MAKALAH LIMBAH ECONOMY OF BIOGAS PLANTS

Tugas Makalah Penanganan Limbah Peternakan

ECONOMY OF BIOGAS PLANT
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Mochamad Yunus, MS.

Kelompok 10 :
1. Mimin Susanti
2. Fatkhur Rokhman
3. Muchlas Agung H.

125050101111054
125050101111055
125050101111054

Kelas F
Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
Malang
2014/2015

Kata Pengantar


Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan
dalam pengerjaan makalah “Economy Of Biogas Plant” ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan sebaik mungkin. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
menyusun bisnis biogas.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, 27 April 2015
Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI


Contents
Kata Pengantar............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Pembiayaan untuk proyek industri biogas......................................................................2
2.2 Analisis ekonomi proyek industri biogas.........................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

2


3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan bakar minyak (BBM) selama ini masih menjadi sumber energi utama
diberbagai aspek kehidupan seperti pembangkit listrik, bahan bakar mesin kendaraan
motor, bahan bakar kompor, bahan bakar mesin-mesin pabrik dan lain-lain. Namun
dewasa ini mulai terjadi masalah secara global tentang ketersediaan dan harga BBM
seperti kelangkaan yang menyebabkan harganya melambung tinggi dan
ketersediaannya semakin terbatas. Hal ini tentu menimbulkan masalah disegala aspek
terutama disebabkan karena kenaikan harga bahan-bahan lain termasuk harga
kebutuhan rumah tangga. Oleh karenanya saat ini banyak pihak yang mulai mencari
sumber energi alternatif lain untuk menggantikan bahan bakar minyak yang lebih
ekonomis dan ramah lingkungan.
Indonesia dengan letak geografisnya yang beriklim tropis dengan tanah yang
subur negara agraris yang memiliki kekuatan disektor pertanian serta peternakan.
selain dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, hasil samping dari sektor
peternakan seperti limbah kotoran ternak dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif (biogas) dan pupuk organik.

Pemanfaatan limbah tersebut selain dapat mengurangi penggunaan BBM juga
dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia serta
mengurangi polusi air, tanah dan udara karena kotoran ternak. Saat ini banyak
dilakukan pengkajian dan pengembangan dalam proyek pemanfaatan biogas sebagai
bahan baku alternatif.
Salah satu faktor penting yang berperan dalam pengembangan proyek biogas
adalah faktor pembiayaan yang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sehingga seringkali pihak pengembang harus mendapat suntikan dana baik dari
pemerintah setempat maupun instansi terkait seperti bank, koperasi dan lain-lain.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam memperoleh pembiayaan proyek biogas
yaitu bunga pinjaman, periode pinjaman dan proyeksi jangka panjang kesuksesan
ekonomi proyek tersebut yang dibuktikan dengan perhitungan profitabilitas.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana memperoleh pembiayaan untuk proyek industri biogas?
b. Bagaimana analisa ekonomi proyek industri Biogas?
1

1.3 Tujuan
a. Mengetahui bagaimana memperoleh pembiayaan untuk proyek industri biogas.

b. Mengetahui analisa ekonomi proyek industri biogas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembiayaan untuk proyek industri biogas
Pemanfaatan limbah menjadi energi dalam skala kecil dan menengah, baik
oleh industri kecil dan menengah (IKM) maupun rumah tangga, masih relatif sedikit
di Indonesia, salah satunya dikarenakan keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh
IKM dan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pembiayaan investasi
limbah menjadi energi, salah satunya melalui kredit program.
Rancangan biogas membutuhkan modal yang tinggi. Pembiayaan adalah salah
satu element kunci dalam memastikan kelangsungan proyek pembuatan biogas.
Skema pembiayaan rancangan biogas berbeda dari masing2 negara, tapi secara umum
digunaka pinjaman berbunga rendah. Biasanya pinjaman gadai jarang digunakan.
Indeks regulasi adalah pinjaman dengan bunga rendah, yang melindungi investor dari
inflasi setelah re evaluasi hutang yang tak terbayar berdasarkan laju inflasi. Periode
pembayaran lebih dari 20 tahun. Tipe pinjaman menjadi yang paling cocok untuk
pembiayaan konstruksi pabrik biogas mencari permintaan untuk batas waktu
peminjaman yang panjang, bunga rendah dan angsuran awal rendah. Kekurangannya

