Komersialisasi coreldraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif fatwa MUI No. 1 tahun 2003 dan undang-undang no. 28 tahun 2014: analisis komparatif.

KOMERSIALISASI CORELDRAW TIDAK BERLISENSI
OLEH KOTACOM GAYUNGAN SURABAYA
DALAM PERSPEKTIF FATWA MUI NO. 1 TAHUN 2003
DAN UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2014
(Analisis Komparatif)

SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)
Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:
Yusuf Bahtiyar
C02213079

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Islam
Surabaya
2017


ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (Field Research) tentang
“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya
dalam perspektif Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun
2014 (Analisis Komparatif)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaaan terkait mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi dan
bagaimana komparasi Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28
Tahun 2014 terhadap komersialisasi tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-induktif dengan
mengunakan analisis data deskriptif-komparatif. Penelitian ini berusaha
mengungkapkan realitas terkait komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi, lantas
menggunkan analisis deskriptif-komparatif antara Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003
dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Penelitian ini menghasilkan fakta bahwa mekanisme komersialisasi
CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom mengunakan dua cara yakni dengan
menjual software secara langsung dan memberikan jasa untuk instalasi software
tersebut secara langsung. Kedua komersialisasi tersebut tidak mengunakan
CorelDraw berlisensi. Hasil komparasi menunjukan bahwa Undang-undang

membolehkan melakukan pengandaan terhadap CorelDraw selama digunakan
untuk pengembangan dan atau arsip. Selain itu dalam pasal 44 diberikan
pengecualian untuk menggunakan, mengambil, mengandakan, dan atau mengubah
suatu ciptaan selama digunakan untuk kebutuhan yang tidak merugikan hak
ekonomi pencipta. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
memberi sanksi pidana dan denda sebagaimana pasal 113 ayat 3. Sementara itu
Fatwa MUI tidak mengatur secara detail terkait ini. Selain itu Fatwa MUI
menghukumi dzolim dan haram dilakukan untuk segala bentuk pembajakan hak
cipta. Secara keseluruhan keduanya memberikan larangan yang tegas terkait
komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, kepada Kotacom dan seluruh penguna
software tidak berlisensi lainya, penulis menyarankan untuk mengunakan software
yang berlisensi atau mengunakan software sejenis yang open source. Kemudian
kepada pemerintah untuk memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses
beragam program komputer yang berlisensi.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR .......................................................................................

i

SAMPUL DALAM ...................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................

iii

PENGESAHAN ........................................................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................


v

KATA PENGANTAR ..............................................................................

vi

ABSTRAK ................................................................................................

viii

DAFTAR ISI .............................................................................................

ix

DAFTAR TRANSLITERASI ...................................................................

xi

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................


10

A. Latar Belakang Masalah .....................................................

10

B. Identifikasi Masalah ...........................................................

17

C. Batasan Masalah .................................................................

18

D. Rumusan Masalah ...............................................................

18

E. Telaah Pustaka ....................................................................


19

F. Tujuan Penelitian ................................................................

22

G. Kegunaan Penelitian ...........................................................

22

H. Definisi Operasional ...........................................................

23

I. Metode Penelitian ...............................................................

24

J. Sistematika Pembahasan ....................................................


29

BAB II: HAK CIPTA DALAM FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003
DAN UNDANG - UNDANG NO 28 TAHUN 2014 ...............................

31

A. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1
Tahun 2003 .........................................................................

31

B. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 ...........................................

40

C. Komersialisasi Hak Cipta ...................................................

51


BAB III: Mekanisme Komersialisasi Corel Draw Tidak Berlisensi.........

56

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A. Gambaran Umum CorelDraw .............................................

56

B. Lisensi dalam corel draw ....................................................

58

C. Profil Kotacom Gayungan Surabaya ..................................

60


D. Mekanisme Komersialisasi Corel Draw di Kotacom .........

64

BAB IV: KOMPARASI FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN
UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014 ...........................................

70

A. Analisis Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan UndangUndang No.28 tahun 2014 Terhadap Komersialisasi
CorelDraw di Kotacom Gayungan Surabaya ....................

70

B. Persamaan dan Perbedaan Fatwa Mui No.1 Tahun 2003
dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 terhadap
Komersialisasi CorelDraw di Kotacom Gayungan
Surabaya ............................................................................

74


BAB V: PENUTUP ...................................................................................

80

A. Kesimpulan ............................................................................

80

B. Saran ......................................................................................

81

LAMPIRAN ..............................................................................................

