PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN WANITA MENJELANG

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN WANITA MENJELANG

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh :

  MARIA NOVIANINGSIH PRIYONO NIM : 079114095 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  

MOTTO

J angan bertanya berapa kali kamu jatuh,

T etapi bertanyalah seberapa kuat kamu untuk bangkit

dan terus maju...

  Aku percaya pada matahari, bahkan ketika dia tidak bersinar.

  Aku percaya pada cinta, bahkan ketika aku tidak merasakannya. Dan aku percaya pada Tuhan, bahkan ketika Dia diam saja.

  Sungguh aku percaya itu.

  KARYA KECIL INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK TUHAN YESUS, yang membuat segalanya menjadi mungkin....

  IBUKU TERSAYANG, tiada batasnya berkata aku mampu... APRIL (Alm.), alasanku bertahan hingga kini... PARA WANITA MENJELANG MENOPAUSE, sumber inspirasi...

  

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN WANITA MENJELANG

MENOPAUSE DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN

Maria Novianingsih Priyono

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan wanita menjelang

menopause ditinjau dari tingkat pendidikan. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan tingkat

kecemasan pada wanita menjelang menopause ditinjau dari tingkat pendidikan. Wanita menjelang

menopause dengan tingkat pendidikan tinggi lebih cemas dibandingkan dengan tingkat pendidikan

dasar dan menengah, sedangkan wanita menjelang menopause yang tingkat pendidikan menengah

lebih cemas dibandingkan yang pendidikan dasar. Subjek penelitian ini adalah 90 wanita

menjelang menopause yang terdiri dari 30 wanita dengan tingkat pendidikan dasar, 30 wanita

dengan tingkat pendidikan menengah, dan 30 wanita dengan tingkat pendidikan tinggi. Mereka

yang menjadi subjek adalah wanita usia dewasa madya yang belum mengalami menopause dan

berusia 40 tahun ke atas. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala kecemasan

dan melihat tingkat pendidikannya. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,2 dengan

koefisien reliabilitas sebesar 0,912. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan One Way

Anova . Dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara melihat

besar F hitung (Ft) dan signifikannya (p). Dari perhitungan menunjukkan nilai Ft sebesar 15,373

dengan p (sig) 0,00 (p < 0,05). Hal ini menandakan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan

wanita menjelang menopause yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan. Perbedaan tersebut

yaitu kelompok pendidikan dasar memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi secara signifikan

dibandingkan dengan kelompok pendidikan menengah, sedangkan tingkat kecemasan kelompok

pendidikan dasar tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok pendidikan tinggi. Pada

kelompok pendidikan menengah, memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah secara signifikan

dibandingkan dengan kelompok pendidikan dasar dan tinggi.

  Kata kunci: kecemasan menjelang menopause, tingkat pendidikan

  

THE DIFFERENCES IN ANXIETY LEVEL OF PRE-MENOPAUSAL

WOMEN

IN TERM OF EDUCATION LEVEL

  

Maria Novianingsih Priyono

ABSTRACT

  The aim of this study was to see the differences in anxiety levels of pre-menopausal

women in terms of education level. The hypothesis was there were differences of anxiety level in

pre-menopausal women in terms of education level. Pre-menopausal women with high education

level were more anxious than the women on primary and secondary education level, whilepre-

menopausal women on secondary education level was more anxious than women on primary

education level. The subjects of this study were 90 women approaching menopause. It consisted of

30 women with primary education level, 30 women with secondary education level, and 30 women

with high education level. Subjects on this research were the adult middle age women who have

not experienced menopause and aged 40 years and over. The collecting data used anxiety scale

and consider the level of education. Discrimination power of the anxiety scale used boundary

value of ≥ 0.2 and reliability coefficient of 0.912. The research data were analyzed using One Way

Anova..In determining whether the hypothesis is accepted or rejected, it is done by looking at the

big F count (Ft) and significance (p). From the calculation showed a value of 15.373 with a p Ft

(sig) 0.00 (p <0.05). This indicated that there were differences in anxiety level of the women

approaching menopause in term of education level. The difference was that primary education

groups have higher anxiety levels significantly compared with a group of secondary education,

whereas the anxiety level of primary education groups did not differ significantly from the higher

education group. The group of secondary education have lower anxiety compared to basic and

higheeducation groups.

