BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013).

(1)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

No. Daftar FPIPS : 1841/ UN. 40.2.2/ PL/ 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA

(Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

RIZA FAISAL 0901028

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Riza Faisal, 2013

(STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR

JAWA BARAT TAHUN 2013)

Oleh:

RIZA FAISAL 0901028

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Riza Faisal 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya maupun sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

LEMBAR PENGESAHAN

RIZA FAISAL 0901028

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA

(Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2013)

Disetujui dan disahkan oleh :

NIP 19540404 198101 1 002

Pembimbing II

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.SI.

NIP 19690929 199402 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP 19630820 198803 1 001

Pembimbing I


(4)

Riza Faisal, 2013

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Drs. Rahmat, M.Si.

NIP. 19580915 198603 1 003 3.2

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001 3.3


(5)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)


(6)

TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Penelitian ini dilatarbelakangi tentang pemahaman masyarakat adat Kampung Naga terhadap sistem politik, yang berusaha menyaring pengaruh nilai-nilai baru demi terjaganya kelestarian budaya nenek moyang. Namun disisi lain, letak Kampung Naga yang strategis menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif dengan masyarakat luar. Selain itu, pranata, tata nilai dan unsur-unsur adat lebih banyak dipegang daripada persoalan pembagian peran politik. Kekhasan budaya masyarakat adat Kampung Naga yang dikenal dominan dengan kearifan budaya lokalnya sangat menarik untuk dikaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang terjadi sekarang ini. Untuk menentukan budaya politik yang dianut oleh masyarakat adat Kampung Naga, peneliti merumuskan masalah yang dikaji berdasarkan pada orientasi politik masyarakat adat tersebut, yaitu: 1. Bagaimanakah orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013?, 2. Bagaimanakah orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?, serta 3. Bagaimanakah orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ? . Menurut teori Gabriel Almond dan Sidney Verba yang dijadikan landasan atau grand theory dalam penelitian ini, mereka mengemukakan bahwa budaya politik masyarakat adat atau masyarakat tradisional termasuk dalam budaya politik parokial yang mana tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus: kepala kampung, kepala suku adalah merupakan pemancaran peran-peran yang bersifat politis-ekonomis. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat budaya politik ini masih sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif.

Pendekatan yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut di masyarakat adat Kampung Naga adalah pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara mendalam, studi pustaka, serta studi dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa : teori yang dikemukakan Almond dan Verba ternyata tidak sesuai dengan hasil penelitian. Indikator yang mereka kemukakan, berbeda dengan hasil yang peneliti dapatkan dilapangan. Budaya politik masyarakat adat Kampung Naga adalah budaya politik kaula (subyek) bukan parokial, yang didapat berdasarkan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan pemahaman orientasi kognitifnya yang melibatkan pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara, masyarakat adat Kampung Naga ‘kendatipun masih

sebagian dari mereka’ pada dasarnya memahami dan mengetahui tentang segala sistem politik termasuk input dan output nya meskipun masih bersifat pasif, sedangkan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik selalu mereka taati. 2. Masyarakat adat Kampung Naga memiliki perasaan yang khusus terhadap aspek-aspek sistem politik yang mana pada hakikatnya dipengaruhi oleh kompleks nilai yang ada dalam masyarakat adat Kampung Naga tersebut. Mengenai masalah perasaan dan ketertarikan masyarakat adat Kampung Naga terhadap sistem politik, termasuk peran para aktor politisi, serta terhadap pemerintah, tidak ada penentangan atau perasaan tidak suka terhadap semua aspek tersebut, karena pada dasarnya menurut mereka pemerintah itu untuk ditaati bukan untuk dilawan. 3. Apa yang menjadi pilihan masyarakat adat Kampung Naga untuk menjatuhkan pilihan mereka atas dasar perasaan suka terhadap salah satu pasangan calon. Hal tersebut berkenaan dengan informasi yang mereka dapatkan dari sosilaisasi pemilu yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan KPU Kabupaten Tasikmalaya, tidak hanya itu pola interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan dengan pengunjung atau masyarakat luas menambah informasi dan standar nilai terhadap pasangan calon Gubernur, serta keputusan mereka dalam menjatuhkan pilihan murni tanpa ada anjuran atau paksaan dari pihak manapun.


(7)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

ABSTRAK

POLITICAL CULTURE of the INDIGENOUS PEOPLES of KAMPUNG NAGA (CASE STUDIES in INDIGENOUS KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA REGENCY

in WEST JAVA GOVERNOR ELECTION, 2013)

Research it is based on about understanding indigenous kampung naga against political system, that seeks sift influence values new terjaganya for sustainability culture ancestors. But at the other side the kampung naga strategic made them subjected to intensive interaction with people outside. Besides, pranata, the value and elements customary more held problem than the division of the role of politics. Particularity culture indigenous kampung naga known dominant with wisdom his local culture strongly attractive to review when associated with political conditions of a is today. To determine political culture which is embraced by indigenous people kampung naga, researchers formulate problems that assessed according to its on political orientation indigenous the namely: 1. How then orientation cognitive indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? , 2. How then orientation affective indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? and three. How then orientation evaluative indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? . According to the theory of Gabriel Almond and Sidney Verba, which provided the runway or grand theory in this research, they argued that the political culture of indigenous or traditional communities included in the parochial political culture where there is no political roles are special: the head of the village, is the tribal chief of the roles are political-economical. In addition the level of public participation in this political culture is still very low, which caused cognitive factors.

The approach used to uncover these problems in indigenous communities is the qualitative approach, Kampung Naga, in methods of case studies. The collection of data in the form of observation, in-depth interviews, literature studies, as well as the study documentation.

Results of the study revealed that: the theory expressed Almond and Verba turned out to be not in accordance with the results of the research. Indicators that they clearly state, in contrast to the research results get in field. Political culture of indigenous political culture is Kampung Naga kaula (the subject) is not parochial, based on the results obtained as follows: 1. based on the understanding of kognitifnya orientation that involves knowledge of input and output mechanisms of the political system, including the knowledge of rights and obligations as citizens, indigenous peoples Kampung Naga% u2018kendatipun is still part of their% u2019 basically understanding and knowing about all the political system including its inputs and outputs though still passivewhereas the rights and responsibilities as good citizens always obey them. 2. indigenous peoples have the feeling of Kampung Naga specifically against aspects of the political system which is in fact influenced by the complex value that exists in the indigenous communities of the Kampung Naga. On the issue of feeling and interest in indigenous political system against the Dragon Village, including the role of the actors, politicians as well as against the Government, there is no opposition or a feeling of dislike towards all these aspects, since according to them the Government essentially had to be obeyed rather than to attack. 3. What have been the choice of indigenous Kampung Naga to drop their choices on the basis of the feelings of love toward one candidate. It deals with the information they get from the sosilaisasi election conducted by the local government and the ELECTION COMMISSION Tasikmalaya Regency, not only is it a pattern of interaction and communication that they do with visitors or community-wide information and standards adds to the value of candidate against the Governor, as well as their decision in dropping the pure choice without any suggestion or coercion from any party.


