PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF

DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK WETAN, KABUPATEN

PONOROGO

  

Winda Rosyida Faza, Christia Meidiana, Ismu Rini Dwi Ari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

e-m

  

ABSTRAK

Desa Pudak Wetan merupakan Kawasan Sentra Peternakan Kabupaten Ponorogo (RTRW Kab.Ponorogo 2008-

2028), sehingga memiliki potensi kotoran ternak sapi sebagai sumber energi alternatif memasak.Rata-rata

kepemilikan ternak ± 2-4 ekor/peternak. Namun dari total 329 peternak, hanya 8,8% yang mengolah limbah

  3

ternak sapi menjadi biogas dengan biodigester. Syarat operasional biodigester ukuran 6m adalah minimal

memiliki 2 ekor sapi dewasa. Hasil gas dapat digunakan untuk 7 jam waktu memasak, namun penggunaan setiap

peternak rata-rata hanya 3-4 jam. Hanya terdapat 5 dari 29 peternak yang sistem pemanfaatan biogas

dilakukan secara komunal yang didasari adanya hubungan kekerabata.Jika sistem biodigester dilakukan secara

sentralitas skala desa tidak dapat dilakukan karena pola permukiman peternak menyebar settlemen compact dan

topografi perbukitan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif terbaik dalam

distribusi potensi biogas sebagai energi alternatif memasak dan alternatif tersebut diterapkan sebagai dasar

pengelompokan peternak berdasarkan karakteriatik spasial dan statistik. Metode analisis yang digunakan

adalah analisis Multikriteria Analisis, Analisis Kluster Spasial, dan Analisis Kluster Statistik. Terdapat empat

yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu variabel lokasi, ekonomi, sosial dan teknis. Hasil analisis menunjukkan

bahwa alternatif tipe biodigester terbaik adalan tipe biodigester skala menengah untuk 2-5 peternak dengan 10-

  3

25 ekor sapi. Sistem pengelompokkan yang terbentuk ada 25 unit dengan ukuran terbesar 22m untuk 5 peternak

  3 dan minimal 6m untuk 2 peternak Kata Kunci: Biogas, Kotoran Sapi, Biodigester, Alternatif Distribusi Biogas.

  

ABSTRACT

Pudak Wetan is the name of a village in Ponorogo which has a Livestock Center (RTRW Ponorogo 2010-2013).

  

So that Pudak Wetan has an alternative energy resource for cooking, in the form of cow manure potency with the

ownership of ±2- 4 cows/breeder. But in fact, there’s just 8,8% of 329 breeders who can manage their waste to

  3

make it into biogas with the biodigester. Operational requirement of biodigester sized 6m is every farmer has at

least 2 adult cows. Gas production can be used for 7 hours of cooking time, but every farmer to use gas only for

3-4 hours. There are only 5 of the 29 breeders who utilize biogas communally because of family connections.

  

Another problem is very hard to realize the centrality into the village scale because of the settlement and the

topography. Therefore the primary aim of this research is to identify the best alternative to distribute the cow

manure potency and then the best alternative is used as a reference division of the breeders group based on

spatial and statistical characteristics.This paper use some methods for analising, there are multicriteria

analysis, spatial cluster analysis, and statistic cluster analysis. There are four variabels in this research are

location, economic, social, and technical. The result of this research shows that the best alternative of the

biodigester’s type is the medium scale for 2-5 breeders with 10-25 cows. In this system, there are 25 groups for

  3

  3 breeders which is the maximum size is 22m for 5 breeders and the minimum size is 6m for 2 breeders.

  Keywords : Biogas, Cow Manure , Biodigester , Alternative Distribution of Biogas.

  Biogas merupakan salah satu bentuk

  PENDAHULUAN

  energi terbarukan (renewable energy) yang Usaha peternakan menghasilkan dampak mampu menyumbang andil dalam usaha yang berbahaya bagi lingkungan, yaitu menghasil- memenuhi kebutuhan bahan bakar (Haryati, kan limbah feses dan urine dimana limbah tersebut

  2006). Bahan baku sumber energi ini menimbulkan polusi udara dan air. Oleh karena itu merupakan bahan non-fosil, umumnya adalah diperlukan upaya untuk mengurangi resiko ling- limbah atau kotoran ternak. Potensi ternak kungan salah satunya dengan mengolah kotoran ruminansia golongan besar di Indonesia, seperti ternak menjadi biogas. ternak sapi potong, sapi perah, dan kerbau,

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK

WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  merupakan penghasil biogas dan pupuk organik terbesar, sebanyak 73,81% (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia

  • – Direktorat Jenderal Peternakan, 2008).

  Kecamatan Pudak merupakan salah satu kecamatan pada Kabupaten Ponorogo yang menjadi kawasan pengembangan kawasan ternak unggulan (ternak sapi jawa dan kambing etawa) 2010-2030 dalam Rencana Pola Ruang). Populasi ternak sapi pada Kecamatan Pudak sebanyak 780 ekor sapi perah dan 3164 ekor sapi potong (BPS, 2013). LSM LPPAB (Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaan Anak Bangsa), HIVOS (Humanist

  Institute for Cooperation in full, Dutch: Humanis- tisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking )

  dan SNV (Stichting Nederlandse Vrijwilligers) dalam Program BIRU (Biogas Rumah Tangga) memberikan bantuan pengadaan biogas sebagai energi altermatif berbasis partisipasi masyarakat. Realisasi pembuatan biogas di Kecamatan Pudak sejauh ini berjumlah 76 generator biogas yang dila- kukan antara tahun 2010-2012.

