Kadar Estradiol Serum Pada Pemakaian KB DMPA 1 Tahun Dan 3 Tahun

(1)

KADAR ESTRADIOL SERUM PADA

PEMAKAIAN KB DMPA 1 TAHUN DAN 3 TAHUN

TESIS

OLEH :

RENARDY REZA RAZALI

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI

MEDAN

2008


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridho dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

”Kadar Estradiol Serum pada Pemakaian KB DMPA 1 tahun dan 3 tahun”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.


(3)

2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Einil Rizar, SpOG (K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dan juga Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG (K), selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi pada saat saya diterima untuk mengikuti pendidikan spesialis di bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan. Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K), Dr. Erdjan Albar, SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Terima kasih kepada Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), selaku Ketua Sub Divisi Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian tentang

” Kadar Estradiol Serum pada Pemakaian KB DMPA 1 tahun dan 3 tahun”


(4)

4. Dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K), Dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG, selaku pembimbing, Dr. Indra Z. Hasibuan, SpOG, Dr. Aswar Aboet, SpOG, dan Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K) selaku penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. Dr. Zaman Kaban, SpOG, selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya selama pendidikan.

6. Dr. Risman F. Kaban, SpOG, selaku pembimbing mini referat Fetomaternal saya yang berjudul ” PENGARUH DEFISIENSI ASAM FOLAT TERHADAP TERJADINYA PREEKLAMPSIA ”, kepada Dr. Yostoto B. Kaban, SpOG selaku pembimbing referat mini Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul ” ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI ”, dan kepada Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K) selaku pembimbing referat mini Onkologi saya yang berjudul ” ANTI ANGIOGENESIS ”.

7. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku pembimbing statistik yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan tesis ini dan pengolahan data statistik yang ada.


(5)

8. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Dr. Pringadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

11. Direktur RS. PTPN II Tembakau Deli, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG, dan Dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.

12. Direktur RSU PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN II Dumai, beserta staf atas kesempatan kerja dan bantuan moril dan materil selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.


(6)

13. Kepala Depatermen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta Staf atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di bagian tersebut.

14. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di Departemen tersebut.

15. Kepada Dr. Harry C. Simanjuntak, SpOG, Dr. Ardian, SpOG, Dr. Cut Adeya Adella, SpOG, Dr. Erry Syahbani Saragih, SpOG, Dr. Roy Yustin Simanjutak, SpOG, Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin NG. Barus, SpOG terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan, dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

16. Kepada tim jaga; Dr. Edihan, Dr. Siti Syahrini Sylvia, Dr. M. Ikhwan, Dr. T. Jeffry Abdillah, Dr. Rizka Heriansyah, Dr. Errol Hamzah, Dr. Heika N. Silitonga, Dr. Elvira saya menyampaikan terima kasih banyak atas bantuan, kerjasama, dan kebersamaan kita selama ini.

17. Terima kasih kepada Dr. Ujang Ridwan Permana, SpOG, Dr. Eka Purnama Dewi R, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG, Dr. Juni Hardi Tarigan, SpOG, Dr. Adrian Setiawan, SpOG, Dr. Rachma Bachtiar Panjaitan, SpOG, Dr. Nismah Sri


(7)

Hanum, SpOG, Dr. David Leo Ginting, SpOG, Dr. Abdul Hadi, Dr. T. Rahmat Iqbal, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah bersama-sama menjalani masa pendidikan semoga silaturahmi kita selalu terjalin.

18. Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerjasama dengan saya dalam menjalani pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik - RSU Dr. Pirngadi Medan. Terima kasih atas kerjasama dan saling pengertian selama ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua Orang Tua Saya yang terkasih, Dr. H. Achmad Razali, SpA dan Hj. Nurhayati, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini.

Kepada yang saya hormati dan sayangi, Dr. H. M Yazir Chaniago, SpOG dan keluarga yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada saya dalam mengikuti pendidikan, saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.