(8)

Riza Faisal, 2013

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTARGAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

1. Rumusan Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Secara Teoritik ... 8

2. Secara Praktis ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Sistem Politik... 11

1. Definisi Sistem Politik ... 11

2. Fungsi Input dan Output ... 15

a. Fungsi Input ... 18

1) Sosialisasi Politik ... 19

2) Rekrutmen Politik ... 22

3) Artikulasi Kepentingan ... 23

4) Agregasi Politik ... 24

5) Komunikasi Politik ... 26

b. Fungsi Output ... 27

1) Pembuatan Kebijakan ... 28

2) Penerapan Kebijakan ... 29

3) Pengawasan Kebijakan ... 29

B. Tinjauan Tentang Budaya Politik ... 30

1. Pengertian Umum Budaya Politik ... 30

2. Dimensi Orientasi Budaya Politik ... 32


(9)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

b. Orientasi Afektif ... 34

c. Orientasi Evaluatif ... 35

3. Tipe-tipe Budaya Politik ... 37

a. Budaya Politik Parokial ... 39

b. Budaya Politik Subyek ... 40

c. Budaya Politik Partisipan ... 41

d. Budaya Politik Campuran ... 45

4. Mikro dan Makro Budaya Politik ... 52

C. Tinjauan Tentang Masyarakat Adat ... 53

1. Pengertian Masyarakat Adat ... 53

2. Bentuk Susunan Masyarakat Adat ... 55

a. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Genelogis ... 55

b. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Teritorial ... 56

c. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Teritorial- Genelogis 57 3. Dasar Hukum Masyarakat Adat di Indonesia ... 58

4. Masyarakat Adat Dalam Perspektif Antropologi Politik ... 59

D. Tinjauan Tentang Pemilukada ... 60

1. Pengertian Pemilihan Gubernur (Pemilukada) ... 60

2. Asas-asas Pemilukada ... 61

3. Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 62

4. Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 66

1. Lokasi Penelitian ... 66

2. Subjek Penelitian ... 66

B. Pendekatan Penelitian ... 67

C. Metode Penelitian ... 68

D. Definisi Operasional ... 69

E. Instrumen Penelitian ... 74

F. Teknik Pengumpulan Data ... 75

1. Observasi ... 75

2. Wawancara ... 75

3. Studi Pustaka ... 76

4. Studi Dokumentasi ... 77

G. Tahap Penelitian ... 78

1. Tahap Pra Lapangan ... 78

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 78

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data ... 79

a. Teknik Pengolahan Data ... 79

b. Teknik Analisis Data ... 81

1) Reduksi Data ... 81

2) Penyajian Data ... 81


(10)

Riza Faisal, 2013

1. Sejarah Kampung Naga ... 86

2. Kependudukan Masyarakat Adat Kampung Naga ... 86

3. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Adat Kampung Naga ... 88

4. Mata Pencaharian Masyarakat Adat Kampung Naga ... 88

5. Sistem Kemasyarakatan ... 89

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

1. Observasi ... 93

a. Orientasi Kognitif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 94

b. Orientasi Afektif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 95

c. Orientasi Evaluatif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 96

2. Wawancara ... 96

a. Orientasi Kognitif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 98

b. Orientasi Afektif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 101

c. Orientasi Evaluatif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 107

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

4. Budaya Politik Masyarakat Adat Kampung Naga ... 133

5. Temuan Hasil Penelitian ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 144

1. Kesimpulan Umum ... 144

2. Kesimpulan Khusus ... 145

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesamaan/ketidaksamaan antara kultur dan struktur politik ... 44 Tab el 4.1 Tipe-tipe kebudayaan politik ... 136

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Sistem Politik ... 12 Gambar 2.2 Skema Kerja Sistem Politik ... 16


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak di wujudkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakan. Upaya menegakan norma-norma tersebut mengharuskan adanya lembaga pemerintah yang memiliki otoritas tertentu agar norma-norma yang ada ditaati. Dengan demikian kegiatan individu dalam masyarakat terjadi sekurang-kurangnya karena ada kesempatan, norma-norma, serta kekuatan untuk mengatur tertib mayarakat kearah pencapaian tujuan. Unsur-unsur yang terurai di atas merupakan kesatuan yang terkait dalam politik, dan oleh karenanya, masyarakat di dalamnya merupakan kelompok individu yang tidak terlepas dari persoalan politik.

Magstadt dan Peter (Darmawan, 2008 : 6) mengemukakan bahwa politik merupakan ”segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan dengan tatanan, kekuasaan, dan keadilan”. Secara umum, setiap manusia pernah dan selalu membutuhkan sesuatu baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, masyarakat, atau yang lainnya. Sejalan dengan kebutuhan ini, semua kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi apabila tidak ada cara dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses penentuan cara dan alat-alat yang akan digunakan serta tujuan yang ingin dicapai sebenarnya sudah merupakan bagian dari politik.

Manusia merupakan mahluk berpolitik. Hal itu mengandung arti bahwa manusia tidak sekedar bersifat instingtif, tetapi juga mengaktualisasi dirinya ditengah masyarakatnya dalam suatu bentuk tingkah laku politik. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tingkah laku politik manusia


(13)

2

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

itu diwujudkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik itu diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Tujuan masyarakat dan bangsa secara umum pertama-tama adalah pembentukan identitas bersama. Melalui identitas bersama, masyarakat dan bangsa yang bersangkutan akan mudah membawa dirinya dan menyesuaikan dirinya sejalan dengan kesepakatan dan identitas bersama yang dibangun.

Berbicara tentang politik, maka kita akan menemukan tentang apa yang dinamakan budaya politik. Karena pada dasarnya ada ketekaitan antara politik dengan kebudayaan politik. Almond dan Verba (1990: 16) mengartikan kebudayaan politik suatu bangsa sebagai distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Tidak lain adalah pola tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Mengenai penjelasan tersebut, pada dasarnya setiap masyarakat dalam suatu negara memiliki budaya politik, demikian pula individu-individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa memiliki orientasi, persepsi terhadap sistem politiknya. Hal itu terjadi dalam masyarakat modern dan masyarakat tradisional atau masyarakat adat, bahkan masyarakat primitif sekalipun. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kaitan budaya politik, individu-individu dalam masyarakat itu menilai tempat dan perannya di dalam sistem politik.

