ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INSTALASI BIOGAS DALAM PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH “ANALYSIS OF FINANCIAL FEASIBILITY OF BIOGAS INSTALATION FOR CATTLE WASTED PROCESSING IN CENTRALOF LOMBOK REGENCY” Azmi Febrian, (Taslim Sjah, M.

  

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INSTALASI BIOGAS DALAM

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI

DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

  “ANALYSIS OF FINANCIAL FEASIBILITY OF BIOGAS INSTALATION FOR CATTLE WASTED PROCESSING IN CENTRALOF LOMBOK REGENCY”

  

Azmi Febrian*, (Taslim Sjah**, M. Yusuf**)

Email : Ri4n537@gmail.com

  

ABSTRAK

  Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah biogas. Pemerintah Provinsi NTB telah mengembangkan biogas sejak tahun 2007 untuk pemenuhan energi alternatif. Break Even Point merupakan titik dimana usaha tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui kelayakan finansial usaha biogas, (2) mengetahui besarnya BEP usaha pembuatan biogas, (3) mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan usaha biogas, (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usaha biogas layak secara finansial, ditunjukan oleh nilai Net B/C ≥ 1 (4,95), nilai NPV sebesar Rp. 13.616.418 dan nilai IRR sebesar 37%. (2) Nilai BEP produksi adalah 0,552 Kg per proses produksi, nilai BEP harga adalah Rp. 29.225 per Kg, dan nilai BEP penerimaan adalah Rp. 16.149 per proses produksi. (3) Persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan usaha instalasi biogas di Kabupaten Lombok Tengah cukup positif. (4) Faktor pendukung usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah adalah biaya investasi yang murah, bahan baku dekat dengan lokasi produksi dan adanya penyuluhan mengenai penggunaan dan perawatan biogas. Faktor penghambat usaha biogas yaitu kekurangan bahan penolong berupa air, kerusakan instalasi biogas dan tidak adanya informasi harga.

  Kata Kunci : Biogas, BEP, Kelayakan Finansial, Pengolahan Limbah.

  

ABTRACT

  One of the major sources of alternative energy utilization chances to be developed in Indonesia is biogas. NTB provincial government has developed a biogas since 2007 for the fulfillment of alternative energy. Break Even Point is the point where the business does not make a profit and not a loss. The purpose of this study were (1) Determine the financial feasibility of the biogas business, (2) determine the amount of business BEP biogas production, (3) determine the public perception of the sustainability of the biogas business, (4) identify factors supporting and inhibiting the biogas business in Central Lombok. The results showed that: (1) The business is financially viable biogas, indicated by the value of the Net B / C ≥ 1 (4,95), NPV of Rp. 13.616.418 and IRR of 37%. (2) Value BEP production is 0.552 kg per production process, the value of BEP price is Rp. 29 225 per Kg, and the value of the reception BEP is Rp. 16 149. (3) Public perception of the sustainability of biogas installations business in Central Lombok is quite positive. (4) Factors supporting the biogas business in Central Lombok is low investment costs, raw materials close to the production sites and the extension of the use and maintenance of biogas. Biogas business inhibiting factor as lack of auxiliary materials such as water, biogas installation damage and the absence of price information.

  Keyword : Biogas, BEP, Financial Feasibility, Waste Management

PENDAHULUAN

  Energi merupakan persoalan yang krusial di berbagai belahan dunia termasuk indonesia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk, menipisnya sumber cadangan minyak serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia juga menjadi alasan serius yang menimpa banyak negara di dunia termasuk Indonesia (Muzayin, 2008).

  Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber energi yang melimpah sebagai bahan baku energi alternatif pengganti bahan bakar fosil dan gas alam berupa tenaga matahari, air, gelombang laut, panas bumi, dan biogas yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar utama seperti bahan bakar fosil dan gas alam. Banyaknya sumber energi alternatif yang ada diharapkan dapat mengurangi penggunaan energi utama yang jumlahnya semakin berkurang, semakin banyak masyarakat mengguanakan energi alternatif akan berdampak pada berkurangnya ketergantungan akan energi utama yang dapat menurunkan impor bahan bakar (Manan, 2009).

  Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya sapi ini berpotensi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan, karena selain dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari pembuatan biogas yang berupa sluri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman (Mayasari, et al., 2013). Beberapa hal yang menarik dari teknologi biogas adalah kemampuannya untuk membentuk biogas dari limbah organik yang jumlahnya berlimpah dan tersedia secara bebas. Variasi dari sifat-sifat biokimia menyebabkan produksi biogas juga bervariasi. Sejumlah bahan organik dapat digunakan bersama-sama dengan beberapa persyaratan produksi gas atau pertumbuhan normal bakteri metan yang sesuai. Beberapa sifat bahan organik tersebut mempunyai dampak/ pengaruh yang nyata pada tingkat produksi biogas (Wahyuni, 2011).

  Pemerintah Provinsi NTB telah mengembangkan biogas sejak tahun 2007 hingga sekarang. Jumalah instalasi biogas yang telah di bangun pemerintah Provinsi NTB sebanyak 194 instalasi. Tahun 2013 jumlah insatalasi biogas di Kabupaten Lombok Tengah berjumlah 122 instalasi yang tersebar di 11 kecamatan yaitu Kecamatan Batukliang, Batukliang Utara, Janapria, Jonggat, Kopang, Praya, Praya Barat, Praya Barat Daya, Praya Timur, Pringgarata, Praya Tengah. Dengan demikian Kabupaten Lombok Tengah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan biogas dimasa yang akan datang untuk pemenuhan energi alternatif.

  Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui kelayakan finansial usaha biogas, (2) mengetahui besarnya BEP usaha pembuatan biogas, (3) mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan usaha biogas, (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah.

  

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitan yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei (Surakhmad, 1989). Sementara untuk unit analisis adalah pengolahan biogas di Kabupaten Lombok Tengah.

  Teknik Penentuan Sampel Penentuan Daerah Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah dengan menggunakan data tahun 2013. Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari 12 kecamatan, dari 12 kecamatan dipilih dua kecamatan secara purposive sampling, yakni Kecamatan Jonggat dan Kecamatan Pringgarata dengan pertimbangan ke dua kecamatan tersebut terdapat instalasi biogas terbanyak. Selanjutnya masing-masing kecamatan terpilih satu desa yaitu Desa Ubung untuk Kecamatan Jonggat dan Desa Taman Indah untuk Kecamatan Pringgarata secara purposive sampling, atas pertimbangan kedua desa tersebut yang terbanyak memiliki instalasi biogas.

  Penentuan Responden

  Jumlah responden ditetapkan sebanyak 24 responden (50% dari populasi sampel yang terdiri dari 48 populasi). Penetapan jumlah responden masing-masing desa sampel dilakukan secara proporsional sampling dengan perincian sebagai berikut :

  1. Desa Ubung = × 24 = 16

  2. Desa Taman Indah = × 24 = 8 3.

  Penentuan responden yang akan di teliti menggunakan accidental sampling.

  Analisis Data Kelayakan Usaha Biogas

  Untuk menganalisis kelayakan usaha biogas di gunakan analisis finansial, dengan menggunakan Net B/C, Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dengan rumus sebagai berikut :

  • Net B/C

  Net B/C = Keterangan :

  • TR = Total penerimaan atau manfaat yang dihasilkan biogas
  • TC = Total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi biogas

  Kriteria keputusan sebagai berikut : Jika B/C > 1, maka usaha biogas layak untuk diusahakan. Jika B/C ≤ 1, maka usaha biogas tidak layak untuk diusahakan.