82

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah mengubah
tatanan perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Hal ini juga
berdampak pada pola komunikasi dan persebaran informasi yang seolah-olah
menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless).1 Alhasil semua warga
masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi apapun
dari bagian negara manapun. Sehingga akulturasi dan infiltrasi budaya menjadi hal
yang sangat lumrah, oleh karenanya bukanlah hal yang mengherankan ketika
perubahan sosial di masyarakat berlangsung demikian cepat.
Hukum sebagai salah satu instrumen yang mengatur seluruh pola
kehidupan masyarakat2, memiliki kewajiban untuk mengatur pola komunikasi
hukum terkait perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi ini. Sehingga
tata aturan dan komunikasi yang berlangsung, tetap berjalan dalam koridor hukum
yang benar dan tidak merugikan siapapun.
Melihat realitas itu, lahirlah konsepsi hukum baru yang dikenal sebagai

cyber law, yang secara internasional digunakan untuk istilah hukum terkait
pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi. Kegiatan cyber meskipun

Ahmad M Ramli, Cyber Law dan HAKI : Dalam system hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2004), 1.
2
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Sleman: Kanisius, 1995), 3.
1

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang
nyata.
Meskipun ruang dan waktu cyber masih cukup sulit ditelusuri dengan
pendekatan hukum konvensional, namun kegiatan cyber adalah kegiatan yang
berdampak sangat nyata meskipun mengunakan alat bukti elektronik. Dengan
demikian subjek pelakuknya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang
melakukan perbuatan hukum secara nyata.3
Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah
keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara
historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan suatu karya
intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan tanpa izin
dari pencipta.4
Majunya teknologi dan informasi akan memberikan peran stategis untuk
kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat untuk
pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan,
agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat
diminimalkan.
Pengelompokan HAKI dari segi hukum dapat dikategorikan sebagai
berikut: Hak Cipta terdiri dari 1. Hak Cipta (Copy Rights) 2. Hak yang
bertentangan dengan hak cipta (Neighbouring Rights). Hak milik perindustrian
(Industrial Property Rights) terdiri atas 1. Hak paten (Patent Right) 2. Model dan

3
4

Ahmad M Ramli, Cyber Law…, 7.
Paul Goldstein, Hak Cipta: Dahulu Kini dan Esok (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997) , 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

rancang bangun (Utility Models) 3. Desain industri (Industrial Design) 4. Merek
dagang (Trade mark) 5. Nama niaga/nama dagang (Trade Names) 6.Sumber tanda
atau sebutan asal (Indication of Source or Appelation of Origin).5
Dalam konteks hukum positif Indonesia, hak cipta sebagai sebuah tatanan
hukum, yang juga merupakan bagian dari HAKI, memiliki peran yang strategis,
terutama untuk melindungi karya-karya kreatif pencipta atas suatu ciptaan.
Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan pemerintah
mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah salah satu upaya sungguh-sungguh
dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta. 6
Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi para
pencipta untuk berkreasi. Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada
runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara
maju, tampak sekali bahwa pelindungan yang memadai terhadap hak cipta telah
berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan
memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.7
Hak cipta sendiri, dapat diartikan sebagai hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.8

5
Ifan Fauzani Raharjo, Retno Kusniati, 2003, “Analisis Model Pengaturan Hukum Hak Kekayaan
Intelektual Pengetahuan Tradisional Masyarakat Adat”, Jurnal Ilmu Hukum, 2003, 31.
6

Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Ibid.
8
Ibid.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Sebagai hak eksklusif, (exclusive rights), hak cipta mengandung dua esensi
hak, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral rights) kandungan
hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk
memperbanyak (mechanical rights). Adapun mengenai hak moral meliputi hak
pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk
melarang orang lain mengubah ciptaanya. Termasuk judul mapun anak judul
ciptaan. Keduanya lazim disebut right of paternity dan right of intregrity.9
Sesuai dengan konsepsinya, dalam hak cipta melekat dua hak yang utama,
hak moral dan hak ekonomi. Hak moral bersifat abadi melekat pada nama pencipta,
sedangkan hak ekonomi mengenal batas waktu. Yaitu batas masa untuk menikmati
manfaat ekonomi pada ciptaan. Dengan kata lain, merupakan batasan masa
penguasaan monopoli dan peluang melakukan eksploitasi ciptaan. Bila batas
waktu berakhir, kekuatan monopoli juga berakhir. Sehingga status ciptaan dengan
demikian menjadi public domain. Ini berarti masyarakat bebas mengeksploitasi
tanpa mengunakan lisesnsi. 10
Seperti halnya jenis-jenis hak lainya dalam lingkup HAKI, hak cipta
dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud yang dapat dialihkan
kepemilikinya kepada subjek hukum lain, baik melalui pewarisan, hibah, wasiat
maupun perjanjian. Yang terakhir dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau
lisensi. Kepemilikan juga dapat beralih karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan. Selain itu hak cipta yang dalam pasal 16 ayat (1)