Pada dasarnya budaya politik suatu masyarakat dengan sendirinya berkembang di dalam dan dipengaruhi oleh kompleks nilai yang ada dalam masyarakat tersebut. Dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh interaksi antarorientasi dan antarnilai. Interaksi yang demikian itu telah memungkinkan timbulnya kontak-kontak antar budaya suatu kelompok dengan budaya kelompok yang lain. Interaksi antarorientasi dan antarnilai itu pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan budaya politik bangsa. Dengan kondisi itu dapat dikatakan bahwa dalam kerangka pengembangan budaya politik suatu bangsa, diperlukan keterjalinan dan keterkaitan antarnilai budaya maupun antarkomponen orientasi dalam masyarakat sehingga dapat terjalin proses integrasi ke arah


(14)

pengembangan budaya.

Kemudian lebih lanjut Kantaprawira (Sastroatmodjo, 1995 : 40) menambahkan bahwasannya “budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur politik, sedangkan daya operasional struktur politik ditentukan oleh konteks kultural tempat struktur itu berada”. Berkenaan dengan hal itu, dilihat dari sudut fungsinya secara keseluruhan, Almond dan Verba (1990: 53) mengemukakan bahwa “budaya politik bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem politik yang demokratis. Berfungsinya budaya politik dengan baik pada prinsipnya ditentukan oleh tingkat keserasian antara kebudayaan itu dengan struktur politiknya”. Dengan demikian, apabila struktur yang mereka dambakan dapat berjalan secara serasi, budaya politik telah dapat berfungsi dengan baik. Atau dengan kata lain budaya politik suatu bangsa telah mencapai tingkat kematangan.

Budaya politik dapat tumbuh dan berkembang dalam dimana saja baik di masyarakat modern, masyarakat tradisional atau masyarakat adat, serta masyarakat primitive. Yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini yaitu mengenai budaya politik di masyarakat adat. Masyarakat adat tersebut bisa dikategorikan ke dalam masyarakat (parochial) yaitu masyarakat yang cenderung pasif,tidak kritis terhadap kekuasaan. Disebabkan sistem politik yang relatif sederhana dan terbatasnya areal wilayahnya dan diferensiasinya, tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat secara umum tidak menaruh minat begitu besar terhadap objek politik yang luas tetapi hanya dalam batas tertentu, yakni keterkaitan pada obyek yang relatif sempit seperti keterikatan pada profesi.

Dalam dokumen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN;1982) disebutkan bahwa “masyarakat adat adalah komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun-temurun yang hidup di wilayah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan sosial yang khas”. Selain itu peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 5 (1999) menyebutkan bahwa “masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal dan atas dasar keturunan”.


(15)

4

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Dalam Undang-Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air penjelasan pasal 6 ayat 3 dikemukakan bahwa: “masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adanya sebagai warga bersama suau persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan”.

Masyarakat adat yang sangat kental dalam memperrahankan tradisi-tradisinya sekarang dituntut untuk bisa aktif dalam kegiatan politik berupa pemilihan umum. Kekhasan budaya masyarakat adat yang dikenal dominan dengan kearifan budaya lokalnya sangat menarik untuk dikaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang terjadi sekarang ini.

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh warga sekitar 306 orang dengan jumlah laki-laki 153 orang dan jumlah perempuan 153 orang dengan kepala keluarga sebanyak 105 kepala keluarga (sumber: Arsip Desa Neglasari Kec. Salawu, Kab. Tasikmalaya 2012) yang masih mempertahankan tradisi, adat atau kebudayaan dari nenek moyangnya, yang mana taraf perekonomian dan pendidikan pun rendah. Tingkat pendidikan hanya sampai jenjang Sekolah Dasar/MI dan itu pun hanya sebagian dari masyarakat kampung naga yang mampu mensekolahkan anak-anaknya, dalam segi mata pencaharian tidak banyak yang bekerja di kepegawaian, hampir kebanyakan masyarakat disana mata pencahariannya adalah buruh tani ataupun pengrajin, aliran listrik pun belum ada di Kampung tersebut, selain mempertahankan tradisi mereka pun takut apabila terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik karena rumah mereka terbuat dari bahan yang mudah terbakar.

Melihat hal seperti itu, dengan taraf perekonomian yang masih rendah, pendidikan yang relaif rendah serta dengan tidak adanya arus listrik sebagai fasilitas mendapatkan informasi atau berita, secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sosial mereka karena tidak bisa mendapatkan informasi yang beredar di masyarakat luas, apalagi berkenaaan dengan pemerintahan dan politik.

Namun, Kampung Naga sedikit berbeda dengan masyarakat adat di daerah lain, lokasinya yang berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Tasikmalaya dan Garut menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif


(16)

dengan masyarakat luar. Kampung Naga terletak tidak jauh dari perbatasan kedua kabupaten tersebut. Terjadinya hubungan itu telah menimbulkan masuknya nilai-nilai baru dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat adat Kampung Naga. Namun satu hal yang menarik adalah bagaimana mereka menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru tersebut, tanpa mengakibatkan mereka mengisolasi diri.

Setelah melakukan pra-penelitian pada saat pemilihan Gubernur tahun 2013 di kawasan Kampung Naga, peneliti melihat bahwasannya warga masyarakat adat Kampung Naga berbondong-bondong datang menuju tempat pemilihan dengan menggunakan baju adat yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya itu, selain ikut berpartisipasi sebagai pemilih ada beberapa warga yang menjadi panitia pemilihan di kawasan Kampung Naga tersebut.

Kemudian menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Irawan (Partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada kabupaten Tasikmlaya tahun 2012),

bentuk partisipasi masyarakat adat Kampung Naga dapat digolongkan kedalam bentuk partisipasi konvensional. Kegiatan partisipasi konevensional merupakan bentuk demokrasi yang normal termasuk didalamnya kegiatan pemilihan yakni memberi suara, dan diskusi politik. Bentuk partisipasi politik yang dilakukan informan masyarakat adat Kampung Naga dilihat dari sifatnya maka mengarah kepada autonomousparticipation (partisipasi yang otonom). “Partisipasi

otonom adalah partisipasi yang tidak dimobilisasi atau bersifat mandiri.

Melihat dari realita seperti itu apakah urusan pemerintahan serta politik bisa berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, karena dalam kenyataannya mereka berusaha menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru demi terjaganya kelestarian budaya nenek moyang, namun disisi lain letak kampung mereka yang strategis menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif dengan masyarakat luar. Bagaimana perkembangan pemahaman dan kesadaran masyarakat Kampung Naga terhadap pemerintahan dan politik, apakah terjadi sistem politik di masyarakat adat tersebut melihat bahwasanya pranata, tata nilai serta unsur-unsur adat lebih banyak dipegang daripada persoalan pembagian peran politik. Pemimpin adat atau kepala suku yang nota-benenya adalah pimpinan


(17)

6

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

politik sekaligus dapat berfungsi sebagai pimpinan agama, pemimpin sosial masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi. Selain itu, melihat bagaimana pemahaman dan kesadaran masyarakat tersebut terhadap urusan-urusan pemerintahan dan politik. Sehingga bisa di lihat budaya politik seperti apa yang di anut dan berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, serta bagaimana partisipasi politik masyarakat tersebut terhadap pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

Oleh karena itu peneliti mengusung judul “BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2013)”.

