Perkembangan arsitektur masjid Agung Lamongan.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG LAMONGAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

OLEH :
SITI KULASHATUL WAFIYYAH
NIM. A0.22.13.088

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang Perkembangan Arsitektur Masjid Agung
Lamongan. Adapun masalah yang akan dibahas pada skripsi ini sebagai berikut:
(1). Bagaimana sejarah Masjid Agung Lamongan? (2). Bagaimana perkembangan

Masjid Agung Lamongan? (3). Bagaimana makna yang tersirat dalam arsitektur
Masjid Agung Lamongan?.
Untuk bisa menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan
metode etnografi dan etnohistory untuk dapat mendeskripsikan perkembangan
arsitektur Masjid Agung Lamongan. Adapun teori yang digunakan dalam skripsi
ini adalah Continuty an Change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah
kesinambungan ditengah-tengah perubahan yang terjadi di Masjid Agung
Lamongan dengan pencarian data mengunakan sumber lisan dan dokumen. Dari
sekian banyak hasil kesenian Islam dibidang arsitektur di Indonesia salah satunya
adalah Masjid Agung Lamongan.
Dengan rumusan masalah yang ada serta dari beberapa survey yang
penulis lakukan, membuktikan bahwa (1) Masjid Agung Lamongan didirikan
pada tahun 1908 oleh Mbah Yai Mahmoed. (2) Masjid Agung Lamongan terdapat
perkembangan arsitektur pada tahun 1908, 1970, 1982, dan 2011. (3) makna yang
terdapat pada arsitektur Masjid Agung Lamongan meliputi: atap, kubah, menara,
tiang penyangga, mihrab, bedug, dan gapura.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRACT


This thesis examines the architectural development of the great mosque
Lamongan. Therefore, the researcherhas three issues to be addressed in this thesis
with the formulation of the problem as follows: 1) How is the History of
Lamongan city? 2) Where is the location of Lamongan Grand Mosque? 3) How is
the development and the implicit meaning o the ornaments of Lamongan Grand
Mosque?
To answer the problem, the researcher uses etnography method to discribe
architecture development of the Great Mosque of Lamongan. The theory used in
this researcher is Continuity and Change that specifically describes about the
change in the Great Mosque of Lamongan by orally and documents data
collecting. One of the various Islamic architecture arts is the Great Mosque of
Lamongan.
With the formulation of the problem as well as from several surveys
conducted by the researcher, this thesis proves that: 1)Lamongan city is bailt at 10
Dzulhijjah / 26 Mei 1569 M. It is started since Rangga Hadi Era is chosen as
Surajaya Tumenggung. 2) Lamongan Grand Mosque is located in the Downtwon
of Lamongan city in Kh.Hasyim Asy’ari street. This Grand Mosque is bailt at
1908 by Mbah Yai Mahmoed. 3) In Lamongan Great Mosque there is architecture
in 1908,1970, 1982, and 2011. The developments including flowers plants

carvings, Arabic calligraphy, drum in classical time, lanterns, watch, mihrab,
doors, windows, and minarets.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI ............................................ iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITRASI ...................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian..................................................................... 8
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik .............................................. 9
F. Penelitian Tedahulu ...................................................................... 11
G. Metode Penelitian......................................................................... 12
H. Sistematika Bahasan..................................................................... 15
I. Daftar Pustaka .............................................................................. 70

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II : SEJARAH BERDIRINYA MASJID AGUNG LAMONGAN
A. Letak Geogrfis ............................................................................. 17
B. Sejarah Berdirinya Kota Lamongan ............................................ 19
C. Sejarah berdirinya Masjid Agung Lamongan ............................. 41
D. Visi-Misi danTujuan ................................................................... 43
E. Struktur Kepengurusan ................................................................ 44
BAB III : PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG LAMONGAN

A. Pengertian Arsitektur Masjid Agung Lamongan ........................ 47
B. Pembangunan Pertama Masjid Agung Lamongan (1908) .......... 53
C. Pembangunan ke-2 Masjid Agung Lamongan (1970) ................ 54
D. Pembangunan ke-3 Masjid Agung Lamongan (1982) ................ 54
E. Pembangunan ke-4 Masjid Agung Lamongan (2011) ................ 55
BAB IV : MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID
AGUNG LAMONGAN
A. Atap ...................................................................................... 59
B. Kubah ................................................................................... 60
C. Menara.................................................................................. 61
D. Tiyang penyangga ................................................................ 62
E. Mihrab .................................................................................. 63
F. Bedug dan Kentongan .......................................................... 64
G. Gapura .................................................................................. 64
H. Ragam Hias .......................................................................... 66
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 67
B. Saran-saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid berasal dari bahasa arab, yaitu diambil dari kata “Sajada,
Yasjudu, Sajdan”. Kata sajada yang berarti tempat bersujud, patuh, taat, serta
tunduk dengan penuh hormat dan ta’dzim. Untuk menunjukan suatu tempat, kata
sajada dirubah bentuknya menjadi “masjudun” yang memiliki arti tempat sujud
atau tempat menyembah Allah SWT. Dengan kata lain, bahwa masjid itu suatu
tempat melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan nilai-nilai
kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Selain itu, masjid juga merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan sholat secara berjama’ah, dengan tujuan untuk
meningkatkan solidaritas dan silaturrahim di kalangan kaum muslimin.1
Fungsi masjid yang paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan
ibadah sholat berjamaah. Akan tetapi, pada masa Rasulullah Saw, selain
digunakan untuk beribadah masjid juga bisa digunakan untuk kepentingan sosial,
yaitu sebagai tempat belajar (menuntut ilmu), merawat orang sakit, sebagai tempat

pembinaan jamaah, sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam, dan lain
sebagainya. Untuk itu, kita sebagai umat muslim tidaklah pantas untuk
meninggalkan kewajiban-kewajban yang semestinya untuk dilaksanakan agar kita

1

Gatut Susanta, Membangun Masjid dan Mushola(Jakarta: Penebar Swadaya,2007),8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tetap ingat kepada sang Maha Agung dengan selalu melaksanakan kewajiban
seorang muslim yang sesungguhnya.2
Sesuai dengan pendirian, bahwa Allah itu ada dimana saja, tidak
terikat kepada suatu tempat, maka untuk menyembahNya manusia dapat
melakukan sholat dimana-mana. Menurut hadist Masjid terletak disetiap jengkal
tanah di atas permukaan bumi ini.34Menurut babat tanah jawi 1978 M, ketika
Islam mulai masuk ke tanah Jawa, kerajaan Hindu terbesar di Jawa Timur, yakni
kerajaan Majapahit sudah mulai melemah, kemudian runtuh pada abad XV.

