PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjan

  

PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH

DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL

KARYA GAMAL KOMANDOKO

DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA

KARYA SLAMET MULJANA

PENDEKATAN HISTORIS

  

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Athalia Wika Ningtyas

NIM : 054114023

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH

DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL

KARYA GAMAL KOMANDOKO

DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA

KARYA SLAMET MULJANA

PENDEKATAN HISTORIS

  

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Athalia Wika Ningtyas

NIM : 054114023

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

TUGAS AKHIR PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH

  DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA PENDEKATAN HISTORIS

  Oleh Athalia Wika Ningtyas 054114023 Telah disetujui oleh: Pembimbing I

Drs. B. Rahmanto, M.Hum. tanggal, 6 Desember 2010

Pembimbing II

S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. tanggal, 6 Desember 2010

  

TUGAS AKHIR

PENYIMPANGAN PERISTIWA SEJARAH

DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL

KARYA GAMAL KOMANDOKO

  

DENGAN TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA

KARYA SLAMET MULJANA

PENDEKATAN HISTORIS

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Athalia Wika Ningtyas

  

NIM: 054114023

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 24 Januari 2011

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

  Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. Heri Antono, M.Hum. ………………. Sekretaris : S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. ………………. Anggota : 1. Dra. Fr. Tjandrasih, M.Hum. ……………….

  2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ……………….

  3. S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. ………………. Yogyakarta, 28 Februari 2011 Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum

  

JANGAN MELIHAT MASA LAMPAU

DENGAN PENYESALAN,

JANGAN MELIHAT MASA DEPAN

DENGAN KETAKUTAN,

  

NAMUN, LIHATLAH MASA

SEKARANG DENGAN

PENUH KESADARAN!

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: Mama, Papa, Dea, dan orang-orang yang menyayangiku dengan tulus.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan sebenarnya, bahwa tugas akhir atau skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 November 2010 Penulis

  Athalia Wika Ningtyas

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Athalia Wika Ningtyas NIM : 054114023

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Penyimpangan Peristiwa

  

Sejarah dalam novel Ken Arok Banjir Darah di Tumapel karya Gamal Komandoko

dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana Pendekatan

Historis, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

  Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 November 2010 Yang menyatakan, Athalia Wika Ningtyas

  

ABSTRAK

Ningtyas, Athalia Wika. 2011. “Penyimpangan Peristiwa Sejarah dalam novel Ken

  Arok Banjir Darah di Tumapel karya Gamal Komandoko dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana: Pendekatan Historis.” Skripsi Strata (S-1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji tentang penyimpangan alur sejarah dalam novel Ken Arok

  Banjir Darah di Tumapel Tafsir Sejarah

  karya Gamal Komandoko dengan

  Nagarakretagama karya Slamet Muljana, sebuah tinjauan pendekatan historis sastra.

  Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan unsur alur dalam novel

  Ken Arok Banjir Darah di Tumapel

  karya Gamal Komandoko, kemudian menunjukkan dan menganalisis kisah Ken Arok sampai Kertanagara dalam buku Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama

  karya Slamet Muljana, serta menunjukkan dan mendeskripsikan penyimpangan alur sejarah yang terdapat dalam novel Ken Arok Banjir Darah di

  Tumapel

  karya Gamal Komandoko, lalu membandingkannya dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana. Penelitian ini menggunakan teori struktural yang lebih memfokuskan unsur alur. Dari analisis alur yang meliputi: tahap penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, dan penyelesaian, terdapat peristiwa sejarah yang ada dalam novel Ken

  Arok Banjir Darah di Tumapel

  karya Gamal Komandoko. Peristiwa alur sejarah tersebut kemudian dikomparatifkan dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana. Pendekatan historis dengan buku sejarah tersebut sangat berperan penting dalam mengangkat topik skripsi ini, khususnya pada analisis bab ketiga, yakni pada kisah Ken Arok sampai Kertanagara.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data, yang meliputi metode data komparatif dan metode analisis isi. Kemudian pada metode penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis sebagai bahan kajiannya. Dalam penelitian ini, metode analisis data komparatif lebih digunakan untuk membandingkan alur peristiwa sejarah dengan sebuah novel sejarah. Perbandingan antara novel Ken Arok Banjir Darah di Tumapel dengan buku Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama

  akan diulas secara lebih mendetail. Pada metode analisis isi, penulis mengkaji isi teks sastra tanpa melihat isi komunikasi (pesan yang diterima oleh pembaca) dari teks sastra tersebut. Pada metode penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yang lebih menekankan pada pendeskripsian fakta-fakta yang disusul dengan analisis.

  Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Alur dalam Ken Arok Banjir Darah

  di Tumapel karya Gamal Komandoko adalah alur lurus atau alur maju atau alur progresif.

  Alur lurus dalam sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis. Peristiwa awal dimulai ketika Maharaja Sri Kretajaya memerintah semena-mena di bumi Kadiri, Janggala, Tumapel, dan wilayah sekitarnya, lalu pembagian kisah selanjutnya adalah kisah Ken Endok yang menderita akibat pemerkosaan hina di Pura Agung, kemudian kelahiran Ken Arok di bumi marcapada ini, sampai Arok berhasil menjadi raja dan mendirikan kerajaan Singasari di tanah Jawa. (2) Kisah Ken Arok sampai Kertanagara dalam buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama lebih mengungkapkan kisah-kisah yang pernah terjadi di masa lampau, karena sumber pengisahannya tercantum pada kitab, pupuh, kidung, dan juga prasasti-prasasti, seperti kitab Pararaton, pupuh Nagarakretagama, kidung Panji Wijayakrama, kidung

  Harsawijaya

  , prasasti Mula-Malurung, prasasti Maribong, prasasti Pakis Wetan, prasasti

  Penampihan

  , piagam Amoghapasa, dan piagam Padang Arca. Keseluruhan isinya akan ditunjukkan penulis sesuai dengan data-data yang diperoleh oleh Slamet Muljana, yang telah dituliskan beliau ke dalam buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama. (3) Penyimpangan alur sejarah lebih menekankan pada beberapa alur yang menyimpang dalam novel Ken Arok Banjir Darah di Tumapel karya Gamal Komandoko. Penyimpangan alur tersebut berjumlah 32 alur, yang meliputi: (1) kewaspadaan Kretajaya terhadap Arya Pulung; (2) dendam Arya Pulung terhadap Kretajaya; (3) keadaan Tumapel dalam kekuasaan Tunggul Ametung; (4) penokohan Resi Agung Sri Yogiswara Girinata; (5) pernikahan Ken Endok dengan Resi Agung Girinata; (6) Gajah Para bukanlah suami Ken Endok; (7) mulai tumbuhnya perasaan suka (perasaan Ken Endok terhadap Gajah Para); (8) terjalinnya cinta terlarang (antara Ken Endok dan Gajah Para); (9) peristiwa keji di Pura Agung; (10) kehamilan Ken Endok; (11) kebencian Ken Endok terhadap Gajah Para; (12) Arok bukanlah Putera Dewa; (13) Arok berandal yang baik; (14) pertemuan Arok dan Umang dikisahkan lebih awal; (15) penokohan tentang Gagak Inget; (16) penokohan Nyi Prenjak dan anak buahnya; (17) Umang mencintai Arok; (18) Umang istri pertama Arok; (19) sifat congkak Mpu Gandring; (20) prajurit Kadiri membuat rusuh Tumapel; (21) pengkhianatan Kebo Ijo; (22) rahasia Mpu Gandring terungkap; (23) kesetiaan Arok terhadap Tunggul Ametung; (24) pertempuran sengit Tumapel dengan Kadiri; (25) gelagat aneh Ken Dedes; (26) terbunuhnya Mpu Gandring oleh Kebo Ijo; (27) terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Kebo Ijo; (28) penolakan Arok menggantikan Tunggul Ametung; (29) Dedes, istri kedua Arok; (30) penyerangan Kadiri kedua; (31) Arok menyayangi Anusapati; (32) misteri kematian Ken Arok.

  

ABSTRACT

Ningtyas, Athalia Wika. 2011. “The Deviation of Historical Event in Gamal

Komandoko’s novel Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel and Slamet

  Muljana’s Tafsir Sejarah Nagarakretagama: Letter Historical Approach.” Minithesis of Strata-1 (S-1). Yogyakarta: Study Program of Indonesian Letter, Department of Indonesian Letter, Faculty of Letter, Sanata Dharma University.