  Keywords: anxiety pre-menopausal, levels of education

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME yang sudah memberikan kasih setianya sampai pada saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Wanita Menjelang Menopause Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan”.

  Penulis juga menyadari banyak pihak yang telah berperan serta baik dalam memberikan waktu, tenaga dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

  1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan yang sudah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu A. Tanti Arini S.Psi.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang sudah membimbing dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir dalam pembuatan skripsi ini.

  3. Ibuku yang paling kusayang dan tidak pernah lelah mengatakan bahwa aku mampu saat semua orang meragukan itu. Thank’s mom, you`re my everything.

  4. Bapakku yang slalu ingin terlihat kuat dan sehat didepanku. Sejujurnya saat aku marah itu karena aku khawatir akan kesehatanmu.

  5. Buat April (Alm.) sudah kupenuhi semua impianmu. Maaf tidak semuanya persis seperti yang kau mau. Terima kasih mau meminjamkan tujuan

  6. Keluarga besar Semarang, Salatiga, dan Bantul yang tak henti-hentinya membantu selama proses pembuatan skripsi ini.

  7. Buat Sahabat-sahabatku: Stella, Ina, Nyak, Bundo, Ringgo, Upil, Anggi, Nenis yang sudah membantu menyebarkan skala penelitian dan juga makasih buat persahabatannya. Special thanks for Nenek Reny dan Tante Keket yang tak pernah bosan membantu merevisi skripsiku sampai detik-detik terakhir.

  8. Buat Moed H2768BR teman setiaku saat susah dan senang kita selalu bersama. Maaf beban yang kau bawa selalu berat.

  9. Buat mamasku Bened makasih sudah mau mengalah untukku apa pun itu.

  10. Buat keluarga besar Perpustakaan Paingan terima kasih mengijinkanku menjadi bagian dalam keluarga ini.

  11. Para responden yang sudah ikut berpartisipasi dalam memberikan data penelitian.

  12. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu sampai pada penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari juga bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AMIN.

  Yogyakarta, 22 Maret 2012 Maria Novianingsih Priyono

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii HALAMAN MOTTO ...............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v HALAMAN KEASLIAN KARYA ...........................................................................vi ABSTRAK ............................................................................................................. vii ABSTRACT .......................................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....ix KATA PENGANTAR ............................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xvii

  BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 7

  1. Pengertian Menopause .............................................................................. 7

  2. Masa Menjelang Menopause..................................................................... 8

  B. Kecemasan Menjelang Menopause ............................................................. 10

  1. Pengertian Kecemasan Menjelang Menopause ........................................ 10

  2. Aspek- aspek Kecemasan Menjelang Menopause ................................... 11

  3. Tingkat Kecemasan Menjelang Menopause ............................................ 12

  C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menjelang

  Menopause ................................................................................................. 13

  D. Tingkat Pendidikan Wanita ......................................................................... 16

  1. Pengertian Tingkat Pendidikan ............................................................... 16

  2. Peran Tingkat Pendidikan ....................................................................... 18

  E. Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menjelang

  Menopause Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ............................................ 19

  F. Hipotesis ..................................................................................................... 21

  BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 23 A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 23 B. Variabel Penelitian..................................................................................... 23 C. Definisi Operasional .................................................................................. 23 D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 24 E. Sampling .................................................................................................... 24 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 25 G. Kredibilitas Alat Ukur ................................................................................ 27

  1. Validitas ................................................................................................ 27

  2. Daya Beda Aitem .................................................................................. 28

  3. Reliabilitas ............................................................................................ 29

  I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 30

  1. Uji Asumsi Analisis Data....................................................................... 30

  2. Pengujian Hipotesis Penelitian ............................................................... 31

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 32 A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 32 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 33

  1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian.............................................. 33

  2. Deskripsi Data ....................................................................................... 33

  3. Hasil Uji Asumsi ................................................................................... 34 a . Normalitas ........................................................................................ 34 b. Homogenitas ...................................................................................... 36

  c. Uji Hipotesis ...................................................................................... 36

  C. Pembahasan ............................................................................................... 38

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 42 A. Kesimpulan ............................................................................................... 42 B. Saran ......................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 45 LAMPIRAN ............................................................................................................ 49

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Menopause Sebelum Uji Coba ..... 26 Tabel 2. Spesifikasi Skala Kecemasan Menjelang Menopause Setelah Uji Coba dan Untuk Penelitian .................................................................................. 29 Tabel 3. Deskripsi Umur Subjek Pada Kategori Tingkat Pendidikan ........................ 33 Tabel 4. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................................ 34 Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ................................................................ 34 Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 37 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Perbedaan Kecemasan ............................................... 37

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Wanita Menjelang

  Menopause Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ........................................... 21

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A (Uji Coba) ........................................................................................... 50

  1. Format Skala Kecemasan ............................................................................. 51

  2. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item ................................................................... 60 Lampiran B (Penelitian) .......................................................................................... 75

  1. Format Skala Kecemasan ............................................................................. 76

  2. Uji Normalitas .............................................................................................. 83

  3. Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis .............................................................. 86

  4. Uji LSD dan Uji Empiris .............................................................................. 87

  5. Data Penelitian .............................................................................................. 88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita

  adalah datangnya menopause. Menopause adalah masa di usia tengah baya, biasanya pada usia akhir 40 tahun atau awal 50 tahun, ketika periode haid perempuan dan kemampuan melahirkan anak berhenti secara keseluruhan (Santrock, 2002). Kecenderungan populasi perempuan menopause di Indonesia semakin tinggi. Menurut data Departemen Kesehatan (Depkes) perempuan Indonesia yang memasuki menopause sebesar 7,4% dari populasi pada tahun 2000, dan akan naik lagi sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang pada tahun 2015. Peningkatan populasi perempuan menopause pada umumnya akan disertai berbagai tingkat dan jenis permasalahan yang kompleks dan berdampak pada peningkatan masalah kesehatan perempuan menopause tersebut (dalam Erniyati & Simanjutak, 2007).

  Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21-22 April 2007 di Jakarta dikemukakan bahwa rata-rata umur perempuan menopause di Indonesia 48 ± 53 tahun dan mempunyai lima gejala utama seperti, nyeri otot atau sendi (77,7 %), rasa letih dan hilang energi (68,7 %), kehilangan nafsu seksual (61,3 %), kerutan di kulit (60 %), sulit konsentrasi dan hot flushes (29,5 %) (dalam Evalina, 2009). Selain itu,

  menopause juga berisiko meningkatkan hipertensi hingga dua kali lipat, gangguan jantung dan gangguan kencing seperti kebocoran urin ketika batuk atau bersin (Proverawati, 2010). Namun, tidak semua wanita menopause berisiko mengalami hipertensi, gangguan jantung dan gangguan kencing.

  Pada masa menopause seorang wanita masih dalam tahap produktif untuk berkarier sehingga dengan adanya gejala menopause dapat mengganggu kualitas hidupnya. Bagi wanita karir, menopause mengganggu konsentrasi saat bekerja karena ingatan yang semakin menurun. Gejala menopause juga dapat memunculkan masalah dalam keluarga, misalnya masalah dengan suami yaitu terganggunya hubungan intim. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen yang menurun sehingga terjadi ketidak-elastisan dan kekeringan pada sekitar vagina. Keadaan ini menyebabkan hubungan kelamin menjadi sakit. Namun, bukan berarti wanita yang mengalami menopause harus menghindari hubungan seksual (Hammasa, 2004). Gejala-gejala di atas merupakan salah satu bentuk dari sindroma premenopause. Sindroma premenopause adalah gejala yang merupakan kombinasi dari fisikal distress, psikologikal, dan atau perubahan tingkah laku dimana gejala tersebut sangat parah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Chwistek, 2006).

  Sindroma premenopause di alami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita di Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% wanita di Malaysia, 18% wanita di Cina, 10% wanita di Jepang dan Indonesia (dalam Proverawati, 2010). Secara global banyak wanita mengalami sindroma

  premenopause tetapi di Indonesia dan Jepang hanya 10% wanita yang

  mengalaminya. Rendahnya persentase wanita yang mengalami sindroma

  premenopause dapat didasarkan data yang belum akurat. Hal ini disebabkan

  karena Indonesia masih menganut budaya timur yang masih tabu membicarakan seksualitas di masyarakat sehingga tidak semua wanita yang mengalami sindroma premenopause terlaporkan.

  Menurut Myra Diarti (dalam Setiono, 2004), dalam kultur patriarki

  menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan

  memberikan kepuasan seksual kepada laki-laki. Susan Sontag (dalam Setiono,2004 ) juga mengatakan bahwa bagi perempuan sendiri dalam kultur patriarki, tua dianggap sebagai proses yang memalukan dari diskualifikasi seksual secara bertahap. Oleh sebab itu, bisa dipahami kalau banyak perempuan menolak menjadi tua terlebih menolak adanya menopause.

  Pada wanita yang khawatir akan datangnya menopause dan memandang menopause sebagai suatu ancaman, biasanya mereka akan menutupinya dengan mengikuti tren atau mode untuk menutupi perubahan- perubahan pada dirinya. Seperti dandanan yang terlalu mencolok, melakukan bedah plastik, menyemir rambut, membeli wig, bergabung dalam program penurunan berat, meminum vitamin berdosis tinggi (Santrock, 2002). Namun hal ini justru membuat wanita tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Selain itu mereka juga membuang waktu, tenaga dan uang dengan melakukan hal-hal yang sifatnya sementara. Kekhawatiran banyaknya kasus sindroma

  premenopause menandakan adanya kecemasan pada wanita menjelang menopause (dalam Proverawati, 2010).

  Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan- perasaan lain yang kurang menyenangkan (Hurlock, 1992). Wanita yang sangat mencemaskan datangnya menopause besar kemungkinannya karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk beluk menopause (Noor, 2001). Hal ini disebabkan informasi yang diberikan kebanyakan atas dasar opini seseorang bukan dari sebuah penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Situs website yang terlalu berlebihan dalam memberikan informasi juga dapat memunculkan kecemasan pada wanita menjelang menopause (dalam Bawden & Robinson, 2009). Salah satu contohnya, banyak informasi tentang menopause di internet membahas tentang gejala dan akibat dari adanya menopause. Hal ini dapat memunculkan kecemasan karena tidak semua gejala dan akibat adanya menopause pasti dialami wanita menjelang menopause sehingga muncul perasaan ketidakpastian akan akibat yang alami dari adanya menopause.

  Orang yang berpendidikan tinggi lebih terbiasa dalam mengakses informasi sehingga pencarian informasi dipengaruhi dari tingkat pendidikan.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengatakan orang yang berpendidikan tinggi akan mudah dalam mengakses informasi yang ada.

  Oleh sebab itu, wanita yang berpendidikan tinggi terutama wanita menjelang

  menopause diasumsikan lebih banyak mengetahui akibat dari menopause yang bisa menimbulkan cemas.

  Pada orang yang berpendidikan dasar, apakah minimnya akses informasi membuat mereka tidak cemas menghadapi menopause. Pertanyaan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Partini, Sri, Isanti, Siti, dan Ayriza (1998) dikatakan bahwa tingkat pemahaman terhadap menopause pada ibu-ibu di Kabupaten Sleman tergolong rendah dan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause juga tergolong rendah. Penelitian dari Marga (2007) juga mengatakan bahwa penerimaan diri pada ibu-ibu di Kelurahan Lhok Keutapang Tapaktuan yang rendah sehingga tingkat kecemasan terhadap

  menopause tergolong ringan. Kedua penelitian tersebut, belum mengaitkan

  peran dari tingkat pendidikan terhadap kecemasan bagi wanita menjelang

  menopause sehingga pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah ada

  perbedaan tingkat kecemasan pada wanita menjelang menopause ditinjau dari tingkat pendidikan.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan wanita menjelang menopause ditinjau dari tingkat pendidikan ?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat perbedaan tingkat kecemasan wanita menjelang menopause ditinjau dari tingkat pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu psikologi, khususnya di Bidang Psikologi Klinis dan Perkembangan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan wanita menjelang menopause ditinjau dari tingkat pendidikan.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi wanita menjelang menopause sehingga tidak perlu cemas dan merasa malu karena perubahan-perubahan akibat menopause.

BAB II LANDASAN TEORI A. Menjelang Menopause 1. Pengertian Menopause Menopause merupakan perdarahan haid yang terakhir (Baziad,

  2002). Shimp dan Smith (dalam Marga, 2007) mendefinisikan menopause sebagai akhir periode menstruasi. Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidakmampuan sistem neurohumoral untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin (dalam Marga, 2007), Baziad (2002) menyebutkan menopause sebagai pendarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh hormone ovarium.

  Istilah menopause digunakan untuk menyatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah seorang wanita mengalami periode terakhir masa haid (kasdu, 2004).

  Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

  menopause adalah masa berhentinya menstruasi yang disebabkan oleh

  menurunnya produksi hormone estrogen dan progesterone di ovarium sehingga masa reproduksi wanita menjadi berakhir.

2. Masa Menjelang Menopause

  Masa menjelang menopause dalam dunia kedokteran dikenal dengan sebutan masa premenopause. Masa premenopause berada dalam fase klimaksterium. Klimaksterium berasal dari kata Yunani yang berarti “selangkah di atas tangga”, hal itu mewakili awal dari fase selanjutnya dalam kehidupan seorang wanita. Dengan demikian, klimaksterium dapat diartikan sebagai suatu masa peralihan antara tahun-tahun reproduksi akhir dan menopause sebenarnya yang dimulai pada akhir masa reproduksi (sekitar usia 40 tahun) dan berakhir pada awal masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 65 tahun. Masa klimaksterium terdiri dari masa

  

premenopause , menopause, dan pascamenopause (Endang, 2008).

  Premenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause,

  sedangkan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause (Endang, 2008). Di Indonesia, premenopause menurut Proverawati (2010) biasanya mulai dialami oleh wanita yang berusia 40 tahun ke atas. Berikut gambaran ringkas dari gejala-gejala premenopause (Proverawati, 2010) :

  1. Tidak teratur siklus haid

  2. Ketidakstabilan vasomotor

  a. Hot flushes

  b. Keringat malam

  c. Gangguan tidur

  3. Gangguan psikologis/ kognitif

  a. Depresi b. Perubahan mood

  c. Kurang konsentrasi, pelupa

  4. Kekeringan pada vagina

  5. Gejala-gejala somatik

  a. Sakit kepala

  b. Mudah lelah

  c. Pusing Pada wanita yang menjelang menopause, munculnya simptom- simptom psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis, sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Oleh sebab itu, bagi beberapa wanita, gejala fisik yang dialami pada masa premenopause ini dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Pada wanita menjelang menopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna – tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.

  Wanita tengah baya yang menghadapi menopause tidak semua mengalami kecemasan, ketakutan bahkan depresi. Oleh sebab itu, sebenarnya gejala psikologi ini bisa dikendalikan. Hal ini tergantung dari penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang menilai negatif dan ada yang positif (Noor, 2001). Menurut Ramaniah (dalam Made & Rostiana, 2009) penyebab cemas saat premenopause adalah masalah suami istri, lingkungan sosial, bertambah atau berkurangnya anggota keluarga, dan perubahan kebiasaan. Selain itu, ketidakpastian tentang risiko yang akan wanita menjelang menopause alami saat

  menopause.

B. Kecemasan Menjelang Menopause

  1. Pengertian Kecemasan Menjelang Menopause Cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah psikologis (Hurlok, 1992).

  Menurut Stuart dan Sundeen (1995) definisi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Sedangkan menurut Atkinson R.L., Atkinson R.C., dan Hilgard E.R (dalam Rostiana & Made, 2009) kecemasan didefinisikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan rasa khawatir, keprihatinan dan rasa takut yang kadang- kadang dalam, dan dalam tingkat yang berbeda. Hal ini didukung oleh pernyataan Freud (dalam Rostiana & Made, 2009) yang mengatakan kecemasan sebagai suatu keadaan tegang. Sedangkan menurut Wolman dan Stricker (1994) kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan dan menegangkan akan bencana yang tidak diharapkan.

  Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan dan ditandai dengan rasa takut, was-was, dan khawatir. Dengan demikian, kecemasan menjelang menopause dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan yang dialami oleh wanita menjelang menopause dan ditandai dengan rasa takut, was- was, dan khawatir.

  2. Aspek-aspek Kecemasan Menjelang Menopause Aspek kecemasan menurut Martaniah (1984) akan digunakan sebagai acuan aspek-aspek kecemasan menjelang menopause, yaitu

  1) Secara kognitif, kecemasan dimanifestasikan ke dalam pikiran.

  Wanita menjelang menopause menjadi cemas, sulit untuk berkonsentrasi, sulit untuk membuat keputusan, dan terlalu terpaku pada bahaya yang tidak jelas asalnya. 2) Secara somatik, kecemasan dimanifestasikan ke dalam reaksi tubuh terhadap bahaya. Pada wanita menjelang menopause dapat dilihat dari pernafasan tidak teratur, dahi berkerut, muka pucat, berdebar-debar, tangan dan kaki dingin, mulut kering, sesak nafas, gangguan pencernaan dan sebagainya. 3) Secara Emosi, kecemasan dimanifestasikan pada perasaan dimana individu secara terus menerus khawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam.

  4) Secara perilaku, kecemasan dimanifestasikan pada reaksi dalam bentuk perilaku terhadap ancaman, misalnya gelisah, gugup dan bingung.

  3. Tingkat Kecemasan Menjelang Menopause Tingkat kecemasan menjelang menopause akan disimpulkan dari tingkat kecemasan menurut Peplau (Stuart & Sundeen, 1995) yaitu: a. Kecemasan ringan Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami individu sehari-hari.

  Wanita menjelang menopause pada tingkat ini masih termotivasi untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan kreativitas.

  b. Kecemasan sedang Individu hanya terfokus pada satu masalah saja. Wanita menjelang

  menopause pada tingkat ini mengalami penyempitan persepsi dan masih dapat melakukan pekerjaannya dengan arahan orang lain.

  c. Kecemasan berat Persepsi individu sangat sempit. Wanita menjelang menopause pada tingkat ini pusat perhatiannya hanya pada permasalahannnya saja dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Oleh sebab itu, perlu banyak atau arahan untuk terfokus pada area lain.

  d. Kecemasan berat sekali atau panik Indivudu kehilangan kendali dan tidak bisa fokus. Wanita menjelang

  menopause pada tahap ini kehilangan kontrol sehingga tidak mampu mendengarkan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif, disertai disorganisasi kepribadian.