9

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 47.
Ibid., 51.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

dianggap sebagai benda bergerak, juga tidak dapat disita kecuali jika hak itu
diperoleh secara melawan hukum.
Dalam prakteknya, pencipta dan pemegang hak cipta memiliki beberapa
pilihan untuk mengeksploitasi ciptaannya. Diantaranya dengan memberi izin atau
lisensi pada pihak lain untuk memanfaatkan seluruh atau sebagian dari ciptaannya.
Lisensi, seperti itu harus dituangkan dalam kontrak yang jelas dan tegas. Seperti,
berupa exclusive license atau non-exckusive license.11 Lisensi atau perjanjian ini
yang pada akhirnya akan digunakan oleh pemegang hak cipta sebagai dasar
dibolehkanya eksplorasi dan eksploitasi suatu ciptaan.
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang
memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu
pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup pula
program komputer. Perkembangan ekonomi dan pesatnya perkembangan
teknologi, informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan UndangUndang Hak Cipta, mengingat hak cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi
nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur pelindungan
dan pengembangan ekonomi ini maka diharapkan kontribusi sektor hak cipta bagi
perekonomian negara dapat lebih optimal.12
Memiliki fungsi proteksi atau perlindungan, hak cipta memiliki tugas
untuk mengatur pola hubungan pencipta atau pemegang hak cipta dengan penguna
hak cipta. Sehingga karya-karya baik berupan program komputer, karya-karya

11
12

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa… , 74.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

seni, karya audio visual dan bergam karya lainya yang ada dan terlibat dalam
aktivitas cyber, tetap dapat dimanfaatkan haknya oleh pencipta, baik moral
maupun ekonomi serta dapat digunakan secara legal oleh masyarakat sebagai
penikmat atau penguna hak cipta.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah
bagaimana hak cipta bisa menjaga pencipta dana tau pemegang hak cipta untuk
tetap mendapatkan haknya, dan masyarakat sebagai penguna atau penikmat hak
cipta tetap dapat mengunakan ciptaan itu secara positif. Sehingga lisensi/izin dari
pencipta menjadi sangat penting, terutama demi menghindari konsekwensi dari
pelanggaran hukum. Sehingga keadilan sebagai esensi hukum bisa benar-benar
terealisasi (rapport du droid, inbreng van recht)13.
Program

komputer yang merupakan seperangkat

instruksi

yang

diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang
ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai
hasil tertentu.14 Seperti untuk pengolahan kata, rancang bangunan, pengolahan
data base, pengolahan inventaris dan bahkan untuk beberapa kebutuhan seni.
Beragam kebutuhan itu memicu pengembang program komputer untuk semakin
mempermudah

penggunaan

(user friendly) dan memperluas jangkauan

kemanfaatan.
Dalam posisi pengembang software sebagai pencipta dan pemegang hak
cipta dan masyarakat pengguna, adalah adil untuk mengunakan perjanjian lisensi

13
14

Theo Huijbers, Filsafat Hukum… , 78.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras pencipta.

15

Karena bagaimanapun

segala bentuk pembajakan terhadap hak cipta adalah merupakan pelanggaran
hukum yang tidak dibenarkan.
Sebagai bagian dari konstelasi aturan kehidupan, Islam datang sebagai
agama yang sempurna. Didalamnya diatur perihal hubungan manusia dengan
dengan Tuhan, hubungan manusa dengan manusia dan hubungan manusia dengan
alam.16 Dalam keterkaitan antara hukum, aktivitas manusia dan ekonomi dikenal
istilah Fiqih muamalah, yakni aturan-aturan Allah yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.17 Aturan ini merupakan usaha untuk
mempertemukan keterkaitan normatif (asas-asas hukum dalam Islam) dan
bagaimana kehidupan ekonomi harus sesuai dengan Islam dengan analisis-analisis
terhadap institusi dan peristiwa ekonomi dalam masyarakat umum, serta
memberikan penjelasan hubungan kasualitasnya.18
Tujuan utama ekonomi Islam dengan beragam konsepsi didalamnya adalah

maslah}ah{ (kemaslahatan) bagi umat manusia yaitu dengan mengusahakan segala a
ktifitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi
manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat
merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.19

15

Ahmad M Ramli, Cyber Law…,7.
Rahmad Syafiie, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 13.
17
Ibid., 15.
18
Arif Hoetoro, Ekonomi Islam (Malang: BPFE UNIBRAW, 2007), 331.
19
Ika Yunia Fauzia, dkk., Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), 12.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain, memiliki beberapa aturan terkait hak cipta,
sebagaimana yang terdapat dalam Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003 tentang Hak
Cipta, bahwa hak cipta dipandang sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak
kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l
(kekayaan). Dan setiap bentuk pelanggaran terhadap hak cipta, terutama
pembajakan, merupakan kezaliman yang hukumnya adalah haram.20 Sampai disini
terlihat adanya kesamaan persepsi antara Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
dengan Fatwa Komisi Fatwa MUI Nomor 01 Tahun 2003.
Hak cipta sebagai harta memiliki konsekwensi yang sama dengan hartaharta yang lain dalam Islam. Kemudian dalam konteks komersialisasi, setidaknya
ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam kaitanya syarat dan rukun
dalam suatu akad komersialisasi. Pertama harta harus ada dan nyata ketika akad
dilakukan, kedua harta harus masyru’ (sesuai ketentuan syariah), ketiga dapat
diberikan setelah akad, keempat harta harus diketahui oleh kedua belah pihak,
kelima harta harus suci.21
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 29 setidaknya ada dua hal utama
terkait komersialisasi yang perlu diperhatikan, yakni jalan transaksi atau
komersialisasi harus tidak bathil, maksutnya tidak mengambil hak orang lain dan
tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kedua, suka sama suka, karena kerelaan