(8)

Kepada abangda Makmun Reza Razali, ST, MT, adik-adik saya, Emil Reza Razali, Ssi, Apt dan keluarga, Faisal Reza Razali, S.Ked, saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan kepada saya.

Kepada Dr Chairul Hamdi M.J dan keluarga, beserta orang-orang yang ada disekitar saya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun materil, memberikan nasehat, bimbingan dan dorongan semangat, saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan ini dan senantiasa memberikan berkah-Nya serta dibukakan pintu ilmu kepada kita semua. Amin.

Medan, November 2008


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar belakang penelitian ………. 1

B. Identifikasi masalah ……….. 3

C. Tujuan penelitian ……….. 3

D. Manfaat penelitian ……… 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Depot medroxyprogesteron asetat ...………... 4

A.1. Progesteron dan MPA ...……….. 4

A.2. Substansi obat ... 5

A.3. Mekanisme kerja dan farmakologi klinik ... 6

A.4. Penyimpanan dan stabilitas ... 8

A.5. Komposisi, dosis dan kemasan ... 8

A.6. Penggunaan secara klinis ... 9

A.7. Indikasi penggunaan DMPA ... 10

B. Hormon 17- -Estradiol ... 11

B.1. Kimiawi dan biosintetik hormon ... 11

B.2. 17- -Estradiol dan pengukurannya ... 11

B.3. Pengaruh DMPA terhadap kadar estradiol serum ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN ...……….. 17


(10)

3.2. Lokasi penelitian ... 17

3.3. Responden penelitian ... 17

3.4. Kriteria sampel ... 17

3.5. Jumlah sampel penelitian ... 18

3.6. Instrumen penelitian ... 19

3.7. Cara kerja ... 19

3.8. Pengolahan data statistik ... 20

3.9. Landasan etik penelitian ... 21

3.10. Kerangka kerja ... 21

3.11. Batasan operasional ... 22

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32 PERSETUJUAN KOMITE MEDIK TENTANG PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBARAN INFORMASI PASIEN LAMPIRAN 2 LEMBARAN PERSETUJUAN PASIEN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Sebaran karekteristik responden pengguna DMPA ... 23 Tabel 4.2. Sebaran kadar estradiol serum pada pengguna DMPA... 24 Tabel 4.3. Sebaran kadar estradiol serum berdasarkan BMI pada

pengguna DMPA ... 25 Tabel 4.4. Sebaran kadar estradiol serum berdasarkan usia pada

pengguna DMPA ... 26 Tabel 4.5. Sebaran keluhan yang timbul selama pemakaian berdasarkan

lamanya suntikan pada akseptor KB DMPA ... 27 Tabel 4.6. Sebaran keluhan amenorea dengan kadar estradiol


(12)

DAFTAR SINGKATAN DMPA : Depot – Medroxyprogesterone A cetate FDA : Food Drug Administration

WHO : World Heath Organization KB : Keluarga Berencana

MPA : Medroxyprogesterone acetate GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon FSH : Follicle Stimulation Hormon LH : Luteinizing Hormon

RIA : Radioimmunoassay

USFDA : United States of Food and Administration hMG : Human Menopausal Gonadotropin ELISA : Enzyme Linked Imunosobent Assay BMI : Body Mass Index


(13)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui kadar estradiol serum pada pemakaian DMPA 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun).

Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional pada beberapa akseptor KB yang menggunakan KB suntik DMPA 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun) sebagai alat kontrasepsinya pada saat penelitian ini dilakukan, di praktek bidan swasta Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Johor

Hasil Penelitian : Didapatkan sebanyak 40 responden dengan 20 orang pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun dengan rerata usia 31,05 tahun dan BMI 24,37 sedangkan 20 orang pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun dengan rerata usia 33,2 tahun dan BMI 24,37. Rerata kadar estradiol pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun adalah 34,80 - 151,80 dengan mean sebesar 78,69 ± 9,76 pg/ml sedangkan pada 3-5 tahun adalah 20,50 - 91,60 dengan mean sebesar 54,23 ± 21,07 pg/ml. Rerata kadar estradiol darah tertinggi dijumpai pada kelompok BMI over weight pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun adalah 80,89 ± 27,12 dan yang terendah pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun pada kelompok BMI over weight adalah 53,53 ± 12,97 dimana secara statistik tidak dijumpai hubungan bermakna. Rerata kadar estradiol darah tertinggi dijumpai pada kelompok usia dibawah 30 tahun pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun yaitu 90,46 ± 37,73 dan yang terendah pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun pada kelompok usia diatas 30 tahun yaitu 50,98 ± 21,19 dimana secara statistik tidak dijumpai hubungan bermakna.