  This research studied on the deviation of Historical Plot in Gamal Komandoko’s novel Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel and Slamet Muljana’s Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama

  , a letter historical approach. The purpose of this research was to analyze and describe the element of plot in Gamal Komandoko’s novel Ken Arok: Banjir

  Darah di Tumapel

  , and the represent and analyze the story of Ken Arok to Kertanagara in Slamet Muljana’s book Tafsir Sejarah Nagarakretagama, and represent and describe the existing deviation of historical plot in Gamal Komandoko’s novel Ken Arok: Banjir

  Darah di Tumapel

  , and then compare it to Slamet Muljana’s Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama .

  This research used structural theory of which more focused on the element of plot. From the plot analysis including: conditioning step, conflict emerging, conflict increase, climax, and solution, there was historical incident in Gamal Komandoko’s novel Ken

  Arok: Banjir Darah di Tumapel

  . The incident of historical plot was then compared to Slamet Muljana’s Tafsir Sejarah Nagarakretagama. The historical approach has important role in emphasize the topic of this minithesis, in particularly in the analysis of chapter three, i.e. in the story of Ken Arok to Kertanagara in book Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama which will be studied by the historical approach.

  The method used in this research was method of data analysis, including analysis of comparative data and method of content analysis. Then in the representing method of data analysis, the author used comparative analytical method as its studying material. In this research, method of comparative data analysis is preferred to use for comparing the plot of historical incident by a historical novel, as will be discussed later in the chapter four, that the comparison between novel Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel and book

  Tafsir Sejarah Nagarakretagama

  will be reviewed in detail. In this method of content analysis, the author studied the content of letter text without knowing the content of communication (the message accepted by readers) of the letter text. Finally, in the method of representation of result of data analysis, the author used descriptive analytical method, of which emphasized on the description of facts followed by analysis.

  The result research were following: (1) The plot in Gamal Komandoko’s novel

  Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel

  is straightforward plot or advance plot progressive plot. Straightforward plot in a novel is said as progressive if the incidents told are chronologic. The initial incident begun when Maharaja Sri Kretajaya governed arbitrarily in Kadiri, Janggala, Tumapel, and surrounding lands, and then the categorization of next story is the of Ken endok who suffered by the cruel violation in Pura Agung, and then the birth of Ken Arok in this world, until Arok became a king and established Singasari kingdom on Java land. (2) The story of Kne Arok to Kertanagara in book Tafsir Sejarah

  Nagarakretagama

  showed more the actual stories, because the descriptive source was appropriate and listed in the book, strophe, ballad, and epigraphs, likes book Pararaton, strophe Nagarakretagama, ballad Panji Wijayakrama, ballad Harsawijaya, epigraph

  Mula-Malurung

  , epigraph Maribong, epigraph Pakis Wetan, epigraph Penampihan, treaty Amoghapasa, and theaty Padang Arca. The entire contens will be showed by the author appropriately to the data gained by Slamet Muljana, which has been written by him in the book Tafsir Sejarah Nagarakretagama. (3) The deviation of historical plot more emphasizes on some deviating plots in Gamal Komandoko’s novel Ken Arok:

  Banjir Darah di Tumapel

  . These deviations of plot are 32 plots, includes: (1) awareness of Kretajaya to Arya Pulung; (2) revenge of Arya Pulung to Kretajaya; (3) condition of Tumapel under the governance of Tunggul Ametung; (4) characterization of Resi Agung Sri Yogiswara Girinata; (5) marriage of Ken Endok with Resi Agung Girinata; (6) Gajah Para is not Ken Endok’s husband; (7) the beginning of love emergence (Ken Endok’s feelings to Gajah Para); (8) the entanglement of forbidden love (between Ken Endok and Gajah Para); (9) cruel incident in Pura Agung; (10) Ken Endok’s pregnancy; (11) abhorrence of Ken Endok to Gajah Para; (12) Arok is not Putera Dewa; (13) Arok is a good rogue; (14) the meeting of Arok and Umang told earlier; (15) the characterization on Gagak Inget; (16) the characterization of Nyi Prenjak and her subordinates; (17) Umang loves Arok; (18) Umang is Arok’s first wife; (19) Mpu Gandring’s cocky trait; (20) Kadiri soldiers bring disturbance in Tumapel; (21) Kebo Ijo’s treachery; (22) Mpu Gandring’s secret is revealed (23) Arok’s obedience to Tunggul Ametung; (24) the fight with gloves off Tumapel and Kadiri; (25) strange symptoms of Ken Dedes; (26) the kill of Mpu Gandring by Kebo Ijo (27) the kill of Tunggul Ametung by Kebo Ijo; (28) the resistance of Arok to substitute Tunggul Ametung; (29) Dedes is Arok’s second wife; (30) the second aggression og Kadiri; (31) Arok cares of Anusapati; (32) mystery behind Ken Arok’s death.

