RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA (STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

  

RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh:

Bernadette Andreyanti Febriana Nim: 024114007 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010

  

RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh:

Bernadette Andreyanti Febriana

Nim: 024114007

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  MOTTO

Ya Allah sumangga nyanggakeun…

  

Halaman Persembahan

Kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus dan Kedua Orang Tuaku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaiman layaknya karya ilmiah.

  Penulis Bernadette Andreyanti Febriana

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Bernadette Andreyanti Febriana Nomor Mahasiswa : 024114007

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 14 April 2010 Yang menyatakan

  (Bernadette Andreyanti Febriana)

  

ABSTRAK

Andreyanti Febriana, Bernadette.2009, Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat

Sunda, (Studi Kasus di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa

Barat). Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini membahas tentang Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat Sunda, Studi Kasus di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Judul ini dipilih karena ketertarikan penulis terhadap ritual-ritual yang ada. Ritual sawer terlihat sekedar sebagai hiburan tetapi ternyata memiliki pesan-pesan yang sangat dalam dan penting untuk orang-orang yang hendak melangsungkan pernikahan.

  Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konteks topografi, demografi, dan budaya Kota Sukabumi, (2) mendeskripsikan proses ritual sawer dalam tradisi pernikahan adat Sunda di daerah Sukabumi Jawa Barat, (3) mendeskripsikan makna dan fungsi proses ritual sawer di dalam tradisi pernikahan, di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

  Penelitian ini membahas tentang budaya yang terdapat dalam ritual sawer penikahan adat Sunda. Kerangka teori yang digunakan sebagai bahan referensi adalah teori budaya, proses ritual, sawer, serta makna dan fungsi proses ritual. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: teknik wawancara, teknik pengamatan, serta teknik perekaman dan pencatatan. Nara sumber dalam penelitian ini adalah juru sawer, pengantin, orang tua pengantin, lengser, dan juga penonton serta masyarakat umum. Tempat penelitian adalah saat upacara pernikahan di daerah Sukabumi Jawa Barat.

  Hasil penelitian mengenai ritual ini menunjukkan bahwa Proses Ritual Sawer dalam Pernikahan Adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat antara lain persiapan ritual sawer yaitu, persiapan waktu, tempat, persiapan benda yang akan digunakan dalam ritual sawer dan persiapan penyelenggara atau orang-orang yang terlibat dalam ritual sawer. Pelaksanaan Ritual saweran, pelaksanaan ritual sawer dimulai dengan penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita (lengser). Kemudian acara ngabageakeun (penyambutan), lalu pemberian wejangan dari ayah pengantin wanita atau keluarga yang dituakan. Setelah itu ritual saweran, dan dilanjutkan dengan Nincak endog. Kemudian acara

  , kemudian Buka pintu, sungkem, setelah itu acara Meuleum

  Ngaleupaskeun Japati Harupat , Huap Lingkung, dan acara yang terakhir adalah Pabetot-betot bakakak.

  Makna dan fungsi proses Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat Sunda Studi Kasus di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, antara lain; (1) Makna penjemputan oleh Lengser, (2) Makna acara ngabageakeun, (3) Makna acara pemberian wejangan, (4) Makna dalam acara saweran, (5) Makna dalam acara nincak

  

endog , (6) Makna dalam acara ngaleupaskeun japati, (7) Makna dalam acara buka pintu, (8) Makna dalam acara sungkem, (9) Makna dalam acara meuleum harupat, (10) Makna dalam acara huap lingkung, (11) Makna acara pabetot-betot bakakak Fungsi sawer dibagi menjadi tiga, yaitu: fungsi pendidikan; fungsi yang berhubungan dengan dunia pendidikan tentang ritual sawer, fungsi religi; fungsi yang mengandung nilai-nilai keagamaan dan norma-norma agama, dan yang terakhir adalah fungsi sosial; fungsi yang berhubungan dengan masyarakat umum.