Setelah Islam mulai tersebar dan masuk ke tanah Jawa yang dibawa oleh para wali
diantaranya Maulana Malik Ibrahim seorang ulama’ besar yang menetap di
Gresik, kemudian ulama’-ulama’ besar lainnya yang juga mendapat julukan
sunan, yaitu sunan Bonang di Tuban, Sunan Drajat, di Lamongan, Sunan Kudus di
Jepara, Sunan Kalijaga dan Sunan Muria di Jawa Tengah dan Sunan Gunung Jati
di Cirebon juga di Jawa Tengah. Para sunan tersebut sesuai dengan jumlahnya
disebut sebagai Wali Sanga ( Sembilan Wali). Ke sembilan sunan tersebut
menyebarkan agama Islam di daerah wilayahnya masing-masing, dipelopori oleh
Sunan Giri yang mengangkat Raden Patah (1486-1518 M) sebagai Sultan I yang
mengakhiri kekuasaan Hindu dari kerajaan Majapahit yakni pemerintah yang
berpusat di Demak. 4 Islam telah berkembang disepanjang pesisir Utara Pulau

A. Bachrun Rifa’i, Manajemen Masjid: Mengoptimalkan FungsiSosial Ekonomi Masjid
(Bandung: Benang Merah Press, 2005),90.
3
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 (Yogyakarta: Kansius, 1981), 75.
4
Zein Muhammad Wiryoprawiro, Perkembangan Aritektur Masjid di Jawa Timur (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1986), 4.
2


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Jawa akhir abad XV M. Pos-pos penyiaran berada di kota Jepara, Gresik, Demak,
dan Surabaya.5
Sehubungan dengan judul yang saya ambil yakni “Perkembangan
Arsitektur Masjid Agung Lamongan” (Studi tentang sejarah dan bentuk arsitekur)
maka saya melakukan penelitian untuk mendapatkan sumber yang lebih akurat.
Peneliti membahas dari segi Arsitektur, kata arsitektur berasal dari kata Yunani,
yaitu: “architektoon”, yang terbentuk dari dua kata yaitu: arkhe dan tektoon.
Arkhe berarti yang asli, awal, utama, otentik dan tektoon berarti stabil, kokoh.
Jadi Architektoon adalah pembangunan utama atau bisa juga berarti tukang ahli
bangunan.6
Arsitek adalah ibarat pendeta yang tidak hanya dengan ketrampilan
dan keahliannya saja, tetapi juga dengan arif kebijaksanaannya menurunkan
rahmat dan dharmanya dalam mengubah tata ruang, baik bagi perorangan maupun
masyarakat.7 Arsitektur sebagai salah satu hasil karya budaya dapat dijadikan
petunjuk bagi perkembangan budaya suatu bangsa. Perkembangan arsitektur masa

lampau yang tidak ditemukan keterangannya melalui tulisan yang otentik, hanya
dapat ditelusuri melalui penelitian bangunan peninggalan yang masih dapat
ditelusuri melalui penelitian bangunan peninggalan yang masih dapat ditemukan.8

5

Syafwandi, Menara Masjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1985), 24.
6
Ibid.,50.
7
Parmono Atmadi, et al, Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitektur di Indonesia
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997), 41.
8
Ibid., 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4


Menurut Irawan Maryono dalam buku Pencerminan Nilai Budaya
dalam Arsitektur di Indonesia, Asitektur adalah mendirikan bangunan dilihat dari
segi keindahan. Mendirikan bangunan dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan.
Keduanya tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Biasanya suatu bangunan akan
mencakup, baik unsur konstruksi maupun keindahan. Dalam kenyataan atau
prakteknya keduanya sukar dipisahkan dengan tegas, sebab pada umumnya
konstruksi mempengaruhi keindahan secara keseluruhan.9
Menurut Irawan Maryono dalam buku Pencerminan Nilai Budaya
dalam Arsitektur di Indonesia, Arsitektur merupakan:
1. Seni dalam mendirikan bangunan termasuk di dalamnya segi perencanaan,
konstruksi dan penyelesaian dekorasinya.
2. Sifat atau bentuk bangunan.
3. Proses membangun bangunan.
4. Bangunan.
5. Kumpulan bangunan.
Menurut Van Romondt Arsitektur merupakan ruang tempat hidup
manusia dengan bahagia. Definisi arsitektur diatas sudah mencakup pengertian
secara luas. Kata ruang meliputi semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh
manusia atau juga ruang yang terjadi karena suatu proses alam seperti misalnya
gua, naungan pohon dan lain-lain.10

9

Irawan Maryono, et al, Pencerminan Nilai Budaya dalam Arsitektur di Indonesia (Jakarta:
Djambatan,1982),18.
10
Ibid., 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Tapi pada prinsipnya jelas bahwa arsitektur terdiri dari unsur-unsur
ruang, keindahan dan kebahagiaan. Ruang adalah sebagai tempat manusia
bernaung terhadap panas matahari, angin dan hujan, tempat berlindung dari
gangguan-gangguan dan sebagai tempat melakukan segala bentuk kegiatan.
Keindahan dan kebahagiaan adalah sebagai unsur kenyamanan bagi yang melihat
ruang tersebut atau yang berada di dalamnya. Keindahan dirasakan oleh pancaindra, sedangkan kebahagiaan dirasakan oleh jiwa (perasaan).11
Seperti halnya Masjid Agung Lamongan pada saat itu ukurannya
sekitar 20 m2, diperkokoh dengan 4 buah Tiang (cagak) yang berada di tengahtengah, juga atap sirap (yang terbuat dari kayu jati), serta dinding papan yang
terbuat dari kayu jati dan tekel ubin merah bata, juga pangimaman yang terbuat
dari kayu jati, serta bedug yang terbuat dari kulit kidang (menjangan).
Gaya bangunan Masjid Agung ini berarsitektur Khas Jawa.
Bercungkup susun tiga sebagai lambang dari Iman, Islam, dan Ihsan. Seperti yang
dikutip oleh Rikza Chamami dalam buku diklat kuliah Islam dan kebudayaan
Jawa, Nurcholis Madjid menafsirkannya sebagai lambang tiga jenjang
penghayatan keagamaan manusia yaitu tingkat dasar (purwa), menengah (madya),
dan tingkat akhir yang maju dan tinggi (wusana), yang sejajar dengn jenjang
vertikal Islam, Iman, da Ihsan. Selain itu dianggap pula sejajar dengan syari’at,
thariqat, dan ma’rifat.12