  Oleh karena itu diperlukan alternatif pengadaan tipe biodigester harus disesuaikan dengan sistem distribusi biogas antar peternak. Distribusi kebutuhan biogas berdasarkan penge- lompokan peternak dilakukan tanpa menentu- kan letak titik biodigester dan jaringan pipa dis- tribusi biogas. Sehingga penelitian ini tidak memperhatikan kondisi kontur Desa Pudak We- tan (Widodo, 2006 & Etica, 2014). Setiap peter- nak memiliki akses untuk mendapatkan ja- ringan biogas dan dapat direncanakan secara spasial kriteria yang digunakan dalam pengada- an biodigester dan jaringan distribusinya. Pe- ngadaan kelompok distribusi disesuaikan dengan kondisi spasial dan homogenitas (statistik) peternak sehingga didapatkan peman- faatan limbah secara maksimal.

METODE PENELITIAN

  (LSM LPPAB, 2012). Padahal setiap peternak dengan kepemilikan 2 ekor sapi yang dapat menjadi poten- si operasional biodigester (Use, 2012 dan BIRU, 2010).

  Pemanfaatan biogas yang belum menyeluruh disebabkan minimnya dana swadaya masyarakat dan minat masyarakat. Sistem pengadaan sentrali- tas skala pedesaan tidak mampu dilakukan karena pola permukiman bertipe compact settlements dan topografi perbukitan.

  3

  Potensi Desa Pudak Wetan memiliki jumlah ternak terbanyak 814 ekor dan jumlah peternak ter- banyak 329 orang di Kecamatan Pudak diperlukan adanya pengembangan biogas yang berkelanjutan. Disamping itu Desa Pudak Wetan ditetapkan seba- gai salah satu kawasan sentra peternakan sapi pe- rah Kabupaten Ponorogo (RTRW Kabupaten Po- norogo Tahun 2008-2028). Potensi ini ditunjang dengan kepemilikan ternak sapi minimal 2 ekor pada setiap peternak yang menyebar (BPS, 2013). Namun sejauh ini, pemanfaatan biogas masih 8,8% dari 329 peternak Desa Pudak Wetan tersebar pada 4 dusun dengan ukuran 5,6,8,10, dan 12 m

  Tujuan penelitian adalah mengidentifika- si alternatif terbaik tipe biodigester untuk distri- busi potensi biogas khusus Desa Pudak Wetan dan selanjutnya dilakukan pembagian kluster (kelompok) berdasarkan karakteristik spasial dan statistik peternak Desa Pudak Wetan.

  Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data dengan survei primer menggunakan kuisioner peternak, wawancara instansi dan tokoh masyarakat, serta observasi lapangan. Survei sekunder dengan pencarian data ke instansi terkait untuk mendapatkan RTRW Kabupaten Ponorogo 2010-2030, Kecamatan Dalam Angka 2012, Monografi Desa Pudak Wetan 2010, dan Data BPS Kabupaten Ponorogo dalam Sensus Pertanian Pemutakhiran Rumah Tangga Desa Pudak Wetan Tahun, 2013.

  Teknik Sampling

  Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

  Teknik random sampling

  Teknik sampling acak menentukan populasi peternak yang minimal memiliki 2 ekor sapi, yaitu 242 peternak. Pengambilan sample menggunakan metode Krejcie dan Morgan menjadi 148 peternak. Proporsi pengambilan sample disesuaikan dengan proporsi jumlah peternak terhadap total KK peternak satu Desa.

  

Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  Distribusi biogas yang bersifat individual dengan kuantitas berlebih menjadi dasar pengada- an jaringan distribusi antar peternak. Pemanfaatan gas untuk kebutuhan memasak 3-4 jam/hari masih memiliki kelebihan gas yang tidak dapat disimpan, sedangkan inisiatif pengadaan distribusi biogas hanya dilakukan oleh 5 dari 29 peternak karena di- dasari hubungan kekeluargaan. Sistem distribusi desentralisasi diperlukan untuk memperluas jalur transmisi agar tersebar pada pusat –pusat penduduk, menghindari pemanfaatan jalan desa yang masih minim kelayakannya, dan dapat mempromosi- kan pembangunan daerah melalui pengenalan jaringan produksi energi biomasa, biogas (Herran & Nakata, 2008).

  Winda Rosyida Faza, Christia Meidiana, Ismu Rini Dwi Ari Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  Average Nearest Neighbor (ANN) dihi-

  Pandansari 96 40%

  58 Pudak Kidul 33 13%

  21 Ngelo 69 29%

  42 Bakalan 44 18%

  tung sebagai jarak rata-rata yang diamati dibagi dengan jarak rata-rata yang diharapkan.

27 Total 242 100% 148

  Metode Analisis

  Keterangan : Do = rata-rata jarak yang diamati antar point De = rata-rata jarak yang diharapkan antar point

  16.0. Metode Hierarchical Cluster menilai kesamaan karakteristik peternak dari kriteria ekonomi, sosial, dan pola teknis peternak serta hasil dari perhitungan sub kriteria dalam MCA. Variabel yang akan digunakan dapat berupa

  Untuk menganalisis cluster, dilakukan proses sebagai berikut menggunakan SPSS

  analisis statistik (matching type measure) (Green, 1997 dalam Simamora, 2005).