20
21

Fatwa Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 1 Tahun 2003.
Rahmad Syafiie, Fiqih Muamalah…, 60.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

kedua belah pihak harus benar-benar diperhatikan sehingga setelah akad terjadi
tidak menimbulkan permasalah baru.22
‫ََُ ذ‬
ْٓ ُ ُ َۡ ََ ۡ ُ
َ َ ً َ َ ُ َ َ ٓ‫ذ‬
ُ ََۡ ُ َ َ َۡ ْ ُ ُ َۡ َ ْ ُ َ
َۡ
‫اض مِنك وَ تقت ا‬
‫يٓأي َ ا ٱَِي َ َءامن ا َ تأك ٓا أموٰلك بينك بِٱلبٰ ِط ِل إَِ أن تك ن ت ِجٰ َرة ع ت َر ل‬
ُ َ َ َ‫َ ُ َ ُ ۡ ذ ذ‬
٢٩ ‫ٱَ َن بِك ۡ َرحِي م ا‬
‫أنفسك إِن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.23
Dalam Tafsir Fi> Z}ila>lil al-Qur’an karya Sayid Quthb menjelaskan bahwa
memakan harta secara bathil ini meliputi semua cara mendapatkan harta yang
tidak diizinkan atau tidak dibenarkan Allah, yakni dilarang olehnya. Diantaranya
dengan cara menipu, menyuap, berjudi, menimbun barang-barang kebutuhan
pokok untuk menaikan harganya, dan semua bentuk jual beli yang haram serta
sebagai pemukanya adalah riba’. Karena beragam hal diatas adalah termasuk
membunuh diri sendiri.24
Salah satu ciptaan yang cukup dibutuhkan masyarakat terutama demi
menunjang perkembangan teknologi dan informasi adalah program komputer.
Salah satu program komputer yang cukup banyak diminati masyarakat untuk
kebutuhan editor grafik vektor adalah CorelDraw, terutama oleh masyarakat yang
terlibat aktif dalam design grafis atau pemrogaman. Software ini sangat
dibutuhkan oleh para designer baik yang professional maupun yang masih pemula,
selain memiliki fitur yang cukup lengkap untuk sebuah design vector, software ini

Qomarul, Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta, Teras 2011), 54-67.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi> Z}hila>lil Al-Qur’an jilid 2, (Beirut, Darusy-Syuruq, 1992/1412), 340342.
24
Ibid.
22

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

juga cukup mudah dioperasikan (user friendly).25 Namun dikarenakan untuk
mendapatkan lisensi dinilai terlalu mahal, cukup memberikan kesulitan
masyarakat untuk memanfaatkanya.
Sebagai alternatifnya, beberapa lapisan masyarakat mengunakan software
ini tanpa lisensi, alhasil mereka tidak perlu membayar untuk mendapatkan lisensi
itu. Salah satunya yang terjadi di Kotacom Gayungan Surabaya, toko ini
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan software ini secara
mudah dan murah, yakni dengan tanpa lisensi. Setidaknya ada dua mekanisme
akad yang dilakukan oleh toko ini, pertama dengan bertemu langsung dengan

customer yang memerluhkan program komputer ini, sehingga proses jasa instalasi
segera bisa langsung dilakukan. Kedua, melalui penjualan DVD hasil burning yang
berisi program komputer CorelDraw berikut tutorial instalasinya.
Kedua mekanisme diatas sama-sama tidak mengunakan lisensi untuk
pemakaianya. Pihak Corel cukup dirugikan disini, sebagai pencipta mereka tidak
mendapatkan royalti sebagaimana mestinya. Karena dalam paket instalasi yang
mereka sediakan ada kewajiban pemakai untuk memenuhi beberapa kewajiban
untuk mendapatkan lisensi. 26
Royalti sebagai bentuk imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu
ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak
terkait.27 Tidak selalu sejalan dalam realita. Oleh karenanya dalam hukum positif
dan hukum Islam memliki sanksi yang cukup tegas terkait permasalah ini.

Corel, “End user licese agreement”, (Kanada: Corel, 2014), th.
Ibid.
27
Undang-Undang no 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.
25

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dan analisa lebih mendalam terkait mekanisme komersialisasi
CorelDraw tidak berlisensi. Dari analisis tersebut kemudian akan dianalisa secara
ilmiah dalam kajian Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28
Tahun 2014, Untuk itu maka penelitiakan menetapkan penelitian yang berjudul
“Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh Kotacom Gayungan Surabaya
dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun
2014 (Analisis Komparatif)”

B. Identifikasi Masalah
Dalam mengkaji Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi oleh
Kotacom Gayungan Surabaya dalam perspektif Fatwa Mui No. 1 Tahun 2003
dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014 (Analisis Komparatif), setidaknya ada
beberapa masalah yang menarik untuk di bahas, seperti:
1. Konsep akad jual beli dalam hukum Islam
2. Konsep ijaroh dalam islam
3. Makna Software tidak berlisensi dalam Undang-undang No. 28 Tahun
2014
4. Makna Software tidak berlisensi dalam Fatwa DSN MUI No.1 Tahun
2003
5. Akibat ekonomi dari maraknya komersialisasi software tidak berlisensi
6. Tinjauan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi
Software tidak berlisensi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

7. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 terkait komersialisasi
Software tidak berlisensi
8. Kewajiban lisensi dalam software CorelDraw
9. Kewajiban pemegang hak cipta dalam pengunaan dan pemanfaatan
CorelDraw
10. Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom
Gayungan Surabaya
11. Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28
Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi

C. Batasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah yang terpetakan, perlu adanya
pembatasan-pembatasan agar permasalahan tidak terlalu lebar dan meluar, alhasil
permasalahan yang diteliti lebih fokus dan terarah. Adapaun batasan masalah pada
penelitian ini, adalah:
1. Mekanisme komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan
Surabaya
2. Komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun
2014 terhadap komersialisasi Software tidak berlisensi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

D. Rumusan Masalah
Dari beberapa batasan masalah yang terpetakan, dapat dirumuskan
beberapa rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya?
2. Bagaimana Komparasi Fatwa DSN MUI No.1 Tahun 2003 dan UndangUndang No. 28 Tahun 2014 terhadap komersialisasi CorelDraw tidak
berlisensi?

E. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka pada intinya adalah diskripsi ringkas tentang kajian
atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian tersebut. Setidaknya ada
beberapa kajian yang memabahas Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Hak
Cipta, dan sejenisnya yang pernah dibahas dalam beberapa karya ilmiah, yakni:
1. Muhammad Hadi Amarullah mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan
penelitian berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Hak
Cipta No. 19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free

Software

Openoffice.Org

di

www.tusnet.us”.

Hasil

penelitian

menyimpukan, Jual beli jasa download Free software OpenOffice.org
yang dilakukan oleh www.tusnet.us menurut analisis hukum Islam
merupakan kegiatan transaksi jual beli yang tidak sesuai dengan Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Karena salah satu syarat rukun akad jual beli yang dilakukan tidak
terpenuhi, yakni status barang yang diperjualbelikan adalah barang bebas
yang tidak dikomersialkan.28
2. Zainul Huda mahasiswa UIN Sunan Ampel dengan penelitian berjudul
“Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download di Bayu Phone Jl.
Pabrik Kulit Wonocolo Surabaya”. Hasil penelitian jual beli lagu free
download yang dilakukan Bayu Phone adalah bathil, karena tidak
memenuhi rukun dan syarat yaitu dalam hal penjual tidak mempunyai
kekuasaan untuk melakukan jual beli. Kemudian berdasarkan UU Hak
Cipta No 28 Tahun 2014, melanggar pasal 8 dan 9 tentang hak ekonomi.
Namun pada pasal 43 (d) hukumya diperbolehkan asalkan tidak
melanggar hak ekonomi yang wajar dari pencipta, hak moral, dan
Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebarluasan tersebut. 29
3. Umar Setiawan mahasiswa IAIN Sunan Ampel dengan penelitian
berjudul “Analisis yuridis terhadap sanksi pidana pelanggaran program
komputer / software tanpa izin dalam pasal 72 UU No.19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta menurut Hukum Pidana Islam”. Hasil penelitian ini:

28
Muhammad Hadi Amrullah, “Analisis Hukum Islam Dan Undang-Undang Hak Cipta No.
19 Tahun 2002 Terhadap Jual Beli Jasa Download Free Software Openoffice.Org di
www.tusnet.us, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013).
29
Moh Zainal Huda, “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta Terhadap Jual Beli Lagu Free Download Di Bayu Phone Jl. Pabrik Kulit Wonocolo
Surabaya” (Skripsi -- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Pertama, Hukuman atau sanksi pidana dalam pasal 72 ayat (3) UU No. 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan pasal 35 dan pasal 51 UU No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan
ancaman hukuman pidana yaitu paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sedangkan
dalam pasal 51 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). Kedua, menurut
hukum pidana islam, pemberlakuan hukuman / sanksi pidana pelanggaran
program komputer / software tanpa izin adalah sama dengan undangundnag yang berlaku.30
Dari ketiga kajian di atas belum ditemukan pembahasan yang benarbenar sama dengan penelitian ini. Karena walaupun kajian-kajian terdahulu
membahas tentang hak cipta dan atau Hak atas Kekayaan Intelektual tetapi
yang menjadi konsentrasi berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian
pertama, berfokus pada analisis Software Open Source dalam konteks jual beli.
Sementara penelitian kedua, tentang jual beli lagu free download, Hanya
memaparkan tentang lagu dan kaitanya dengan hukum Islam dan positif. Dan
kemudian yang ketiga, hanya memaparkan tentang analisis yuridis terhadap
sanksi pidana pelanggaran program komputer / software tanpa izin dalam pasal
72 UU No.19 Tahun 2002 tentang hak cipta menurut hukum pidana Islam.

Umar Setiawan, “Analisis Yuridis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer /
Software Tanpa Izin Dalam Pasal 72 UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Menurut Hukum
Pidana Islam” (Skripsi --IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian
sebelumnya selalu mengaitkan karya-karya yang mengandung hak cipta
dengan hukum positif dan hukum Islam, dan beberapa penelitian yang
ditemukan masih mengunakan Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002,
padahal sudah ada pembaharuan di tahun 2014 yakni Undang-undang Nomor
28 tahun 2014.
Sedangkan penelitian ini berbeda dari itu, yang lebih berfokus pada
penelitian kualitas dan pemaknaan komersialisasi software tidak berlisensi
dalam sudut pandang hukum Islam dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Penelitian ini juga berfokus untuk mengkomparasikan atau membandingkan
kedua analisis hukum diatas.

F. Tujuan Penelitian
Dalam segala jenis kegiatan pastilah memiliki suatu tujuan untuk
pencapainnya. Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini, penulis juga
memiliki tujuan untuk mencapainya. Dari rumusan masalah di atas maka tujuan
dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui mekanisme Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya
2. Mengetahui komparasi Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan UndangUndang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi CorelDraw tidak
berlisensi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

G. Kegunaan Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas maka kegunaan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan (knowledge science development) di bidang mu’amalah
khususnya ekonomi Islam yang berkaitan dengan komparasi Fatwa MUI
No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 terkait
komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh para pelaku usaha, pengembang dan penguna software
secara umum. Sebagai bahan bacaan atau bahan pertimbangan bagi pihak
yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Sebagai bahan diskusi dan
penambahan khasanah intelektual pengetahuan bagi pengguna CorelDraw
berlisensi maupun tidak berlisensi.

H. Definisi Operasional
Untuk mempermudah gambaran yang jelas dan konkrit tentang
permasalahan yang terkandung dalam pembahasan penelitian, maka diperlukan
penjelasan makna dalam penulisan skripsi ini. Definisi kata-kata tersebut
adalah:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Fatwa MUI No.1

Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang

Tahun 2003 :

dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia yang
berkaitan dengan hak cipta.

Undang-Undang

Kaidah, asas, prinsip atau aturan yang

No. 28 Tahun 2014 :

dikeluarkan oleh pemerintah terkait hak cipta
yang merupakan amandemen dari UndangUndang No. 19 Tahun 2002

CorelDraw :

Adalah

seperangkat

program

komputer

(Software) yang dikeluarkan oleh CorelDraw

cooperation. yang memerluhkan lisensi sebagai
legalitas pengunananya.

Dari penjelasan definisi operasional, maka skripsi ini membahas
Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi ditinjau dan dikomparasi dari Fatwa
MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 28 tahun 2014.

I. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah cara yang dilakukan dalam proses
penelitian awal, yakni tahapan untuk mendapatkan data-data yang real dari
lapangan secara langsung. Bahan yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini
diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan di toko, official website dan

official online shop Kotacom Gayungan Surabaya, serta studi literatur sebagai
penunjang hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan penulis adalah gambaran umum mengenai
pelaksanaan Komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom
Gayungan Surabaya, terutama terkait pelaksanaan akad Jual beli dan jasa
yang dilakukan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam memperoleh kelengkapan serta
kesempurnaan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer:
Sumber data primer merupakan sumber informasi atas
diperolehnya data yang langsung didapatkan dari sumber utama (main

data source) atas suatu peristiwa yang akan diteliti:
1) Toko Kotacom Gayungan Surabaya, sumber data ini digunakan
untuk memahami mekanisme komersialisasi Software tidak
berlisensi secara langsung.
2) Official website dan official online shop Kotacom Gayungan
Surabaya, sumber data ini digunakan untuk memahami
mekanisme promosi dan penjualan online di Kotacom Gayungan
Surabaya.
3) Website CorelDraw cooperation, sumber data ini digunakan
untuk memperoleh gambaran umum terkait legal information dan

copyright Program komputer CorelDraw.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

4) Founder sekaligus Owner Kotacom Gayungan Surabaya, sumber
data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih luas
terkait usaha yang dilakukan.
b. Sumber Data Sekunder:
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari objek penelitian yang digunakan sebagai penunjang
dari data primer. Sumber data ini diperoleh dari struktur organisasi,
data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain
sebagainya, juga dapat diperoleh dari studi kepustakaan berupa data
dan dokumentasi, adapaun sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah segala bentuk data kepustakaan yang berkaitan dengan Hak
Cipta dan program komputer serta kerterkaitanya dengan hukum
positif dan hukum Islam, terutama sekali dalam kaitanya dengan
komersialisasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat di tempat
penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara yang
sangat bermanfaat, sistematis dan selektif dalam mengamati dan
mendengarkan interaksi atau fenomena yang terjadi. Observasi
akan dilakukan di toko tersebut secara partisipatoris, sehingga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

diperoleh data yang faktual terkait komersialisi software
CorelDraw.
b. Interview (Wawancara)

Metode wawancara atau interview yaitu salah satu teknik
pengumpulan data, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan
secara langsung berhadapan dengan subjek atau responden. Dalam
penelitian ini, akan diwawancarai secara langsung dari dua pihak
narasumber, yakni karyawan dan atau person dari toko tersebut
sendiri dan dari pihak pelanggan. Sehingga akurasi dan
keseimbangan data dapat diperoleh.
c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data atau informasi yang
berupa bendabenda tertulis, diantaranya adalah buku, majalah,
dokumen, e-book, forum, website, artikel-artikel, peraturanperaturan dan catatan harian lainnya. Dengan pengkajian
dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan secara mendalam, maka
akan membantu dalam penganalisaan permasalahan yang diteliti
oleh penulis. Metode ini digunakan untuk memperoleh data
kepustakaan yang berkaitan dengan hak cipta dan CorelDraw serta
kerterkaitanya dengan hukum positif dan hukum islam, terutama
sekali dalam konteks komersialisasi CorelDraw tidak berlisensi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

4. Teknik Pengolahan Data
Teknik dalam pengolahan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a) Editing adalah proses mengecek kebenaran data, menyesuaikan
data untuk memudahkan proses seleksi data. Editing data akan
mendeteksi kesalahankesalahan dan penghapusan, memperbaiki
dan memastikan bahwa standar kualitas minimum dapat terpenuhi.
b) Organizing adalah menyusun dan mensistematika data yang
diperoleh dalam kerangka uraian yang telah ditentukan atau
mengatur dan menyusun data yang terkait Komparasi Hukum islam
dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap
Komersialisasi Software tidak.
c) Analizing adalah memberi analisis sebagai dasar bagi penarikan
suatu kesimpulan tentang jual beli jasa Komparasi Hukum islam
dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap
Komersialisasi Software tidak berlisensi.
5. Teknik Analisa Data
Data yang telah dihimpun, selanjutnya dianalisa dengan
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:
Teknik Deskriptif Analisis sebagai sebuah metode paradigma
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptip memusatkan
perhatian pada masalah actual sebagaimana adanya saat penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

berlangsung. Dalam penelitian ini paradigm ini digunakan untuk
menggambarkan Komparasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 28
Tahun 2014 tentang hak cipta terhadap Komersialisasi Software tidak
berlisensi.
Pola pikir Induktif, yaitu mengungkapkan fakta-fakta atau
kenyataan dari hasil penelitian, kemudian dianalisis melalui undangundnag No. 28 Tahun 2014 dan Hukum Islam, kemudian
dikomparasikan diantara kedunaya.
Komparatif,

yaitu

proses

komparasi

fakta-fakta

atau

kenyataan dari hasil dianalisis undang-undnag No. 28 Tahun 2014 dan
Hukum Islam terkait komersialisasi software tidak berlisensi di
Kotacom Gayungan Surabaya, yang kemudian dicari dan diketemukan
persamaan dan perbedaan diantara keduanya.

J. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang keseluruhan pembahasan skripsi
ini meliputi, latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Memuat kajian teoritik tentang hak cipta dalam sudut pandang
Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 dan Undang-undang No. 24 Tahun 2014,
termasuk pengertian, dasar asumsi, paraturan-peraturan dan keterkaitanya
dengan komersialisasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

BAB III Mendeskripsikan data faktual terkait Kotacom Gayungan
Surabaya. Termasuk profil, layanan, sejarah dan mekanisme komersialisasi
CorelDraw tidak ber-lisensi di Toko Tersebut.
BAB IV Merupakan analisa data berdasarkan komparasi Fatwa MUI
No.1 Tahun 2013 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2014 terkait komersialisasi
CorelDraw tidak berlisensi di Kotacom Gayungan Surabaya.
BAB V Penutup berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran
saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HAK CIPTA DALAM FATWA MUI NO.1 TAHUN 2003 DAN UNDANGUNDANG NO 28 TAHUN 2014

A. Komersialisasi Software CorelDraw dalam Fatwa MUI No. 1 Tahun 2003
Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan individu
bersingungan atau bahkan dibatasi oleh kebebasan individu lain. Menyangkut
masalah hak individu dalam kaitanya dengan masyarakat, para sarjana muslim
sepakat pada prinsip-psrinsip berikut ini.
1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus diutamakan daripada
kepentingan individu.
2. Melepas kesulitan harus diutamakan dibanding memberi manfaat, meskipun
keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah.
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang
lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak bisa dihilangkan untuk manfaat
yang lebih kecil. Sebaliknya, bahaya yang lebih kecil harus dapat
diterima/diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedanggkan
manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang
lebih besar. 1
Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak
bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
17.
1

31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

itu tidak melangkahi hak-hak orang lain. Prinsip dasar sistem ekonomi Islam
adalah bahwa aktivitas atau komoditas yang tidak dilarang dalam hukum syariah
berarti diperbolehkan.2
Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi dan informasi adalah
keterkaitanya dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Hak yang secara
historis dapat dipahami sebagai upaya proteksi atau perlindungan terhadap suatu
karya intelektual, sehingga terhindar dari upaya penjiplakan atau pembajakan
tanpa izin dari pembuat karya.3
Karena dengan kemajuan teknologi dan informasi akan memberikan peran
stategis untuk kemajuan suatu negara, namun disisi lain juga akan menjadi alat
untuk pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat
diperlukan, agar fungsi hukum dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat
diminimalkan.4
Hak cipta sebagai salah satu alat hukum dalam upaya memproteksi suatu
ciptaan dari pembajakan pihak lain, memberikan kontribusi yang cukup signifikan
dalam upaya melindungi hak-hak pencipta dan atau pemegang hak cipta. Melihat
realitas pelanggaran terhadap hak cipta yang telah sampai pada tingkat sangat
meresahkan dan merugikan banyak pihak, terutama pemegang hak cipta,
dipandang perlu untuk memberikan aturan atapun regulasi baik dari pemerintah
maupun dari para tokoh agama.