  Between there 32 deviating plots, there are 10 plots very imminent in the deviation of historical plot aforementioned above, i.e: (1) the characterization of Resi Agung Sri Yogiswara Girinata; (2) Gajah Para is not Ken Endok’s husband; (3) cruel incident in Pura Agung; (4) Arok is not Putera Dewa; (5) Arok is a good rogue; (6) Umang is Arok’s first wife; (7) Kebo Ijo’s treachery; (8) the kill of Mpu Gandring by Kebo Ijo; (9) the kill of Tunggul Ametung by Kebo Ijo; (10) Dedes is Arok’s second wife. From the result of this study, it concludes that the deviation of historical plot in novel Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel is the wrong deviation of plot and inappropriate to the given historical incident. However, the author of free history novel creates a work by foundation or stuff from historical incident.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur dan ucapan terima kasih hamba panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya skripsi ini dengan penuh perjuangan. Penulis menyusun tugas akhir ini dengan tujuan agar dapat menyelesaikan program strata satu (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penulis mengakui bahwa skripsi ini tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa bantuan, dukungan, doa, serta spirit dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam terselesaikannya karya skripsi ini, yakni:

  1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum, sebagai pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, dan waktunya kepada penulis, sehingga dapat memotivasi saya dalam pembuatan serta terselesaikannya karya skripsi ini.

  2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, sebagai pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, kesabaran, dan masukannya kepada saya, sehingga penulis semakin semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih, M.Hum, yang pernah menjadi pembimbing akademik angkatan 2005, terima kasih atas segala perhatian dan segala nasihat yang pernah ibu berikan kepada saya, serta terima kasih pula atas segala ilmu yang pernah ibu ajarkan.

  4. Bapak Drs. Heri Antono, M.Hum, terima kasih atas segala kebaikan, perhatian, dan nasihat-nasihat, serta ilmu yang telah diberikan kepada saya.

  5. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, terima kasih atas segala kesabaran dan kebaikan bapak, terutama ilmu yang telah diberikan ketika masa perkuliahan saya dulu.

  6. Bapak Drs. F.X. Santosa, M.S, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

  7. Segenap para dosen: Pak Ari, Pak Yapi, Pak Widodo, Pak Bambang, Pak Heri Santoso, Pak Heri Mardiyanto, Pak Putu, Pak Nur, Pak Sandiwan, Pak Adisusilo, dan Almarhum Pak Arwan. Terima kasih atas segala kebaikan, serta ilmu-ilmu yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

  8. Segenap karyawan perpustakaan Sanata Dharma, terima kasih atas segala pelayanan, perhatian, dan keramahan kepada penulis, sehingga saya dapat belajar dengan tenang dan nyaman.

  9. Mbak Ros dan Mas Tri, terima kasih atas segala pelayanan dan keramahan yang diberikan kepada penulis.

  10. Mama dan Papaku yang paling kusayangi di dunia ini, Lia ucapkan rasa terima kasih yang tak terbatas atas segala doa, ketulusan, kasih sayang, semangat, nasihat, saran-saran, dukungan, kepercayaan, segala sarana dan prasana yang telah diberikan untukku.

  11. Adikku tercinta, Dea Editha Ningtyas. Terima kasih ya dik, atas segala doa, kasih sayang, semangat, dan sudah menjadi teman curhat yang setia bagi mbk selama ini. Tetap giat belajar ya dik dan raih cita-citamu setinggi mungkin!

  12. Koko Che Chen (UMY H.I 2007), Youre My Spirit Soul.. Xie-Xie… =)

  13. Indra Lei (Atmajaya Arsitektur 2004), terima kasih pernah menjadi bagian terindah dalam hidupku…

  14. Mikael Andri (Atmajaya Ekonomi 2006), thanks Andri. Though you’re my

  past tense lover, you’ll always be in my heart and my memory. Because, however you’re my shining star. And, you are my best past lover.

  15. Sahabat terbaikku, Norie Paramitha. Terima kasih atas persahabatan yang telah kita rajut. Dukunganmu, semangatmu, nasihatmu selalu membekas di hati. Terima kasih telah menjadi sandaran atas segala curahan-curahan di hatiku, walaupun Oie telah di Jakarta, namun hati kita tetap satu sahabat.