  Measure ) dan homogenitas antar variabel atau

  Analisis cluster dapat dilakukan sesuai dengan input dan data yang ada, yaitu ukuran jarak atau cluster spasial (Distance Type

  Analisis Kluster Statistik

  mengidentifikasi alternatif terbaik tipe biodigester

  Gambar 1. Struktur hirarki untuk

  Analisis Cluster digunakan untuk meng- identifikasi pengelompokan peternak berdasar- kan karakteristik spasial (kedekatan jarak) antar permukiman berdasarkan hasil ANN menggu- nakan ArcGis 10.1. Pengelompokkan peternak dibagi setiap kawasan permukiman peternak antar dusun, sehingga membentuk 6 model ana- lisis cluster. Untuk dusun Ngelo dan dusun Pandansari dibagi menjadi dua karena antar ka- wasan permukiman membentuk berjarak ±500m - 1 km yang tidak di mungkinkan apabila dilakukan distribusi biogas antara 2-5 peternak.

  Teknik purposive sampling

  Metode yang digunakan dalam penentuan pemilihan alternatif terbaik tipe biodigester untuk distribusi biogas, yaitu:

  Teknik purposive sampling dipilih karena diharapkan kriteria sample yang diperoleh benar- benar sesuai dengan penelitian yang akan dilaku- kan nantinya (Sugiyono, 2010). Teknik ini dipilih untuk menentukan 7 pakar/stakeholder dalam ana- lisis MCA. Terdapat 5 pakar yang berdomisili di Ponorogo untuk mengetahui kondisi eksisting dan terkait kerja lapangan di wilayah studi, serta 2 pa- kar merupakan pakar pendidikan yang mengetahui teori dan kinerja tentang biogas.

  Penggunaan Nearest Neighbor Analysisbertujuan untuk menghitung indeks antar peternak terdekat berdasarkan jarak rata-rata.

  Analisis kluster spasial (ArcGis Resources, 2013) yang digunakan memiliki tujuan memini- malkan jarak atau aturan antar fitur terdekat.

  111 Tabel 1. Proporsi sample peternak Dusun Peternak Persentase Sample

  Variabel untuk analisis MCA adalah varia- bel lokasi dan ekonomi. Sub variabel lokasi, terdiri dari kelembapan udara, lokasi aman, dan keterse- diaan lahan, serta untuk sub variabel ekonomi hanya menggunakan kemampuan masyarakat, yang semuanya diterapkan dalam analisis MCA sebagai kriteria (Gambar 1).

  Tujuan dari MCA untuk mengidentifikasi al- ternatif terbaik berdasarkan beberapa kriteria tipe biodigester Desa Pudak Wetan.Untuk tahap pem- bobotan dilakukan pemberian prioritas berdasarkan teori dan pengalaman kepada 7 pakar dan pada ta- hap skoring dilakukan penilaian yang disesuaikan dengan kondisi eksisting wilayah studi kepada 5 pakar yang berdomisili di Ponorogo. Hasil akhir MCA terdapat 4 model yang disesuaikan dengan unit analisis, yaitu 4 dusun.

  son menggunakan microsoft excel.

  Menurut Mendoza (1999), Analisis Multikriteria (MCA) adalah pengambilan keputu- san yang dikembangkan untuk masalah-masalah kompleks multikriteria yang mencakup aspek kualitatif dan atau kuantitatif dalam proses pengambilan keputusan menggunakan bantuan aplikasi expert choice dan tahap pairwise compare-

  Analisis Multicriteria (MCA)

  Analisis Kluster Spasial

WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  6

  Tabel 3. Potensi distribusi biogas antar Peternak Dusun Peternak Berpotensi Distribusi Peternak Tidak Berpotensi Distribusi Total Bakalan

  20 8 160 - 180 160 - 180 18 6,4

  23 9 180 - 200 180 - 200 20 7,2

  25 10 200 - 220 200 - 220 22 8,0

  HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Studi

  Desa Pudak Wetan memiliki luas 1.195m

  2

  dengan topografi kelas II, kemiringan 15-25%. Desa Pudak Wetan terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Bakalan, Pudak Kidul, Ngelo dan Pandansari. Setiap dusunnya Jumlah Kepala Keluarga Peternak 329 KK dari 580 KK Desa Pudak Wetan. Jumlah ternak sapi sample peternak 814 ekor.

  Setelah dilakukan penggabungan data dapat dari sample peternak 148 KK diketahui Desa Pudak Wetan memiliki potensi produksi kotoran sapi 8.120,5 kg/hari dari sample ternak 539 ekor. Biogas yang dihasilkan 317,7 m

  3

  /hari, dapat digunakan untuk bahan bakar memasak selama 1.049,3 jam/hari.

  Potensi penggunaaan energi alternatif ini dihitungan untuk setiap peternak apakah memiliki input kotoran sapi yang seimbang dengan output biogas yang digunakan untuk memasak. Apabila input yang dihasilkan lebih, maka peternak tersebut berpotensi untuk melakukan distribusi biogas.

  Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa pemanfaatan dari 148 peternak dapat memenuhi kebutuhan dalam 241 KK dengan asumsi 1 KK terdiri dari 5 anggota keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk 1 KK peterak mampu memenuhi 1 KK masyarakat lainnya.Berikut ini dijabarkan jumlah peternak yang berpotensi distribusi dan tidak berpotensi distribusi berdasarkan unit dusun pada tabel 3.