Kesimpulan : Pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun didapatkan rata-rata kadar estradiol darah 78,69 ± 29,76 pg/ml dan pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun adalah 54,23 ± 21,07 pg/ml. Kadar estradiol ini masih berkisar dalam kadar fase folikuler


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

DMPA (depot-medroxyprogesterone acetate) digunakan secara luas sebagai alat kontrasepsi, bekerja menghambat sekresi dari gonadotropin sehingga akan mencegah terjadinya maturasi dari folikel primer di ovarium dan juga mencegah ovulasi serta menyebabkan penipisan endometrium1,2,3,4.

Pada penggunaan DMPA jangka panjang akan mempengaruhi estradiol serum sehingga dapat lebih rendah ataupun dalam kisaran kadar pada fase folikuler dini. Setelah obat habis dalam tubuh, ovulasi dan konsepsi dapat terjadi dan endometrium dapat kembali berfungsi normal.5,6,7

Pemakaian DMPA jangka panjang ( diatas dua tahun) beresiko untuk kehilangan massa tulang. FDA (Food Drug Administration) menyatakan perlu perhatian khusus bagi pemakaian jangka panjang apabila kontrasepsi yang lain tidak cocok atau tidak adekuat bagi akseptor kb.8 Tetapi WHO menyarankan tidak mesti ada pembatasan lamanya pemakaian DMPA.9

Penurunan massa tulang ini berkaitan dengan penurunan kadar estradiol pada pemakaian DMPA, tetapi penurunan kadar estradiol ini tidak menetap oleh karena bila pemakaian DMPA dihentikan, kadar estradiol akan meningkat.10


(15)

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa serum estradiol minimal 5 pg/ml dapat menyediakan estrogen yang optimal untuk mempertahankan massa tulang.11 Wanita dengan kadar estradiol < 5 pg/ml mengalami penurunan massa tulang 0,8 % per tahun, sementara bila kadar estradiol diatas 10 pg/ml mengalami penurunan massa tulang hanya 0,1 % pertahun.12

Penelitian pada 50 orang yang menggunakan DMPA minimal 3 tahun didapatkan kadar estradiol rerata 52,67 ± 25,1 pg/ml.13

Wu Lei Zhen, dkk meneliti pada 44 wanita pengguna KB DMPA , didapatkan kadar rata-rata estradiol pada 20 wanita yang menggunakan 4 sampai 8 kali adalah 150,5 pmol/l, pada 24 wanita yang menggunakan diatas 8 kali kadar rata-rata estradiol 137,6 pmol/l.14

Penelitian pada 32 wanita yang masih menggunakan DMPA setelah dua tahun didapatkan kadar estradiol < 52 pmol/l pada 27 pengguna dan kadar estradiol > 52 pmol/l pada 5 pengguna.15

Pada beberapa tahun ini telah menjadi perhatian apakah kadar estradiol pada pengguna DMPA akan mencukupi untuk mempertahankan massa tulang pada wanita premenopause.16


(16)

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan pernyataan dari FDA dimana pemakaian DMPA sebagai alat kontrasepsi > 2 tahun memerlukan perhatian terhadap kejadian penurunan kadar estradiol yang bermanifestasi terhadap penurunan densitas mineral tulang, maka dibuatlah penelitian untuk melihat kadar estradiol diatas > 2 tahun yaitu 3-5 tahun dan pemakaian selama 1-2 tahun.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar estradiol serum pada pemakaian DMPA 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun).

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui perbedaan kadar estradiol serum pada pemakaian DMPA 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun).

D. Manfaat penelitian

a. Mendapati kadar estradiol serum berdasarkan lamanya pemakaian DMPA yaitu 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun).


(17)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. DEPOT MEDROXYPROGESTERON ASETAT A.1. Progesteron dan MPA

MPA (Medroxy progesterone asetat) merupakan suatu turunan progesteron yang merupakan hormon steroid seks dan memiliki ikatan reseptor yang besar. Rumus bangun hormon progesteron sudah ditemukan sejak tahun 1934 oleh Wintersteir.17

Gambar 1. rumus bangun progesteron17

Pada tahun 1953 kemudian ditemukan esterifikasi dari progesteron alkohol yang memiliki efek panjang jika disuntikkan, selanjutnya pada tahun 1958 ditemukan turunan progesteron antara lain adalah DMPA dan Net En yang sampai saat ini telah banyak digunakan.17,18,19


(18)

A.2. Substansi Obat

Nama sediaan dikenal sebagai medroxyprogesterone acetate injectable suspension USP. Nama kimianya (1) Pregn-4-ene-3,20 dione,17-(acetyloxy)-6-methyl-(6 )- dan juga (2) 17-Hydroxy-6 -methylpregnan-4-ene-3,20-dione-17 acetate. Rumus dan massa molekuler adalah : C24H34O4 386.53.6

Gambar 2. Rumus bangun medroksi progesteron asetat(MPA)

Sediaan fisiokimiawi DMPA berwarna putih, mengandung bubuk kristalin tanpa bau, stabil dalam udara. Dapat larut bebas dalam kloroform, larut juga dalam aseton dan dioksan, cukup larut dalam etanol dan methanol, sedikit larut dalam eter dan tidak dapat larut dalam air. Titik lebur antara 200 dan 210 0C dengan berat jenis adalah 1.467.4,20,25


(19)

A.3. Mekanisme kerja dan farmakologi klinik A.3.1. Farmakodinamik

DMPA merupakan long-acting progestational steroid (progesteron) yang secara alami diderivat dari kacang kedelai (soybeans). Memiliki durasi kerja yang panjang dan diabsorbsi secara lambat melalui tempat penyuntikan. DMPA tidak mengandung estrogen1,6,20

Dalam penggunaan sebagai kontrol terhadap konsepsi, DMPA bekerja menghambat sekresi dari gonadotropin sehingga akan mencegah terjadinya maturasi dari folikel primer di ovarium dan juga mencegah ovulasi serta menyebabkan penipisan endometrium1,2,3,4. Sebagai efek progestational tambahan, DMPA juga menyebabkan perubahan transformasi abortif sekretorik pada endometrium, yang lambat laun akan menjadi atrofi. Selain itu DMPA juga menghambat transportasi gamet oleh tuba serta mempengaruhi kapasitasi sperma.4

Mekanisme kontrasepsi progesteron tergantung aktifitas dan dosis progesteron. Dosis tinggi kontrasepsi progesteron seperti suntikan DMPA, menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi sebagai mekanisme pertama. Progesteron menurunkan frekuensi pulsasi GnRH yang dihasilkan hipotalamus, sehingga mengurangi pelepasan FSH dan LH dari hipofise anterior. Pengurangan kadar FSH menghambat perkembangan folikel sehingga mencegah peningkatan kadar estrogen. Progesteron negative feedback dan


(20)

kekurangan estrogen positive feedback untuk pelepasan LH mencegah terjadinya LH surge. Penghambatan perkembangan folikel dan tidak adanya LH surge mencegah terjadinya ovulasi. Mekanisme kedua dari semua kontrasepsi progesteron menghambat penetrasi sperma dengan cara mengubah lendir servik.21

A.3.2. Farmakokinetik

Absorbsi : Berdasarkan pemberian secara intramuskular, DMPA akan dilepaskan secara perlahan dari tempat penyuntikan mulai dari level yang rendah dan secara persisten akan masuk ke dalam sirkulasi. Secara rata-rata pencapaian konsentrasi maksimum di dalam sirkulasi adalah mulai dari 4 sampai 20 hari. Pada pemberian dosis tunggal 150 mg DMPA secara intramuskular, apabila diukur berdasarkan prosedur ekstraksi RIA (radioimmunoassay) konsentrasinya akan meningkat mencapai puncak kira-kira dalam 3 minggu yaitu mulai dari 1-7 ng/ml serum level. Walaupun diabsorbsi secara luas, DMPA tidak akan mempengaruhi terhadap produksi maupun sekresi air susu ibu, sehingga aman diberikan pada ibu menyusui2,3,22.