  C.

  

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menjelang Menopause

  1. Faktor Internal

  a. Respon Terhadap Stimulus Menurut Trismiati (2004), kemampuan wanita terutama yang menjelang menopause dalam menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasannya dalam menghadapi menopause. Hal ini sesuai dengan pendekatan kognitif dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya. Jadi, bagaimana seorang wanita menjelang

  menopause mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh pada kondisi emosi-psikologisnya (Noor, 2001).

  2. Faktor Eksternal

  a. Dukungan Keluarga Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan wanita menjelang

  menopause lebih siap dalam menghadapi masa menopause (Kasdu,2002).

  b. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan di sekitar dapat menyebabkan wanita menjelang menopause menjadi lebih kuat dalam menghadapi

  menopause , misalnya orang-orang di lingkungan pekerjaan atau

  lingkungan tempat tinggal yang tidak memberikan cerita menakutkan tentang menopause menyebabkan wanita menjelang menopause tidak cemas dalam menghadapi menopause (Romolo, 2008). Serupa dengan penelitian dari Marga (2007) yang mengatakan bahwa ibu-ibu di Kelurahan Lhok Keutapang Tapaktuan memiliki tingkat kecemasan terhadap menopause tergolong ringan dan memiliki penerimaan diri yang baik. Hal tersebut dapat disimpulkan lingkungan mereka tinggal menganggap menopause merupakan hal yang wajar dan semua wanita dewasa madya di sekitar mereka juga mengalaminya, walaupun mereka juga tidak tahu secara pasti apa itu menopause sehingga kecemasan pun tidak muncul. c. Informasi Sarana komunikasi dan informasi berperan dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Sarana komunikasi yang ada, terdiri dari media cetak, media elektronik dan dari mulut ke mulut (lisan). Informasi yang diberikan dapat berupa gejala menopause,

  risiko menopause, dan saran menghadapi menopause.

  Pemberian informasi tentang seluk beluk menopause dan risikonya diharapkan membantu wanita menjelang menopause untuk lebih siap dalam menghadapi menopause. Namun, bagi beberapa wanita menjelang menopause informasi tersebut justru memunculkan adanya kecemasan bahkan sampai stres.

  Hal didukung oleh pendapat Sarafino (1990) yang mengatakan bahwa stres dan kecemasan justru muncul saat seseorang diberikan informasi tentang risiko yang akan terjadi pada dirinya, contohnya: pemberian kartu peringatan bahaya mengemudi di Kota Los Angeles dimaksudkan agar para pengemudi lebih berhati-hati dalam mengemudi tetapi justru membuat cemas dibandingkan sebelum mereka membacanya sehingga satu tahun kemudian kartu-kartu tersebut ditarik kembali.

  Menurut Bawden dan Robinson (2009) banyak informasi yang tidak profesional atau ilmiah terutama dalam bentuk digital seperti situs website di internet. Informasi yang ada di internet rata-rata didasarkan atas opini seseorang dan bukan dari sebuah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, pemberian informasi yang muncul adanya kecemasan karena persepsi buruk tentang menopause. Hal ini didukung oleh pendapat Case (dalam Smith, 2011) yang mengatakan bahwa stres dan kecemasan cenderung meningkat ketika seseorang dihadapkan dengan terlalu banyak sumber informasi dan ketidakpastian atas kualitas informasi tersebut.

D. Tingkat Pendidikan Wanita

  1. Pengertian Tingkat Pendidikan Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

  (2005) adalah perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Kartono (dalam Tarigan, 2006) pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis, dan intensional, dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.

  Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3, pendidikan diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Dalam proses pendidikan, setiap individu akan melalui beberapa tahapan yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1, definisi tingkat pendidikan yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam UU tersebut, tingkat pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Berikut penjelasan dari masing-masing tingkat pendidikan : a. Pendidikan Dasar

  Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar terbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (pasal 17).

  b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (pasal 18). c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (pasal 19 & 20).

