.829

  13.29 1995 2.096.602 523.988 3.179.083 195.283 16.28 2000 1.685.826 1.556.700 3.020.312 212.698 14.20 2002 1.758.177 1.500.000 3.183.254 218.480

  14.57 Sumber: Business News, 2003: 4 Dalam tabel diatas dapat terlihat bahwa produksi gula nasional berjalan tidak seimbang dengan konsumsi. Jumlah konsumsi tahun 2002 dibandingkan dengan tahun 1990 meningkat 133% tetapi perbandingan jumlah produksi pada tahun yang sama hanya mencapai 85%. Rendahnya produksi gula ini diakibatkan oleh kondisi PG yang sudah sangat tua, kapasitas mesin-mesin pengolah gula rendah dan kesulitan bahan baku tebu akibat belum didukung areal pertanaman tebu. Dari 57 PG di Jawa, 10 diantaranya ditutup dan 47 yang masih aktif (Business News, 2003: 2).

  Penurunan produksi akibat berkurangnya areal perkebunan tebu dan bergeser ke lahan tegalan yang letaknya jauh dari PG berdampak pula pada penurunan produktivitas dalam rentang waktu bersamaan (Rudhito, 2006: 5). Permasalahan dari biaya produksi juga muncul, pertama sewa tanah yang semaikn mahal, kedua biaya buruh yang bersaing dengan industri lain. Peningkatan dari faktor ini akan meningkatkan biaya produksi pertanian tebu (Mubyarto, 1968: 105). Biaya produksi gula di Indonesia juga terhitung tinggi (USD280,6/MT) dibandingkan Brazil yang mampu

  USD204/MT, Australia memproduksi gula sebesar 5,3 juta ton membutuhkan biaya produksi USD249,1/MT, dan Thailand membutuhkan USD272/MT untuk memproduksi 6 juta ton gula (Business News, 2003: 3).

  2. Konsumsi Nasional Konsumsi gula di Indonesia tergolong tinggi yang menempatkan

  Indonesia kedalam urutan kesembilan dalam hal konsumsi gula di dunia (tabel 2) dan menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar produsen gula utama dunia. Dalam tabel 2.3 tingkat konsumsi gula di Indonesia sebesar 3,3 sampai 3,4 juta ton lebih besar daripada tingkat produksi gula yang hanya sekitar 1,6-1,7. Konsumsi yang sedemikian besar ini juga turut dipengaruhi oleh tingginya populasi penduduk di Indonesia.

  Menurut Mubyarto (1991: 77) konsumsi gula dibedakan dalam dua pengertian yaitu a.

  Konsumsi menurut ketersediaan atau jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi Konsumsi ketersediaan bersifat agregat dan dihitung dengan persamaan :produksi + impor – ekspor +/ - perubahan stok/persediaan Konsumsi gula berdasarkan ketersediaan meliputi 4 macam penggunaan yaitu: a. Pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah tangga, b. pemakaian oleh industri dan pembuat makanan/minuman, c. persediaan untuk perdagangan, d. Persediaan tambahan untuk tujuan spekulasi terutama bila keadaan harga tidak stabil dan bertendensi naik.

  b.

  Konsumsi langsung Konsumsi langsung yaitu jumlah yang langsung dikonsumsi oleh rumah tangga dalam wujud aslinya

3. Harga Gula

  Perbedaan harga suatu barang antar negara dapat menjadi penyebab suatu negara untuk melakukan ekspor atau impor. Pada gambar dibawah ini menunjukkan permintaan (D) dan penawaran (S) barang x pada harga (Px) tertentu di negara 1 (Gambar A) dan negara 2 (gambar B). Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa harga barang x di negara 1 lebih rendah daripada harga barang di negara 2.

  Gambar 2.1

  Gambar A Gambar B

  Gambar2.2

  Gambar C Dalam gambar C menunjukkan gabungan kedua gambar tersebut kedalam satu diagram. Harga baru tanpa perdagangan terjadi pada garis horisontal (garis putus-putus a ke d) yang mengimbangi kelebihan penawaran disatu negara dan kelebihan permintaan dinegara lain. Hal ini ditunjukkan penawaran negara 1 mengimbangi permintaan di negara 2. Dengan demikian a–b menyatakan ekspor dan c–d menyatakan impor.

  Impor gula yang dilakukan oleh Indonesia menyebabkan gula Indonesia kalah bersaing dengan gula impor baik dari segi harga maupun kualitas. Biaya produksi gula di Indonesia yang tinggi dengan hasil produksi yang minim dibandingkan dengan negara lain membuat harga gula dan kualitas gula domestik kalah bersaing dengan gula impor.