11

Ibid., 19.
M. RikzaChamami, et al,Diklat Kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa (Semarang: UIN
Walisongo, 2015), 130.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Sebagaimana corak Arsitektural Masjid yang Khas yang Nusantara
pada masa lalu. Desain tersebut juga melestarikan kearifan lokal dimana corak
arsitektural Masjid bercungkup tiga merupakan Symbol kesejalinan antara Islam
dengan budaya Nusantara. Pendekatan kultural inilah yang pada masa lalu
masyarakat Nusantara secara luas, sehingga mudah menerima ajaran Islam.
Perkembangan arsitektur tidak hanya tergantung pada kemampuan
para arsitek atau perancang bangunan saja, tetapi juga banyak tergantung pada
tanggapan dan apresiasi masyarakat.13Arsitektur Jawa bukan hanya semata-mata
satu buah arsitektur tetapi sebuah keragaman variatif dari tipe-tipe.Keragaman
variatif juga masih dijadikan patokan dalam satu bingkai waktu yang tertentu
yakni bingkai waktu tradisional.14 Arsitektur Jawa dapat dibangun sebagai sebuah
pengetahuan arsitektur .seperti halnya yang pernah disampaikan oleh Dr. Ir. Iwan
Sudrajat (1999) meskipun dalam penyampaiannya dibatasi dalam kawasan teori
arsitektur, namun kita bisa memperluasnya menjadi petunjuk yang berlaku bagi
kawasan arsitektur sebagi pengetahuan. Dalam bukunya yang berjudul
“Membangun Sistem Teori Arsitektur Nusantara : Mengubah Angan-Angan
menjadi Kenyataan” disampaikan tiga macam teori arsitektur, yakni : Theory In
Architecture, Theory Of Architecture dan Theory About Architecture (h. 1-87).
Theory in Architecture, menurut Iwan Sudrajat yaitu mengamati
aspek-aspek formal, tektonik, struktural, representasional dan prinsip-prinsip
estetik yang melandasi gubahan arsitektur, serta berusaha merumuskan dan

13
14

Atmadi, Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitektur di Indonesia , 26.
Josef Prijotomo. Kembara Kawruh Arsitektur Jawa (Surabaya: Wastu Lanas Grafika, 2004), 14.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

mendefinisikan prinsip-prinsip teoritis dan praktis yang penting bagi penciptaan
desain bangunan yang baik.
Theory of Architecture, menurut Iwan Sudrajat yaitu tentang
bagaimana para arsitek mengembangkan prinsip-prinsip dan menggunakan
pengetahuan, teknik dan sumber-sumber dalam proses desain dan produksi
bangunan.
Theory about Architekture, menurut Iwan Sudrajat yaitu bertujuan
untuk menjelaskan makna dan pengruh arsitektur, mendudukkan arsitektur dalam
konteks sosial budayanya. Dengan kata lain, teori ini berusaha menjelaskan
bagaimana arsitektur berfungsi, dipahami dan diproduksi secara sosial dan
budaya.15
Sejarah arsitektur Masjid ini erat kaitannya dengan sejarah kesenian
lainnya dan merupakan sebagian dari sejarah kebudayaan. Dari sekian banyak
hasil kesenian Islam dibidang arsitektur di Indonesia salah satunya adalah Masjid
Agung Lamongan. Masjid Agung ini merupakan salah satu bangunan yang
mempunyai unsur kebudayaan yang terakulturasi sedemikian rupa di dalamnya.
Hal tersebut mendorong penulis untuk berusaha sekuat tenaga
menjadikan salah satu dari hasil kesenian Islam dibidang arsitektur yang bernilai
sejarah dalam penulisan proposal ini. Perlu diketahui bahwa pokok pembahasan
dalam proposal ini adalah “Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Lamongan”.
B. Rumusan Masalah
15

Ibid., 24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Sesuai dengan judul di atas, masalah yang akan dikaji dalam
penulisan poposal ini adalah mengenai keberadaan Masjid Agung Lamongan.
Secara spesifik, pokok masalah ini dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Agung Lamongan?
2. Bagaimana perkembangan arsitektur Masjid Agung Lamongan?
3. Bagaimana makna arsitektur yang terdapat dalam Masjid Agung Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Secara garis besar, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang keberadaan Masjid
Agung Lamongan yang terletak di daerah Lamongan serta meningkatkan
semangat apresiasi terhadap eksistensi segi dimensi kepariwisataan, penelitian ini
juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi keilmiahan. Namun tujuan
khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang sejarah berdirinya Masjid Agung Lamongan.
2. Untuk mengetahui perkembangan arsitektur Masjid Agung Lamongan.
3. Unuk mengetahui makna arsitektur yang terdapat dalam Masjid Agung
Lamongan.
D. Kegunaan Penelitan
Penelitian mengenai

Perkembangan Arsitektur Masjid Agung

Lamongan mempunyai arti penting untuk diteliti, yaitu :
1. Penelitian ini bermanfaat sebagai landasan untuk menyusun pola-polaMasjid
Agung Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2. Penelitian ini merupakan gambaran ornamentasi sebagai komponen produk
seni yang ditambahkan dan tujuan menghiasnya, sehingga timbul rasa kagum
akan kebesaran Allah SWT dengan adanya keindahan itu.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu
memakai pendekatan etnografi. Dengan menggunakan pendekatan ini penulis
bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam
perubahan sosial dan kebudayaan manusia.16Serta

berkaitan dengan

menyajikan fakta secara

sistematis tentang obyek yang di teliti yaitu Perkembangan Arsitektur Masjid
Agung Lamongan. Untuk itu penulis dapat melakukannya dengan teknik
penggumpulan data yang utama adalah observasi, partisipasi dan wawancara
terbuka dan mendalam. kepada seseorang yang bisa di pertanggung jawabkan
kebenaranya.
Sedangkan kerangka teori yang dipakai adalah Continuity and
change.Melalui kerangka teori ini penulis dapat menguraikan perkembangan
arsitektur masjid agung lamonga.Continuitynyayaitu Masjidnya, yaitu fungsinya
tetap tempat beribadah, sedangkan Changeyaituperubahanisi dan bentuknya.
Menurut para ahli untuk mempermudah seorang sejarawan dalam
melakukan upaya pengkajian terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau maka
dibutuhkan teori dan konsep dimana keduanya berfungsi sebagai alat analisis serta
sintesis sejarah.17 Teori merupakan pedoman guna untuk mempermudah jalannya

16

James P, Spradley, Metode Etnografi(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), 5.
Ibid., 25.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti dalam memecahkan masalah
penelitian.18
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teori Continuity and
Change. Menurut Zamaksyari Dhofir Teori Continuity and Change adalah
kesinambungan dan perubahan.19Teori merupakan kreasi intelektual, penjelasan
beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya. 20 Menurut
Poerwadarminta Teori merupakan asas-asas dan hukum-hukum yang menjadi
dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.21
Perubahan akan terjadi ketika muncul gaya atau bangunan arsitektur
baru yang memiliki nilai lebih indah dan lebih bagus. Namun, perubahan yang
sudah ada tidak akan hilang atau hancur dengan bangunan baru, karena bangunan
tersebut masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan bangunan lama.
Sehingga proses Continuity and Change masih tetap terlihat dan terjaga hingga
saat ini.
Dalam menggunakan teori Continuity and Change ini peneliti
berharap agar bisa menggugah suatu bangunan yang terdapat dalam Masjid
Agung Lamongan ini, sehingga untuk perubahan selanjutnya Masjid ini
mempunyai nilai Islami yang tinggi.

18

Djarwanto, Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknik Penelitian Skipsi (Jakarta: Liberty,
1990), 11.
19
Syamsul Arifin, “Pesantren Sebagai Saluran Mobilitas Sosial” Suatu Pengantar Penelitian,
(Universitas Muhammadiyah Malang, 2010), 36.
20
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana pergerakan Islam di Indonesia,
(Bandung: Mizan, 1996), 63.
21
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Idonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1991), 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

F. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan rujukan dari penelusuran yang terkait dengan
temasaya, peneliti berusaha untuk mencari referensi hasil penelitian yang dikaji
oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam mengkaji tema
yang diteliti.Diantaranya yang sudah dilakukan beberapa mahasiswa melalui
skripsinya, antara lain :
1. Skripsi yang ditulis oleh Nur Hamidah, yang berjudul “Arsitektur Masjid Yoni
Al-Mubarok di Berbek Nganjuk”, tahun 2002 (Fakultas Adab). Dalam skripsi
ini menekankan pada perubahan arsitektur banguna religi Masjid yang
merupakan bukti arkeologi dari akulturasi budaya antara islam dan JawaHindu.22
2. Skripsi yang di tulis oleh Aulia Dwi RAchmawati, yang berjudul “MAsjid
Sabilun Najah di Bebekan Timur Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo”,
tahun

2015

(Fakultas

Adab).

Dalam

skripsinya

menekankan

pada

perkembangan pada masjid tersebut serta banguna arsitektur dan kegiatankegiatan yang ada di Masjid Sabilun Najah di Bebekan Timur Kecamatan
Taman Kabupaten sidoarjo.23
3. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Robi Maulana, yang berjudul “Masjid
Agung Baiturrahman Kabupaten Banyuwangi (Studi tentang sejarah dan
bentuk arsitektur), tahun 2002 (Fakultas Adab). Dalam skripsi ini menjelaskan

Nur Hamidah, “Arsitektur Masjid Yoni Al-Mubarok di Berbek Ngajuk”, (Fakultas Adab : SPI,
2002).
23
Aulia Dwi Rachmawati, “Masjid Sabilun Najah di Bebekan Timur Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo”,(FAkultas Adab : SPI, 2015).
22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tentang sejarah berdirinya Masjid, gaya arsitektur serta teknik bangunan yang
termasuk tata letak dari bangunan tersebut.24
4. Skripsi yang ditulis oleh Indah Sulistyowati, “Arsitektur Masjid Agung
Lamongan (Studi tentang Akulturasi Budaya Dalam Arsitektur Masjid)”,
skripsi ini fokus pembahasannya mengenai kajian tentang unsur-unsur budaya
yang telah terakulturasi dalam arsitektur Masjid Agung Lamongan.25
G. Metode Penelitian
Metode disini diartikan suatu cara atau teknis dilakukan dalam
penulisan penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya
dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta
dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan
kebenaranya.26 Dalam penulisan penelitian kualitatif, penulis menggunakan dua
tahapan metode yaitu metode etnografi dan etnohistory untuk membantu
kelangsungan penelitian. Langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode etnografi. Etnografi berasal dari kata
ethos yang berarti bahasa dan graphen yang bertulisan atau uraian. Jadi
berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan atau uraian. Metode penelitian
etnografi adalah suatu uraian yang teratur, yang merupakan kerangka untuk
menerangkan prilaku pemilik kebudayaan yang sedang dipelajari secara sistematis
untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang efektif, dengan tujuan untuk
memahami makna kejadian perubahan prilaku sosial dan kebudayaan manusia.
Muhammad Robi Maulana, “Masjid Agung Baturrahman Kabupaten Banyuwangi, Studi tentang
Sejarah dan Bentuk Arsitekturnya”, (Fakultas Adab : SPI, 2002).
25
Indah Sulistyowati, “Arsitektur Masjid Agung Lamongan (Studi tentang Akulturasi Budaya
Dalam Arsitektur Masjid)”, (Skripsi Uin Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2015).
26
Ibid., 6.
24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Dalam mempraktikan metode penelitian etnografi, penulis akan
melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti yang sebelumnya sudah
diketahui wujud dari obyek tersebut yaitu sebuah masjid, dengan teknik
pengumpulan data yang utama adalah observasi, partisipasi dan wawancara
dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survey.27
1. Observasi atau pengamatan merupakan proses pencarian data atau sumber yang
diperoleh melalui pengamatan indrawi. Dalam hal ini proses pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mencatat semua gejala-gejala fenomena atau
kejadian pada obyek penelitian secara langsung dilapangan.28
2. Wawancara merupakan metode wawancara yang digunakan adalah, wawancara
mendalam (Indepth Interview) yang dilakukan kepada sejumlah informan yang
terdiri atas Ta’mir Masjid serta berbagai informan lainnya yang juga terlibat
mengetahui tentang Masjid Agung. Hal ini dapat dilakukan dengan berinteraksi
secara langsung dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap
penting, agar memperoleh informasi mengenai data-data yang diperlukan
terkait Masjid Agung Lamongan serta arsitektur maupun ornamentasinya.
Dalam tahap kedua yaitu menggunakan metode etnohistory,
Etnohistory ialah sejenis etnografi sejarah yang mempelajari jaman baru yang
sudah lewat berdasarkan sumber sejarah. Etnohistory juga penting untuk
menguji dan mengkonfirmasikan berbagai hipotesis tentang kebudayaan.29
Etnohistory suatu metode untuk mempelajari sejarah suatu kelompok atau suku

27

Ibid., 9.
HasanUtsman, MetodologiSejarah,terMinhaj Al-Batsi Al-Tariki (Jakarta:
ProyekPembinaanPrasarana Dan Sarana PTA/IAIN, 1986), 15.
29
William A. Haviland, Antropologi (Jakarta: PenerbitErlangga, 1999), 28.
28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

bangsa yang baru saja terjadi dulu sampai sekarang. Dalam penelitian ini,
metode etnohistory untuk membantu penulis mengungkapkan perkembangan
arsitektur Masjid

Agung Lamongan. Adapun langkah-langkah

untuk

menyelesaikan dan memperoleh data yang otentik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak
sejarah.30
b. Sumber tulisan yaitu data-data yang diambil dari buku-buku, dokumen, dan
catatan-catatan lain yang ada hubunganya dengan pembahasan skripsi
tersebut, contohnya dokumen sertifikat tanah masjid.
c. Sumber lisan yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung yang
digunakan

untuk

mengetahui

tata

letak

masjid

dan

sejarah

perkembangannya.
d. Sumber visual yaitu segala sesuatu yang berbentuk dan berwujud, yang
dapat membantu sejarawan untuk menjelaskan tentang peristiwa masa lalu
manusia. Diantaranya sumber berupa masjid.
1) Interpretasi atau penafsiran adalah upaya untuk melihat kembali pada
sumber-sumber yang telah didapat dan telah melalui proses kritik
sumber. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut kemudian penulis
menganalisa berbagai fakta-fakta yang ada yaitu melihat bentuk
arsitektur masjid yang telah mengalami akulturasi budaya yaitu unsur

30

HeliusSjamsudin, MetodologiSejarah (Yogyakarta: PenerbitOmbak, 2007), 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Hindu Jawa, Timur Tengah, serta unsur Barat. Unsur Hindu Jawa
ditandai oleh adanya tiang soko guru dan bedug, arsitektur budaya
Timur Tengah ditandai adanya lengkungan pada Pintu dan juga adanya
kaligrafi sedangkan terdapat unsur budaya Barat adalah adanya lampu
hias dan jam bergerak. Oleh karena itu analisis terhadap fakta-fakta
tersebut diharapkan menjadi suatu sejarah dalam kesenian Islam yang
lebih ilmiah khususnya tentang arsitektur dan ornamentasi Masjid
Agung Lamongan.
2) Historiografi adalah menyusun atau merekontruksi fakta-fakta yang
telah tersusun dari penafsiran peneliti terhadap sumber sejarah dalam
bentuk tertulis.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan Skripsi yang berjudul Sejarah Perkembangan
Arsitektur Masjid Agung Lamongan, agar penelitian ini dipandang menyeluruh
(comprehensive) dan terpadu (intregrated) sebagai penelitian ilmiah, penyusun
menggunakan sistematika skripsi dengan berisi lima bab dengan su-babnya
masing-masing yang terdiri dari pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Diantaranya adalah: Bab pertama, pendahulun; bab kedua, pembahaan mengenai
letak geografis serta sejarah bedirinya kota Lamongan, bab ketiga, pembahasan
mengenai sejarah berdirinya masjid Agung Lamongan. Sedangkan pada bab
keempat, pembahasan mengenai perkembangan dan makna arsitektur masjid
Agung Lamongan. Kemudian di bab kelima merupakan penutup atau kesimpulan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

dari skripsi ini. Adapun untuk memperjelas sistematika bahasan dalam skripsi ini
akan dijabarkan sebagai berikut.
Pada bab pertama, menjelaskan tentang pendahuluan sebagai pembuka
sebelum membahas mengenai perkmbangan arsitektur masjid Lamongan. Adapun
poin-poin yang ada pada bab pertama adalah Latar Belakang Masalah sebagai
pijakan dalam penelitian skripsi ini, kemudian dilanjutkan dengan rumusan
masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Bahasan.
Pada bab kedua, penulis akan membahas mengenai letak geografis dan
sejarah berdirinya kota Lamongan. Supaya dalam pembahasan pada bab kedua ini
dapat memberikan gambaran terkait dengan kondisi sosial dan budaya di kota
Lamongan.
Pada bab ketiga, penulis akan membahas mengenai sejarah berdirinya
masjid Agung Lamongan, visi, misi, tujuan, dan struktur kepengursan ta’mir
masjid Agung Lamongan.
Pada bab keempat, penulis akan menjelaskan tentang perkembangan
dan makna arsitektur masjid Agung Lamongan mulai tahun 1908 sampai 2011.
Adapun perkembangannya adalah tahun 1908, 1970, 1982, 2011.
Selanjutnya di bab terakhir yaitu bab kelima merupakan bagian akhir
sekaligus menjadi penutup dari penulisan skripsi ini. Setelah pembahasan selesai,
maka skripsi ini akan ditutup dengan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
serta saran bila dibutuhkan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
SEJARAH BERDIRINYA MASJID AGUNG LAMONGAN
A. Letak Geografis dan Wilayah Kecamatan Lamongan
1. Letak Geografis
Letak geografis Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan berada
antara 6º 51' 54'' dan 7º 23' 6'' garis lintang selatan dan antara 112º 4' 4'' dan 112º
33' 12'' garis bujur timur.31Letak geografis merupakan letak suatu daerah dilihat
dari kenyataanya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan
dengan posisi daerah lain. Letak geografis juga ditentukan oleh letak astronomis,
geografis, fisioglafis dan sosial budaya.32 Jumlah keseluruhan penduduk loa
lamongan sebanyak 1.179,055 yang tediri dari 572.834 laki-laki dan 606.221
perempuan. Penduduk Lamongan rata-rata bermata pencaharian sebagai petani,
nelayan, ada juga wiraswasta, TNI/Polri, Pegawai negri sipil, Guru, dokter dan
Pegawai Swasta.
Batas-batas Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara

: Laut Jawa.

Sebelah timur

: Kabupaten Gresik.

Sebelah selatan

: Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang.

Sebelah barat

: Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

31

Agus Syamsudin, Profil Pelayanan Publik Kab. Lamongan (Lamongan: Bupati lamongan
,2005),1.
32
Geoku Indo, “Arti dan pengertian Letak Geografis Indonesia”. Dalam http://indo geografi.
blogsport.co.id /2011/11 /arti-dan-pengertian Letak - geografis.html (03 juni 2017).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,8 ��2 atau 181.280,300

Ha, sama dengan 3,78 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Sebagian wilayah

terdiri dari dataran rendah dan bonorowo serta sebagian lagi dataran tinggi sekitar
100 meter dari permukaan laut.Struktur tanah sebagian besar terdiri dari jenis
Alufial, Litosal, Grumosol dan Mediterian coklat.
Secara garis besar daratan Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan
dapat dibedakan menjadi 3 karakteristik,yaitu :
1. Bagian tengah belahan selatan terdiri dari dataran rendah yang relatif
subur,meliputi wilayah Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan,
Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, dan Tikung.
2. Bagian tengah belahan utara,terdiri dari daerah bonorowo yang rawan
banjir,meliputi wilayah Kecamatan Turi, Sekaran, Karanggeneng, Laren,
Kalitengah, Karangbinangun, Glagah dan Deket.
3. Bagian selatan dan utara terdiri dari sebagian berupa pegunungan kapur dan
sebagian

berupa

dataran

agak

rendah,Kecamatan

Mantup,

Sambeng,

Ngimbang, Bluluk, Modo, Sukorame, Brondong, Paciran, dan Solokuro.
2. Lamongan mempunyai 27 wilayah kecamatan, yaitu:
a. Kecamatan Lamongan,teridir dari 8 Kelurahan dan 12 Desa.
b. Kecamatan Tikung,terdiri dari 22 Desa.
c. Kecamatan Kembangbahu,terdiri dari 18 Desa.
d. Kecamatan Turi,terdiri dari 19 Desa.
e. Kecamatan Deket,terdiri dari 17 Desa.
f. Kecamatan Sukodadi,terdiri dari 20 Desa.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

g. Kecamatan Sekaran,terdiri dari 38 Desa.
h. Kecamatan Karanggeneng,terdiri dari 18 Desa.
i. Kecamatan Pucuk,terdiri dari 17 Desa.
j. Kecamatan Babat,terdiri dari 2 Kelurahan dan 21 Desa.
k. Kecamatan Kedungpring,terdiri dari 23 Desa.
l. Kecamatan Modo,terdiri dari 17 Desa.
m. Kecamatan Sugio,terdiri dari 21 Desa.
n. Kecamatan Ngimbang,terdiri dari 19 Desa.
o. Kecamatan Bluluk,terdiri dari 9 Desa.
p. Kecamatan Sambeng,terdiri dari 22 Desa.
q. Kecamatan Mantup,terdiri dari 15 Desa.
r. Kecamatan Sukorame,terdiri dari 9 Desa.
s. Kecamatan Karangbinangun,terdiri dari 21 Desa.
t. Kecamatan Kalitengah,terdiri dari 20 Desa.
u. Kecamatan Glagah,terdiri dari 30 Desa.
v. Kecamatan Paciran,terdiri dari 1 Kelurahan dan 16 Desa.
w. Kecamatan Brondong,terdiri dari 1 Kelurahan dan 9 Desa.
x. Kecamatan Laren,terdiri dari 20 Desa.
y. Kecamatan Solokuro,terdiri dari 10 Desa.
z. Kecamatan Sarirejo,terdiri dari 9 Desa.
aa. Kecamatan Maduran,terdiri dari 17 Desa.33
B. SejarahBerdirinya Kota Lamongan
33

Syamsudin, Profil Pelayanan Publik Kab.Lamongan, 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

