Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Upah Sistem Tandon di Toko Randu Surabaya.

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP
UPAH “SISTEM TANDON” DI TOKO RANDU SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:
CHUSAIRI YULIANTO
NIM: C32213085

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) tentang:
“Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan terhadap Upah Sistem Tandon di Toko RANDU Surabaya”.

penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai bagaimana
praktek pengupahan di Toko RANDU Surabaya dan bagaimana praktek upah
sistem tandon yang ada di Toko RANDU Surabaya menurut hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis yaitu menjabarkan realita tentang pelaksanaan pengupahan berdasarkan
observasi lapangan. Kemudian data dianalisis menggunakan pola pikir deduktif,
yakni ketentuan hukum Islam mengenai akad Ijarah (ujrah) dan Undang-Undang
nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya dipaparkan dari
kenyataan yang ada di lapangan mengenai praktek upah sistem tandon di Toko
RANDU Surabaya, untuk selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa praktek upah sistem tandon yang ada
di Toko RANDU Surabaya ini dilatarbelakangi oleh pemilik toko yang
berkeinginan tidak hanya pelanggan saja yang membeli beras di Toko RANDU
tetapi para karyawannya juga harus membeli beras di Toko RANDU. Dan dalam
prakteknya antara pemilik Toko RANDU beserta karyawan telah melakukan
perjanjian kerja di awal secara lisan tentang adanya peraturan upah sistem tandon
yang ada di Toko RANDU Surabaya. Disana pemilik toko menjelaskan bahwa
karyawan di Toko RANDU mendapatkan gaji sebesar Rp.2.000.000 per bulan
akan tetapi setiap bulannya karyawan mendapatkan gaji sebesar Rp.1.800.000

dan yang Rp.200.000 akan di tahan sampai akhir tahun. Dan di akhir tahun setiap
karyawan mendapatkan sisa gaji yang belum terbayarkan dalam bentuk beras
yang nominalnya sama dengan sisa gaji yang belum terbayarkan sebelumnya, dan
para karyawan telah sepakat dengan peraturan tersebut. Adapun penerapan upah
sistem tandon yang ada di Toko RANDU Surabaya menurut hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah sesuai,
akan tetapi hasil akhir dari upah yang ditandon berupa beras tersebut tidak sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan.
Mengenai upah yang tidak dibayar ketika Fanny mengundurkan diri tersebut
ialah termasuk pelanggaran menurut hukum Islam dan Undang-Undang yang
berlaku.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka disarankan bagi kedua pihak agar
melakukan kontrak kerja secara tertulis serta mematuhinya bersama dan pemilik
Toko RANDU terkesan memaksa dalam menerapkan model pengupahan
tersebut. Agar nantinya dalam penerapan pengupahan tersebut sesuai dengan
hukum Islam dan hukum positif.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................ 7
C. Rumusan Masalah..................................................................... 8

D. Kajian Pustaka .......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ....................................................... 12
G. Definisi Operasional ................................................................. 13

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

H. Metode Penelitian..................................................................... 14
I. Sistematika Pembahasan .......................................................... 20
BAB II

KETENTUAN UPAH DALAM ISLAM, UU NO.13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PP NO.78 TAHUN 2015
TENTANG PENGUPAHAN
A. Pengertian Upah ....................................................................... 22
B. Landasan Shara’ Tentang Ujrah............................................... 26
C. Rukun dan Syarat Ijarah ........................................................... 31
a. Rukun Ijarah ....................................................................... 32

b. Syarat Ijarah ....................................................................... 32
D. Macam-macam Ujrah ............................................................... 41
E.

BAB III

Batal dan Berakhirnya Ujrah .................................................... 45

UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA .....
A. Profile Toko Randu Surabaya .................................................. 51
1. Permodalan ......................................................................... 51
2. Pendapatan Bulanan Toko Randu Surabaya ...................... 52
3. Struktur Organisasi ............................................................ 58
4. Macam-macam Barang yang Tersedia Di Toko Randu
Surabaya ............................................................................. 60
5. Peran Toko Randu Surabaya di Lingkungan Sekitar ......... 62
B. Legalitas Toko Randu Surabaya .............................................. 63
C. Sistem Rekrutmen Karyawan Di Toko Randu Surabaya ........ 63

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Kontrak Kerja Di Toko Randu Surabya ................................... 65
E. Upah Sistem Tandon ................................................................ 65
F.