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu dirumuskan hal yang menjadi fokus permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah “Budaya politik seperti apa yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut”. Berdasarkan masalah inti tersebut, untuk menentukan budaya politik yang dianut oleh masyarakat adat Kampung Naga, maka peneliti merumuskan masalah dari komponen orientasi politik masyarakat adat Kampung Naga tersebut

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu membatasi ruang lingkup kajian permasalahannya dengan merumuskan subpokoknya yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013?


(18)

b. Bagaimanakah orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

c. Bagaimanakah orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah yang ada, maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut sehingga dapat dikatagorikan dalam kebudayaan politik yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di masyarakat adat Kampung Naga, serta partisipasi masyarakat tersebut dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini memilki tujuan. Dari rumusan masalah yang ada maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai berikut:

a. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

b. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

c. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.


(19)

8

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini ada dua yakni:

1. Secara Teoretik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian terhadap budaya politik yang berkembang di Kampung Naga yang statusnya merupakan masyarakat adat yang masih menjunjung tinggi tradisi dan warisan budaya dari leluhurnya.

b. Mengetahui pemahaman dan kesadaran masyarakat adat Kampung Naga tentang urusan-urusan pemerintahan dan politik yang sedang berkembang serta partisipasinya terhadap pemilukada yang berlangsung di daerahnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, serta tingkat partisipasi masyarakat adat tersebut dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.

b. Bagi masyarakat adat Kampung Naga, dari penelitian yang dilakukan diharapkan bisa memberikan masukan dan gambaran mengenai budaya, suatu sistem, dan bentuk politik yang berkembang di luar wilayah Kampung Naga guna memberikan pemahaman dan orientasi tentang suatu sistem politik.

c. Memberikan pengaruh atau dampak positif guna menumbuhkan dan membentuk masyarakat adat yang tetap mempertahankan tradisi dan budaya asli warisan leluhur menjadi warga negara yang baik yang paham, sadar dan mengerti hukum dan sistem politik.

d. Secara tidak langsung memberikan pemahaman guna menumbuhkan kesadaran politik serta partisipasi masyarakat adat Kampung Naga terhadap pemilihan Gubernur ataupun Pemilu.


(20)

Bab I : Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang masalah penelitian, kemudian rumusan masalah yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian, manfaat yang bisa diambil sampai dengan sistematika penulisan.

Bab II : Dalam bab ini menjelaskan secara rinci tentang tinjauan pustaka atau teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan berkenaan dengan sistem politik, budaya politik, masyarakat adat, serta pemilukada. Pada bab ini lebih menekankan terhadap pengembangan dari budaya politik itu sendiri, karena pada dasarnya judul yang diusung berkenaan dengan budaya politik.

Bab III : Dalam bab ini mengkaji tentang metodelogi penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Peneliti melakukan observasi, wawancara, studi pustaka, serta studi dokumentasi dalam mengumpulkan dan mendapatkan data berupa informasi serta dalam menganalisis data tersebut.

Bab IV : Dalam bab ini dijelaskan secara rinci baik itu hasil

penelitian maupun pembahasan dalam penelitian tersebut. Untuk hasil penelitian itu sendiri, adalah data asli yang penulis uraikan berdasarkan hasil penelitian dilapangan baik pada saat observasi maupun pada saat melakukan wawancara dengan informan. Untuk pembahasan hasil penelitian, peneliti mengkaitkan apa yang menjadi teori dari penelitian ini yang penulis susun dalam bab II dengan hasil penelitian dilapangan.

Bab V : . Bab ini merupakan bab terakhir dalam sistematika penulisan skripsi, yang mana didalamnya diuraikan kesimpulan baik kesimpulan secara umum maupun secara khusus. Selain itu, saran pun ditambahkan dalam bab ini, yang bisa ditujukan untuk berbagai pihak. Dalam bab ini, peneliti


(21)

10

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

menyimpulkan bahwa apa yang dijadikan teori dasar dalam penelitian ini, tidak sesuai dengan apa yang peneliti dapatkan dilapangan, dilihat dari ciri-ciri maupun indikator yang ditemukan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Kampung Naga ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Luas Kampung ini sekitar 4 ha, berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel purposive sehingga jumlah sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan informasi. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh. Dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Aparatur desa Neglasari

b. Pemerintahan formal dan non-formal Kampung Naga

c. Masyarakat asli Kampung Naga yang telah mempunyai hak pilih.

Pemilihan subjek dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang sesungguhnya mengenai budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga khususnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan Nasution (2001: 32-33), “untuk memperoleh informasi tertentu,


(23)

67

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

sampling dapat diteruskan sampai dicapai tarap “redudency” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

B. PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (Moleong, 2011:4) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahannya”.

Menurut Moleong (2011: 5) “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang”. Ternyata

definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka, sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang.

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang budaya politik masyarakat adat Kampung Naga ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa


(24)

menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Pendekatan kualitatif ini dirasakan sesuai dengan judul skripsi ini “ Budaya Politik Masyarakat Adat Kampung Naga” studi kasus di masyarakat adat

Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. Tujuan penelitan ini secara garis besar yaitu untuk mengetahui orientasi atau pemahaman masyarakat adat itu sendiri terhadap suatu sistem politik melalui pandangan atau orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif terhadap sistem politik, sehingga masyarakat tersebut bisa di kategorikan ke dalam masyarakat yang menganut budaya politik parokial, subjek, partisipan, ataukah budaya politik campuran. Dengan melibatkan diri dengan responden ini peneliti diharapkan mendapatkan data secara lengkap dengan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan melakukan pengamatan secara langsung (observasi) terhadap aktivitas mereka melalui mekanisme tertentu.

C. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Metode penelitian sangat di butuhkan karena akan memperjelas langkah atau cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan tujuan dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Danial (2009 : 63) metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.

Lebih lanjut Danial (2009 : 64) mengungkapkan bahwa Studi ini tidak mengambil generalisasi, sebab kesimpulan yang diambil adalah kekhasan temuan


(25)

69

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

kajian individu „tertentu karakteristiknya‟ secara utuh menyeluruh yang menyangkut seluruh kehidupannya, mulai dari persepsi, gagasan, harapan, sikap, gaya hidup, dan lingkungan masyarakat. Sesuai dengan metode penelitian tersebut maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran real mengenai budaya politik masyarakat adat Kampung Naga terhadap pemilihan Gubernur jawa Barat tahun 2013.