1. Kurun Prasejarah
Keberadaan Lamongan dalam panggung sejarah sangatlah menarik.
Dengan letak geografis yang menguntungkan sebagai daerah agraris, yakni
keadaan tanah yang subur berupa perbukitan kapur, dataran rendah, rawa-rawa,
serta dua sungai (sungai Bengawan Solo dan sungai Lamong) menjadikan
wilayah ini tetap eksis tampil dalam panggung sejarah Jawa Timur. Disamping
itu Lamongan juga memiliki pantai utara jawa yang merupakan tempat
berkembangnya pelabuhan-pelabuhan kuno seperti Sedayu Lawas. Hal ini yang
menyebabkan daerah Lamongan memiliki banyak benda cagar budaya dari
kurun waktu yang berbeda.
Letak dan keadaan geografis Lamongan yang sangat menarik tentu
saja merupakan satu alasan mengapa pada masa lalu Lamongan merupakan
suatu wilayah penting dalam perjalanan sejarah di Jawa Timur. Hal ini bisa
dilihat dari persebaran benda cagar budaya dalam jumlah banyak yang tersebar
di wilayah Lamongan. Keberadaan benda cagar budaya tersebut berkaitan erat
dengan sejarah Kabupaten Lamongan.
Besar kemungkinan daerah Lamongan dihuni oleh manusia
prasejarah adalah dengan ditemukannya benda-benda kuno berupa kapak
corang, candrasa, dan gelang-gelang (perhiasan) kuno di sekitar Desa Mantup
Kecamatan Mantup.34 Bukti-bukti lain yang memperkuat bahwa wilayah
Lamongan telah dihuni manusia pada era prasejarah adalah ditemukannya fosil

34

Mohammad Faried. Lamongan Memayu Raharjaning Praja (Lamongan: Pemerintah Kabupaten
Lamongan, 1994), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

manusia, manik-manik, lempengan emas, kalung-kalung emas, benda-benda
besi, gerabah, tulang binatang dan lain-lain yang juga terdapat di Desa
Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring.
Masa klasik di wilayah Lamongan bisa ditarik garis mundur dari
masa pemerintahan Airlangga bahkan mungkin jauh sebelum itu. Namun
pembuktian secara artefaktual baru bisa memastikan bahwa masa klasik
Lamongan dimulai pada masa Airlangga dengan didukung berbagai penemuan
prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga atau pejabat tingginya. Ada
sekitar 33 buah prasasti yang dikeluarkan dan sebagian besar ditemukan di
wilayah Lamongan.Walaupun ada sebagian bukti arkeologis tersebut yang
sudah tidak terbaca dan kondisinya tidak utuh sebagaimana mestinya.
Pada masa klasik, daerah sepanjang alur kali Lamong pada abad ke
XI merupakan jalur penting dalam dunia perdagangan dan pemerintahan pada
saat itu.Tanah shima semacam pamotan, patakan, lawan, drujugurit, hingga
biluluk, mendapat tempat istimewa pada era kerajaan kuno. Daerah-daerah ini
pada zaman pemerintahan Raja Airlangga sudah berkembang pesat ditandai
dengan jajaran prasasti yang menetapkan tanah-tanah shima karena jasa
perorangan maupun penduduknya selama masa konsolidasi pemerintahan yang
dilakukan oleh pemerintahan Raja Airlangga.35 Wilayah dari sekitar Mantup,
Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Modo, Babat, hingga ke wilayah pesisir utara
adalah jejak-jejak peradaban kuno yang Berjaya pada zamannya.

35

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lamongan.(14 Juni 2017).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Bukan hanya temuan pada masa perundagian dan era kerajaan
Airlangga, temuan lain yang terkait dengan sejarah pada zaman peradaban
Majapahit juga banyak ditemui di Lamongan. Hanya saja selama ini masih
minim publikasi. Kajian-kajian terhadap keberadaan prasasti dan situs-situs
kuno di Lamongan masih sangat jarang dilakukan, bahkan oleh mereka yang
berada di bidangnya.Tidak heran jika kemudian pengetahuan masyarakat
terkait dengan keberadaan cagar budaya yang harusnya dilindungi justru luput
dari pantauan.
Dengan dalih melindungi atau bahkan melestarikan, disana-sini
justru banyak terjadi perusakan dan pencurian benda cagar budaya. Mulai dari
motif yang sederhana seperti butuh batu bata untuk membangun rumah hingga
yang mencuri prasasti dan arca dengan alasan ekonomi dan koleksi. Motif
kepercayaan sedikit banyak juga mempengaruhi terjadinya kerusakan cagar
budaya ini, dan semua terjadi karena masih lemahnya pengetahuan akan
kesejarahan dan lemahnya jati diri yang ditandai dengan rendahnya kesadaran
untuk melindungi hasil kebudayaan leluhur.36
Pengetahuan tidak semata-mata untuk melakukan produksi sosial,
tapi juga lebih penting adalah membentuk fondasi bagi terbentuknya tatanan
sosial yang lebih baik. Tatanan sosial yang berkarakter akan melahirkan sebuah
masyarakat yang kuat dan bermartabat, serta kokoh dalam menghadapi
pengaruh negatif dari budaya lain. Kesadaran itulah yang diharapkan akan

36

Faried. Lamongan Memayu Raharjaning Praja. 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

bersemi dihati kita ketika membaca kebesaran sejarah leluhur sehingga tumbuh
sebagai jati diri yang tangguh.
Sistem penguburan dengan menggunakan nekara sebagai wadah
jasad manusia dan benda-benda milik si mati, berlaku pada masa perundagian.
Kapak corong dan candrasa saat ini disimpan di Museum Mpu Tantular
Surabaya di bawah no.4437 dan 4438, begitu juga dengan nekara.
Sementara dari berbagai bukti arkeologi masa klasik bisa ditarik
sebuah kesimpulan bahwa Lamongan pada masa itu memiliki peranan yang
signifikan dalam panggung sejarah di Jawa Timur. Keberadaan prasastiprasasti yang berjumlah puluhan (lebih dari 20 prasasti), lingga Yoni, dan
bekas-bekas reruntuhan candi serta persebaran benda-benda prasasti yang
hampir merata di seluruh wilayah, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa
Wilayah Kabupaten Lamongan pada zaman dahulu (Kerajaan kuno)
merupakan wilayah yang telah berkembang dengan sangat pesat dan
menempati posisi sentral dalam zaman kejayaan kerajaan-kerajaan kuno
tersebut,

baik

dalam

bidang

pemerintahan,

perdagangan,

dan

juga

keagamaan.37
Puncak dari kejayaan zaman klasik di Kabupaten Lamongan dapat
terlihat dari keberadaan prasasti-prasasti yang rata-rata dibuat pada
pertengahan abad XI, tepatnya pada era pemerintahan Raja Airlangga Hal ini
terbukti dari seluruh prasasti yang terdata oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, data dari BP3 Trowulan, dan data hasil penelusuran LSAPS
37