Latar Belakang Upah Sistem Tandon ...................................... 66

G. Aplikasi Upah Sistem Tandon ................................................. 67
H. Sisa

Upah

Yang

Tidak

Dibayarkan


Ketika

Mengundurkan Diri .................................................................. 68
BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO.13 TAHUN 2003
TETANG

KETENAGAKERJAAN

TERHADAP

UPAH

SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA
A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di
Toko Randu Surabaya .............................................................. 70
B. Analisis

UU


No.13

Tahun

2003

Tentang

Ketenagakerjaan Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko
Randu Surabaya ........................................................................ 77
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 82
B. Saran ......................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna. Berbagai seluruh aktivitas
manusia di dalamnya telah diatur oleh hukum Islam, baik itu di dalam hal
ibadah, munabiyah.
Al-muamalah al-madiyah
memberikan panduan kepada manusia tentang benda-benda yang layak
atau tidak untuk dimiliki dan dilakukan tindakan hukum atasnya. Maka,
dari prespektif ini, dalam pandangan muamalah tidak semua benda (harta)
boleh dimiliki (dikuasai), meskipun benda tersebut mempunyai nilai guna
bagi manusia.
Al-muamalah al-ada>biyah adalah mengkaji aturan-aturan Allah
yang berkaitan dengan aktivitas manusia sebagai subyek hukum terhadap

sebuah benda. Dari aspek ini, mu’a>malah mengatur tentang batasanbatasan yang seharusnya dilakukan atau tidak oleh manusia terhadap
benda. Al-muamalah al-ada>biyah memberikan panduan bagi prilaku
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

manusia untuk melakukan tindakan hukum terhadap sebuah benda. Maka,
dari prespektif ini, dalam pandangan mu’a>malah semua prilaku manusia
harus memenuhi persyaratan “etis-normatif” agar prilaku tersebut
dipandang layak untuk dilakukan.1
Muamalah merupakan bagian dari rukun hukum Islam yang
mengatur tentang hubungan antara seseorang dengan orang lain. Contoh
hukum Islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah Ijarah (sewamenyewa dan upah)
Upah menurut Hukum Islam ialah ijarah atau ujrah. Ijarah artinya
upah, sewa, jasa atau imbalan.2 Menurut bahasa Ijarah berarti “upah” atau
“ganti” umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau
imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu aktivitas.3
Dalam arti luas, Ijarah bermakna suatu akad yang berisi penukaran

manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah
tertentu. Seperti dalam Al-Quran surah Az-Zukhruf: 32
            
 
 
  
  
   
 
  
 
  
  
       
      
   
 
 

Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
M.Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 7.
2
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat) (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2003), 227.
3
Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), 29.
1

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan.4
Para ulama fikih juga mengemukakan Hadis Rasulullah yang
berbunyi:

‫ﻩ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺟ‬‫ﺎﻡ‬‫ﺠ‬‫ﻄﹶﻰ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭﺃﹶﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺠ‬‫ﺘ‬‫ﹶﺃﻥﱠ ﺭ ﺳﻮ ﻝ ﺍ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﺣ‬
Rasulullah saw.”Berbekam, lalu beliau membayar upahnya kepada orang
yang membekamnya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad Ibnu Hanbal)5
Ijarah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu Ijarah manfaat (Al-ijarah ‘ala>

al-manfa’ah) atau sewa-menyewa murni dan Ijarah yang bersifat
pekerjaan (Al-Ijarah ‘ala> al-a’mal).