  • NPV

  

( )

  NPV = ∑ = 0

  ) Keterangan: B = Manfaat penerimaan tiap tahun C = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = Tahun kegiatan usah (t = 1,2,…n) i = Tingkat bunga yang berlaku Dengan kriteria:

  1. NPV > 0, Berarti usaha layak

  2. NPV < 0, Berarti sampai t tahun usaha tidak layak

  3. NPV = 0 Berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya

  • IRR

  

( )

  IRR = ∑ = 0

  

)

  Keterangan Bt = Manfaat penerimaan tahunan Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = Tahun kegiatan usah (t = 1,2,…n)

  = Tingkat bunga yang berlaku i Dengan kriteria:

  1. IRR > Social Discount Rate, Berarti Usaha Layak

  2. IRR < Social Discount Rate, Berarti Usaha tidak Layak

  Analisis Break Even Point (BEP)

  • Break Even Point

  1. BEP Produksi: BEP =

  Keterangan: TFC : Total Biaya Tetap AVC : Biaya Variabel Perunit P : Harga

  2. BEP Penerimaan: BEP =

  ( )

  Keterangan: TFC : Total Biaya Tetap TVC : Total Biaya Variabel S : Jumlah Penerimaan

  3. BEP Harga: BEP Harga (Rp/Liter) =

  Keterangan: TC : Total Biaya Y : Jumlah Produksi

  Persepsi Masyarakat Terhadap Keberlanjutan Usaha Biogas

  Untuk mengetahui bagaimana pandangan atau tanggapan masyarakat mengenai keberlanjutan dan prospek pengembangan usaha biogas. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan cara mengidentifikasi setiap persepsi pembuatan dan penggunaan biogas yang ditemukan pada saat penelitian berdasarkan data.

  Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Usaha Biogas

  Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat usaha bioga yang dianalisis secara deskriptif dengan cara mengidentifikasi ke dua faktor tersebut setelah penelitian dilaksanakan berdasarkan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

  Karakterisitik responden dalam penelitian ini meliputi: umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan jumlah anggota keluarga. Secara rinci karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1 Karakteristik Responden Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  Kab. Kecamatan Desa No Uraian Lombok Taman Jonggat Pringgarata Ubung

  Tengah Indah

  1. Jumlah Responden

  24

  16

  8

  16

  8 (Orang)

  2. Umur Responden Rata-rata (Tahun)

  37

  36

  39

  36

  39 Kisaran (Tahun) 28-55 28-55 31-52 28-55 31-52

  3. Tingkat Pendidikan

  a. TS (Orang) 7(29) 3(43) 4(57) 3(43) 4(57)

  b. TTSD (Orang) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0)

  c. TSD (Orang) 4(18) 1(25) 3(75) 1(25) 3(75)

  d. TTSMP 2(8) 2(100) 0(0) 2(100) 0(0) (Orang) e. TSMP (Orang) 5(21) 4(80) 1(20) 4(80) 1(20)

  f. TTSMA 3(12) 3(100) 0(0) 3(100) 0(0) (Orang) g. TSMA (Orang) 3(12) 2(67) 1(33) 2(67) 1(33)

  h. PT (Orang) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0)

  4. Pengalaman Usaha Rata-rata (Tahun)

  3

  3

  3

  3

  3 Kisaran (Tahun) 1-7 1-7 1-3 1-7 1-3

5. Jumlah Anggota Kel.

  Rata-rata (Orang)

  3

  3

  3

  3

  3 Kisaran (Orang) 3-6 3-6 3-6 3-6 3-6

  Sumber: Data Primer Diolah Keterangan: TS (Tidak Sekolah); TTSD (Tidak Tamat SD); TSD (Tamat SD); TTSMP (Tidak Tamat SMP); TSMP (Tamat SMP); TTSMA (Tidak Tamat SMA); TSMA (Tamat SMA); PT (Perguruan Tinggi) Angka di dalam kurung merupakan persen

2. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan Usaha Biogas

  Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh data produksi, nilai produksi dan pendapatan usaha pembuatan biogas di Kabupaten Lombok Tengah. Proyeksi pembuatan biogas diasumsikan nilai produksi mengalami peningkatan sebesar 50% setiap tahunnya, mengikuti harga bahan bakar minyak yang mengalami kenaikan setiap tahun. Harga yang digunakan dalam menentukan harga jual produk penelitian adalah harga gas LPG ukuran 12 Kg dengan asumsi harga Rp. 180.000/12 Kg yang berarti per Kg sebesar Rp. 15.000. Produksi yang dihasilkan per proses produksi adalah 0,552 Kg atau 2,208 Kg per minggu atau 8,832 per bulan atau per tahun 105,984. Rata-rata nilai produksi yang dihasilkan per proses produksi sebesar Rp. 8.280 atau per minggu Rp. 33.120 atau perbulan Rp. 132.480 atau per tahun Rp. 1.589.760. Secara rinci rata-rata biaya produksi, produksi, nilai produksi, dan pendapatan usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-Rata Biaya Produksi, Produksi, Nilai Produksi, dan Pendapatan Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  Per Bln Per PP Per Minggu Per Tahun No Urain Jumlah Satuan (Rp/Bln)