  

ABSTRACT

Andreyanti Febriana, Bernadette. 2009, Sawer Ritual in Sundanese Wedding

Custom-Ceremony. S-I Final Task. Indonesian Literature Study Program,

Indonesian Literature Department, Literature Faculty, Sanata Dharma

University.

  This observation is about Sawer ritual in Sundanese wedding ceremony, a special study in Cicurug Subregency, Sukabumi Regency, West Java. It is chosen for the author was attracted to these rituals. These rituals sometimes looked like entertainments but actually they contain of valuable advices for those who are going to marry.

  The purposes of these observation are describing (1) the topography, demography, and cultural aspects of Sukabumi, (2) sawer ritual in Sundanese wedding ceremony in Sukabumi, West Java, (3) the meaning and functions of sawer ritual in wedding tradition of Cicurug Subregency, Sukabumi Regency, West Java.

  The framework of this observation are about the cultural theory, sawer ritual process, the meaning and functions of sawer ritual process. This observation also uses interviewing, observing, and recording ways for data raising. The interviewees are ‘juru sawer’, the bridal couple, the parents of the bridal couple, lengser, spectators, and the public. The observation site is the Sukabumi Regency of West Java.

  The results of this ritual observation show that the meaning and functions of Sundanese wedding custom-ceremony in Sukabumi contain of the preparation of pre-

  

sawer process (preparation of time, place, and properties), and the preparation of the

  caretaker or people who will attend the sawer ritual. Saweran ritual starts with the picking up of the bride by lengser (delegates of the groom), the ngabageakeun (the welcoming ceremony), then the advice-giving ceremony by the parents of the groom. Later the nincak endog ceremony comes after the saweran itself. Ngaleupaskeun

  

japati, buka pintu, meuleum harupat, huap lingkung, and pabetot-betot bakakak are

  the order of the ceremonies to finish the Sundanese wedding custom-ceremony in Sukabumi.

  The meaning and functions of sawer ritual of Sundanese wedding ceremony in Sukabumi are about the meaning of (1) picking up of the bride by lengser, (2)

  

ngabageakeun ceremony, (3) wejangan ceremony, (4) saweran itself, (5) nincak

  ceremony, (6) ngaleupaskeun japati ceremony, (7) buka pintu ceremony, (8)

  endog

sungkem ceremony, (9) meuleum harupat ceremony, (10) huap lingkung, and (11)

pabetot-betot bakakak ceremony at the end.

  The functions of sawer ritual in Sundanese wedding ceremony are into three types of functions; pedagogical functions (the educative values of sawer), religy functions (the religiousity values and public norms of sawer), and social functions (the social and inter-relationship values of sawer ceremony).

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Ritual Pernikahan Adat Sunda Di Daerah Sukabumi Jawa Barat. Sehubungan dengan tersusunnya skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sangat dalam kepada:

  1. Dra. F. Tjandrasih Adji, M. Hum., selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas bimbingan, masukan, kesabaran, motivasi serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

  2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, masukan, kesabaran, motivasi serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

  3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dosen pembimbing akademis, terima kasih atas bimbingan dan kemudahan selama penulis kuliah.

  4. Seluruh dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik penulis selama belajar di jurusan Sastra Indonesia.

  5. Mbak Rusmiyati dan segenap staf sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas segala bantuannya.

  6. Kedua orang tuaku, Bapak Andreas Suradi dan Ibu Anastasia Suwardi Artanti yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

  Terima kasih untuk doa, pengorbanan, dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis.

  7. Bapak B. Tumidi dan Ibu Sugijatin terima kasih karena telah memberikan semangat, memberikan tempat berteduh layaknya rumah sendiri dan selalu menganggap penulis sebagai anak kandungnya sendiri.

  8. Emilius “Kelik” Harri Admoko, terima kasih telah mendampingi, membimbing, dan memberi semangat dari awal hingga saat ini, semoga semua akan berjalan dengan indahnya.