Al-Ijarah ‘ala< al-a’marah adalah menukarkan sesuatu dengan adanya imbalan. Jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sewa-menyewa dan upahmengupah. Sewa-menyewa adalah menjual manfaat dan upah-mengupah
adalah menjual tenaga atau kekuatan.
Dalam istilah hukum Islam orang yang menyewakan atau orang
yang mempunyai tenaga disebut dengan “mu’ajir”, sedangkan orang yang
menyewa atau orang yang membutuhkan tenaga disebut dengan

“musta’jir”, benda yang disewakan atau tenaga diistilahkan dengan
“ma’jur” dan uang sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang
atau tenaga tersebut disebut dengan “upah atau ujrah”.

5
6

Sahori Sahrani, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 168.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 115.

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Dalam konsep sederhana, akad Ijarah adalah akad sewa
sebagimana yang telah terjadi di masyarakat pada umumnya. Hal yang
harus diperhatikan dalam akad Ijarah ini adalah bahwa pembayaran oleh
penyewa merupakan imbal balik dari manfaat yang telah ia nikmati.
Maka yang terjadi objek dalam akad Ijarah adalah manfaat itu sendiri,
bukan bendanya. Benda bukanlah objek dari akad ini, meskipun akad
Ijarah kadang-kadang menganggap benda sebagai objek dan sumber
manfaat. Dalam akad Ijarah tidak selamanya manfaat diperoleh dari
sebuah benda, akan tetapi juga bisa berasal dari tenaga manusia. Ijarah
dalam pengertian ini bisa disamakan dengan upah-mengupah dalam
masyarakat.7
Sedangkan definisi upah menurut Undang-Undang nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Upah adalah hak pekerja atau buruh
yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya
atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.8

7
8

M.Yazid Afandi, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 179.
Lihat pasal 1 ayat 30 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) upah didefinisikan
sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga kerja yang sudah
dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.9
Menurut Edwin B. Flippo dalam karya tulisnya yang berjudul
“priciples of personal management” yang dimaksud upah ialah harga
untuk jasa yang telah diterima atau diberikan oleh orang lain bagi
kepentingan seseorang atau badan hukum.10
Sedangkan upah dalam arti yuridis merupakan balas jasa yang
merupakan pengeluaran-pengeluaran pihak pengusaha, yang diberikan
kepada para pekerjanya atas penyerahan jasa-jasanya dalam waktu
tertentu kepada pihak pengusaha.11
Definisi di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu
timbal balik dari pengusaha kepada karyawan. Sehingga dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan menjadi hak yang harus diterima oleh tenaga
kerja sebagai bentuk imbalan atas pekerjaan mereka yang didasarkan atas
perjanjian, kesepakatan atau undang-undang, dan ruang lingkupnya
mencakup pada kesejahteraan keluarganya.
Pengertian lain juga dapat kita lihat pada pernyataan Dewan
Perupahan Nasional yang juga mendefinisikan upah suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cet III, (Balai
Pustaka, 2003), 1250.
10
G.Kartasapoetra, Hukum Perburuhan di Indonesia berlandaskan Pancasila (Jakarta: Sinar
Grafika, 1994), 93.
11
Ibid.,95.

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, yang berfungsi sebagai
jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang telah
ditetapkan menurut suatu persetujuan, Undang-Undang dan peraturanperaturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi
kerja dan penerima kerja.12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan definisi upah secara
umum yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pemilik modal (pengusaha) kepada pekerja (buruh)
atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, sesuai perjanjian
kerja, kesepakatan-kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
yang di dalamnya meliputi upah pokok dan tunjangan yang berfungsi
sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kelayakan bagi kemanusiaan.
B. Landasan syarak tentang ujrah
Ujrah hukumnya dibolehkan berdasarkan Al-Quran dan sunnah
Rasulullah. Adapun diantara sebagai berikut:
a. Al-Quran :
            
 
 
  
  
   
 
  
 
  
  
       
      
   
 
 

12

Ahmad S. Ruky, Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan Perusahaan (Jakarta:.
Gramedia Pustaka Utama, 2001), 7.

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan. (QS.Az-Zukhruf ayat 32)13

         
  
            
          

Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran