Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Self Esteem dengan Frekuensi Merokok Pada Remaja Putri Perokok di Lingkungan UKSW T1 802012704 BAB IV
35 A. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan daftar informasi rata-rata jumlah rokok yang dihisap subjek dalam sehari untuk mengukur frekuensi merokok.
1. Penyusunan alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Skala self esteem
Alat ukur self esteem berbentuk skala dengan 30 aitem yang terdiri dari 17 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable, yang disusun berdasarkan komponen performance, social, dan physical.
b. Frekuensi merokok
Frekuensi merokok merupakan informasi jumlah rata-rata rokok yang dikonsumsi subjek dalam sehari, didapatkan dari kolom isian pada data pribadi subjek.
(2)
2. Perijinan
Proses perijinan diawali dengan permohonan ijin dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Setelah mendapatkan ijin bernomor 01/ PU- F.Psi/I/2013, maka penulis melakukan penelitian di Kampus UKSW Salatiga pada tanggal 1-8 Maret 2013.
B. Pelaksanaan Peneitian
1. Populasi dan sampel penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berada di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, berusia 18-21 tahun, dan mempunyai kebiasaan merokok. Alasan memilih UKSW karena di dalam lingkup UKSW selain kampus, terdapat SD, SMP, dan SMA Laboratorium Satya Wacana yang terletak dalam satu wilayah sehingga sangat memudahkan penulis dalam mencari subjek. Selain itu, sebagai tempat untuk menuntut ilmu, di Kampus UKSW penulis sering menjumpai remaja putri yang mempunyai kebiasaan merokok.
Dalam melakukan penelitian, penulis pertamanya mencari informan awal untuk dijadikan petunjuk awal. Jumlah subjek yang didapatkan penulis dengan menggunakan teknik pengambilan sampel snowball sampling adalah 60 orang. Beberapa teman yang
(3)
penulis ketahui memiliki kebiasaan merokok adalah yang pertama penulis jadikan subjek awal.
Kemudian subjek awal tersebut menunjukkan beberapa teman mereka yang juga berperilaku merokok untuk dijadikan subjek berikutnya. Begitu seterusnya sampai subjek ke 60. Subjek tidak hanya penulis temui di kampus, ada beberapa subjek yang ditunjukkan oleh informan sebelumnya pada hari penelitian tidak sedang berada di kampus, sehingga penulis harus mendatangi rumah kost mereka di daerah Kemiri, Cungkup, dan Turen.
2. Prosedur pengumpulan data
Dalam penelitian ini pengambilan data
menggunakan try out terpakai, yaitu proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan sampel yang digunakan untuk menguji daya diskriminasi dan reliabilitas (Setiadi, Matindas dan Chairy, 1998).
Penyebaran skala dilakukan oleh penulis dibantu oleh beberapa rekan. Pengambilan data tidak hanya di lokasi tempat subjek berada, tetapi juga langsung mendatangi tempat lain ketika mendapatkan informasi dari informan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan analisis data, skor masing-masing skala diuji terlebih dahulu daya diskriminasi dan reliabilitasnya. Tujuannya adalah untuk
(4)
mengetahui apakah aitem-aitem yang tersusun dalam variabel self esteem memiliki daya diskriminasi dan reliabilitas yang baik. Perhitungan daya diskriminasi menggunakan rumus corrected item total correlation,
sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach, dengan menggunakan bantuan program
SPSS for windows versi 16.
3. Uji Daya Diskriminasi dan Reliabilitas
a. Uji Daya Diskriminasi
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment dari Karl Pearson yang selanjutnya diproses menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16. Butir skala disebut berdaya diskriminasi baik apabila memiliki koefisien korelasi aitem total (rxy ) ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Berikut sebaran aitem
yang berdaya diskriminasi baik dan aitem yang gugur :
(5)
Tabel 4.1
Sebaran Aitem Skala Self Esteem
Sebaran Aitem Daya Diskriminasi Baik dan Aitem Gugur Skala Self Esteem
Komponen Indikator
No Aitem
F UF
Performance
Kemampuan intelektual 1,2,3* 4, 7
Keyakinan diri 6,24 8
Kapasitas mengatur diri 13 10,12
Social
Penerimaan orang lain terhadap individu
20* 11,14
Penerimaan individu terhadap dirinya sendiri
16,18*, 19
15,17, 22,23
Physical
Bentuk tubuh 26,29 25
Gambaran tubuh 9,27,
28
-
Ketertarikan fisik 21,30 5
Ket : * item yang gugur
Dari hasil pengujian skala self esteem, pada Tabel 4.1 di atas, menunjukkan dari 30 aitem yang diujikan terdapat 3 aitem yang gugur dan 27 aitem yang berdaya diskriminasi baik. Komposisi aitem skala self esteem yang memperoleh nilai koefisien aitem total ≤
(6)
0,30 atau aitem yang gugur adalah nomor 3, 18, dan 20.
b. Uji Reliabilitas
Setelah diuji daya diskriminasi, kemudian aitem skala self esteem diuji reliabilitasnya. Reliabilitas skala self esteem diuji dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.
Tabel 4.3
Hasil Reliabilitas Alpha Cronbach
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.3, diketahui bahwa, dari 27 aitem skala self esteem yang berdaya diskriminasi baik, hasil perhitungan
reliabilitasnya menghasilkan nilai α sebesar 0,910
yang menurut kriteria Azwar (2012) nilai koefisien reliabilitas skala self esteem tersebut masuk dalam kategori reliabilitas baik.
Setelah uji diskriminasi dan uji reliabilitas dilakukan, maka skala self esteem dinyatakan berdaya
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .910 27
(7)
diskriminasi baik dan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk perhitungan selajutnya.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi data penelitian. a. Analisis Deskriptif Self Esteem
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Self Esteem 60 41.00 108.00 75.1500 12.23474 Jumlah Rokok 60 1.00 20.00 9.3500 3.84366 Valid N (listwise) 60
Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS, diketahui rata-rata self esteem sebesar 75,1500. Skor yang diperoleh responden bergerak dari skor minimum sebesar 41 sampai dengan skor maksimum sebesar 108 dengan standar deviasi 12,23474. Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel self esteem digunakan 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur self esteem adalah 27 item berdaya diskriminasi baik, sehingga skor yang mungkin diperoleh bergerak dari skor minimum 0 (0x27) sampai dengan skor maksimum 108 (4x27).
(8)
Untuk menentukan jarak pada masing-masing kelompok, dilakukan pemberian skor standar. Menurut Azwar (2012), pemberian skor standar dilakukan dengan mengubah skor kasar kemudian bentuk penyimpangan skor mean (M) oleh suatu standar deviasi (S), dengan menggunakan norma sebagai berikut :
Tinggi = (mean + 1 SD) ≤ X
Sedang = (mean- 1 SD) ≤ X < (mean+ 1 SD)
Rendah = < X (mean- 1 SD)
Sehingga untuk menghitung norma skala self esteem
adalah : skor tertinggi 108 – skor terendah 0, sehingga luas sebarannya adalah 108-0 = 108. Dengan standar deviasi
=12, dan mean teoritisnya adalah 75.
Tinggi rendahnya hasil pengukuran deskriptif self esteem
remaja putri dapat dikategorikan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Interval Skala Self Esteem
Interval Kategori N %
89 ≤ x ≤ 108 Tinggi 20 33,3%
63 ≤ x ≤ 88 Sedang 26 34,3%
x ≤ 62 Rendah 14 23,4%
(9)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 60 subjek yang diteliti terdapat 20 subjek (33,3%) masuk kategori self esteem
tinggi, 26 subjek (34,3%) termasuk kategori self esteem
sedang, dan sebanyak 14 (23,4%) subjek masuk kategori self esteem rendah.
c. Analisis deskriptif frekuensi merokok
Skor analisis deskriptif frekuensi merokok ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata rokok yang diperoleh dari subjek dalam sehari, kemudian dikategorikan dengan mengacu pada kategori frekuensi merokok oleh Smet (1994). Untuk menentukan tinggi rendahnya frekuensi merokok pada remaja putri, Smet (1994) membagi menjadi beberapa kategori, yaitu Berat, Sedang, dan Ringan. Secara rinci, berikut adalah skor masing-masing frekuensi merokok :
Tabel 4.6
Persentase Frekuensi Merokok Remaja Putri di UKSW
Rata-rata Rokok Kategori N %
≥ 15 Berat 5 8,3 % 5 – 14 Sedang 48 80 % 1 – 4 Ringan 7 11,7 %
(10)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 5 subjek (8,3%) yang termasuk dalam kategori perokok berat rata-rata menghisap sebanyak lebih dari 15 batang rokok dalam sehari, lalu sebanyak 48 subjek (80%) mempunyai frekuensi merokok yang masuk dalam kategori sedang, yakni menghisap rokok sebanyak rata-rata 5-14 batang dalam sehari, dan terakhir sebanyak 7 subjek (11,7%) yang menghisap 1-4 batang sehari masuk dalam kategori perokok ringan.