  Negara-negara tetangga pengekspor gula dengan biaya produksi yang kecil dan hasil produksi yang besar dengan kualitas yang lebih baik menggunakan sistem dumping guna menyelamatkan industri gula dinegaranya. Oleh karena itu harga gula impor yang masuk ke Indonesia

Tabel 2.4 Perbandingan Harga Eceran Gula Tebu di beberapa negara Negara Harga/kg*)

  Jepang Swiss Perancis Inggris Jerman Swadia Korea Selatan Amerika Serikat China Bangladesh Nepal Australia Afrika Selatan Filipina Srilangka Thailand Malaysia Brasil Indonesia Rp 16.500.

  Rp 9.540 Rp 9.000 Rp 8.280 Rp 7.740 Rp 7.740 Rp 7.290 Rp 7.290 Rp 5.490 Rp 5.490 Rp 5.220 Rp 5.220 Rp 5.040 Rp 4.770 Rp 4.500 Rp 4.500 Rp 3.900 Rp 3.780 Rp 2.650

  • ) Kurs 1 dolar AS = Rp 9.000

  Sumber: Harsoyo, Y, 2004: 154

  4. Bea masuk impor gula Selama ini proteksi gula di Indonesia terhitung masih kecil dibanding negara-negara lain. Bea masuk yang diterapkan di Indonesia atas gula impor sebesar 20%-25% (Harsoyo,Y: 2004:156). Bea masuk impor gula yang ditetapkan oleh Indonesia tersebut termasuk cukup rendah, padahal dinegara-negara lain seperti Uni Eropa menerapkan bea masuk impor sebesar 240%, Amerika Serikat 155%, India 150%, Thailand 104% dan Brasil 55% sedangkan batas toleransi yang diberikan oleh WTO untuk bea

  Dengan bea masuk impor yang kecil seperti di Indonesia yang sangat membutuhkan pasokan gula karena tidak tercukupinya kebutuhan konsumsi gula akibat terbatasnya produksi gula domestik, maka Indonesia sangat potensial untuk dijadikan segmen pasar ekspor gula bagi negara pengekspor gula utama apalagi yang menerapkan sistem dumping.

C. Kebijakan Pergulaan Nasional

  1. Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) Petani tebu memiliki peranan penting dalam penyedia bahan baku untuk industri gula pasir. Kebijakan pemerintah dalam memberikan perhatian bagi petani tebu adalah dengan dikeluarkannya Inpres No. 9 tahun 1975 mengenai Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Kebijakan ini berpihak pada petani tebu karena menempatkan petani tebu sebagai produsen tebu utama yang semula tugas tersebut menjadi tanggung jawab pabrik gula, selain itu sistem TRI juga bertujuan untuk meningkatkan produksi gula guna mencukupi kebutuhan gula dalam negeri dan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas yang dicapai dengan pengusahaan tanaman tebu secara intensif diatas lahan masing-masing petani dengan dukungan berupa bantuan modal, bimbingan teknis penanaman tebu kepada petani. Namun tujuan lain yang sebenarnya lebih utama adalah pengalihan sistem penggunaan tanah dari sistem sewa ke sistem non sewa.

2. Dewan Gula Nasional (Kepres RI No.63 Tahun 2003)

  Dewan gula merupakan lembaga non struktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab terhadap Presiden. Dewan Gula Nasional dibentuk dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula, serta dalam usaha memberdayakan petani agar mempunyai daya saing di pasar internasional. Unsur-unsur dalam lembaga Dewan Gula tersebut terdiri dari berbagai macam elemen seperti unsur petani, perusahaan-perusahaan gula, lembaga konsumen, penyalur, pekerja, perguruan tinggi, dan pemerintah.

  3. Tata Niaga Impor Gula (Kep. Menperindag RI No.643/MPP/Kep/9/2002) Tata niaga impor gula dimaksudkan untuk mengurangi besarnya pasokan impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan pasokan gula impor yang melebihi kebutuhan dalam negeri tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat terutama bagi petani/produsen tebu yang berimbas pada pendapatan mereka. Isi dari Tata Niaga Impor Gula mengenai peraturan gula yang boleh diimpor seperti gula kristal mentah/gula kasar dan gula rafinasi yaitu gula yang dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi dan gula kristal putih yaitu gula yang dapat dikonsumsi langsung tanpa diproses lebih lanjut. Semua jenis gula tersebut hanya boleh diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen Gula atau IP Gula. Berdasarkan kebijakan tata niaga impor gula tersebut, pemerintah menunjuk 5 IP Gula antara lain PT

  Perkebunan Nusantara (PN) IX, X, XI, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sebagai importir terdaftar.

4. Pembentukan Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian, dan

  Perkembangan Harga Gula (Kep. Menperindag RI No. 328/ MPP/ Kep/ 4/ 2003).

  Pembentukan tim pemantauan, pendistribusian, dan perkembangan harga gula tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan langkah-langkah guna mencegah terjadinya kelangkaan dan lonjakan harga gula dipasaran dalam negeri. Gula yang dipantau oleh tim tersebut adalah gula kristal putih yang dapat dikonsumsi langsung tanpa proses lebih lanjut. Tim Pemantauan Pengadaan, Pendistribusian dan Perkembangan harga Gula bertugas untuk: a. memantau pelaksanaan impor gula yang meliputi:

  1) rencana dan realisasi impor (jumlah dan waktu tiba di pelabuhan bongkar) berdasarkan izin impor yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri

  2) Stok impor yang disimpan di gudang yang dilaporkan oleh importir 3)

  Jumlah yang dibeli oleh distributor

  b. memantau produksi gula dalam negeri yang meliputi: 1) rencana dan realisasi produksi gula pada industri gula (PTPN) 2) posisi stok gula gula yang dibeli dari petani yang berada di gudang milik PTPN dan atau gudang lainya c. memantau distribusi dan perkembangan harga gula di distributor, grosir, pengecer, (pasar) dan pembelian gula di tingkat petani.

D. Penelitian Terdahulu

  Penelitian sebelumnya mengambil dalam skripsi yang berjudul “ Tinjauan Deskriptif Impor Gula Indonesia Tahun 1992-2002” (Putranto, 2005). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif produksi dan konsumsi gula Indonesia, perkembangan impor gula dan harga gula dalam domestik dan harga gula internasional. Analisis data yang digunakan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui produksi dan konsumsi gula, pertumbuhan impor gula, dan pertumbuhan harga gula menggunakan rumus

  Data tahun ke n - Data tahun ke n-1 Pertumbuhan = x 100 %

  Data tahun ke n-1

  b. Untuk mengetahui rata-rata produksi dan konsumsi gula menggunakan

  n Xi

  rumus = = Variabel yang diteliti

  ∑

  X i = t

  N N = Banyak data c. Untuk mengetahui trend yang linear Y= a + bX sedangkan untuk yang non linear Y= a + bX.

  X = waktu Kesimpulan yang diperoleh adalah

  d. Jumlah produksi gula pasir kurang cukup untuk mencukupi kebutuhan konsumsi. Kekurangan ini diakibatkan menurunnya produksi tebu yang disebabkan oleh menurunnya luas lahan tanam tebu.

  Rata-rata pemenuhan konsumsi gula oleh produk domestik hanya sekitar 57,7 %. Dengan uji trend dapat diperkirakan penurunan atau kenaikan gula misalkan pada tahun 2007 akan terjadi penurunan produksi gula kurang lebih 18,13 %.

  e. Perkembangan impor gula pasir cenderung tinggi, rata-rata perkembangan impor gula hampir 1,5 juta ton pertahun dengan rata-rata pemenuhan konsumsi oleh produk impor sebesar 42,3 %. Dengan uji trend dapat diperkirakan misalkan pada tahun 2007 perkembangan impor akan mengalami kenaikan sebesar 29,51 %.

  f. Harga gula Indonesia cenderung mengalami kenaikan. Dengan uji trend dapat diperkirakan misalkan pada tahun 2007, harga gula dalam negeri akan mengalami kenaikan sebesar 156,07 %. Dari yang semula Rp 2.560/Kg naik menjadi Rp 6.555, 432/Kg. Sedangkan harga gula internasional diperkirakan pada tahun 2007 mengalami kenaikan 108,41 % dari harga Rp 596/Kg menjadi Rp 1.242, 143/Kg. Faktor harga ini lah yang akhirnya mendorong negara Indonesia untuk melakukan impor gula dari negara pengekspor gula yang lain. Indonesia menjadi pasar ekpor gula dari negara lain karena rendahnya tarif impor di Indonesia (sekitar Rp 500- Rp700/Kg.

E. Kerangka Berpikir

  1. Produksi Nasional Pada dasarnya ketidakmampuan produksi gula nasional untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional dikarenakan jumlah produksi gula nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi gula nasional, sehingga dalam memenuhi kebutuhan gula nasional tersebut negara masih memerlukan impor gula dari negara-negara produsen gula utama. Ketidakmampuan tersebut dapat dikarenakan semakin berkurangnya luas areal tanaman tebu semenjak diberikannya kebebasan bagi petani untuk menentukan sendiri tanaman yang dibudidayakan sejak tahun 1995 (Harsoyo, Y. 2004:156). Selain itu membanjirnya produk gula impor yang mutunya lebih baik dari gula dalam negeri serta harganya yang lebih murah akan membawa kerugian bagi produsen gula nasional terutama bagi petani yang ikut terimbas pada pendapatan yang menurun. Peran pemerintah dalam membantu produsen gula nasional agar lebih berproduktif sangat dibutuhkan.

  2. Konsumsi nasional Konsumsi gula nasional Indonesia tergolong besar yang dikarenakan jumlah populasi penduduk yang masih tinggi. Namun disisi lain produksi gula dalam negeri masih belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri. Oleh karena itu impor gula dari negara pengekspor utama gula merupakan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan

  3. Harga Gula Harga gula domestik dipasaran lokal lebih tinggi dari harga gula impor. Perbedaan harga gula tersebut membuat pilihan banyak masyarakat untuk lebih memilih gula kristal putih dari hasil impor daripada gula lokal yang kualitasnya jauh dari gula impor. Harga gula impor yang lebih murah dari harga gula lokal tersebut dapat membuat pasaran gula lokal merosot dan membuat bangkrut petani dan pabrik gula lokal.

  4. Bea masuk impor Bea impor di Indonesia terhitung masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang menetapkan bea impor yang tinggi.

  Dengan adanya bea impor gula yang rendah maka mengakibatkan masuknya gula impor kedalam negeri sangat mudah. Dan mudahnya gula impor tersebut masuk kedalam negeri mengakibatkan keresahan bagi produsen gula nasional karena mutu dan harganya lebih baik dari gula nasional.

F. Hipotesis 1.

  Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula nasional

  2. Impor gula dipengaruhi oleh konsumsi gula nasional

  3. Impor gula dipengaruhi oleh harga gula nasional 4.

  Impor gula dipengaruhi.oleh bea masuk gula impor

  5. Impor gula dipengaruhi oleh produksi gula, konsumsi gula, harga gula, dan bea masuk gula impor secara bersama-sama.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Expost Facto. Penelitian Exspost Facto merupakan penelitian yang dilakukan terhadap peristiwa yang

  telah terjadi dengan mengungkapkan data yang ada untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan peristiwa tersebut tanpa memberikan perlakuan terhadap variabel bebas.

B. Data dan Sumber Data

  Data-data yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini diambil dari Badan Pusat Statistik dan internet. Data yang diambil antara lain:

  1. Data produksi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode 1995-2005 2. Data konsumsi gula nasional diukur dalam satuan ton selama periode

  1995-2005 3. Data harga gula nasional diukur dalam satuan Rp/kg selama periode 1995-2005.

  4. Data Bea masuk impor gula diukur dalam satuan Rp/kg selama periode 1995-2005.

  Pengambilan data dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti. Penulis mengambil data tahun 1995-2005, dengan produksi gula nasional, konsumsi gula nasional, harga gula nasional, dan bea masuk impor gula. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data sekunder deret waktu (time series) selama 10 tahun (1995-2005) yang diambil dari Badan Pusat Statistik. Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer.

  C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

  1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang akan menjelaskan variabel terikat.

  Variabel bebas dalam penelitian ini adalah produksi gula nasional (X1), konsumsi gula nasional (X2), harga gula nasional per kg (X3), Bea masuk gula (X4).

  2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang akan dijelaskan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah impor gula nasional (Y).

  D. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini, penulis mengambil teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan studi pustaka. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui pencatatan dokumen yang sudah ada di Badan Pusat Statistik. Teknik ini digunakan untuk mencari data mengenai produksi gula nasional, konsumsi gula nasional, harga gula nasional dan bea masuk impor gula. Selain dokumentasi, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan topik yang didapat dari kepustakaan antara lain dari buku-buku atau referensi untuk memperoleh data landasan teori dan pengetahuan.

H. Teknik Analisis Data 1. Uji normalitas dan linieritas

a. Pengujian normalitas

  Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji

  Kolmogorov-Smirnov . Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap variabel berdistribusi normal atau tidak.