  16. Teman-teman Smansaku: Indra, Bmg, Iwan, Radius, Boy, Ida Bagus Tantra, Landara, Santika Wayan, Kompyang, Mahayoga, Gusti, Panji, Dek Adi, Komang Prima, Nyoman Aristadi, Putu Aries Pratama, Wisnu, Ova, Nadya, Hez-tee, Nova, Ika, Jean, Ita, Aprini, Widhi, Titiek, Titien, Santiani, Trina, Dewi, Prami, Dian Ayu, Putu Veronica. Terima kasih atas persahabatan yang telah kita bina selama masih di SMA. Bagiku, takkan mungkin bisa terlupakan akan persahabatan indah ini. Terima kasih kawan…

  17. Gusti Lanang Segara, Komang Armada dan Ketut Ariasta, terima kasih buat doa dan supportnya ya. Yakinlah, suatu saat aku akan kembali ke Bali. I Love

  Bali

  …

  18. Teman-teman Sastra Indonesia seluruh angkatan, terima kasih atas segala pertemanannya selama ini, terutama teman-teman angkatan 2005, terima kasih atas kebersamaannya pada masa perkuliahan dulu.

  19. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun telah banyak membantu penulis karena terwujudnya karya skripsi ini, saya ucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.

  Penulis berharap, agar Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis memohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Dengan demikian, segala bentuk tulisan dan hasil penelitian di dalam karya skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Penulis sangat berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan, terutama para pembaca. Terima kasih.

  Yogyakarta, 30 November 2010 Penulis,

  (Athalia Wika Ningtyas)

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………..… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………………... iii

HALAMAN MOTTO …………………………………………………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. v

LEMBAR KEASLIAN KARYA ……………………………………… vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH........... vii

ABSTRAK ……………………………………………………………… vii

viii

  

ABSTRACT …………………………………………………………...... x

KATA PENGANTAR …………………………………………………. xii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………

  1

  1.1 Latar Belakang ……………………………………………………

  1

  1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 11

  1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 11

  1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 12

  1.5 Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 13

  1.6 Landasan Teori …………………………………………………… 14

  1.6.1 Analisis Struktural ……………………………………… 14

  1.7.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data …………………... 26

  2.5 Tahap Penyelesaian (Denouement) ................................................. 98

  2.4 Tahap Klimaks (Climax) ................................................................. 79

  2.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action) .................................... 48

  2.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances) .............. 35

  2.1 Tahap Penyituasian (Situation) ........................................................ 29

  28

  

BAB II ANALISIS ALUR NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI

TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO …………...

  1.8 Sistematika Penyajian ……………………………………………. 27

  1.7.5.2 Metode Analisis Isi …………………………….. 25

  1.6.1.1 Alur ………………………………………….. 15

  1.7.5.1 Metode Komparatif ……………………………. 23

  1.7.5 Metode dan Teknik Analisis Data ……………………….. 23

  1.7.4 Sumber Data …………………………………………….. 22

  1.7.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data…………………. 21

  1.7.2 Metode Penelitian ………………………………………. 20

  1.7.1 Pendekatan Historis…………………….……………….. 19

  1.7 Metode Penelitian ………………………………………………… 19

  1.6.3 Sejarah …………………………………………………. 18

  1.6.2 Penyimpangan ………………………………………….. 17

  2.6 Rangkuman ..................................................................................... 109

  

BAB III KISAH KEN AROK SAMPAI KERTANAGARA DALAM

TAFSIR SEJARAH NAGARAKRETAGAMA KARYA SLAMET MULJANA ........................................................

  112

  3.1 Ken Arok (Sang Amurwabhumi) (1222-1227 M) ........................ 115

  3.2 Raja Anusapati (1227-1248 M) ..................................................... 128

  3.3 Panji Tohjaya (1248 M) ................................................................. 131

  3.4 Wisnuwardhana (1248-1268 M) ................................................... 133

  3.5 Kertanagara dan Runtuhnya Singasari (1268-1292 M) ………… 136

  3.6 Rangkuman ……………………………………………………… 146

  BAB IV PENYIMPANGAN ALUR SEJARAH DALAM NOVEL KEN AROK: BANJIR DARAH DI TUMAPEL KARYA GAMAL KOMANDOKO ……………………………… 154

  4.1 Kewaspadaan Kretajaya terhadap Arya Pulung .......................... 157

  4.2 Dendam Arya Pulung terhadap Kretajaya .................................. 161

  4.3 Keadaan Tumapel dalam Kekuasaan Tunggul Ametung ........... 163

  4.4 Penokohan Resi Agung Sri Yogiswara Girinata ........................ 168

  4.5 Pernikahan Ken Endok dengan Resi Agung Girinata ................ 169

  4.6 Gajah Para bukanlah Suami Ken Endok .................................... 172

  4.7 Mulai Tumbuhnya Perasaan Suka (Perasaan Ken Endok terhadap Gajah Para) ................................................................................. 178