2. Hasil uji asumsi a. Normalitas
Setelah melakukan uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitan ini adalah uji normalitas one sample kolmogorov-smirnov dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16. Apabila p ≥ 0,05 maka data tersebut memiliki distribusi normal. Berikut tabel normalitas :
(11)
Tabel 4. 7
Normalitas Sebaran Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Self Esteem Jumlah Rokok
N 60 60
Normal Parametersa Mean 75.1500 9.3500
Std. Deviation 12.23474 3.84366 Most Extreme Differences Absolute .063 .105
Positive .063 .096
Negative -.060 -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .485 .811
Asymp. Sig. (2-tailed) .973 .526
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 4.7 diperoleh hasil skala self esteem dan frekuensi merokok berdistribusi normal. Dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien kolmogorov smirnov sebesar 0,485 dengan p ≥ 0,05 untuk self esteem dan nilai koefisien korelasi frekuensi
merokok sebesar 0,811 dengan p ≥ 0,05. b. Uji linearitas
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selain itu juga diharapkan dapat mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka
(12)
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier. Hasil dari uji linearitas dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Linearitas.
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig. Self Esteem *
Jumlah Rokok
Between Groups
(Combined) 2567.417 14 183.387 1.317 .235 Linearity 297.055 1 297.055 2.134 .151 Deviation from
Linearity 2270.361 13 174.643 1.255 .275 Within Groups 6264.233 45 139.205
Total 8831.650 59
Berdasarkan hasil uji linearitas pada Tabel 4.8 di atas, dilihat dari Linearity, variabel self esteem dengan frekuensi merokok diperoleh nilai sig. 0,151 dengan P ≥ 0,05 menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah tidak linier, sehingga diteruskan dengan persamaan non linier.
3. Hasil uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi daari Karl Pearson. Untuk perhitungan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16. Hasil uji hipotesis korelasi product moment oleh Karl Pearson ditunjukkan sebagai berikut :
(13)
Tabel 4.9
Hasil Uji Korelasi Correlations
Self Esteem Jumlah Rokok Self Esteem Pearson Correlation 1 .183
Sig. (2-tailed) .161
N 60 60
Jumlah Rokok Pearson Correlation .183 1 Sig. (2-tailed) .161
N 60 60
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment oleh Karl Pearson pada Tabel 4.9 di atas, antara self esteem dan frekuensi merokok menunjukkan korelasi sebesar r xy = 0,183, dengan signifikansi 0,161 (p ≥0,05) yang berarti
bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara self esteem
dengan frekuensi merokok pada remaja putri.
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, hasil korelasi menunjukkan rxy = 0,183 dengan signifikansi 0,161
(p ≥ 0,05), yang berarti bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara self esteem dengan frekuensi merokok. Dengan rincian, sebanyak 20 (33,3%) subjek mempunyai self esteem tinggi, 26 (34,3%) subjek masuk kategori self esteem
(14)
esteem rendah, dan frekuensi merokok subjek berada pada kategori perokok sedang dengan jumlah rokok sebanyak 5-14 batang per hari.
Wahyu Widhiarso (2011), menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan hasil analisis tidak signifikan, atau signifikan tetapi tidak efisien. Antara lain karena unsur variabel memang tidak memberikan pengaruh, sampel kurang representatif dan bervariasi, adanya variabel moderator yang turut memengaruhi, dan modelnya yang kurang tepat. Pada penelitian ini, tidak adanya korelasi yang signifikan antara self esteem dengan frekuensi merokok pada remaja putri dikarenakan variabel self esteem memang tidak memberikan pengaruh, dan karena adanya pengaruh faktor lain yang tidak diteliti, seperti lingkungan sosial dan konformitas. Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa sebagian besar subjek yang ditemui mengakui bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan lebih dipengaruhi oleh kelompok pertemanan mereka, atau konformitas.
Baron dan Byrne (2003) mengatakan konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan untuk menaati norma sosial yang ada. Menurut Santrock (1995), konformitas mengalami peningkatan selama masa remaja. Hurlock (2003) menambahkan bahwa peningkatan konformitas tersebut disebabkan waktu yang lebih banyak dihabiskan remaja bersama teman daripada bersama keluarga,
(15)
sehingga sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku remaja lebih dipengaruhi teman sebaya daripada keluarga.
Fuhrmann (1990) menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecenderungan remaja melakukan konformitas terhadap teman sebaya. Remaja perempuan lebih mudah melakukan konformitas terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan teman sebaya. Alasan remaja perempuan lebih mudah melakukan konformitas menurut Richmond Abbott (1992), karena remaja perempuan lebih membutuhkan teman yang dapat dipercaya sebagai sumber dukungan emosioanl. Lips (2005) menambahkan bahwa kebutuhan dukungan emosional tersebut membuat remaja rela melakukan sesuatu yang sesuai dengan teman sebayanya agar tidak kehilangan dukungan emosional dari mereka.
Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan disela-sela menunggui subjek mengisi skala self esteem, bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan adalah karena mengikuti teman-teman kelompok, meskipun mereka sadar bahwa merokok dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan. Subjek dan kelompoknya akan merasa lebih akrab dan santai apabila kegiatan nongkrong mereka disertai kegiatan merokok. Dengan merokok mereka merasa lebih memahami antara satu sama lain, terutama ketika salah seorang dari mereka sedang mempunyai masalah.
(16)
Namun ketika subjek tidak sedang bersama kelompoknya, maka perilaku merokok juga tidak mereka lakukan. Terlebih karena orang tua tidak mengetahui kegiatan merokok yang mereka lakukan, sehingga mereka hanya merokok ketika sedang bersama kelompoknya dan jauh dari lingkungan rumah.
Penelitian mengenai teman sebaya dan perilaku merokok juga pernah diteliti oleh Zulham (2010) di SMA N 1 Depok, Sleman, dan didapatkan hasil bahwa konformitas pada remaja putri sangat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja, dengan p=0,05, yang berarti bahwa hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok sangat signifikan.
Dari 60 subjek penelitian, sebanyak 26 subjek atau sekitar 34,3% berada pada kategori self esteem sedang. Remaja putri dengan self esteem yang sedang cenderung optimis, eksperesif, dan mampu menangani kritik. Tetapi cenderung tergantung pada penerimaan sosial untuk menghilangkan
ketidakpastian yang mereka rasakan pada dirinya
(Coopersmith, 1967).
Subjek dengan kategori perokok berat sebanyak 5 subjek. Ini menandakan bahwa, perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja putri di UKSW tidak dipengaruhi oleh
self esteem yang mereka miliki. Remaja putri menyadari bahwa perilaku merokok dapat merusak diri mereka, namun dengan alasan konformitas mereka tetap mempertahankan
(17)
perilaku tersebut. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tinggi rendahnya self esteem tidak mempengaruhi frekuensi merokok pada remaja putri perokok di UKSW.
(1)
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier. Hasil dari uji linearitas dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Linearitas. ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Self Esteem * Jumlah Rokok
Between Groups
(Combined) 2567.417 14 183.387 1.317 .235
Linearity 297.055 1 297.055 2.134 .151
Deviation from
Linearity 2270.361 13 174.643 1.255 .275
Within Groups 6264.233 45 139.205
Total 8831.650 59
Berdasarkan hasil uji linearitas pada Tabel 4.8 di atas, dilihat dari Linearity, variabel self esteem dengan frekuensi merokok diperoleh nilai sig. 0,151 dengan P ≥ 0,05 menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah tidak linier, sehingga diteruskan dengan persamaan non linier.
3. Hasil uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi daari Karl Pearson. Untuk perhitungan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16. Hasil uji hipotesis korelasi product moment oleh Karl Pearson ditunjukkan sebagai berikut :
(2)
Tabel 4.9
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Self Esteem Jumlah Rokok
Self Esteem Pearson Correlation 1 .183
Sig. (2-tailed) .161
N 60 60
Jumlah Rokok Pearson Correlation .183 1
Sig. (2-tailed) .161
N 60 60
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment oleh Karl Pearson pada Tabel 4.9 di atas, antara self esteem dan frekuensi merokok menunjukkan korelasi sebesar r xy = 0,183, dengan signifikansi 0,161 (p ≥0,05) yang berarti
bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara self esteem
dengan frekuensi merokok pada remaja putri.
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, hasil korelasi menunjukkan rxy = 0,183 dengan signifikansi 0,161
(p ≥ 0,05), yang berarti bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara self esteem dengan frekuensi merokok. Dengan rincian, sebanyak 20 (33,3%) subjek mempunyai self esteem tinggi, 26 (34,3%) subjek masuk kategori self esteem
(3)
esteem rendah, dan frekuensi merokok subjek berada pada kategori perokok sedang dengan jumlah rokok sebanyak 5-14 batang per hari.
Wahyu Widhiarso (2011), menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan hasil analisis tidak signifikan, atau signifikan tetapi tidak efisien. Antara lain karena unsur variabel memang tidak memberikan pengaruh, sampel kurang representatif dan bervariasi, adanya variabel moderator yang turut memengaruhi, dan modelnya yang kurang tepat. Pada penelitian ini, tidak adanya korelasi yang signifikan antara self esteem dengan frekuensi merokok pada remaja putri dikarenakan variabel self esteem memang tidak memberikan pengaruh, dan karena adanya pengaruh faktor lain yang tidak diteliti, seperti lingkungan sosial dan konformitas. Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa sebagian besar subjek yang ditemui mengakui bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan lebih dipengaruhi oleh kelompok pertemanan mereka, atau konformitas.
Baron dan Byrne (2003) mengatakan konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan untuk menaati norma sosial yang ada. Menurut Santrock (1995), konformitas mengalami peningkatan selama masa remaja. Hurlock (2003) menambahkan bahwa peningkatan konformitas tersebut disebabkan waktu yang lebih banyak dihabiskan remaja bersama teman daripada bersama keluarga,
(4)
sehingga sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku remaja lebih dipengaruhi teman sebaya daripada keluarga.
Fuhrmann (1990) menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecenderungan remaja melakukan konformitas terhadap teman sebaya. Remaja perempuan lebih mudah melakukan konformitas terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan teman sebaya. Alasan remaja perempuan lebih mudah melakukan konformitas menurut Richmond Abbott (1992), karena remaja perempuan lebih membutuhkan teman yang dapat dipercaya sebagai sumber dukungan emosioanl. Lips (2005) menambahkan bahwa kebutuhan dukungan emosional tersebut membuat remaja rela melakukan sesuatu yang sesuai dengan teman sebayanya agar tidak kehilangan dukungan emosional dari mereka.
Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan disela-sela menunggui subjek mengisi skala self esteem, bahwa perilaku merokok yang mereka lakukan adalah karena mengikuti teman-teman kelompok, meskipun mereka sadar bahwa merokok dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan. Subjek dan kelompoknya akan merasa lebih akrab dan santai apabila kegiatan nongkrong mereka disertai kegiatan merokok. Dengan merokok mereka merasa lebih memahami antara satu sama lain, terutama ketika salah seorang dari mereka sedang mempunyai masalah.
(5)
Namun ketika subjek tidak sedang bersama kelompoknya, maka perilaku merokok juga tidak mereka lakukan. Terlebih karena orang tua tidak mengetahui kegiatan merokok yang mereka lakukan, sehingga mereka hanya merokok ketika sedang bersama kelompoknya dan jauh dari lingkungan rumah.
Penelitian mengenai teman sebaya dan perilaku merokok juga pernah diteliti oleh Zulham (2010) di SMA N 1 Depok, Sleman, dan didapatkan hasil bahwa konformitas pada remaja putri sangat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja, dengan p=0,05, yang berarti bahwa hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok sangat signifikan.
Dari 60 subjek penelitian, sebanyak 26 subjek atau sekitar 34,3% berada pada kategori self esteem sedang. Remaja putri dengan self esteem yang sedang cenderung optimis, eksperesif, dan mampu menangani kritik. Tetapi cenderung tergantung pada penerimaan sosial untuk menghilangkan ketidakpastian yang mereka rasakan pada dirinya (Coopersmith, 1967).
Subjek dengan kategori perokok berat sebanyak 5 subjek. Ini menandakan bahwa, perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja putri di UKSW tidak dipengaruhi oleh
self esteem yang mereka miliki. Remaja putri menyadari bahwa perilaku merokok dapat merusak diri mereka, namun dengan alasan konformitas mereka tetap mempertahankan
(6)
perilaku tersebut. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tinggi rendahnya self esteem tidak mempengaruhi frekuensi merokok pada remaja putri perokok di UKSW.