  (Rp/PP) (Rp/Minggu) (Rp/thn)

  A. Biaya Investasi Digester

  1 Unit 7.813 31.250 125.000 1.500.000 Arko

  1 Unit 467 1.866 7.465 89.583 Ember

  1 Unit 63 251 1.003 12.042 Sekop

  1 Unit 211 842 3.368 40.417 Cangkul

  1 Unit 196 786 3.142 37.708 Pipa Sluran Gas 5,17 Meter 646 2.583 10.333 124.000 Pipa Inlet 0,5 Meter 781 3.125 12.500 150.000 Selang Kompor

  1 Unit 208 833 3.333 40.000 Kompor

  1 Unit 833 3.333 13.333 160.000 Mano Meter

  1 Unit 260 1.042 4.167 50.000 Mixer

  1 Unit 1.406 5.625 22.500 270.000 Total Biaya Investasi Rp 12.844 51.536 206.146 2.473.750

  B. Biaya Operasional Biaya Bahan Baku

  35 Kg 3.500 14.000 56.000 672.000 Biaya Input lain

35 Liter

  18 72 288 3.456 Biaya tenaga kerja . Pengambilan kotoran

  1 Orang 3.542 14.168 56.672 680.064 Ternak dan air

b. Pemrosesan Kotoran

  1 Orang 3.333 13.332 53.328 639.936 ternak . Pengeluaran Kotoran Sisa

  1 Orang 5.041 20.164 80.656 967.872 Jumlah Biaya Operasional Rp 15.434 61.736 246.944 2.963.328

C. Total Biaya Produksi Rp 28.278 113.272 453.090 5.437.078

  

D. Harga Rp 15.000 15.000 15.000 15.000

  

E. Produksi Kg 0,552 2,208 8,832 105,984

  

F. Nilai Produksi Rp 8.280 33.120 132.480 1.589.760

  

G. Pendapatan Rp -19.998 -80.152 320.610 -3.847318

  Sumber: Data Primer Diolah

3. Analisis NPV, IRR, dan NET B/C

  Berdasarkan data penerimaan, biaya dan keuntungan, maka kelayakan usaha pembuatan biogas dapat dihitung dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi. Dalam penelitian ini analisis kelayakan yang digunakan adalah NPV, IRR, dan Net B/C. pada usaha baru yang sedang berjalan analisis ini penting dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada para teternak apakah dalam usaha pembuatan biogas tersebut layak atau tidak untuk dilakukan. Oleh karena itu hasil analisis ini merupakan salah satu dasar pengambilan keputusan dalam menjalankan atau memilih suatu usaha. Perhitungan kriteria finansial dalam penelitian ini dihitung selama kurun waktu 15 tahun. Hal tersebut didasari oleh umur minimal

  Kadariah, alat digester yaitu 10 tahun dan umur maksimal alat digester yaitu 20 tahun ( 1988).

  Hasil kriteria finansial usaha pembuatan biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Analisis Kriteria Finansial Usaha Pembuatan Biogas di Kabupaten Lombok

  Tengah Tahun 2014 No Uraian Hasil Analisis Kriteria Keterangan

  1. NPV (15 Tahun) 13.616.418 ≥ 0 Layak 2.

  IRR 37 % ≥ i’(12%) Layak

  3. B/C Ratio 4,95 Layak ≥ 1

  Sumber: Data Primer Diolah Ket: DF 12% adalah tingkat suku bunga bank pada saat penelitian Berdasarkan Tabel 3 dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. NPV