Ibid., 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

sebagian dikeluarkan Raja Airlangga, diantaranya; prasasti pasar legi, prasasti
Sendang Gede, prasasti Pamotan (Pamwatan), prasasti Drujugurit, prasasti
Lemahbang, prasasti Wotan, prasasti Sumbersari, prasasti Kedungwangi,
prasasti Sugio, prasasti Sumber sari I, prasasti Sumber Sari II, dan beberapa
prasasti yang menurut hasil pembuktian ilmiah merupakan peninggalan Raja
Airlangga.
Peranan

sentral

Wilayah

Lamongan

dalam

perdagangan,

pemerintahan, dan keagamaan masih sangat kuat hingga era Majapahit, dengan
dua buah sungai besar yang membelah wilayah Lamongan dari Timur ke arah
barat, Lamongan menjadi jalur transportasi strategis yang melahirkan tanahtanah perdikan yang disegani oleh pemerintahan pada saat itu. Ungkapan ini
tertuang dalam prasasti Biluluk I-IV yang dikeluarkan oleh Pemerintahan
Kerajaan Majapahit.
Pada masa akhir Pemerintahan Majapahit, kemunduran juga di
alami oleh perdikan Biluluk di Lamongan yang berpusat di Wilayah Lamongan
selatan, tepatnya sekitar kali Lamong. Namun di wilayah utara Islam justru
berkembang dan melahirkan perdikan-perdikan Islam seperti Sedayu, Drajat
dan Sendang Dhuwur. Munculnya perdikan pusat Islam ini tak lepas dari
berdirinya kerajaan Islam Demak Bintoro dibawah Pemerintahan Raden Patah.
Perdikan Drajat (1475 S / 1553 M) dipimpin oleh Sunan Drajat
yang juga merupakan keturunan Sunan Ampel. Sementara perdikan Sendang
Dhuwur (1483 S / 1561 M) dibawah kendali Sunan Sendang atau Raden Nur
Rahmat. Hingga sekarang jejak ke dua pemimpin besar Islam di wilayah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Lamongan tersebut masih tegak berdiri, berupa kompleks Makam dan
bangunanannya dikeramatkan oleh penduduk sekitar berarsitektur tinggi yang
menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam Hindu. Bangunan gapura
bagian luar berbentuk Tugu Bentar dan gapura bagian dalam berbentuk
paduraksa.38
Di wilayah tengah, tepatnya di Tumenggungan dan sekitar wilayah
kota sekarang, berkembang pemerintahan dibawah kendali Rangga Hadi yang
kemudian bergelar Tumenggung Surajaya ( 1569 - 1607 M). Wilayah
Lamongan kota dan sekitarnya termasuk dalam kendali Kasunanan Giri di
bawah Kepemimpinan Sunan Giri.
Masa era kolonial, perdagangan VOC sudah berkembang di
Lamongan Semenjak tahun 1709 M. Wilayah pantura (Paciran dan Brondong)
Lamongan tepatnya disekitar pelabuhan Sedayu Lawas dan Brondong telah
menjadi tempat berlabuh bagi kapal-kapal VOC dalam pengangkutan komoditi
perdagangan seperti merica, garam, padi dan kayu jati.
Lamongan secara resmi jatuh dalam pangkuan VOC pada 18 Mei
1747 M,39 sesuai dengan isi perjanjian Gianti No.2 tentang penyerahan
wilayah, Compagnie sebagai pengganti Sri Baginda, memerintah semua Bupati
Pesisir yang adat dan peraturannya seperti sediakala. Tanah pesisir itu adalah ;
Tegal, Brebes, Tuban, Kaliwungu, Lamongan, Sidoarjo, dan Sidayu”.

38
39

Syamsuddin, Profil Pelayanan Publik Kab. Lamongan,150.
Faried,Lamongan Memayu Raharjaning Praja,34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Setelah VOC bangkrut pada tahun 1799, secara resmi pemerintah
belanda baru mengadakan tindakan pembenahan administratif atas kabupaten
Lamongan pada tahun 1824.40 Hal ini terlihat dari adanya hirarki-birokrasi
model barat dalam struktur pemerintahan kabupaten tersebut.
Pembentukan Kabupaten Lamongan sebagai daerah otonom
bersama 29 kabupaten lainnya di Jawa Timur diawali dengan penerbitan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa
Timur. Kemudian pembentukan Propinsi Jawa Timur ditindaklanjuti oleh
Pemerintah Pusat dengan pembentukan kabupaten yang ada di wilayah Jawa
Timur yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur.41
2. Masa Perkembangan Hindu
Pengaruh agama dan kebudayaan hindu di wilayah Lamongan
agaknya cukup luas, hal ini terbukti dengan ditemukannya arca dan lingga yoni. Arca yang ditemukan di wilayah Lamongan sebanyak 7 buah, tersebar di
wilayah kecamatan Lamongan, Paciran, Modo, Sambeng, dan Kembangbahu.
Sedangkan lingga dan yoni ditemukan di 3 wilayah Kecamatan, yaitu
Kecamatan Ngimbang, Kembangbahu dan Sugio.

40
41

Ibid.36.
Masfuk, Visi Misi dan Rencana kebijakan pembangunan Kab. Lamongan Lima Tahun ke depan
(1999-2004). (Lamongan: 1999),57.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Hingga sekarang belum dapat dipastikan sejak kapan pengaruh agama
dan kebudayaan hindu tersebut mulai masuk dalam kehidupan masyarakat di
wilayah Lamongan, namun munculnya nama wilayah ini dalam panggung
sejarah majapahit hingga arti penting wilayah ini bagi kerajaan majapahit
adalah pada akhir abad XIV. Peranan wilayah Lamongan dalam Pemerintahan
Majapahit ini dapat diketahui dengan ditemukannya 43 buah prasasti
peninggalan Majapahit di wilayah Lamongan.
Menilik dari sebaran prasasti yang ada di wilayah Lamongan, dapat
dipastikan bahw