adalah tingginya pajak penjualan pada harga pasar penukaran sahan termasuk resiko
penurunan harga saham yang dapat meyebabkan ketidaktentuan dalam susunan
perencaan.
Dinegara seperti denmark, proyek biogas dibiayai dengan cara regulasi indek
tunjangan hutang, yang dijamin oleh kotamadya. Sebagian besar proyek biogas yng
terdahulu menerima juga menerima tambahan subsidi pemerintah hingga 30% biaya
investasi proyek.
Sedangkan untuk Indonesia ada beberapa alaternatif pembiayaan investasi



untuk proyek pengubahan limbah menjadi energi diantaranya yaitu :
a. Program peminjaman lunak LKH yang terdiri dari :
Program PAE (Pollution Abatement Equipment) yang dimulai dari tahun 1992-2011

dengan sumber dana dari Jepang melalui JBIC (Japan Bank for International
Cooperation)- (JBICPAE) Dana yang telah disalurkan Rp. 407,7 miliar ke 96 perusahaan
2

semua skala. Dana revolving fund per tahun sekitar Rp. 38 miliar. Pelaksanaannya empat

bank, Danamon, BII, BCA, Lippo, BNI dan Mandiri. Ini kredit investasi dengan bunga
sesuai SBI. Khusus untuk Program PAE, BI bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Bank Peserta (BCA, Bank Danamon, BII, Lippo Bank, Bank Umum Nasional,
PT. BBD (Persero), PT. BEII (Persero), PT. BNI (Persero), dan PT. Bapindo (Persero)).
Menurut kajian Kesiapan UMKM Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses
Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
program tersebut berakhir belum ada lembaga perbankan di Indonesia yang menginisiasi
peluncuran skim pinjaman atau pembiayaan untuk UMKM ramah lingkungan dengan
mengadopsi program sejenis untuk tujuan serupa.
 Program Kreditanstalt fur Wiederaufbau-Industrial Efficiency And Pollution Control
Tahap I yang selanjutnya disebut Program KfW-IEPC I adalah program yang bersumber
dari hibah Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) yang dipinjamkan oleh Pemerintah c.q.
Kementerian Keuangan kepada bank pelaksana untuk membiayai kegiatan investasi yang
berorientasi lingkungan hidup dalam rangka pengendalian polusi dan efisiensi industri.
Program IEPC (Industrial Efficiency and Pollution Control) Tahap I dimulai dari Tahun
1998-2013. Sasarannya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank pelaksana dari
kegiatan program ini terdiri dari 4 BPD, 1 Bank Nasional yaitu Bank BNI, Bank Jateng,
Bank Nagari, Bank Jabar Banten, dan BPD Bali dengan tingkat suku bunga efektif
mencapai 9 – 14 persen. Tujuan dari pinjaman ini adalah untuk mendorong agar UMK
dapat mengurangi limbah produksi melalui peningkatan efisiensi dalam penggunaan

energi, bahan baku dan pengolahan limbah.
 Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 Dana pinjaman
ini bersifat bergulir (Revolving Fund), sehingga akan diteruspinjamkan kembali kepada
nasabah yang menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan.
Dana ini berasal dari bantuan Pemerintah Jerman melalui program Industrial Efficiency
and Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2) – Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW). Oleh
karena itu disebut Program Pinjaman Lunak Lingkungan IEPC-KfW Phase II.
 Program Debt for Nature Swap (DNS) dengan Pemerintah Jerman adalah suatu
program yang memberikan keringanan hutang dari Pemerintah Jerman kepada Pemerintah
Indonesia melalui penyediaan sejumlah dana oleh Pemerintah Indonesia untuk kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup. Inti dari program DNS-KLH adalah Bank dapat membiayai
usaha kecil dan mikro, dimana sumber pendanaan berasal dari alokasi pembayaran hutang
pemerintah sebesar 80 persen dari total pembiayaan dan sisanya 20 persen berasal dari
3

dana komersial perbankan. Besarnya pembiayaan yang dapat diterima oleh nasabah adalah
s.d. Rp. 500 juta.
 Program Emission Reduction Investment (ERI) adalah program pinjaman lunak
dengan mekanisme two step loan yang bertujuan membiayai investasi pengurangan emisi
bagi industri lokal dalam mendorong penggunaan peralatan efisiensi energi.

b.
Program di Kementerian ESDM : Program Biogas Rumah Indonesia atau
biasa disebut dengan Program BIRU adalah program 4 tahun yang dikelola dan
diimplementasikan oleh HIVOS (Institut Kemanusiaan untuk Kerjasama Pembangunan)
dengan bantuan teknis dari SNV (Lembaga Pembangunan Belanda) yang bertanggung
jawab untuk pertukaran pengetahuan selama fase implementasi program. Dengan
kemampuan program untuk mengatasi hubungan antara kemiskinan dan energi yang
memungkinkan akses ke jasa energi untuk 10 juta orang (2 juta rumah tangga) sebagai
salah satu hasil yang diinginkan, pemerintah Belanda menyediakan EUR 500 juta untuk
mempromosikan energi terbarukan di sejumlah negara berkembang. Melalui Program
Biogas Rumah Indonesia, Pemerintah Belanda mengalokasikan EUR 656,535 untuk
memungkinkan pembentukan sektor biogas berorientasi pasar yang layak dan mandiri.
Program ini diimplementasikan mulai 15 Mei 2009 hingga 31 Desember 2013.
c.
Kredit program eksisting yang terdiri dari Pola Subsidi Bunga (Interest
Subsidy Pattern), Pola Jasa Penjaminan (Assurance Services Pattern), Kredit Program
Pola Kombinasi (Combination Pattern).
d.
Kredit perbankan : Agence Française de Développement (AFD, atau Agen
Pengembangan Perancis) adalah suatu institusi publik yang menyediakan pembiayaan

pembangunan. Fokus Proyek ini pada tata kota dan infrastruktur, pembangunan
masyarakat desa, industri, sistem keuangan, dan pendidikan dan kesehatan. Di Indonesia
sendiri, AFD memulai aktivitasnya sejak tahun 2007 dengan fokus untuk pinjaman
program perubahan iklim (Climate Change Program), bantuan teknis dan keahlian dalam
teknologi hijau (Green Technology), serta pendanaan publik dan swasta. Agence Francaise
de Development (AFD) memberikan pinjaman senilai US$ 50 juta (Rp. 500 miliar)
melalui PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) untuk pengembangan energi terbarukan dan
efisiensi energi. Pinjaman tersebut memiliki tenor panjang, yakni maksimum 10 tahun.
Tujuan pinjaman ini adalah memperoleh pendanaan jangka panjang dan peningkatan
pendapatan bunga dan pendapatan non-bunga (fee-base), sekaligus meningkatnya
portofolio energi terbarukan. Proyek-proyek yang akan dibiayai oleh AFD ini sejalan
dengan program 'Protokol Kyoto' yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca yang

4

dihasilkan industri dunia, terkait dengan perubahan (perbaikan) iklim dunia.

Sebelum

dengan Bank Bukopin, guna mendukung pengembangan energi terbarukan

dan proyek efisiensi energi di Indonesia, Agence Francaise de Development (AFD) juga
tela memberikan dana pinjaman kepada PT Bank Mandiri Tbk senilai US$100 juta. Bank
Mandiri telah memanfaatkan pinjaman pertama sebesar US$97 juta untuk membiayai
proyek nasabah di bidang hydropower, biogas, dan combined-cycle powerplant. Fasilitas
kedua ini juga membantu PT Bank Mandiri Tbk memperkuat struktur pembiayaan jangka
panjang dan meningkatkan pembiayaan untuk proyek ramah lingkungan yang dapat
mendukung peningkatan investasi di Indonesia.
e.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Perdesaan : DAK berbeda

dengan kegiatan dimana sebelumnya yang hanya mengeimplementasikan pengembangan
energi baru terbarukan untuk listrik maka untuk kegiatan DAK tahun 2013juga akan
memfasilitasi pemanfaatan biogas. Diharapkan Kabupaten penerima memiliki rencana
kegiatan yang akan didanai dari DAK bidang energi perdesaan secara partisipatif
berdasarkan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan sehingga kegiatan akan
menghasilkan energi yang diprioritaskan pada desa yang belum terjangkau listrik dari PT
PLN (Persero).
f. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) : Dasar hukum pembiayaan dari PIP adalah:
· Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011.
· Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
· Nota Kesepahaman antara Menteri Keuangan, Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 18
Agustus 2010. Skema Pembiayaan yang dapat diberikan, antara lain:
- Penyediaan lahan infrastruktur
- Pembiayaan konstruksi infrastruktur
- Pembiayaan melalui joint venture dengan Badan Usaha
PIP juga dapat melakukan kerja sama investasi atau pembiayaan proyek-proyek
pembangunan terutama di bidang infrastruktur dengan mitra luar negeri. Salah satu fokus
bidang investasi dari PIP adalah program pembangunan yang ramah lingkungan, salah
satunya adalah energi terbarukan.

5

g.

Usulan Pembiayaan Waste to Energy Melalui Kredit Program Ketahanan

Pangan dan Energi (KKP-E)
KLH telah menggulirkan program pinjaman lunak sebagai bagian dari pelayanan
intensif pendanaan untuk investasi lingkungan. Sebanyak Rp. 727,7 Miliar telah disalurkan
kepada 401 usaha dimana diantaranya adalah 84 usaha skala besar dan 317 Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi telah menerima pembagian berupa pinjaman
lunak untuk pembiayaan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Program pinjaman
lunak ini yaitu :
a) Program Pollution Abatement Equipment (PAE) bagi semua skala usaha, yang
dibiayai dari pinjaman lunak Pemerintah Jepang melalui Bank International Coperation
(JBIC);
b) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 1 bagi usaha
skala kecil dan menengah, yang didukung oleh Pemerintah Jerman melalui
Kreditanstalt fur Wiederaufbau (WfK) berupa hibah;
c) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 bagi usaha
skala kecil dan menengah, yang bersumber dari pinjaman lunak dari Pemerintah Jerman
melalui Kreditanstalt fur Wiederaufbau (WfK); dan
d) Program Debt for Nature Swap (DNS) bagi usaha skala mikro dan kecil, yang
dibiayai melalui pertukaran hutang Pemerintah Jerman.
Terkait dengan program nasional penurunan emisi 26 persen di tahun 2020,
Kementerian lingkungan hidup telah mengembangkan program pinjaman lunak baru yaitu
Program Emision Reduction Investment (ERI). Program ini memberikan insentif
pembiayaan bagi pelaku usaha skala kecil, menengah dan besar (untuk chiller) yang
berinfestasi untuk menurunkan konsumsi energinya. Terkait limbah biomassa dan sumber
energy alternative, Kementerian lingkungan hidup mengajukan pengembangan program
pinjaman lunak baru untuk kegiatan pemanfaatan waste to energy . Program ini
diperuntukkan bagi usaha skala mikro, kecil dan menengah.
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Kementerian
Keuangan, KLH, dan Kementerian ESDM, muncul usulan bahwa untuk pengembangan
WtE dengan investasi sampai maksimum Rp. 500 juta (berkelompok), yaitu untuk Biogas
Industri Tahu dan Biogas dari Kotoran Sapi, dapat menggunakan skema KKP-E
dikarenakan membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama dan secara regulasi hanya
membutuhkan revisi PMK berupa Perubahan Ketiga atas PMK No. 79/PMK.05/2007
tentang KKP-E dan penerbitan Peraturan Menteri LH atau Peraturan Menteri ESDM
terkait KKP-E untuk WtE Sedangkan untuk pengembangan WtE dengan investasi lebih
dari Rp. 500 juta, dapat menggunakan skema PIP atau skema Kredit Program Baru
6

(membutuhkan waktu yang lebih lama), yaitu untuk PLT dari POME dan pelepah sawit
dan penggunaan sekam padi untuk pemanas/pengering/silo padi/jagung.
2.2 Analisis ekonomi proyek industri biogas
Petani tunggal, petani gabungan atau kota madya umumnya adalah pengusaha yang
memungkinkan untuk mengimplementasikan proyek biogas yg sukses. Proyek yang sukses
ditentukan oleh beberapa faktor yang dapat dikendalikan dan dipengaruhi oleh strategi
pengambilan keputusan investasi dan biaya operational. Pemilihan teknologi terbaik terkait
level investasi dan biaya operasional sangatlah sulit. Jika menawarkan pabrik biogas , adalah
penting menerima penawaran pada biaya operasional seperti :
-

Biaya operasional CHP termasuk semua servis dan spare part (jumlah/kWh)
Total biaya perawatan pabrik biogas (%investasi/tahun)
Kebutuhan energi listrik sendiri termasuk keperluan CHP (kWh/year)
Rata2 jam kerja staf perhari (perawatan dan uang makan)
Untuk pengembangan reaktor biogas limbah peternakan/kotoran sapi, asumsi yang

dibangun dalam analisis ini terdari dari berbagai ukuran reaktor biogas, yaitu 6 m3, 8 m3, 10
m3, dan 12 m3 berdasarkan pengalaman Kementerian ESDM. Sebenarnya juga ada ukuran 4
m3, namun dari kunjungan lapangan di Koperasi Setia Kawan di Kabupaten Pasuruan (untuk
biogas limbah peternakan sapi perah), ukuran tersebut banyak yang tidak berfungsi karena
hasil produksi biogasnya kurang optimal. Secara rinci, berikut adalah asumsi-asumsi yang
digunakan: Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis
Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi yang tersaji dalam tabel dibawah ini.

7

Sumber : KESDM,2013
Dalam pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi, terdapat dua kondisi
awal yang menentukan hasil perhitungan, yaitu kondisi pengembangan reaktor biogas limbah
peternakan sapi untuk menggantikan salah satu dari: i) penggunaan gas LPG atau ii)
penggunaan kayu bakar. Berbeda halnya dengan pengembangan reaktor biogas dari limbah
industri tahu yang secara bersamaan dapat menggantikan atau menghemat penggunaan gas
LPG dan kayu bakar, pengembangan reaktor biogas limbah peternakan hanya dapat
menggantikan salah satu jenis penggunaan dikarenakan karakteristik dari rumah tangga yang
memang awalnya hanya menggunakansalah satu jenis bahan bakar saja, dimana sebagian
8

rumah tangga hanya menggunakan gas LPG saja, dan sebagian rumah tangga hanya
menggunakan kayu bakar saja.
Jika proyek memperoleh sebuah internal rate of return ( irr ) lebih rendah dari 9
persen , anda harus mempertimbangkan kembali proyek ini semua tempat , dan meningkatkan
beberapa dari mereka . IRR jika tingkat lebih tinggi daripada 9 persen , tempat yang baik dan
hal ini perlu melanjutkan proyek tersebut dan pindah ke tahap perencanaan ke depan .Hal ini
penting untuk membandingkan dengan material kenyataannya asumsi .Hal ini membantu
untuk mendapatkan gambaran realistis munculnya wacana biogas tanaman itu sendiri , ruang
yang dibutuhkan , massa yang benar dan biaya saat ini kondisi bangunannya .Model
perhitungan kasar yang berguna untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk
menendang memulai tahap perencanaan yang sebenarnya .Untuk langkah-langkah berikutnya
dari proyek , menemukan pasangan yang mandiri dan dapat diandalkan perencanaan proyek
tersebut merupakan keharusan .
Dari hasil perhitungan terhadap berbagai indikator keuangan yang digunakan, dapat
ditunjukkan bahwa pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi akan layak
dilakukan untuk semua ukuran (6m3, 8m3, 10m3, dan 12m3) apabila produk biogas dari
limbah peternakan sapi tersebut digunakan untuk mensubstitusi gas LPG yang selama ini
digunakan oleh rumah tangga para peternak untuk kepentingan keseharian di rumah.
Sedangkan apabila produk biogas dari limbah peternakan sapi tersebut hanya digunakan
untuk mensubstitusi kayu bakar yang selama ini digunakan oleh rumah tangga, kelayakan
secara keuangannya sangat tergantung dari besaran suku bunga yang harus ditanggung oleh
debitur dan ukuran dari reaktor biogas limbah peternakan sapi yang dibangun. Semakin kecil
suku bunga yang harus ditanggung debitur dan semakin besar ukuran reaktornya, semakin
layak juga secara keuangan untuk pengembangan biogas dari limbah peternakan sapi.
Dari indikator keuangan yang ada, biogas dari limbah peternakan sapi layak secara
keuangan digunakan untuk mensubstitusi penggunaan kayu bakar jika debitur hanya
menanggung beban bunga maksimal sebesar 3 persen untuk ukuran 8 m3, menangung beban
bunga sebesar maksimal 7 persen untuk ukuran 10 m3 dan menanggung beban bunga sebesar
9 persen untuk ukuran 12 m3. Sementara itu, untuk ukuran 6 m3 berdasarkan indikator NPV,
IRR, dan PI tidak layak secara keuangan, namun secara ROI layak. Bila dilihat secara umum
untuk semua ukuran biogas dari limbah kotoran sapi, kelayakan secara keuangan sangat
ditentukan oleh pemanfaatan dari produk biogas yang dihasilkan dan juga produk
sampingannya, yaitu pupuk.
9

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah
Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp)

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah
Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung IRR (Dalam Persen)

10

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah
Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung ROI (Dalam Persen)

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah
Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung PI
11

Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi
Proyek yang sukses juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tidak bisa dikontrol seperti :
-

Minat masyarakat
Akses jaringan dan uang makan
Harga pasar global untuk bahan baku
Kompetisi bahan baku dari sektor lain

Industri pengumpul limbah merupakan masalah utama yang mempengaruhi ketersediaan
bahan baku. Ini dapat menjadi masalah karena pasar pendaur ulang limbah adalah kompetitor
tertinggi dan kontrak yang lama dengan produsen limbah sangat jarang dilakukan lebih dari 5
tahun.
Sebelum bank menawarkan pembiayaan proyek industri biogas, kesuksesan ekonomi
jangka panjang dari proyek tersebut harus dibuktikan dengan perhitungan profitabilitas .
perhitungan secara umum dilakukan dengan rencana persiapan dengan konsultasi perusahaan,
tetapi dalam banyak kasus kususnya pada pertanian mandiri berdasarkan proyek biogas,
pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan proyek pengembangan dengan 2 konsekuensi
keuntungan : pengembang proyek/ partner dipaksa untuk memiliki pandangan pada aspek
berbeda pada proyek dan pada kasus pembatalan proyek tidak ada biaya luar yang
dibutuhkan.
Pada kasus perlakuan pabrik biogas limbah kota, direkomendasikan untuk
berkonsultasi dengan perusahaan yang telah berpengalaman. Perlakuan limbah pabrik lebih

12

kompleks dibanding penanganan bahan baku, sistem stabilitas biologi dan disain pabrik
dibandingkan pabrik berdasarkan pertanian.
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pemilik reaktor biogas limbah
peternakan sapi bahwa masa manfaat reaktor biogas limbah peternakan sapi mampu bertahan
sampai 20 tahun. Sama halnya dengan pengembangan reaktor bioas dari limbah industri tahu,
dalam analisis biaya dan manfaat untuk pengembangan reaktor biogas dari limbah peternaan
sapi ini, pinjaman yang akan diberikan memiliki asumsi jangka waktu pengembalian selama
lima tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis biaya dan manfaat untuk semua ukuran
reaktor biogas limbah peternakan sapi, dari nilai BCR yang dihasilkan menunjukkan bahwa
pengembangan tersebut layak secara ekonomi untuk dijalankan karena nilainya lebih besar
dari 1, baik untuk yang sebelumnya menggunakan gas LPG maupun kayu bakar sebagai
bahan bakar untuk keperluan rumah tangganya. Dalam perhitungan CBA ini, besaran beban
bunga debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap kelayakan secara
ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan, antara beban bunga
yang ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh pemerintah.
Analisis Biaya dan Manfaat Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan
Sapi Asumsi Manfaat 20 Tahun dan Pinjaman 5 Tahun

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proyek pengembangan reaktor biogas membutuhkan dana investasi yang
tinggi sehingga diperlukan adanya dukungan biaya investasi dari pihak pemerintah
maupun lembaga keuangan terkait yang mampu menyokong berjalannya proyek
pengembangan biogas. Investasi dalam proyek pengembangan biogas haruslah berasal
dari pinjaman berbunga rendah dan jangka waktu pembayaran panjang, minimal 5
tahun. Untuk dapat memperoleh pinjaman dari pihak bank, maka perusahaan haruslah
memiliki analisa ekonomi yang nyata terhadap proyek yang dikembangkannya.
Proyek pengembangan biogas dinilai layak untuk dilanjutkan atau tidak dinilai dari
hasil analisa IRR. Nilai IRR apabila kurang dari 9 persen maka proyek pengembangan
biogas tidak layak untuk dilanjutkan sedangkan apabila IRR lebih dari 9 pesen maka
proyek menguntungkan untuk dilanjutkan.

3.2 Saran
Proyek biogas merupakan proyek yang menguntungkan baik dari segi
ekonomi, sosial maupun lingkungan sehingga perlu adanya dukungan dari berbagai
pihak salah satunya masyarakat peternakan. Hendaknya didaerah yang merupakan
sentra-sentra peternakan dilakukan pengembangan proyek biogas agar mampu
mengurangi tingkat cemaran lingkungan oleh limbah peternakan dan menambah
kesejahteraan peternak.

DAFTAR PUSTAKA
14

Anonim. 2014. ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI
LIMBAH MENJADI ENERGI MELALUI KREDIT PROGRAM. Pusat Kebijakan
Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan RI dan UK Low Carbon Support Programme UK Department for
International Development.
Seadi. TA, Rutz . D, Prassl. H, Kottner, M et al. 2008. Biogas Handbook. University of
Southern Denmark Esbjerg, Niels Bohrs Vej 9-10, DK-6700 Esbjerg, Denmark.
http://www.sdu.dk.

15