  23

  4

  27 Pudak Kidul

  15

  6

  21 Ngelo

  26

  16

  42 Pandansari

  43

  15

  58 Gambar 2. Persentase potensi distribusi biogas

  • – 1,6 1,2

  • – 2,4
  • – 3,2 2,8
  • – 4,0 3,6
  • – 4,8 4,4
  • – 5,6 5,2
  • – 6,4
  • – 7,2 6,8
  • – 8,0 7,6

  peternak Desa Pudak Wetan

  15 6 120 - 140 120 - 140 14 4,8

  17 7 140 - 160 140 - 160 16 5,6

  12 5 100 - 120 100 - 120 12 4,0

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK

  

Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  binari atau kuantitatif. Metode ini disebut juga se- bagai aglomerativ method yang digambarkan dengan dendogram yang membentuk pohon hirarki (tingkatan). Pengelompokkan peternak dibagi setiap kawasan permukiman peternak antar dusun, sehingga membentuk 6 model analisis cluster yang disesuaikan dengan analisis cluster spasial.

  Asumsi Penting

  Berdasarkan Direktorat Jenderal Ketenaga- listrikan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012 dan Budiyanto, 2009, Pemanfaatan ini dapat menghemat beberapa bahan bakar komer- sial dengan memanfaatkan limbah dua ekor sapi.

  Untuk 1 m

  3

  biogas dapat mengganti bebera- pa bahan bakar untuk memasak, yaitu setara dengan 0,46 kg elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,80 liter bensin, dan 3,5 kg kayu bakar dimana untuk 3/5 ikat kayu bakar (1 ikat = 2,25 kg). 0,3 m

  

3

  dapat digunakan untuk 1 jam waktu memasak (United Nation,1984)

  Sasaran pembuatan biodigester dilakukan secara bertahap dengan tiga pendekatan (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2008), yaitu: a.

  Prinsip pembuatan biodigester kelompok/kawasan (skala besar) bersifat sentralitas menjadi satu dalam 1 dusun karena masing-masing dusun rata-rata memiliki 150-400 ekor sapi.

  b.

  Prinsip pembuatan biodigester rumah tangga (skala sedang). Pengadaan diperuntukkan untuk 2-5 peternak karena menampung 10- 15 ekor, dimana masing-masing peternak Desa Pudak memiliki rata-rata 4-5 ekor sapi.

  c.

  Prinsip pembuatan biodigester individu (skala kecil) dengan ukuran minimal 4-6 m

  3

  karena berdasarkan kondisi eksisting pengadaan biogas Desa Pudak Wetan. Informasi dasar mengenai ukuran biodiges- ter dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan ber- dasarkan standart BIRU yang disesuikan kondisi Desa Pudak Wetan (Use, 2014) dijelaskan pada tabel 2.

  Tabel 2. Pemilihan ukuran biodigester SN Ko to ra n h ew a n y a n g d ib u tu h k a n p er h a ri ( k g ) A ir y a n g d ib u tu h k a n seti a p h a ri ( li te r) Ka p a si ta s T emp a t Pe n g o la h a n ( m

  3 ) Pr o d u k si g a s p er h a ri ( m

  3 ) R a ta -r a ta p ro d u k si g a s p er h a ri ( m

  3 ) Pr o d u k si b io g a s (j a m/ h a ri ) 1 20 - 40 20 - 40 4 0,8

  4 2 40 - 60 40 - 60 6 1,6

  2

  7 3 60 - 80 60 - 80 8 2,4

  9 4 80 - 100 80 - 100 10 3,2

28 Sumber: BIRU, 2010

  • – 8,8 8,4

  Winda Rosyida Faza, Christia Meidiana, Ismu Rini Dwi Ari Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  43,71 42,34 42,34 42,34 LA 5 17,77 18,23 18,23 18,23 (KL)

  

(LA) LA 1 5,53 7,41 11,09 5,53 7,41 6,58 5,53 7,41 11,09 5,53 7,41 11,09

LA 2 6,64 9,91 6,05 6,64 9,91 7,63 6,64 9,91 6,05 6,64 9,91 6,05 LA 3 8,19 10,40 6,29 8,19 10,40 8,09 8,19 10,40 6,29 8,19 10,40 6,29 LA 4 7,29 8,28 6,06 7,29 8,28 7,92 7,29 8,28 6,06 7,29 8,28 6,06 LA 5 2,76 17,83 9,06 2,76 17,83 14,26 2,76 17,83 9,09 2,76 17,83 9,09

(KL) KL 1 4,13 11,76 6,09 4,05 11,76 10,35 4,05 11,76 6,09 4,05 11,76 6,09

KL 2 8,82 11,66 6,24 8,82 11,66 9,25 8,82 11,66 6,24 8,82 11,66 6,24

(KM) KM1 3,57 6,88 11,78 3,57 6,88 7,18 3,57 6,88 11,78 3,57 6,88 11,78

KM2 1,73 13,16 8,87 1,73 13,71 13,16 1,73 13,71 8,87 1,73 13,71 8,87 Total 61,87 115,53 84,98 61,79 115,30 98,44 61,79 115,30 85,74 61,79 115,30 85,74