  Net Present Value (NPV) didefinisikan sebagai nilai sekarang dari keuntungan bersih

  yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Dari hasil perhitungan dengan tingkat suku bunga 12% dengan asumsi biaya operasional sama setiap tahunnya diperoleh jumlah rata- rata NPV adalah sebesar Rp. 13.616.418 untuk masa 15 tahun. Artinya bahwa nilai keuntungan yang diperoleh para pengusaha biogas pada 15 tahun yang akan datang adalah sebanding dengan nilai uang sebesar Rp. 13.616.418 saat sekarang. Berdasarkan syarat kelayakan kriteria nilai NPV ≥ 0, maka usaha pembuatan biogas layak untuk diusahakan. Secara rinci rata-rata nilai Net Present Value (NPV) per tahun usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 4 dan grafik nilai NPV untuk jangka waktu 15 tahun disajikan pada Gambar 1.

  7 8 9 10 11 12 13 14 15 Series

  Gambar 2 Grafik NPV Usaha Biogas Penggunaan kriteria NPV memiliki beberapa kelemahan, meskipun telah dimasukkan unsur pengaruh waktu dalam perhitungannya, kelemahan dari metode ini adalah sulitnya menentukan tingkat suku bunga yang tepat untuk digunakan dalam perhitungan, sehingga hasil perhitungannya terjamin dan sesuai dengan apa yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dalam menghitung NPV suatu usaha, harus ditetapkan terlebih dahulu tingkat suku bunga tertentu. Dimana besarnya tingkat suku bunga tersebut diasumsikan tetap dan berlaku sepanjang umur usaha. Namun, bila kenyataannya suku bunga mengalami penurunan atau peningkatan dari yang telah diasumsikan sebelumnya, maka tentu akan berpengaruh terhadap kegiatan usaha. Oleh karena itu kriteria NPV tidak dapat digunakan sebagai satu-

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Sumber: Data Primer Diolah

  Tabel 4 Rincian Rata-Rata Nilai Net Present Value (NPV) per Tahun Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  Jml 46.923.670 107.308.800 50.630.378 13.616.418

  10 2.963.328 8.743.680 5.780.352 0,3220 1.861.119 11 2.963.328 9.538.560 6.575.232 0,2875 1.890.222 12 2.963.328 10.333.440 7.370.112 0,2567 1.891.724 13 2.963.328 11.128.320 8.164.992 0,2292 1.871.205 14 2.963.328 11.923.200 8.959.872 0,2046 1.833.367 15 2.963.328 12.718.080 9.754.752 0,1827 1.782.157

  2 2.963.328 2.384.640 -578.688 0,7972 -461.327 3 2.963.328 3.179.520 216.192 0,7118 153.881 4 2.963.328 3.974.400 1.011.072 0,6355 642.555 5 2.963.328 4.769.280 1.805.952 0,5674 1.024.746 6 2.963.328 5.564.160 2.600.832 0,5066 1.317.662 7 2.963.328 6.359.040 3.395.712 0,4523 1.536.048 8 2.963.328 7.153.920 4.190.592 0,4039 1.692.510 9 2.963.328 7.948.800 4.985.472 0,3606 1.797.811

  Nilai NPV 12% (Rp) 1 5.437.078 1.589.760 -3.847.318 0,8929 -3.435.105

  (Rp) Nilai Produksi Benefit (Rp) DF (12)

  Thn Total Biaya

  • 4,000,000
  • 3,000,000
  • 2,000,000
  • 1,000,000 1,000,000 2,000,000 3,000,000
satunya ukuran dalam menilai kelayakan suatu usaha, akan tetapi perlu dikombinasikan dengan metode-metode lain yang dapat mendukungnya.

2. Internal Rate Of Return (IRR)

  Metode lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan usaha pembuatan biogas adalah dengan menghitung nilai IRR. Kriteria IRR diartikan sebagai tingkat suku bunga internal yang menunjukan besarnya kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba. Hasil analisis menunjukan nilai IRR sebesar 37% artinya walaupun suku bunga bank mencapai 37% usaha ini masih layak untuk dikembangkan dan jika mengacu pada syarat kelayakan usaha, IRR lebih dari 12% maka usaha pembuatan biogas layak untuk diusahakan. Secara rinci perhitungan rata-rata IRR usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 5.

  Tabel 5 Perhitungan Rata-Rata Internal Rate of Return (IRR) Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah ’ ”

  Tahun DF 12% NPV DF 20% NPV DF 37% NPV 1 0,8929 -3.435.105 0,8333 -3.206.098 0,7299 -2.808.261 2 0,7972 -461.327 0,6944 -401.867 0,5328 -308.321 3 0,7118 153.881 0,5787 125.111 0,3889 84.077 4 0,6355 642.555 0,4823 487.593 0,2839 287.012

  5 0,5674 1.024.746 0,4019 725.772 0,2072 374.200 6 0,5066 1.317.662 0,3349 871.013 0,1512 393.359 7 0,4523 1.536.048 0,2791 947.681 0,1104 374.875 8 0,4039 1.692.510 0,2326 974.598 0,0806 337.684 9 0,3606 1.797.811 0,1938 966.218 0,0588 293.239

  

10 0,3220 1.861.119 0,1615 933.559 0,0429 248.170

11 0,2875 1.890.222 0,1346 884.947 0,0313 206.056

12 0,2567 1.891.724 0,1122 826.607 0,0229 168.588

13 0,2292 1.871.205 0,0935 763.132 0,0167 136.329

14 0,2046 1.833.367 0,0779 697.854 0,0122 109.198

15 0,1827 1.782.157 0,0649 633.137 0,0089 86.778

  Jumlah 13.616.418 5.596.119 -103.796

  Sumber: Data Primer Diolah Ket. Perhitungan:

  IRR = i’+(NPV’/(NPV’-NPV”)*(i”-i’))

  IRR = 0,20+( 5.596.119 /( 5.596119- ( -103.796 )*(0,23-0,20)) =37%

  IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Internal Rate Of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger, 1986 dalam Muzayin, 2008). Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk diusahakan. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk diusahakan.

  3. Net B/C Net B/C diartikan sebagai perbandingan antara nilai sekarang pendapatan bersih yang bernilai positif dengan nilai sekarang pendapatan bersih yang bernilai negatif, perhitungan ini menunjukan tingkat efisiensi penggunaan modal usaha. Untuk usaha pembuatan biogas ini diperoleh rata-rata nilai Net B/C adalah sebesar 4,95 artinya untuk setiap satu rupiah penggunaan faktor produksi diperoleh kenaikan pendapatan sebesar Rp. 4,95 dengan demikian usaha pengolahan biogas di Kabupaten Lombok Tengah layak untuk dikembangkan.

  Analisis Break Even Point (BEP) Usaha Biogas BEP Produksi Break Even Point merupakan titik dimana usaha tidak memperoleh keuntungan dan

  tidak mengalami kerugian. Menurut (Riyanto B, 2010) kondisi BEP dimana total penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC) sama dengan nol. BEP Produksi (Q) = TR=TC (kondisi BEP)

  P x Q = FC + (Q x AVC) (P.Q) – (Q.AVC)= FC Q = FC/(P - AVC) Q = 715/ (29.255- 27.960) Q = 0,552

  Sehingga titik BEP berada pada produksi 0,552 Kg. Jika responden ingin memperoleh keuntungan maka hasil produksi harus lebih dari nilai BEP produksi per proses produksi.

  BEP Harga

  Nilai BEP harga pada pengolahan biogas adalah Rp. 29.255 per proses produksi dengan perhitungan sebagai berikut: BEP Harga (Rp/Ltr) = TR=TC (kondisi BEP)

  = TC/Q = 16.149 / 0,552 = 29.255/Kg

  Jika responden ingin memperoleh keuntungan maka harga jual produk tersebut harus melebihi dari BEP harga. Dalam hal ini harga yang di dapat dari konversi gas LPG 3 Kg adalah sebesar Rp. 11.040

  BEP Penerimaan

  Nilai BEP penerimaan pada usaha pembuatan biogas adalah Rp. 16.149 per proses produksi dengan perhitungan sebagai berikut: BEP Penerimaan (Rp) = TR=TC (kondisi BEP)

  TR-TC= 0 (Q x P) - TC = 0 (0,552 x 29.225) – 16.149 = 0 16.149 – 16.149 = 0 Rp. 16.149

  Jika responden ingin memperoleh keuntungan maka penerimaan yang diperoleh harus lebih besar dari nilai penerimaan. Dalam kondisi sekarang penerimaan yang diperoleh peternak adalah sebesar Rp. 6.094 per proses produksi.