  9. Romo Markus Lukas, Pr dan Sr. Bernadette, SFS terima kasih atas segala bantuannya. Tanpa bantuan yang diberikan penulis tidak akan mungkin dapat menyelesaikan kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  10. Teman-teman di Prodi Sastra Indonesia terutama angkatan 2002, terima kasih untuk bantuannya selama kita masih bersama.

  11. Sapi, Simbe, dan Bobo, terima kasih atas saran, kritik, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

  12. Teman-teman kost di Petung 27, terima kasih karena terus menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  13. Bapak Achmad Djuarsah, selaku tokoh budayawan Sukabumi, terima kasih atas segala bantuan, informasi dan semangat yang telah bapak berikan kepada penulis.

  14. Terima kasih untuk masyarakat Cicurug Sukabumi, Jawa Barat atas bantuannya dalam memberikan informasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

  15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk segala bantuannya kepada penulis.

  Semoga karangan yang sederhana ini akan berguna dan bermanfaat untuk karya-karya budaya daerah di Indonesia. Jika terdapat berbagai kelemahan dalam tulisan ini merupakan tanggungjawab penulis.

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii HALAMAN MOTTO iv HALAMAN PERSEMBAHAN v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

  

ABSTRAK vii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR

  x DAFTAR ISI xiii DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1

  1.2 Rumusan Masalah……………………………………………... 3

  1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 3

  1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 4

  1.5 Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 4

  1.6 Kerangka Pemikiran……………………………………………. 5

  1.6.1. Budaya…………………………………………………… 5

  1.6.2 Ritual…………………………………………………… 6

  1.6.3 Makna dan Fungsi………………………………………. 6

  1.6.4 Sawer……………………………………………………. 7

  1.7 Metode………………………………………………………… 7 1.7.1 Wawancara……………………………………………..

  8 1.7.2 Pengamatan (Observasi)……………………………….

  8

  1.7.3 Perekaman dan Pencatatan……………………………… 9

  1.7.4 Lokasi dan Narasumber…………………………………. 9

  1.7.5 Kepustakaan…………………………………………….. 10

  1.8 Sistematika Penyajian…………………………………………..10

  BAB II TOPOGRAFI, DEMOGRAFI DAN BUDAYA SUKABUMI

  11

  2.1 Pengantar……………………………………………………… 11

  2.2 Topografi dan Demografi Kota Sukabumi……………………..11

  2.2.1 Topografi………………………………………………… 11

  2.2.2 Demografi……………………………………………….. 13

  2.3 Budaya ……………...………………………………………… 18

  

BAB III PROSES RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA

DI DAERAH SUKABUMI JAWA BARAT MAKNA DAN FUNGSI

  22

  3.1 Pengertian……………………………………………………... 22

  3.2 Persiapan Ritual Sawer……………………………………….. 24

  3.2.1 Waktu…………………………………………………… 24

  3.2.2 Tempat Pelaksanaan Ritual Sawer……………………… 25

  3.2.3 Benda-Benda…………………………………………… 25

  3.2.4 Orang yang Menyawer…………………………………. 26

  3.2.5 Pasangan Pengantin yang akan Disawer……………….. 26

  3.3 Pelaksanaan Ritual Saweran…………………………………. 27

  3.3.1 Penjemputan oleh Lengser……………………………… 27

  3.3.2 Acara Ngabageakeun (Penyambutan)………………….. 30

  3.3.3 Pemberian Wejangan…………………………………… 31

  3.3.4 Saweran………………………………………………… 31

  3.3.5 Nincak Endog (Injak Telur)……………………………. 36

  3.3.6 Ngaleupaskeun Japati………………………………….. 37

  3.3.7 Buka Pintu……………………………………………… 41

  3.3.8 Sungkem………………………………………………… 49

  3.3.9 Meuleum Harupat………………………………………. 52

  3.3.10 Huap Lingkung………………………………………… 53

  3.3.11 Pabetot-betot Bakakak………………………………… 54

  3.4 Makna…………………………………………………………. 54

  3.4.1 Makna Penjemputan oleh Lengser………………………. 54

  3.4.2 Makna Ngabageakeun (Penyambutan)………………….. 55

  3.4.3 Makna Pemberian Wejangan…………………………….. 55

  3.4.4 Makna Saweran………………………………………….. 56

  3.4.5 Makna Nincak Endog (Injak Telur)……………………. 56

  3.4.6 Makna Ngaleupaskeun Japati………………………… .. 57

  3.4.7 Makna Buka Pintu………………………………………. 57

  3.4.8 Makna Sungkem………………………………………… 58

  3.4.9 Makna Meuleum Harupat………………………………. 58

  3.4.10 Makna Huap Lingkung………………………………... .59

  3.4.11 Makna Pabetot-betot Bakakak……………………….... 59

  3.5 Fungsi………………………………………………………… 60

  3.5.1 Fungsi Penjemputan oleh Lengser……………………… 60

  3.5.2 Fungsi Ngabageakeun (Penyambutan)…………………. 61

  3.5.3 Fungsi Pemberian Wejangan............................................ 62

  3.5.4 Fungsi Saweran…………………………………………. 62

  3.5.5 Fungsi Nincak Endog (Injak Telur)……………………. 63

  3.5.6 Fungsi Ngaleupaskeun Japati…………………………... 64

  3.5.7 Fungsi Buka Pintu………………………………………. 64

  3.5.8 Fungsi Sungkem………………………………………… 65

  3.5.9 Fungsi Meuleum Harupat………………………………. 66

  3.5.10 Fungsi Huap Lingkung………………………………… 67

  3.5.11 Fungsi Makna Pabetot-betot Bakakak………………… 68

BAB IV PENUTUP 69

  4.1 Kesimpulan …………………………………………………… 69

  4.2 Saran……………………………………………………………72 DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN 1 : DAFTAR PERTANYAAN LAMPIRAN 2 : DAFTAR NARA SUMBER LAMPIRAN 3 : FOTO ACARA PENJEMPUTAN LENGSER LAMPIRAN 4 : FOTO ACARA NGABAGEAKEUN (PENJEMPUTAN) LAMPIRAN 5 : FOTO ACARA PEMBERIAN WEJANGAN LAMPIRAN 6 : FOTO ACARA SAWERAN LAMPIRAN 7 : FOTO ACARA INJAK TELUR LAMPIRAN 8 : FOTO ACARA BUKA PINTU LAMPIRAN 9 : FOTO ACARA SUNGKEM LAMPIRAN 10 : FOTO ACARA MEULEUM HARUPAT LAMPIRAN 11 : FOTO ACARA HUAP LINGKUNG LAMPIRAN 12 : FOTO ACARA PABETOT-BETOT BAKAKAK LAMPIRAN 13 : FOTO ACARA HIBURAN LAMPIRAN 14 : FOTO JURU SAWER LAMPIRAN 15 : SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN LAMPIRAN 16 : PETA KECAMATAN CICURUG

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman bahasa, budaya dan adat istiadat.

  Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, buddhayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian ke-budaya-an itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana yang mengupas kata budaya itu sebagai suatu perkembangan dari majaemuk budi-daya yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Budaya itu adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan itu segala hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. (Koentjaraningrat, 1964:77)

  Pernikahan merupakan bagian dari budaya, dalam sebuah tradisi pernikahan terdapat ritual yang berdasarkan adat istiadat sesuai dengan daerah asal pengantin dan dipercaya oleh masyarakatnya. Di dalam pernikahan adat Sunda, masyarakat akan melakukan acara ritual pernikahan dengan adat Sunda. Secara antropologi-budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari- hari dan berasal atau bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering disebut dengan Tanah Pasundan atau Tatar Sunda (Agoes, 2003:4).

  Dalam acara pernikahan adat Sunda, sawer merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh penyawer atau orang yang dituakan di dalam masyarakat. Ritual ini dipercaya sebagai permohonan atau doa kepada Tuhan dan para leluhur supaya memberikan berkat dan restu untuk kedua pengantin, supaya berkat dan pernikahan tersebut dapat langgeng sampai akhir hayat. Ritual sawer di sini dilakukan setelah akad nikah dilangsungkan. Dalam acara pernikahan adat Sunda, kata nyawer berasal dari kata awer. Ibarat seember air atau benda cair lainnya, benda ini bisa di awer-

  awer (dipercikkan) dengan mudah. Jadi, secara fisik, arti nyawer yaitu menyebar-

nyebar . Akan tetapi nyawer memiliki makna yang mendalam bagi yang

  melaksanakannya. Ritual nyawer dalam upacara adat Sunda mempunyai arti nebar nasihat (Agoes, 2003:70).

  Pertanyaan yang sering terbersit dalam pikiran orang-orang yang tidak mengerti adalah apa gunanya ritual sawer itu? Lalu apa saja yang akan dan harus dilakukan dalam ritual sawer itu? Pertanyaan itu sangat menarik perhatian sehingga peneliti tertarik melakukan studi lapangan untuk mengamati, mengungkapkan, dan memaparkan secara spesifik. Menurut para tetua adat, ritual sawer ini dilakukan sebagai doa dan harapan agar kehidupan perkawinan pasangan pengantin yang

  disawer selalu diberkati oleh Tuhan.

  Dalam ritual sawer ini, para penyawer akan menyediakan sesaji untuk para leluhur. Sesaji itu biasanya berupa makanan, minuman, uang, kunir, beras, dan bermacam-macam jenis bunga. Hal ini dilakukan karena dipercaya dapat membuat para leluhur akan memberikan restunya kepada pasangan pengantin.

  Peneliti memilih topik “Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat Sunda, Studi Kasus di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” karena dua alasan.

  Pertama, studi khusus tentang ritual sawer sampai saat ini belum pernah dilakukan sehingga tidak banyak orang, bahkan masyarakat Sunda sendiri yang mengetahui tentang ritual sawer. Kedua, dengan menyajikan topik ini, peneliti berharap dapat lebih memahami tata cara ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimanakah topografi, demografi, dan budaya di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat?

  1.2.2 Bagaimana proses ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan

  Cicurug, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat?

  1.2.3 Bagaimana makna dan fungsi proses ritual sawer dalam pernikahan adat

  Sunda di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang meliputi: 1.3.1 Mendeskripsikan topografi, demografi, dan sejarah Kota Sukabumi.

  

1.3.2 Mendeskripsikan proses ritual sawer dalam tradisi pernikahan adat Sunda

di Kecamatan Cicurug, Sukabumi.

  1.3.3 Mendeskripsikan makna dan fungsi proses ritual sawer dalam tradisi pernikahan adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Sukabumi.

1.4 Manfaat Penelitian

  

1.4.1 Dalam bidang topografi, demografi, dan budaya, hasil penelitian ini dapat

  menambah wawasan mengenai topografi, demografi, dan budaya, termasuk adanya ritual-ritual khusus yang terjadi dalam sebuah tradisi pernikahan.

  1.4.2 Untuk masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang ritual sawer dalam upacara pernikahan adat Sunda.

  

1.4.2 Menjelaskan makna dan fungsi ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Penelitian ini membahas tentang Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat Sunda, Studi Kasus di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Hingga saat ini penulis belum menemukan buku yang membahas tentang Ritual Pernikahan Adat Sunda. Penulis hanya menemukan buku yang berisikan tentang Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Sunda, karangan Artati Agoes yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2003.

  Selain itu juga terdapat buku yang berisikan urutan tatacara penikahan adat Sunda peneliti ambil dari, buku Modana karangan R.H. Uton Muchtar dan Ki Umbara (1987) buku ini membahas tentang pernikahan Sunda berserta dengan acara dan kidung-kidung yang digunakan dan ditulis dalam bahasa Sunda.

1.6 Kerangka Pemikiran

1.6.1 Budaya

  Landasan teori merupakan kerangka dasar pemikiran yang akan dipakai untuk memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Dalam tugas akhir ini peneliti akan membahas tentang budaya yang terdapat dalam ritual Sawer dalam penikahan adat Sunda.

  Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan “kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja (Soelaeman, 1992:12).

  Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, buddhayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian ke-budaya-an itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana yang mengupas kata budaya itu sebagai suatu perkembangan dari majaemuk budi-daya yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Budaya itu adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan itu segala hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. (Koentjaraningrat, 1964:77)

  1.6.2 Ritual Menurut KBBI (1988:751) ritual berarti ihwal yang berkenaan dengan ritus.

  Ritus itu sendiri menurut mereka adalah tatacara dalam upacara keagamaan. Ritual- ritual yang ada dalam pernikahan adat Sunda ini dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut atau disertai contah/gerak, dan alat pembantu pengingat. Masyarakat percaya apabila ritual ini dilakukan maka pengantin akan mendapatkan restu dan berkat dari para leluhur. Oleh karena itu ritual disebut sebagai “takhayul” karena dalam ritual ini masyarakat masih percaya pada kekuatan-kekuatan gaib yang menyertainya.

  1.6.3 Makna dan Fungsi

  Menurut KUBI (2003:737) makna adalah arti atau maksud (suatu kata): mengetahui lafal dan maknanya. Dalam pernikahan adat Sunda setiap acaranya memiliki makna-makna tersendiri, seperti dalam acara sungkem, makna yang terkandung dalam acara ini adalah seorang anak harus berbakti kepada orangtuanya dan saat akan melangsungkan pernikahan makan ada baiknya bila meminta restu terlebih dahulu kepada orangtuanya.

  Fungsi ialah pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara sesuatu hal dengan tujuan yang tertentu atau pemakaian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (Koentjaraningrat, 1986:213).

1.6.4 Sawer

  adalah meminta uang kepada penonton (KUBI, 2003:1041). Sawer

  Sawer

  kemudian menjadi nyawer dalam bahasa Sunda. Dalam acara pernikahan adat Sunda, kata nyawer yang berasal dari kata awer, ibarat seember atau benda cair, benda ini bisa di awer-awer (tebar-tebar) dengan mudah. Jadi, secara fisik, arti nyawer yaitu

  

menyebar-nyebar . Akan tetapi nyawer memiliki makna yang mendalam bagi yang

  melaksanakannya dan ritual ini dalam upacara adat Sunda memiliki arti nebar nasihat (Agoes, 2003:70).

1.7 Metode

  Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam rangka mencari pemecahan masalah. Dalam bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam menganalisis proses ritual Sawer dalam upacara pernikahan adat Sunda.

  Dalam proses pengumpulan data lapangan, teknik-teknik wawancara, pengamatan, perekaman, pencatatan dan pengarsipan diperlukan untuk mendapatkan data sastra lisan dari tempat penelitian. Proses ini dilakukan untuk memperoleh data- data yang dibutuhkan oleh peneliti.

  1.7.1 Wawancara

  Wawacara adalah suatu proses tanya jawab lisan, yaitu dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri (Hadi, 1979:192). Wawancara ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama ‘wawancara bebas’ yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada informan untuk berbicara. Tahap kedua ‘wawancara terarah’ yaitu mengajukan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam. Wawancara digunakan penulis untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan acara ritual sawer dan tentang budaya Kota Sukabumi.

  1.7.2 Pengamatan (Observasi)

  Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Dalam arti luas observasi berarti pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam arti sempit observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang diselidiki, baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi buatan. Metode ini menuntut adanya pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. (Hariwijaya dan Bisri via Dasa Saputra, 2008:11). Observasi dilakukan untuk mengamati ritual sawer yang berlangsung, agar peneliti dapat lebih memahami dan mengabadikannya dalam bentuk foto yang akan dilampirkan dalam tugas akhir ini.