  Tabel 6. Nilai prioritas alternatif Kri te ri a Sub Kri te ri a Skor Akhir Dusun Bakalan Skor Akhir Dusun Pudak Kidul Skor Akhir Dusun Ngelo Skor Akhir Dusun Pandansari Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil

(KU) KU 1 7,56 8,15 7,29 7,57 7,38 7,04 7,57 7,38 8,02 7,57 7,38 8,02

KU 2 5,65 10,10 6,16 5,65 10,10 6,99 5,65 10,10 6,16 5,65 10,10 6,16

  Pendekatan pembuatan biogas rumah tangga (skala sedang) merupakan prinsip pembuatan biogas untuk menampung kotoran ternak segar dari 2-5 orang peternak, berkisar maksimal 25 ekor ternak yang dimiliki. Satu biodigester dapat digunakan atau diditribusikan jaringan kepada 2-5 rumah peternak. Namun dalam penelitian ini tidak membahas mengenai persebaran titik biodigester, melainkan pengelompokan yang terdiri dari 2-5 peternak dilihat dari kondisi spasial dan statistiknya.

  dari 7 pakar biogas, pembuatan biodigester Desa Pudak Wetan direncanakan dengan menggunakan skala sedang. Persentase prioritas biodigester skala sedang untuk Dusun Bakalan sebanyak 44,03% , Dusun Pudak Kidul 41,48%, Dusun Ngelo berbobot 43,87%, dan Dusun Pandansari bobot alternatif pembuatan biodigester skala sedang 43,87%.

  pairwise comparison skoring alternatif global

  Berdasarkan hasil tabel 6 dengan

  KM1 71,41 79,74 78,56 79,74 KM2 28,59 20,26 21,44 20,26

  KL 1 31,56 31,56 31,56 31,56 KL 2 68,44 68,44 68,44 68,44 (KM)

  (LA) LA 1 11,79 21,60 12,09 12,09 LA 2 19,39 19,39 19,39 19,39 LA 3 11,30 11,90 11,90 11,90 LA 4

  113

  Tabel 5. Nilai prioritas sub kriteria Krite- Ria Sub Krite- Ria Dusun Bakalan Dusun Pudak Kidul Dusun Ngelo Dusun Pandan- sari (KU) KU 1 45,24 45,24 41,67 40,49 KU 2 54,76 54,76 58,33 59,51

  Berdasarkan perhitungan kriteria dan sub kriteria prioritas, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai prioritas alternatif dari pembobotan 7 pakar dan skoring 5 pakar yang digabungkan dengan hasil (Tabel 6).

  Untuk kriteria Kelembapan udara (KU), sub kriteria prioritas utama adalah lokasi harus terkena sinar matahari secara langsung (KU2). Untuk kriteria lokasi aman (LA), sub kriteria prioritas pertama adalah jenis tanah padat (LA4). Pada krieteria utama ketersediaan lahan (KL), sub kriteria prioritas pertama adalah biodigester terletak dekat dengan kandang (LA4), sedangkan untuk kriteria kemampuan masyarakat (KM) terdiri dari sub kriteria ketersediaan biaya masyarakat (KM1).

  Pada tabel 5 dijelaskan prioritas utama antara sub kriteria pada empat dusun yang menghasilkan peringkat prioritas yang sama namun dengan persentase yang berbeda

  Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa persentase tertinggi dalam kriteria utama adalah Kriteria Lokasi Aman dengan persentase diatas 50% untuk semua dusun.

  Tabel 4. Nilai prioritas kriteria Kriteria Dusun Bakalan Dusun Pudak Kidul Dusun Ngelo Dusun Pandansari (KU) 5,41 5,41 5,63 5,63 (LA) 54,16 54,16 53,91 53,91 (KL) 20,03 20,03 20,27 20,27 (KM) 20,39 20,39 20,19 20,19 Total 100,00 100,00 100,00 100,00

  Penentuan alternatif terbaik untuk tipe biodigester skala besar, skala menengah, dan skala adalah Dusun, sehingga terdapat 4 hasil MCA. Berdasarkan hasil pairwise comparison setiap dusun, sebagai berikut:

  Penentuan Alternatif Terbaik Tipe Biodigester

  Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa jumlah peternak berpotensi distribusi biogas lebih banyak untuk keempat dusun dengan jumlah terbanyak pada Dusun Pandansari 29,1%.

  

Kepentingan (%) 23,58 44,03 32,39 22,43 41,85 35,73 23,51 43,87 32,62 23,51 43,87 32,62

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK

WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  

Penentuan Kluster berdasarkan Homogenitas Tabel 7. Kluster peternak berdasarkan

Jarak Spasial Antar Peternak kedekatan jarak Jenis

  Berdasarkan hasil Analisis Average Kluster Nearest Neghbour, diketahui pola permukiman

  l ta

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 o

  Desa Pudak Wetan membentuk kluster

  Jumlah T peternak

  (pengelompokan). Hasil tersebut dapat dilihat

  tiap

  pada gambar 3. Dengan menganalisis pola

  dusun (unit)

  permukiman seluas kawasan permukiman Desa

  5

  12

  5 - - - - Bakalan

  22 Pudak Kidul

  8 2 -

  7 3 - - -

  20 Pudak Wetan, 511.745,00 m .

  3

  9

  5 - - - Ngelo - 17 - Ngelo

  9

  4

  2 - - - - (Tritih)

  15 2 - 4 -

  2 - - Trembang 8 -

  22

  5

  2 - - Pandansari

  4

  3

  1

  37 Total

  48

  2

  37

  7

  4

  17

  3 1 119 Keterangan:

  1 Tunggal Peternak < 13 m

  2 Tunggal Peternak = 13 m

  3 Tunggal Peternak > 13 m

  4 Dua Peternak < 13 m

  5 Dua Peternak = 13 m

  6 Dua Peternak > 13 m

  7 Tiga Peternak >13 m

  8 Lima Peternak > 13m

  Pengelompokkan jarak 13 meter menjadi dasar jarak kedekatan antar peternak. Untuk Dusun bakalan menjadi 22 kluster, Dusun Pudak Kidul menjadi 20 kluster, Dusun Ngelo RT 1 & RT 2 menjadi 17 kluster, Dusun Ngelo bagian

  

Gambar 3. Grafik Analisis Average Nearest Tritih menjadi 16 kluster, Dusun Pandansari

  bagian Trembang menjadi 8 kluster, dan Dusun Neghbour Pandansari menjadi 37 kluster.

  Hasil Nearest Neighbor Analysis

  Penentuan Kluster berdasarkan Homogenitas

  menunjukkan nilai z-score sebesar -4,4 dan p

  Karakteristik Antar Peternak

  value 0,000009 ≈ 0,00. Hasil z-score kurang dari Pengelompokan dibagi menjadi 6 unit

  2,58 dan p-value kurag dari 0,01 maka penelitian yang disesuaikan dengan pembagian disimpulkan bahwa pola permukiman Desa pada Analisis Cluster Spasial, berikut ini Pudak Wetan mengelompok. pembagian distribusi biogas untuk setiap

  Nearest neighbor ratio menunjukkan angka dusunnya: 0,914317 ≈ 0,91, berarti bahwa persebaran

  Tabel

  8. Pengelompokkan peternak

  permukiman dan biogas bersifat mengelompok

  berdasarkan kesamaan karakteristik

  (clustered) karena nilai kurang dari 1,00. Jadi

  Jumlah kluster untuk persebaran permukiman mengelompok. - ri g ri

   1 dalam tiap n n sa sa k T h a o la

  Jarak rata-rata permukiman yang diamati a n n

  kawasan ti el a R a a g k l o ri mb d d permukiman a u

  Desa Pudak Wetan berdasarkan hasil Observed

  el n n N T re Pud d

  2 g B n (kelompok) n n T n Ki Pa Pa

  Mean Distance sejauh 12,079292 meter ≈ 12,08 N ia

  su n su n n n g su u u ia Keanggotaan a u D su g su

  meter. Jarak rata-rata permukiman yang su b

  D u a u D u Cluster b D D D

  diharapkan berdasarkan hasil Expected Mean

  (peternak)

  1

  11

  2

  4

  3

  3

  10 Distance adalah 13,211278 meter ≈ 13,21 meter,

  2

  2 6 -

  1

  5

  8

  sehingga dapat disimpulkan bahwa pola

  3

  1

  1 1 - 2 -

  permukiman Desa Pudak membentuk

  4 1 - 1 - - -

  5 - - -

  1 - -

  mengelompok dengan jarak masing-masingnya

  6 - 1 - - - -

  13 meter. Sehingga dilakukan pengelompokkan

  7 - - - - 1 -

  pada 6 unit kawasan permukiman Desa Pudak

  8

  1 - - - - - 9 - - -

  Wetan dengan menetapkan batasan jarak skala

  10 - - - - - -

  pelayanan 13 meter yang dibandingkan dengan

  11 - - - - - -

  12

  1 - - - -

  1 jumlah peternak.

  

Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  Winda Rosyida Faza, Christia Meidiana, Ismu Rini Dwi Ari Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

  , sehingga untuk ukuran 4 m

  Peta perencanaan distribusi biogas bersumber dari Citra Satelit Google Earth, RTRW Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 dan Bidang ESDM, PU Kabupaten Ponorogo. Peta Administrasi Desa Pudak Wetan terdiri dari 4 Dusun (Gambar 4.). Peta pembagian kluster distribusi biogas dibagi menjadi 6 (enam) kawasan berdasarkan persebaran permukiman pada 4 (empat) dusun dijelaskan dalam peta pada gambar 5.

  Pengadaan biodigester terbanyak berada di Dusun Pandansari, sedangkan pengadaan biodigester paling sedikit berada di Dusun Pudak Kidul dan Dusun Pandansari Trembang.

  Terdapat 23 kluster peternak yang berpotensi melakukan distribusi kebutuhan biogas kepada masyarakat lainnya karena terdapat kelebihan produksi gas dibandingkan kebutuhan gas.

  Pengelompokan pada tabel 9 didasari pada kedekatan jarak dan homogenitas karakteristik antar peternak memiliki dampak positif sebagai rekomendasi yang mempermudah pemerintah dalam memberikan bantuan atau sosialisasi kepada anggota kluster. Bantuan homogenitas karakteristik peternak yang bersifat positif dapat dijadikan sebagai keunggulan dari setiap kluster dan tidak menjadi pertimbangan utama dalam pengadaan biodigester skala sedang, seperti pemeliharaan ternak. Namun untuk homogenitas peternak yang bersifat negatif dapat dijadikan sebagai kelemahan yang perlu pertimbangan khusus, seperti: tidak memiliki kemampuan dalam swadaya pengadaan biodigester, kondisi kandang yang tidak disemen.

  3 untuk efisiensi biaya.

  direalisasikan dalam bentuk 6 m

  3

  3

  115

  untuk pendistribusian 2 peternak. Namun dalam Program Pengadaan Biogas pada Kabupaten Ponorogo minimal pengadaan biodigester 6 m

  3

  untuk pendistribusian 5 peternak dan minimal ukuran biodigester 6 m

  3

  Pengadaan biodigester tertinggi dengan ukuran 22 m

  Namun berdasarkan hasil analisis statistik, belum sesuai dengan kedekatan jarak masyarakat. Sehingga perlu adanya pengelompokkan yang disesuaikan dengan kedekatan jarak dan kesamaan kondisi ekonomi, sosial, dan teknis peternakan dengan menggabungkan analisis kluster statistik dan analisis kluster spasial menjadi 119 pembuatan biodigester, dengan pembuatan biodigester skala sedang sebanyak 25 unit dengan maksimal anggota kelompok 5 anggota dan minimal 2 anggota. Untuk sisanya adalah pembuatan biodigester skala kecil 94 unit yang tidak dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan standart pembuatan biodigester skala sedang dan kondisi jarak spasial yang tidak dapat dilakukan pengelompokan (Tabel 9.)

  Berdasarkan homogentias karakteristik antara peternak didapatkan hasil bahwa keanggotaan kluster terbanyak terdiri dari 1 peternak saja, sedangkan untuk keanggotaan kluster yang sesuai dengan standart pengadaan biodigester skala menengah hanya 30 kluster dari 68 kluster.

  

Gambar 4. Peta administrasi Desa Pudak Wetan

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK

WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  

Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

(a) (b) (c) (d) (e)

  (f) Gambar 5. Peta kluster peternak potensi distribusi biogas (a) Dusun Bakalan yang bersumber

  skala 1:1700, (b) Dusun Pudak Kidul yang bersumber skala 1:2800, (c) Dusun Ngelo yang bersumber skala 1:1900, (d) Dusun Ngelo (Tritih) yang bersumber skala 1:1900, (e) Dusun Pandansari (Trembang) yang bersumber skala 1:1700, dan (f) Dusun Pandansari yang bersumber skala 1:2800

  

Tabel 9. Potensi Distribusi Biogas berdasarkan Cluster Spasial dan Statistik Peternak Desa

Pudak Wetan Kluster Anggota Anggota Distribusi Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial Kondisi Teknis Kedekatan jarak (m) Ukuran Biodigester (m

  3 ) Potensi Distribusi

BAKALAN

  1 Bini 2 rumah √ √ √ > 13

  12 Lebih Karmin

  2 Setiadi 2 rumah √ √ √ > 13

  12 Lebih Sarni

  3 Sumarno 2 rumah √ √ √ > 13

  10 Lebih Sukani

  4 Dasar 2 rumah √ √ √ > 13

  14 Lebih Winda Rosyida Faza, Christia Meidiana, Ismu Rini Dwi Ari Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

PUDAK KIDUL

1 Tarnu

  12 Lebih Suparnu& Eko

  2 Warni 2 rumah √ √ √ < 13

  10 Lebih Wagiyo

  3 Kamto 2 rumah √ √ √ > 13

  12 Lebih Sesno

  4 Boiran 2 rumah √ √ √ > 13

  10 Lebih Tumiran & Sibuh

  5 Nyoto 2 rumah √ √ √ > 13

  16 Lebih Mesiran

  6 Wahno 3 rumah - √ √ < 13

  Kaseni 16 Lebih Harmani

  7 Kasri 3 rumah √ √ √ > 13

  1 Parno 2 rumah √ √ √ > 13

  8 Jemari/Sainah 2 rumah √ √ √ > 13

  

Eko Sunarto 6 Kurang

Mujiono

  9 Marsono K 5 rumah √ √ √ > 13

  22 Lebih Purwanto Sarwan Tarjan Sipar

  SIMPULAN

  Kesimpulan dari hasil analisis dengan menggunakan 148 peternak sebagai sample, didapatkan hasil seba-gai berikut: 1.

  Berdasarkan perhitungan potensi distribusi biogas dari 148 peternak didapatkan hasil, potensi sumber energi alternatif biogas sebanyak 317,7 m

  3

  /hari yang menjadi bahan bakar memasak selama 1049,3 jam/hari seta- ra pemenuhan kebutuhan 241 KK. Potensi distribusi biogas melebihi kebutuhan sample peternak sejumlah 148 KK, sehingga setiap sample peternak ini mampu untuk memenu- hi kebutuhan memasak untuk 2KK;

  12 Lebih Cipto

  117 Kluster Anggota Anggota Distribusi Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial Kondisi Teknis Kedekatan jarak (m) Ukuran Biodigester (m