  4.8 Terjalinnya Cinta Terlarang (antara Ken Endok dan Gajah Para) 181

  4.9 Peristiwa Keji di Pura Agung ..................................................... 185

  4.10 Kehamilan Ken Endok ................................................................ 188

  4.11 Kebencian Ken Endok terhadap Gajah Para ............................... 190

  4.12 Arok bukanlah Putera Dewa ....................................................... 192

  4.13 Arok Berandal yang Baik ........................................................... 194

  4.14 Pertemuan Arok dan Umang Dikisahkan Lebih Awal ............... 198

  4.15 Penokohan tentang Gagak Inget ................................................. 200

  4.16 Penokohan Nyi Prenjak dan Anak Buahnya ............................... 204

  4.17 Umang Mencintai Arok ............................................................... 206

  4.18 Umang Istri Pertama Arok .......................................................... 209

  4.19 Sifat Congkak Mpu Gandring ..................................................... 210

  4.20 Prajurit Kadiri Membuat Rusuh Tumapel ................................... 211

  4.21 Pengkhianatan Kebo Ijo .............................................................. 213

  4.22 Rahasia Mpu Gandring Terungkap ............................................. 215

  4.23 Kesetiaan Arok terhadap Tunggul Ametung ............................... 219

  4.24 Pertempuran Sengit Tumapel dengan Kadiri .............................. 221

  4.25 Gelagat Aneh Ken Dedes ............................................................ 223

  4.26 Terbunuhnya Mpu Gandring oleh Kebo Ijo ................................ 226

  4.27 Terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Kebo Ijo .......................... 230

  4.28 Penolakan Arok Menggantikan Tunggul Ametung .................... 232

  4.29 Dedes, Istri Kedua Arok ............................................................. 235

  4.30 Penyerangan Kadiri Kedua .......................................................... 236

  4.31 Arok Menyayangi Anusapati ...................................................... 242

  4.32 Misteri Kematian Ken Arok ........................................................ 244

  4.33 Rangkuman ................................................................................. 247

  4.34 Tabel 1 .......................................................................................... 257

  

BAB V PENUTUP ............................................................................ 266

  5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 266

  5.2 Saran …………………………………………………………...... 270

  

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 272

BIODATA PENULIS ………………………………………………......

  275

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

  Sastra merupakan ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedangkan yang dimaksud “pikiran” adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Karya sastra merupakan suatu ungkapan perasaan isi hati dan pikiran pengarang, apa yang dilihat, dirasakan, bahkan dialaminya. Karya sastra juga merupakan ekspresi atau pandangan kebudayaan (Sumardjo, 1986:2).

  Teeuw mengemukakan, bahwa sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengaruhkan, mengajarkan, memberi petunjuk, dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti silpasastra (buku petunjuk arsitektur),

  kamasastra

  (buku petunjuk percintaan). Dalam perkembangan berikutnya, kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan ‘su’, sehingga menjadi susastra yang berarti sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah (Teeuw, 1958).

  Menurut Wellek dan Warren (1990), sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Sastra dibatasi hanya pada “mahakarya” (great books), yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif. Istilah “sastra imajinatif” (imaginative literature) memiliki kaitan dengan istilah belles letters (“tulisan yang indah dan sopan”, berasal dari bahasa Prancis).

  Luxemburg dkk (1984), mengemukakan beberapa pengertian tentang sastra. Pertama, sastra adalah sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Seorang sastrawan menciptakan dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Kedua, sastra merupakan luapan emosi yang spontan. Ketiga, sastra menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan. Pertentangan-pertentangan itu aneka rupa bentuknya. Ada pertentangan antara yang disadari dan tidak disadari, dan sebagainya. Keempat, sastra mengungkapkan yang tak terungkapkan. Sastra mampu menghadirkan aneka macam asosiasi dan konotasi yang dalam bahasa sehari-hari jarang ditemui.