  Persepsi Keberlanjutan Usaha Biogas

  Persepsi masyarakat terhadap keberlangsungan usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah positif kedepannya, hal ini ditunjukkan oleh respon masyarakat terhadap aspek modal sebanyak 92%, sedangkan aspek operasional dan lingkungan sebanyak 100% responden.

  Secara rinci persepsi keberlanjutan usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 6.

  Tabel 6 Persepsi Masyarakat Tentang Keberlanjutan Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  22

  16 8 100%

  8

  16

  24

  3. Adanya penyuluhan mengenai perawatan dan penggunaan biogas

  16 8 100%

  8

  16

  24

  2. Bahan baku dekat dengan lokasi produksi

  16 6 92%

  6

  16

  1. Biaya Investai murah

  Uraian Respon Pengguna

  Taman Indah

  Kecamatan Desa Persentase Jonggat Pringg arata Ubung

  No Uraian Kabupaten Lombok Tengah

  Faktor-faktor pendukung usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah antara lain biaya investasi murah di katakan 92% responden, bahan baku yang digunakan dekat dengan lokasi usaha dan adanya bimbingan dan penyuluhan mengenai cara penggunaan dan perawatan instalasi biogas dikatakan 100% responden. Secara rinci faktor pendukung usaha biogas di Kabupaten lombok Tengah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Faktor Pendukung Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Biogas Faktor Pendukung

  Ket: 1= Positif, 2= Netral, 3= Negatif Angka di dalam kurung merupakan persen

  Sumber: Data Primer Diolah

  3. Aspek Lingkungan 24 (100)

  2. Aspek Operasional 24 (100)

  1. Aspek Modal 22 (92) 2 (8)

  3

  2

  1

  Sumber: Data Primer Diolah

  Faktor Penghambat

  Faktor penghambat dalam usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari beberapa faktor yaitu, kebocoran dan kerusakan instalasi biogas dikatakan 67% responden, kekurangan bahan penolong dan kurangnya informasi harga dikatakan 100% responden. Secara rinci faktor penghambat usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel 8.

  Tabel 8 Faktor Penghambat Usaha Biogas di Kabupaten Lombok Tengah

  

Kabupaten Kecamatan Desa

No Uraian Lombok Taman Persentase Jonggat Pringgarata Ubung Tengah

  Indah

  1. Kekurangan Bahan

  16

  16 16 67% Penolong

  2. Kerusakan dan Kebocoran

  24

  16

  8

  16 8 100% instalasi biogas

3. Tidak adanya

  24

  16

  8

  16 8 100% informasi harga

  Sumber: Data Primer Diolah

  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: , (1) Usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah layak secara finansial. Hal ini

  13.616.418

  ditunjukan oleh nila Net B/C ≥ 1 (4,95), nilai NPV sebesar Rp. dan nilai IRR sebesar 37%. (2) Nilai BEP produksi adalah 0,552 Kg per proses produksi, nilai BEP harga adalah Rp. 29.225 per Kg, dan nilai BEP penerimaan adalah Rp. 16.149. (3) Persepsi masyarakat terhadap keberlanjutan usaha instalasi biogas di Kabupaten Lombok Tengah cukup positif. (4) Faktor pendukung usaha biogas di Kabupaten Lombok Tengah adalah biaya investasi yang murah, bahan baku dekat dengan lokasi produksi dan adanya penyuluhan mengenai penggunaan dan perawatan biogas. Faktor penghambat usaha biogas yaitu kekurangan bahan penolong berupa air, kerusakan instalasi biogas dan tidak adanya informasi harga.