  1.7.3 Perekaman dan Pencatatan.

  Teknik ini perlu digunakan untuk mendapatkan data utama penelitian. Teknik pencatatan bisa dipergunakan untuk mentranskripsikan hasil rekaman menjadi bahan tertulis dan mencatat berbagai aspek yang berkaitan dengan suasana penceritaan dan informasi-informasi lain yang dipandang perlu selama melakukan wawancara dan pengamatan.

  (Taum,2002:88). Penulis mencatat hasil wawancara untuk digunakan sebagai salah satu sumber dalam penulisan tugas akhir ini. Berdasarkan wawancara peneliti akan mendapat data-data yang bias digunakan dalam penulisan tugas akhir ini.

  1.7.4 Lokasi dan Narasumber

  Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat, serta mengambil data-data dari narasumber di lokasi penelitian yang dianggap berkompeten dan mengetahui tentang ritual Sawer dalam pernikahan adat Sunda. Narasumber utama penulis adalah Bapak Achmad Djuarsah, selaku tokoh kebudayaan di daerah Sukabumi sekaligus seorang juru sawer.

1.7.5 Kepustakaan

  Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1993:234). Sedangkan menurut Taum (2002,86), studi pustaka dapat berupa buku-buku di perpustakaan atau koleksi pribadi dan teman mengenai kolektif suatu suku bangsa yang akan menjadi sasaran studi. Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data yang akurat dengan cara menelaah pustaka-pusataka yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakannya untuk memperoleh pengertian- pengertian tentang budaya, sawer, ritual, dan sebagainya.

1.8 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang topografi, demografi dan sejarah Kota Sukabumi, Bab III merupakan penggambaran makna dan fungsi proses ritual sawer dalam pernikahan adat di daerah Sukabumi, dan Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

  Selain itu terdapat pula Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II TOPOGRAFI, DEMOGRAFI DAN BUDAYA SUKABUMI

  2.1 Pengantar

  Untuk lebih mengetahui tentang kota Sukabumi maka penulis akan sedikit menjabarkan mengenai sejarah kota Sukabumi yang akan mencakup topografi dan demografi kota Sukabumi untuk mengetahui letak Kota Sukabumi dan asal muasal terbentuknya kota Sukabumi.

  2.2 Topografi dan Demografi Kota Sukabumi

2.2.1 Topografi

  Topografi adalah perpetaan, segala sesuatu mengenai pembuatan peta (KUBI, 2003:1292)

  Topografi adalah Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan, dll), dan asteroid. Dalam pengertian lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan local.

  Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi dan identifikasi jenis lahan.

  Penggunaan kata topografi dimulai sejak jaman Yunani Kuno dan berlanjut hingga Romawi Kuno, sebagai detail suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat dan graphia yang berarti tulisan.

  Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29°C yang berjarak 120 km dari ibukota negara (Jakarta) dan 96 km dari ibukota propinsi (Bandung) dengan luas wilayah 4.800,231 ha. Jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Sukabumi sebagian besar didominasi oleh tanah latosal dan podsolik yang terutama tersebar pada wilayah bagian selatan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Sedangkan jenis tanah andosol dan regosol umumnya terdapat di daerah pegunungan terutama daerah Gunung Salak dan Gunung Gede, dan pada daerah pantai dan tanah aluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan daerah sungai. http://www.kabupatensukabumi.go.id/trial/index.php?option=com_content &view=article&id=50&Itemid=28&lang=en

  Kondisi wilayah Kabupaten Sukabumi wilayah lahan kering yang luas, saat ini sebagaian besar merupakan wilayah perkebunan, tegalan dan hutan.

  Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim B (oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari.