  2. Peranan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan memberikan pengaruh dalam bidang kognitif pada diri seseorang. Tingkat pendidikan juga berperan cukup besar dalam pembentukan pribadi seseorang. Tingkat pendidikan yang berbeda akan menghasilkan pribadi seseorang yang berbeda pula (Yuliastuti, 2001).

  Berdasarkan tingkatan pendidikan bahwa pendidikan yang tinggi dapat dicapai setelah pendidikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi seharusnya cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas dan selektif dalam mencari informasi sehingga dapat melihat kelemahan dan kelebihan dari permasalahannya. Hal ini sesuai tujuan dari diselenggarakannya pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan, kreatif dan mandiri dalam menyelesaikan masalahnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diasumsikan latar belakang pendidikan wanita dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat menambah atau meningkatkan wawasan pengetahuannya terutama tentang kesehatan reproduksinya. Hal ini didukung oleh PP No. 60 tahun 1999 tentang tujuan pendidikan tinggi, menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan akademis professional dan tanggap terhadap kebutuhan iptek.

  E.

  

Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menjelang

Menopause Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

  Menurut Kartono (dalam Tarigan, 2006) pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis, dan intensional, dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Hal ini sesuai dengan tujuan dari diselenggarakannya pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan kemampuan, kreatif dan mandiri dalam menyelesaikan masalahnya. Oleh karena itu, latar belakang pendidikan wanita terutama yang menjelang

  menopause dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat

  menambah atau meningkatkan informasi terutama tentang menopause. Hal ini didukung oleh pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan mudah dalam mengakses informasi yang ada.

  Pemberian informasi tentang seluk beluk menopause dan risikonya diharapkan membantu wanita menjelang menopause untuk lebih siap dalam menghadapi menopause. Namun, bagi beberapa wanita menjelang menopause informasi tersebut justru memunculkan adanya kecemasan bahkan sampai stres.

  Hal didukung oleh pendapat Sarafino (1990) yang mengatakan bahwa stres dan kecemasan justru muncul saat seseorang diberikan informasi tentang risiko yang akan terjadi pada dirinya.

  Menurut Bawden dan Robinson (2009) banyak informasi yang tidak profesional atau ilmiah terutama dalam bentuk digital. Informasi yang ada didasarkan atas opini seseorang dan bukan dari sebuah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Situs website yang terlalu berlebihan dalam memberikan informasi dapat mengganggu wanita menjelang menopause dan memunculkan adanya kecemasan. Hal ini didukung pendapat Case (dalam Smith, 2011) yang mengatakan bahwa stres dan kecemasan cenderung meningkat ketika seseorang dihadapkan dengan terlalu banyak sumber informasi dan ketidakpastian atas kualitas informasi tersebut. Salah satu contohnya, banyak informasi tentang menopause di internet membahas tentang gejala dan akibat dari adanya menopause. Hal ini dapat memunculkan kecemasan karena tidak semua gejala dan akibat adanya menopause pasti dialami wanita menjelang menopause sehingga muncul perasaan ketidakpastian akan akibat yang alami dari adanya menopause.

  Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa wanita menjelang menopause yang berpendidikan tinggi dan mudah mengakses informasi akan memiliki kecemasan yang tinggi karena lebih tahu banyak akibat dari menopause dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan dasar.

  Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan

  Tingkat Pendidikan dasar tinggi

  Akses Informasi Akses Informasi luas terbatas

  Jumlah informasi Jumlah informasi tentang gejala tentang gejala

  menopause dan menopause dan

  risikonya lebih risikonya lebih Kecemasan hadapi

  Kecemasan hadapi

  menopause rendah menopause tinggi Skema 1. Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Wanita Menjelang Menopause Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan F. Hipotesis