  Saran: (1) Perlu adanya penyuluhan yang lebih intensif dalam pemanfaatan teknologi tepat guna dari pemerintah dan instansi terkait khususnya dalam penggunaan, perawatan dan pemanfaatan sisa biogas sehingga adanya perbaikan kualitas dan pemanfaatan sisa biogas dapat dikelola secara optimal. (2) Terhadap pemerintah daerah perlu menambah tenaga ahli dalam pembuatan dan perbaikan digester biogas dikarenakan masih sangat kurangnya tenaga ahli dalam pembuatan dan perbaikan digester. (3) Perlu adanya sosialisasi dari pemerintah untuk meningkatkan nilai dari biogas berupa promosi sehingga hasil berupa biogas dapat dipasarkan dan para peternak tidak kesulitan dalam menentukan harga jual biogas. (4) Perlunya pelatihan-pelatihan dalam pengolahan sisa limbah berupa sluri kepada para peternak agar dapat di manfaatkan menjadi barang yang bernilai ekonomis. (5) Perlunya teknologi untuk optimalisasi biogas yang penggunaannya tidak hanya untuk keperluan memasak saja, melainkan dapat dijadikan tenaga penerangan untuk mengurangi ketergantungan para peternak kepada pasokan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara).

DAFTAR PUSTAKA

  Ihwan. 2003. Alternatif Ketika BBM Menipis. http://waspada.co.id. diakses pada 16 Maret 2014. Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek. Universitas Indonesia press, Jakarta. Hal 39 Khasristya, A. 2004. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik Polyethilene Skala Kecil (Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan, Kab. garut) . Tugas Akhir.

  Fakultas Pertanian. UNPAD. Indonesia. http://kajian- energi.blogspot.com/2007/07/biogas-3.html diakses tanggal 27 Maret 2014. Manan S. 2009. Energi Matahari, Sumber Energi Alternatif Yang Efisien, Handal dan Ramah

  Lingkungan di Indonesia . Program Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

  Mayasari H.D., Riftanto M.I., Aini L.N., Ariyanto M.R. 2010. Pembuatan Biodigester

  Dengan Uji Coba Kotoran Sapi Sebagai Bahan Baku . Program Studi DIII Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  Muzayin. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Instalasi Biogas dalam Mengelola Limbah Sapi Potong (PT. Widodo Makmur Perkasa). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rahman, B. 2005. Biogas, sumber energi alternatif. http://www. kimianet.lipi.go.id. diakses pada 10 April 2014. Surakhmad. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Untuk Pengembangan Pertanian Kecil.

  Universitas Indonesia. Jakarta Wahyuni, S. 2011. Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. Disampaikan pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional ke 10 Jakarta, 8 – 10 November 2011. Hal. 2

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN KANDANG SAPI DAN INSTALASI BIOGAS ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN KANDANG SAPI DAN INSTALASI BIOGAS.

0 2 10

MAKALAH LIMBAH ECONOMY OF BIOGAS PLANTS

0 1 19

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM BIOGAS RESIDUE LIVESTOCK DIVERSIFICATION)

0 0 13

RANCANG BANGUN REAKTOR BIOGAS UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN TERNAK SAPI DI DESA LIMBANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

0 0 10

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FINANCIAL ANALYSIS OF CORN CHIPS PROCESSING IN DISTRICT GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA REGION Subagiyo

0 1 7

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI SAPI POTONG FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF PRODUCTION CAPACITY EXPANSION

0 1 8

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA (ASAP CAIR DAN KARBON AKTIF) TECHNICAL AND FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF THE ESTABLISHMENT OF A PROCESSING UNIT WASTE COCONUT SHELL (LIQUID SMOKE DAN ACTIVATED C

0 0 8

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KARET SKALA KECIL DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN TECHNICAL AND FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF THE SMALL SCALE INDUSTRIAL RUBBER PROCESSING IN MUSI RAWAS REGENCY OF SOUTH SUMATER

1 2 13

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK WETAN, KABUPATEN PONOROGO

0 0 10

PROFIL RUMAHTANGGA PENGGUNA BAHAN BAKAR BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

0 0 14