  Selain itu, karya sastra merupakan suatu karya yang dihasilkan melalui proses kreatif pengarang. Dalam proses ini dibutuhkan suatu kreativitas dalam diri pengarang.

  Kreativitas ini dapat bersumber pada imajinasi pengarang atau hasil observasi pengarang terhadap realitas yang dihadapinya. Hal ini juga dijelaskan oleh Sumardjo (1979:65) yang mengatakan karya sastra merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya. Sardjono (1992:10) menambahkan bahwa novel sebagai salah satu genre sastra yang merupakan produk kehidupan yang banyak mengandung nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, dan filsafat yang bertolak dari pengungkapan kembali fenomena kehidupan.

  Selain berhubungan dengan masyarakat, karya sastra juga dapat bersumber dari peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah yang merupakan motivasi seorang pengarang untuk menciptakan karya sastra. Menurut Kuntowijoyo (2006:171), objek karya sastra adalah realitas, apapun juga yang dimaksud dengan realitas oleh pengarang. Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah, maka karya sastra dapat: pertama, mencoba menerjemahkan peristiwa sejarah itu dalam bahasa yang imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan pengarang. Kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, serta tanggapan mengenai suatu peristiwa sejarah. Ketiga, seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang.

  Sastra sejarah sebagai karya sastra mengandung unsur-unsur sejarah, dan novel sejarah, serta novel dengan unsur-unsur sejarah. Pendekatan sejarah paling tepat digunakan untuk meneliti sastra sejarah ataupun novel sejarah (Ratna, 2004:65). Seorang pengarang novel sejarah dapat menggunakan masa lampau yang luas untuk menolak atau mendukung suatu gambaran sejarah yang sudah ada. Hal ini dilakukan pula oleh Gamal Komandoko, seorang pengarang novel sejarah yang mengangkat kisah Ken Arok dalam novelnya yang berjudul Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel. Novel tersebut adalah sebuah novel sejarah yang mengangkat kisah dan perjalanan hidup tokoh Ken Arok. Ken Arok merupakan tokoh yang sangat fenomenal dalam kancah sejarah di tanah Jawa. Ia memang lelaki hebat yang dikaruniai kecerdasan dan keberanian memikat. Ia mampu memaksimalkan kelebihan-kelebihannya itu untuk menggapai cita-cita yang diinginkan. Ken Arok tidak hanya menjungkalkan Tunggul Ametung dari jabatan Akuwu di Tumapel, namun mampu pula meruntuhkan kewibawaan Sri Kretajaya, Sang Raja Kadiri.

  Ia seakan menjungkirkan kemustahilan dalam pandangan manusia bahwa menjadi raja haruslah mereka yang berasal dari anak keturunan raja. Ken Arok memberikan contoh, meski siasat dan strategi yang dicontohkan kerap dinilai ‘kotor’ oleh sebagian pihak.

  Novel Ken Arok: Banjir Darah di Tumapel karya Gamal Komandoko, menghadirkan sepak terjang seorang tokoh sejarah yang sangat fenomenal di negeri ini.

  Dialah Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Kisahnya dimulai dari kelahirannya sebagai bayi buangan. Pergulatan batin pun terjadi pada diri Ken Endok (ibu kandung Arok), saat membuangnya ketika masih bayi. Arok merupakan titisan Dewa Brahma, bahwa dari mulutnya memancarkan cahaya terang melebihi terangnya lampu. Ki Lembong menemukan bayi tersebut di sebuah kuburan anak-anak. Setelah Arok tumbuh dewasa, pekerjaannya hanya bermain judi sehingga harta milik Ki Lembong habis terpakai untuk berjudi. Merasa bersalah, Arok pun melarikan diri dari kediaman rumah Ki Lembong di dusun Lebak. Secara tidak sengaja, Arok bertemu dengan Bango Samparan dan beliau mengangkatnya sebagai anak. Sepak terjang Arok tidak hanya sampai di situ, ia pun tidak sengaja bertemu dengan Tita (seorang anak Kepala Desa Sagenggeng), kemudian mereka berdua bersahabat dan belajar bersama di perguruan tempat Bapa Tantripala. Setelah lulus, Bapa Tantripala menyuruh mereka menemui Dang Hyang Lohgawe untuk berguru dengan beliau. Namun perintah Bapa Tantripala diabaikan begitu saja, hingga mereka memilih menjadi perampok yang paling ditakuti di seluruh Tumapel. Pada kesempatan yang tidak terduga-duga Arok bertemu dengan Mpu Palot kemudian berguru padanya. Setelah berguru dengan Mpu Palot, kemudian beliau mempertemukan Arok dengan Dang Hyang Lohgawe. Akhirnya, Arok pun menjadi muridnya pula.

  Selama proses belajar, tiba-tiba Dang Hyang Lohgawe menghadap Tunggul Ametung untuk menawarkan dirinya dan Arok menjadi abdi istana. Awalnya, Sang Akuwu sangat keberatan namun pada akhirnya, ia dapat menerima Arok sebagai prajurit Tumapel. Pesona Arok sungguh luar biasa, ia dapat mengambil hati Tunggul Ametung dan Sang Permaisuri, Ken Dedes. Diam-diam benih-benih cinta antara Arok dan Dedes mulai tumbuh. Pada kesempatan yang tidak terduga, Arok mendatangi Mpu Gandring untuk memesan sebuah keris pusaka. Dalam kisahnya ini, terjadi perbedaan cerita antara karya Gamal Komondoko dengan buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana. Disebutkan dalam karangan Gamal Komandoko, bahwa yang membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung adalah Kebo Ijo, tidaklah Ken Arok. Dikisahkan, bahwa Kebo Ijo mendapat tugas berat dari Baginda Kretajaya, untuk menyingkirkan Tunggul Ametung yang telah berusaha mengkhianati Sang Raja Kadiri ini. Sebagai imbalannya, jika Kebo Ijo berhasil membunuh Sang Akuwu Tumapel, ia akan mendapatkan kekuasaan sebagai Adipati penguasa Tumapel dan menggantikan kedudukan Tunggul Ametung. Kemudian dikisahkan pula, bahwa Mpu Gandring tewas ditangan Kebo Ijo sewaktu ia berusaha mengambil keris yang telah dipesan oleh Arok sebelumnya. Pada saat berada di kediaman Mpu Gandring, Kebo Ijo merebut paksa keris itu, lalu menusukkan keris tersebut pada dada Mpu Gandring hingga tewas mengenaskan.

  Setelah kematian Tunggul Ametung, Arok berhasil menggantikan posisinya sebagai Akuwu karena pilihan dan dukungan dari rakyat Tumapel. Arok pun berhasil mempersunting Dedes sebagai istri, tentunya bersama Umang pula. Pada kesempatan yang ditunggu-tunggu, Arok beserta para pasukan berhasil mengalahkan Kerajaan Kadiri dan Raja Kretajaya pun melarikan diri. Setelah kemenangan itu, Arok dinobatkan menjadi raja serta mendirikan Kerajaan Singasari. Ia bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Arok memerintah kerajaannya dengan arif dan bijksana, serta disenangi para rakyat.

  Dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama karya Slamet Muljana, cerita Ken Arok dikisahkan sesuai dengan kisah sejarah yang ada, yakni dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh beliau. Kisah-kisah yang berhasil ditelitinya mengacu pada kitab

  Pararaton,

  pupuh Nagarakretagama, dan penemuan prasasti Mula-Malurung. Tafsir

  Sejarah Nagarakretagama

  ini menghadirkan kehidupan Ken Arok ketika ia dilahirkan ke dunia tanpa seorang ayah kandung, keberadaan ayah kandungnya masih dianggap misterius. Konon, Bhatara Brahmalah yang selama ini menaruh benih pada rahim Ken Ndok dan melarang Ken Ndok untuk berhubungan dengan Gajah Para. Saat bulannya tiba, Ken Ndok melahirkan bayi laki-laki yang segera dibuang di pekuburan, akibat rasa malu yang menderanya. Pada malam harinya, seorang pencuri bernama Lembong melewati pekuburan tersebut dan sangat tercengang melihat sinar berpancaran. Sinar itu didekatinya dan tampak padanya seorang bayi sedang menangis, kemudian ia membawa pulang bayi tersebut. Semenjak penemuan bayi misterius tersebut, tersiar kabar sampai ke pelosok desa hingga membuat Ken Ndok mengunjungi Ki Lembong untuk mengatakan, bahwa bayi tersebut adalah anaknya dan terlahir dari kekuasaan Bhatara Brahma, kemudian anak laki-laki itu diberi nama Ken Arok.