  3 ) Potensi Distribusi Sukanto

  4 Sarji 2 rumah √ √ √ < 13

  5 Sarnu 2 rumah √ √ √ > 13

  18 Lebih Suparman

  2 Rumah √ √ √ > 13

  8 Lebih Ukir

NGELO

  1 Sutrisno 2 rumah √ √ √ > 13

  10 Lebih Sunarto

  2 Sumadi 2 rumah √ √ √ < 13

  8 Lebih Sinu

  3 Kaderi 2 rumah √ √ √ > 13

  10 Lebih Danur

  12 Lebih Misnanto

TRITIH

  1 Sutomo 2 rumah √ √ √ > 13

  1 Sujud 2 rumah √ √ √ ≤ 13

  6 Kurang Saran

  2 Tumiran 2 rumah √ √ √ < 13

  8 Lebih Boyadi

  3 Sairin 2 rumah √ √ √ < 13

  8 Lebih Slamet

  4 Muhayat 2 rumah √ √ √ < 13

  Slamet 8 Lebih

  5 Saijo 2 rumah √ √ √ < 13

  8 Lebih Kaderi

TREMBANG

  12 Lebih Darmaji

PANDANSARI

  

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI BERDASARKAN ALTERNATIF DISTRIBUSI POTENSI BIOGAS DESA PUDAK

WETAN, KABUPATEN PONOROGO

  Berdasarkan perhitungan 4 Dusun pada Desa Pudak Wetan didapatkan hasil bahwa alter- natif terbaik dalam pembuatan biodigester dari 7 pakar/stakeholder adalah pembuatan biodigester skala sedang (rumah tangga).

  Mendoza, Guillermo A. dkk. 1999. Panduan

  , No. 27, United Nations, New York, USA. BIRU (Biogas Rumah Tangga). 2010. Model

  Instalasi Biogas Indonesia Panduan Konstruksi . Jakarta: TIM BIRU.

  ______________________________. Pedoman Penggunaan . Jakarta: TIM BIRU. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2008.

  Pedoman Umum Pengembangan Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS) . Jakarta:

  Departemen Pertanian Herran, Diego Silva & Nakata, Toshihiko. 2008.

  Optomozation of decentralizad energy systems using biomass resources for rural electrification in developing countries . Japan: Department of

  Management Science and Technology, Graduate School of Engineering Tohoku University

  untuk Menerapkan Analisis Mutlikriteria dalam Menilai Kriteria dan Indikator . Jakarta: Center for

  Anonim2. 1984. Updated Guidebook on Biogas

  International Foresty Research (CIFOR) http://www.cifor.org/publications/pdff iles/Books/BMendoza0001.pdf (dikases pada tanggal 13 Mei 2013)

  Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat

  Pemasaran . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

  Simamora, S., Salundik, Wahyuni, S., & Surajudin. 2005. Membuat Biogas

  Pengganti Bahan Bakar Minyak & Gas dari Kotoran Ternak . Bogor: PT

  AgroMedia Pustaka. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif

  dan Kualitatif . Bandung: CV.Alfabeta.

  Development - Energy Resources Development Series 1984

  http://resources.arcgis.com/en/help/m ain/10.1/index.html#//005p000000080 00000 (diakses 18 Mei 2013)

  Persentase pembuatan biodigester skala se- dang untuk Dusun Bakalan 44,81%, Dusun Pudak Kidul 44,36%, Dusun Ngelo 44,49%, Biodigester skala sedang beranggotakan 2-5 rumah tangga untuk 1 biodigester dengan jumlah sapi 10-25 ekor. Penerapan skala se- dang diterapkan secara global satu Desa Pu- dak Wetan karena ketinggian tidak berpe- ngaruh terhadap peletakan secara fisik bio- digester, karakteristik ekonomi yang sama, pola guna permukiman compact settlements, dan jumlah keluarga rata-rata 5 orang.

  1. Penelitian tidak mengidentifikasi karakteris- tik sapi dari umur ternak, sehingga untuk pe- nelitian selanjutnya perlu diperhatikan lebih lanjut karena umur mempengaruhi jumlah ko- toran sapi untuk perhitungan input potensi distribusi biogas;

  3. Berdasarkan penggabungan analisis cluster statistik dan analisis cluster spasial didapat- kan 25 unit kluster pembuatan biodigester dengan ukuran terbesar 22 m

  3

  dan minimal ukuran biogas 6 m

  3

  . Pengguna biodigester maksimal anggota kelompok 5 peternak dan minimal 2 peternak.

  Saran

  Saran yang diajukan peneliti untuk peneli- tian selanjutnya yaitu:

  2. Peneliti tidak mempertimbangkan kontur De- sa Pudak Wetan, sehingga diperlukan kajian data sebagai pendukung perencanaan titik biodigester dan jaringan distribusi kebutuhan biogas baik kepada peternak maupun non pe- ternak.

  

Jurnal Tata Kota dan DaerahVolume 5, Nomor 2, Desember 2013

2.

  3. Peneliti tidak mempertimbangkan karakteris- tik masyarakat non peternak. Untuk peneliti- an selanjutnya perlu dilakukan metode sam- pling untuk dua jenis objek, masyarakat pe- ternak dan masyarakat non peternak karena potensi distribusi melebihi kebutuhan peter- nak. Selain itu, dipertimbangka faktor

  willingnes to pay oleh masyarakat lain kepa- da peternak yang melakukan distribusi.

  4. Penelitian berada di Desa Pudak Wetan yang memiliki pola permukiman settlement

  compact , sehingga diperlukan pengambilan

  sampel kluster (clusteringa cluster) untuk masyarakat bermukim di sekitar kluster peter- nak.

  5. Peneliti tidak memperhitungkan keuntungan ekonomi yang didapatkan oleh peternak da- lam pemanfaatan biogas. Dalam penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan manfaat ekonomi dalam pemanfaatan biogas dan digestate untuk menunjang Desa Mandiri Energi.