  Suhu udara berkisar antara 20°C - 30 ° C dengan kelembaban udara 85 - 89 persen. Curah hujan antara 3.000 - 4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi (sumber : bapak Iyus Mulyana, Kepala UPTD Cicurug).

  Wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai bentuk lahan yang bervariasi dari datar sampai gunung adalah : datar (lereng 0-2%) sekitar 9,4 %; berombak sampai bergelombang (lereng 2-15%) sekitar 22% ; bergelombang sampai berbukit (lereng 15 - 40%) sekitar 42,7%; dan berbukit sampai bergunung (lereng > 40 %) sekitar 25,9 %. Ketinggian dari permukaan laut Wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0 - 2.958 m. Daerah datar umumnya terdapat pada daerah pantai dan daerah kaki gunung yang sebagian besar merupakan daerah pesawahan. Sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 300 - 1.000 m dari permukaan laut. http://www.kabupatensukabumi.go.id/trial/index.php?option=com_conten t&view=article&id=50&Itemid=28&lang=en

2.2.2 Demografi

  Demografi adalah ilmu kependudukan; ilmu tentang susunan dan pertumbuhan penduduk; ilmu yang memberi uraian atau lukisan berupa statistic mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial dan politik. (KUBI,2003:278)

  Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi didalamnya ukuran, stuktur dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama atau etnisitas tertentu.

  Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007 adalah 2.391.736 jiwa yang terdiri dari 1.192.038 orang laki-laki dan 1.199.698 orang perempuan. dengan laju pertumbuhan penduduk 2,37 % dan kepadatan penduduk 579,39 orang/km². Kepadatan penduduk menurut kecamatan cukup bervariasi. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Ciemas (183 jiwa/km²) dan tertinggi di Kecamatan Sukabumi (2.447 jiwa/km²). Pemukiman padat penduduk umumnya terdapat di pusat-pusat kecamatan yang berkarakteristik perkotaan dan di sepanjang jalan raya. Memiliki penduduk sampai akhir tahun 2002 tercatat 269.142 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 50 jiwa/km² yang tersebar (BPS,2007:46).

  Dalam pendidikan, di Sukabumi telah berdiri perguruan tinggi yaitu Politeknik Sukabumi, Universitas Muhammadiah Sukabumi (UMMI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra, Lembaga Pendidikan Informatika Nusa Putra, Lembaga Pendidikan Film dan Televisi Nusa Putra. Selain itu, telah berdiri sekolah unggulan SMKN2 Sukabumi (dahulu SMEA NEGERI Sukabumi).

  Di samping itu, Sukabumi adalah pusat kegiatan wilayah Jawa Barat Selatan (Sukabumi, Cianjur). Sukabumi memiliki pusat perbelanjaan beasr yaitu Mayyofield Mall Sukabumi, Sukabumi Indah Plaza (Giant), Ramayana Plaza, Yogya Plaza, Capitol Plaza, dan Sukabumi Shopping Center.

  Kabupaten Sukabumi terletak lebih kurang 120 km dari Jakarta atau sekitar dua setengah jam perjalanan dengan mobil pribadi. Tempat ini sangat mudah dicapai dari Jakarta, Bogor dan Bandung. Sukabumi memiliki wisata yang beraneka ragam, mulai dari wisata laut, pantai sampai wisata gunung. Beberapa obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan, yaitu: Wisata Pantai, Surfing, Arung Jeram, Upacara Tahunan, Wana Wisata Cangkuang, Wana Wisata Cipelang, Wana Wisata Gua Buniayu.

  Jumlah penduduk Sukabumi pada tahun 2003 sebanyak 2.178.850 jiwa dan pada tahun 2004 meningkat sebanyak 51.561 jiwa sehingga menjadi 2.230.411 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2003 hingga 2004 adalah sebesar 2,37 persen di mana laju pertumbuhan penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan penduduk perempuan, yaitu 1.144.663 jiwa untuk laki-laki dan 1.085.748 jiwa untuk laki-laki. (BPS,2007:45)