Muhammad Ayub, Undestanding Islamic Finance, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), 59.
Paul Goldstein, Hak Cipta: Dahulu Kini dan Esok, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997) , 7.
4
Ahmad M Ramli, Cyber Law dan HAKI : Dalam system hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2004), 55.
2

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Melalui Fatwa MUI Nomor 01 tahun 2003 yang juga merupakan
permintaan dari ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), Komisi Fatwa
MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status hukum Islam mengenai
hak cipta, untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam dan pihak-pihak yang
memerlukannya.
1. Pengertian Hak Cipta
Fatwa MUI No.1 Tahun 2003 tentang hak cipta, mempersamakan hak
cipta sebagai salah satu huquq ma>liyyah (hak kekayaan) yang mendapat
perlindungan hukum (mashu>n) sebagaimana ma>l (kekayaan).5
Kata al-ma>l direkam dalam al-Qur’an terulang sebanyak 86 (delapan
puluh enam) kali, kata ini dikemukakan oleh al-Qur’an dalam berbagai ragam
dan bentuk yang tersebar dalam berbagai ayat, serta dihimpun dalam
bermacam-macam surah. Kesemuanya mempunyai konotasi pengertian yang
sama yaitu; harta benda, kekayaan atau hak milik. Begitu banyaknya al-Quran
mengulang dan memberikan penekanan mengenai al-Ma>l, tidak lain karena al-

ma>l dikalangan komunitas manusia terkadang menjadi sumber keteganganketegangan individu dalam masyarakat, bahkan tidak sedikit pula
menimbulkan pertikaian dikalangan mereka.6

Ma>l atau harta dalam fiqih ekonomi Islam menurut jumhur ulama
dimaknai sebagai segala yang bernilai dan bersifat harta. Namun cukup

5

Fatwa Mui No.1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta.
Abdul Salam Arif, “Konsep Al-Mal dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-Mawarid Edisi IX,
2003, 49.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

berbeda ulama dari kalangan hanafiyah mengartikan ma>l sebagai segala
sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dapat dimanfaatkan.7
Kekayaan berupa hak cipta dalam Islam erat kaitanya dengan hak
milik, yakni hak untuk menguasai sepenuhnya harta atas suata hasil karya
yang terdaftar sebagai hak cipta. Hak milik secara bahasa berarti penguasaan
terhadap sesuatau, atau sesuatu yang dimiliki. Atau dalam bahasa yang lain
terdapat pengkhususan terhadap suatu harta yang memungkinkan untuk
bertindak hukum terhadap benda tersebut sesuai dengan keinginanya selama
tidak bertentangan dengan shara‘ serta menghalangi orang lain untuk
bertindak hukum terhadap harta tersebut. 8
Salah satau perbedaan dari definisi harta yang dikemukakan oleh
ulama hanafiyah dan jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat
diraba, seperti manfaat. Ulama hanafiyah memandang bahwa manfaat
termasuk sesuatu yang dapat dimiliki namun bukan harta. Adapun menurut
ulama selain hanafiyah, manfaat termasuk harta sebab yang penting adalah
manfaatnya bukan zatnya.9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria sesuatu dapat dikatakan
sebagai harta terdiri dari empat unsur yakni, bersifat materi atau mempunyai
wujud nyata. Dapat disimpan untuk dimiliki, dapat dimanfaatkan dan
kebiasaan di masyarakat memandang hal tersebut sebagai harta.10

Rachmat syafr’I, Fiqih Muamalah…, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 22.
Yusdani, 2003, “Sumber Hak milik dalam perspektif hukum islam”, Al-Mawarid Edisi IX, 2003,
59.
9
Rachmat syafr’I, Fiqih…, 23.
10
Qomarul Huda, Fiqh…, 14.
7

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

Dari segi kepemilikan terhadap harta, ulama fiqh membagi pemilikan
kepada dua bentuk. (a) milik sempurna (al-milk At-ta>mm) yaitu ketika harta
dimiliki sepenuhnya oleh seseorang sehingga seluruh hak yang terkait dengan
harta berada di bawah penguasaanya. (b) milik tidak sempurna (al-milk an-

naqi>s}) yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta tetapi
manfaatnya dikuasasi orang laian.11
Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali
berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orsinal dan manfaat tergolong
harta berharga sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara’
(hukum Islam).12
Sampai disini sudah cukup jelas bahwa hak cipta dapat di