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengertian Politik

Magstadt dan Schotten (Darmawan, 2008: 6) bahwa, “politik adalah segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan dengan tatanan, kekuasaan dan keadilan (politics, then,is all about the way human being are governed, which involves order, power, and justice)”. Plato dan Aristoteles (Bisosial : 2013) menambahkan, “politik adalah suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity)yang terbaik di dalam politik, manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk mengembangkan bakat hidup dengan rasa kemasyarakatan yang akrab dan hidup dalam suasana moralitas”. (Politics is an attempt to achieve the best political society in politics, people will live happy for having the opportunity to develop their talents live with that familiar sense of community and living in an atmosphere of morality).

Menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para ahli tersebut bahwasannya manusia merupakan mahluk berpolitik. Hal itu mengandung arti bahwa manusia tidak sekedar bersifat instingtif, tetapi juga mengaktualisasi dirinya ditengah masyarakatnya dalam suatu bentuk tingkah laku politik. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tingkah laku politik manusia itu diwujudkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik itu diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


(26)

2. Sistem Politik

Easton (1985: 421) mengemukakan tentang sistem politik menurutnya, Sistem sosial terbesar adalah masyarakat. Pemerintah merupakan satu sub unit diantara lain yang mempunyai tanggung jawab unik terhadap masyarakat. Untuk memenuhi tanggung jawab ini ia praktis melaksanakan monopoli terhadap sarana-sarana pemaksaan, dan merupakan badan satu-satunya yang sah untuk melaksanakan kekuasaan publik atas nama masyarakat. Hubungan-hubungan pemerintah-masyarakat tersebut membentuk sistem politik.

Kemudian Easton (Kantaprawira, 2006: 19) mengartikan sistem politik

sebagai “seperangkat interaksi yang diabstraksi dari totalitas perilaku sosial

melalui mana nilai-nilai disebarkan untuk suatu masyarakat”. Antara kehidupan politik dan sistem politik terdapat kemiripan rumusan, tapi tampak bahwa pengertian kehidupan politik lebih sempit dalam arti lebih bersifat riil daripada sistem politik yang diabstraksi dari totalitas perilaku masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut Dahl (1994:15) menambahkan

apa yang dikemukakan oleh Easton, menurutnya “sistem politik

didefinisikan sebagai sesuatu pola ketegaran hubungan manusia yang kokoh sampai tingkat tertentu dan melibatkan secara cukup mencolok tentang kendali, pengaruh, kekuasaan atau kewenangan Dan suatu sistem politik hanyalah salah satu aspek sebuah perhimpunan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan sebagai

input dan output.

Dari penjelasan Easton ini dapat disimpulkan bahwa proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan sebagai input dan output. Begitu pula dalam suatu sistem politik yang konkrit. Yang dinamakan input itu merupakan suatu tuntutan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat. Dalam suatu sistem politik, input diolah dan diubah menjadi output, keputusan-keputusan, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengikat dari pemerintah. Keputusan-keputusan tersebut mempunyai pengaruh, dan pada gilirannya dipengaruhi oleh lingkungan sistem-sistem lain, seperti


(27)

71

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

ekonomi,dsb. Dengan demikian umpan-balik dari output yang kembali menjadi input baru mengalami pengaruh-pengaruh dari luar ini.

3. Dimensi Politik

Untuk mengetahui budaya politik yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat, maka harus diteliti berdasarkan orientasi atau pandangan masyarakat tersebut terhadap suatu sistem politik. Yang mana komponen tersebut dinamakan dimensi politik. Berkenaan dengan Dimensi Budaya Politik Nazaruddin (Sastroatmodjo, 1995: 37) menjelaskan bahwa

“orientasi individu yang dimaksudkan dalam pandangan ini berarti melihat

aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan adanya fenomena dalam masyarakat tertentu, yang semakin mempertegas bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi individual. Selanjutnya Almond dan Verba (1990: 16) melihat bahwa dalam pandangan dimensi politik terdapat tiga komponen.

Komponen pertama adalah orientasi kognitif yang menyangkut pengetahuan tentang politik dan kepercayaan kepada politik, peranan dan segala kewajibannya sebagai warga negara. Komponen kedua adalah orientasi afektif yakni perasaan terhadap sistem politik, perannya, para aktor dan penampilannya. Serta komponen yang ketiga adalah orientasi evaluatif yakni keputusan dan praduga tentang objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.

Dari penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwasannya kebudayaan politik memang pada dasarnya tidak terlepas dari orientasi individual tersebut terhadap obyek-obyek politik. Dengan orientasi pada tingkat individu, sebenarnya hal itu tidak berarti bahwa dalam memandang sistem politik yang sedang berlangsung persepsi masyarakat seolah-olah cenderung bersifat individualisme.

4. Budaya Politik

Almond dan Verba (1990: 14) mendefinisikan budaya politik sebagai


(28)

ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga negara yang ada

didalam sistem itu”. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola

orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Menurut Almond dan Powell (1996: 23) mendefinisikan budaya politik

sebagai “Sikap orang-orang mempengaruhi apa yang akan mereka lakukan.

Sikap kolektif politik, nilai, perasaan, informasi dan keterampilan masyarakat dalam suatu masyarakat mempengaruhi cara politik bekerja dalam masyarakat itu”.

Mengenai penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa peranan dan orientasi kegiatan politik seseorang individu tidak terbatas pada apa yang dikatakannya tentang suatu objek politik, tetapi lebih luas lagi, yaitu haruslah ditelaah alasan-alasan mengapa ia melakukan hal itu. Bagaimanapun juga dalam sistem politik modern yang sangat kompleks dewasa ini dapat dipastikan bahwa politik bukanlah suatu bentuk ekspresi dan aktualisasi kemampuan pribadi seseorang, melainkan sangat besar kemungkinannya dipengaruhi dan didukung oleh konsep-konsep, gagasan-gagasan warga negara atau anggota masyarakat secara konsekuen.

5. Masyarakat Adat

Darwis (2008: 102) menyimpulkan pendapat Ter Haar tentang pengertian masyarakat adat yaitu:

Masyarakat adat adalah kesatuan manusia yang teratur, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalnya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut masyarakat adat pada hakikatnya tidak terlepas dari yang dinamakan masyarakat hukum adat, karena dimana ada masyarakat disana pasti ada hukum. Masyarakat Hukum Adat menurut Darwis (2008: 106) merupakan,


(29)

73

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

sekolompok orang yang mengalami kehidupan yang wajar menurut kodrat alam, yang terikat sebagai suatu kesatuan dalam suatu tata susunan yang teratur yang bersifat tetap dan kekal, mempunyai pemimpin dan aturan yang dipatuhinya serta memiliki kekayaan berwujud maupun tidak berwujud dan berdiam disuatu daerah tertentu dan mempunyai ikatan batin yang kuat antar anggota dan antar anggota dengan kelompoknya.

Maka dapat disimpulkan masyarakat adat itu merupakan komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun-temurun yang hidup di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan sosial yang khas. Dan mereka masih memegang teguh dan melestarikan warisan budaya tersebut

6. Masyarakat Adat Kampung Naga

Kampung Naga adalah salah satu kampung adat dari sekian kampung-kampung adat di Jawa Barat dan masih tetap melestarikan kebudayaan serta adat leluhurnya. Kampung Naga sendiri terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, lebih tepatnya berada di antara jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya. Berada tepat di sebuah lembah yang subur yang dilalui oleh sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray Garut, menjadikan kampung ini bersuhu sejuk. Dengan harmoni kehidupan yang aman, damai, dan tenteram.

7. Pemilihan Gubernur

Menurut UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sekarang dipilih secara langsung oleh rakyat, melalui proses Pemilihan Umum Kepala Daerah yang kemudian dikenal dengan istilah Pemilukada. Prihatmoko (2005:71) mendefinisikan

pemilukada sebagai “ pemilihan kepala daerah yang melibatkan, mendorong

dan membuka akses partisipasi seluruh warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih dan terbuka kemungkinan sebagai calon, serta pengawal


(30)

Pada dasarnya pemilihan umum Gubernur ini merupakan suatu keleluasaan yang diberikan oleh negara kepada rakyat, khususnya rakyat yang berada di setiap daerah dalam satu provinsi untuk memilih Gubernur tersebut secara langsung sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat dan sebagai pengembalian hak-hak dasar masyarakat dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik secara demokratis berdasarkan peraturan yang ada sehingga proses demokrasi dapat terlaksana dengan baik.

Pemilihan Gubernur yang bebas dan adil dapat melahirkan partisipasi dari para pemilih yang secara sukarela menentukan pilihannya dalam proses pemilihan umum. Dan memungkinkan untuk mengurangi fenomena golput terutama dari kalangan usia muda maupun masyarakat yang masih rendah tingkat pendidikan maupun perekonomiannya (masyarakat adat). Pemilihan umum secara langsung ini merupakan upaya untuk menciptakan demokratisasi di Indonesia.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrument penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2011:168) bahwa “bagi penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”.

Instrument atau alat penelitian disini tepat karena menjadi hal yang sangat penting dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrument penelitian disini

dimaksud sebagai „alat pengumpul data‟ seperti tes pada penelitian kuantitatif.

Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan


(31)

75

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu

unsur yang sangat penting. Menurut Lofland (Moleong, 2011: 157) “sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”. Sama halnya dengan penjelasan yang di kemukakan oleh Lofland teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik tersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Hadi (Sugiyono, 2008: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

ingatan dan pengamatan”. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.


(32)

Menurut Moleong (2011: 186) wawancara adalah “percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

„pewawancara atau interviewer’ yang mengajukan pertanyaan dan

„terwawancara atau interviewer‟ yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu”. Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan pedoman wawancara

bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer

menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua indikator, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

Menurut Arikunto, (1997:145) wawancara adalah “sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

responden”. Sedangkan Estenberg (Sugiyono: 2008: 317) menjelaskan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topic tertentu. Nasution (2002:73) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara

adalah “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang

lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat

kita ketahui melalui observasi”.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung.

Pengumpulan data dengan cara berinteraksi atau berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang berkaitan dan menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, yaitu pihak-pihak yang dijadikan instrument pengambilan data yaitu narasumber yang berada di kawasan Kampung Naga seperti; Kepala


(33)

77

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Desa (Desa Neglasari, Kecamatan Salawu), Kepala Adat (Kuncen), Ketua RT, serta masyarakat asli Kampung Naga itu sendiri.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka (litertur) menurut Danial (2009: 80) merupakan proses

“mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan di olah ahli sejarah, sastra dan bahasa”. Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

Maka dapat diartikan bahwa studi pustaka atau studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lain.

d. Studi Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode yang lain adalah metode dokumentasi atau studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau indikator yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agendan dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Guba dan Lincoln (Alwasilah: 2002 : 155) memaknai dokumen sebagai barang yang tertulis atau terfilmkan selain records (bukti catatan) yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. Pencarian dan pengumpulan data melalui metode-metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, buku, media elektronik, media cetak


(34)

dan sebagainya. Metode ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji secara mendalam data-data mengenai budaya politik masyarakat adat Kampung Naga.

G. TAHAP PENELITIAN

Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal tahap-tahap penelitan. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian. Khususnya analisis data ciri khasnya sudah mulai sejak awal pengumpulan data.

1. Tahap Pra Lapangan

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan dimana seorang peneliti melihat atau mengadakan pemantauan secara langsung terhadap tempat atau lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian, serta mengumpulkan data-data awal secukupnya untuk dijadikan acuan dalam penyusunan usulan penelitian. Menurut Moleong (2011: 127) ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini, diantaranya: “menyusun rencana penelitian,; memilih lapangan penelitian; mengurus perizinan; menilai lapangan; memilih

informan; serta, menyiapkan perlengkapan penelitian”.

Karena peneliti mengusung judul tentang budaya politik masyarakat adat, dan setelah melakukan pendahuluan penelitian ke lokasi Kampung Naga dan setelahnya mendapatkan data-data yang cukup dan sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut, maka diambil suatu kesimpulan untuk menjadikan masyarakat adat Kampung Naga yang berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sebagai suatu objek dan tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang sudah direncanakan dalam suatu proposal penelitian dan setelah melakukan pendahuluan penelitian yaitu mengumpulkan data-data dari subjek penelitian dan mencatat segala sesuatu yang menjadi fenomena melalui pengamatan langsung penelitian. Di uraikan


(35)

79

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

pula oleh Moleong (2011: 137) uraian tentang tahap pelaksana penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian, dan persiapan diri; memasuki lapangan, dan; berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahapan ini merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti guna mendapatkan data-data sebagai penunjang mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan awal penelitian.

3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Pengolahan data dan analisis data akan dilakukan melalui suatu proses yang menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian, menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data dan informasi secara mendetail. Data yang diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan, setelah itu melakukan prosedur pengolahan data analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dan berbagai sumber yaitu, wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kredibilitas atau memeriksa derajat kepercayaan, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Memperpanjang Masa Observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang keikutsertaan peneliti di lapang akan mengurangi kemelencengan (bias) suatu data, karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan peneliti


(36)

akan mengetahui keadaan secara lebih mendalam dan dapat menguji ketidakbenaran data baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh sebab subjek penelitian.

2) Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti. 3) Triangulasi

Tringulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data yang dikumpulkan. Adapun untuk menguji kredibilitas data, maka dalam pengolahan data penulis menggunakan metode tringulasi,yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Patton (Moleong 2008:330) mengungkapkan bahwa: “Tringulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.

b) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam melakukan triangulasi teknik ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.

4) Diskusi

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti. Selain itu, dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan data.


(37)

81

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

5) Menggunakan Bahan Referensi

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang cukup. Selain itu, peneliti pun menggunakan alat perekam untuk wawancara agara dapat mempertahankan keaslian data. Mengupayakan referensi yang cukup adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data seperti: buku, jurnal, majalah, surat kabar, media elektronik serta realitas lapangan seperti catatan lapangan.

b. Teknik Analisis Data 1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara, penyebaran angket atau berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Seperti yang dijelaskan Nasution (2001:129) di bawah ini:

“ Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal

yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, reduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok penting diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah

dikendalikan”.

2) Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data

Penyajian data kepada yang telah diperoleh kedalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian, kita mendapat data yang banyak. Data yang didapat tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan, maka dari itu dalam penyajian data peneliti dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang di teliti.


(38)

Mengambil keputusan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data lapangan, dengan merefleksikan kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, tringulasi,sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.


(39)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan evaluatif terhadap suatu sistem politik khususnya pemilihan Gubernur. Masyarakat adat Kampung Naga dapat dikategorikan dalam masyarakat yang menganut Budaya Politik Kaula (subyek).

Tingkat partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga masih rendah yang disebabkan oleh faktor kognitif dan belum adanya peran-peran politik yang khusus. Namun, masyarakat adat Kampung Naga saat ini sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, masyarakat adat Kampung Naga sudah menaruh kesadaran, minat, dan perhatiannya terhadap sistem politik pada umumnya terutama terhadap objek output sistem politik meskipun masih bersifat pasif, masyarakat memahami dan menyadari akan peran, hak, dan kewajiban sebagai warganegara yang baik, masyarakatnya pun menyadari sepenuhnya akan otoritas pemerintah, masyarakat selalu tunduk dan patuh pada kebijakan atau keputusan pemerintah, serta masyarakat adat Kampung Naga bersikap menerima saja putusan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak boleh dikoreksi apalagi ditentang.

Bagi masyarakat adat Kampung Naga yang mana memiliki prinsip untuk mematuhi aturan dan segala kebijakan pemerintah disamping aturan adat, menerima, loyal, dan setia terhadap anjuran, perintah, serta kebijaksanaan yang dikeluarkan baik oleh pimpinan adat mereka maupun oleh pemerintah. Namun, untuk masalah yang bersangkutan dengan pribadi atau yang menjadi hak asasi dari masyarakat adat Kampung Naga itu sendiri, tidak pernah adanya suatu anjuran, himbauan, apalagi suatu paksaan dari pihak manapun yang menggunakan kekuasaannya diatas kepentingan golongan maupun pribadi untuk memaksakan


(40)

kehendak masyarakat adat Kampung Naga agar mengikuti apa yang mereka kehendaki, salah satu contohnya terhadap kebebasan menjatuhkan pilihan atau memberikan suara dalam pemilihan Gubernur Jawa barat.

Informasi yang berkenaan dengan sistem politik khususnya pemilihan Gubernur, mereka dapatkan dari keikutsertaan mereka dalam kegiataan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan KPU Kabupaten Tasikmalaya setempat, karena pada dasarnya Kampung Naga ini masih sangat terbatas dalam penerimaan informasi yang berhubungan dengan sistem politik. Sosialisasi tersebut menambah standar nilai dan perasaan masyarakat adat Kampung Naga untuk memberikan atau menjatuhkan suara kepada salah satu calon yang mereka anggap sesuai dengan standar nilai dan kriteria yang mereka kehendaki sebagai seorang pemimpin.

2. Kesimpulan Khusus

Dari pembahasan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan pemahaman orientasi kognitifnya yang melibatkan pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara, masyarakat adat

Kampung Naga ‘kendatipun masih sebagian dari mereka’ pada dasarnya

memahami dan mengetahui tentang segala sistem politik termasuk input dan output nya meskipun masih bersifat pasif, sedangkan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik selalu mereka taati.

b. Berkaitan dengan pemahaman terhadap orientasi afektif,. Masyarakat adat Kampung Naga pada dasarnya memiliki perasaan yang khusus terhadap aspek-aspek sistem politik yang mana pada hakikatnya dipengaruhi oleh kompleks nilai yang ada dalam masyarakat adat Kampung Naga tersebut. Mengenai masalah perasaan dan ketertarikan masyarakat adat Kampung Naga terhadap sistem politik, termasuk peran para aktor politisi, serta terhadap pemerintah, tidak ada penentangan atau perasaan tidak suka terhadap semua aspek tersebut,


(41)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

karena pada dasarnya menurut mereka pemerintah itu untuk ditaati bukan untuk dilawan.

c. Berkenaan dengan pemahaman orientasi evaluatif , masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat yang secara tipikal melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan yang tampak pada saat pemilu. Apa yang menjadi pilihan masyarakat adat Kampung Naga untuk menjatuhkan pilihan mereka atas dasar perasaan suka terhadap salah satu pasangan calon, hal tersebut berkenaan dengan informasi yang mereka dapatkan dari sosilaisasi pemilu yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan KPU Kabupaten Tasikmalaya, tidak hanya itu pola interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan dengan pengunjung atau masyarakat luas menambah informasi dan standar nilai terhadap pasangan calon Gubernur, serta keputusan mereka murni tanpa ada anjuran atau paksaan dari pihak manapun.

B.SARAN

1. Masyarakat adat Kampung Naga

Masyarakat hendaknya lebih aktif mencari informasi dan mampu menyerap tentang informasi baik itu pemilu maupun pemilukada, yang mana pada dasarnya untuk menjatuhkan pilihan kepada orang yang tepat harus benar-benar didapatkan informasi secara mendalam baik itu mengenai standar nilai maupun kriteria dari setiap pasangan calon tersebut. Karena pada dasarnya untuk menjatuhkan pilihan tidak bisa menitik beratkan pada satu aspek yaitu aspek penglihatan, namun harus di imbangi dari aspek kognitif lainnya.

2. Calon Kepala Daerah

Pada dasarnya masyarakat adat Kampung Naga secara terbuka akan menerima kedatangan setiap calon Kepala Daerah yang akan berkunjung ke Kampung Naga meskipun hanya sebatas silaturahmi maupun mempromosikan diri mereka sendiri, hal ini dirasa perlu, guna memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat adat Kampung Naga. kendatipun pada kenyataanya masyarakat adat Kampung Naga akan tetap bersikap netral dan tidak memenangkan satu golongan.


(1)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena pada dasarnya menurut mereka pemerintah itu untuk ditaati bukan untuk dilawan.

c. Berkenaan dengan pemahaman orientasi evaluatif , masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat yang secara tipikal melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan yang tampak pada saat pemilu. Apa yang menjadi pilihan masyarakat adat Kampung Naga untuk menjatuhkan pilihan mereka atas dasar perasaan suka terhadap salah satu pasangan calon, hal tersebut berkenaan dengan informasi yang mereka dapatkan dari sosilaisasi pemilu yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan KPU Kabupaten Tasikmalaya, tidak hanya itu pola interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan dengan pengunjung atau masyarakat luas menambah informasi dan standar nilai terhadap pasangan calon Gubernur, serta keputusan mereka murni tanpa ada anjuran atau paksaan dari pihak manapun.

B.SARAN

1. Masyarakat adat Kampung Naga

Masyarakat hendaknya lebih aktif mencari informasi dan mampu menyerap tentang informasi baik itu pemilu maupun pemilukada, yang mana pada dasarnya untuk menjatuhkan pilihan kepada orang yang tepat harus benar-benar didapatkan informasi secara mendalam baik itu mengenai standar nilai maupun kriteria dari setiap pasangan calon tersebut. Karena pada dasarnya untuk menjatuhkan pilihan tidak bisa menitik beratkan pada satu aspek yaitu aspek penglihatan, namun harus di imbangi dari aspek kognitif lainnya.

2. Calon Kepala Daerah

Pada dasarnya masyarakat adat Kampung Naga secara terbuka akan menerima kedatangan setiap calon Kepala Daerah yang akan berkunjung ke Kampung Naga meskipun hanya sebatas silaturahmi maupun mempromosikan diri mereka sendiri, hal ini dirasa perlu, guna memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat adat Kampung Naga. kendatipun pada kenyataanya masyarakat adat Kampung Naga akan tetap bersikap netral dan tidak memenangkan satu golongan.


(2)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kepala Adat

Kepala adat atau kuncen hendaknya lebih memperhatikan dan membimbing masyarakatnya dalam segala bentuk kegiatan pemerintahan, hal ini berhubungan dengan terbatasnya informasi yang masyrakat adat Kampung Naga terima yang berkenaan dengan tidak adanya media eletronik yang bisa mereka lihat atau mereka. Melihat hal demikian, peran sebagai seorang kepala adat sebagai penyalur informasi dari dunia luar memang sangat dibutuhkan, agar masyarakat adat Kampung Naga tidak ketinggalan informasi baik yang berhubungan dengan pemilukada maupun informasi lain pada umumnya. 4. Kepala Desa

Perbedaan status masyarakat adat Kampung Naga dengan masyarakat di daerah lain yang membuat masyarakat adat Kampung Naga harus diberikan perhatian khusus, tanpa mendiskriminasikan daerah lainnya, namun keterbatasan masyarakat adat Kampung Naga terhadap informasi, membuat pemerintahan desa dan khususnya Kepala Desa harus sedikit lebih peka terhadap keadaan tersebut, terutama dalam kegiatan pemilu maupun pemilukada.

5. KPU Kabupaten Tasikmalaya

Disarankan agar lebih memaksimalkan sosialisasi tentang pemilukada kepada masyarakat adat Kamung Naga, agar hal-hal kecil yang akan menghambat jalannya pemilukada bisa diminimalisir, dan masyarakat adat Kampung Naga pun lebih mendapat informasi dan pengetahuan lebih tentang pemilukada sama halnya dengan masyarakat lain pada umumnya.

6. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan penelitian yang penting untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti itu sendiri, beragam masyarakat suku atau masyarakat adat di negara Indonesia menjadi tantangan sendiri bagi peneliti untuk lebih mampu mengkaji kembali budaya-budaya politik masyarakat adat lainya, agar didapatkan hasil penelitian yang beragam dan bisa menjadi bahan perbandingan antara budaya politik masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya.


(3)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pihak jurusan PKn hendaknya lebih mengarahkan mahasiswanya dalam penelitian maupun observasi kepada tempat-tempat yang memiliki warisan budaya seperti masyarakat adat, karena pada dasarnya banyak hal yang bisa dikaji di masyarakat adat itu sendiri yang berhubungan dengan PKn.

8. Mahasiswa Jurusan PKn

Mahasiswa sering dikatakan sebagai panjang tangan dari masyarakat kepada pemerintah, hal ini menunjukan bahwa mahasiswa memiliki peranan dan pengaruh dalam pemerintahan khususnya. Maka dari itu sebagai mahasiswa hendaknya melek akan masalah-masalah terkait dengan sistem politik khusunya masyarakat adat yang pada kenyataannya pola hidup dan lain halnya berbeda dengan masyarakat modern pada umumnya.


(4)

149

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Almond dan Powell. 1996. Comparative Politics Today. Harpercollins Publisher In.

Almond dan Verba. (1990). Budaya Politik “tingkah laku politik dan

demokrasi di lima negara”. Penterjemah Drs. Sahat Simamora dengan judul asli “The Ciciv Culture”. Jakarta: BUMI AKSARA.

Alwasiah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif ( Dasar-dasar merancang Dan melakukan penelitian kualitatif). Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiardjo, Miriam.(2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Pt. Ikar Mandiriabadi

Busar, Muhamad. (1991). Azas-azas Hukum Adat (suatu pengantar). Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Ss.

Dahl, Robert.(1994). Analisa Politik. Jakarta: Rajawali Press

Danial, Endang. ( 2009 ). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Darmawan, Cecep. (2008).Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Laboratorrium Pkn Press.

Darwis, Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn-FPIPS Univeristas Pendidikan Indonesia.

Easton, David. (1985). Analisis Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: LP3ES

Kaloh, J. (2008). Demokrasi dan Kearifan Lokal Pilkada Langsung. Jakarta: Kata Hasta Pustaka

Kantaprawira, Rusadi. (2006). Sistem Politik Indonesia(suatu pengantar). Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nasution. (2001). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(5)

150

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Magnis, Franz dan Suseno. (2003). Etika Politik (prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, J.X. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

____________ (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Papasi. J.M.(2010). Ilmu Politik (teori dan prakik). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Prihatmoko, Joko J. (2005) Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Semarang. Pustaka Pelajar dan LP3M Universitas Wahi Hasyim Semarang.

Rush, Michael dan Althoff Philip. (2008).Pengantar Sosiologi Politik, An Introduction to political sociologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sastroatmodjo, Sudijono. (1995). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Subakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Suganda, Her. (2008). KAMPUNG NAGA Mempertahankan Tradisi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Dokumen:

Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2005 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.


(6)

151

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 49 Tahun 2008 Tentang

Perubahan ketiga Atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Sumber lain:

Irawan, Ali. (2012). Kajian Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tasikmalaya ”Skripsi”. Jurusan PKn-Universitas Pendidikan Indonesia. Ali Andrias, Mohammad.2012. Struktur dan Budaya Politik dalam Sistem

Politik. Dikutip dari http://king-andrias.blogspot.com

Dokumen Konvensi ILO.(2008). Publikasi Konvensi ILO, dilihat 17 September 2009. Dikutip Dalam blog Subhan Agung