Distribusi : DMPA hampir 90-95 % akan berikatan dengan protein. Volume distribusi yang dilaporkan adalah dalam 20 menit akan mencapai 3 liter darah. DMPA dapat menembus sawar darah otak.2

Metabolisme : Metabolit-metabolit utama dari DMPA yang telah diidentifikasi adalah 6 -methyl-6 , 17 , 21-trihydroxy-4-pregnene-3, 20-dione-17- acetate,


(21)

yang diekresikan melalui urin. Metabolisme DMPA dapat dipengaruhi mulai dari tempat penyuntikan sampai tempat ekresi dan juga oleh kondisi sediaan obat.2,3

Ekskresi : Waktu paruh obat akan tercapai dalam 30-60 jam setelah penyuntikan. Pengurangan waktu paruh obat jika diberikan secara intramuskular akan terjadi kira-kira sesudah 6 minggu, hal ini menggambarkan proses absorbsi jangka panjang dari obat jika diberikan secara intramuskular. Kadar obat ini akan menurun secara eksponen sampai kemudian tak terdeteksi lagi (< 100 pg/ml) antara 120-200 hari setelah penyuntikan. Plasma klirens dilaporkan kira-kira 1600-4000 liter perhari. DMPA (yang terkonjugasi dengan glukoronida) sebagian besar akan diekskresikan melalui sekresi biliaris sampai feses.1,2,3

A.4. Penyimpanan dan stabilitas

Selama penyimpanan, obat harus dihindari jangan sampai membeku. Penyimpanan yang ideal adalah dalam ruangan dengan temperatur terkontrol antara 15-30 0C. Dikocok dahulu sebelum digunakan. Obat ini sebaiknya dijauhkan dari anak-anak.

A.5. Komposisi, dosis dan kemasan

Sediaan suspensi mikrokristal dalam kemasan 3 ml tiap vial 150 mg/ml : setiap ml mengandung bahan aktif : medroxyprogesterone acetate 150 mg. Bahan tambahan/ non aktif : plyethylene glycol 3350, methylparaben, polysorbate 80, propylparaben, sodium chloride dan water for injection. Pemberian sebagai


(22)

kontrasepsi adalah disuntikan intramuskular pada bokong atau otot deltoid setiap 3 bulan sekali.3,11,20

A.6. Penggunaan secara klinis

Pada tahun 1960, USFDA (United States of Food and Drug Administration) menyetujui penggunaan DMPA sebagai terapi abortus habitualis dan endometriosis berdasarkan tingkat keamanannya. Adapun penggunaan DMPA sebagai kontrasepsi dimulai pada tahun 1966, namun USFDA baru menyetujui penggunaannya sebagai kontrasepsi pada tanggal 29 Oktober 1992.19

Setelah suntikan dalam 150 mg DMPA pada bokong atau otot deltoid sebagai larutan mikrokristal mengakibatkan absorbsi yang lambat dari tempat suntikan dan menghasilkan konsentrasi sirkulasi progesteron aktif yang memanjang.23

Konsentrasi DMPA bertahan paling tidak 14 minggu setelah suntikan. Ini memungkinkan pemanjangan waktu perlindungan pada pasien yang kelewatan injeksi ulang 3 bulanan. Suntikan DMPA intramuskular setiap 3 bulan tidak berhubungan dengan peningkatan konsentrasi obat dalam plasma.23

Dosis progesteron yang relatif tinggi sangat efektif karena fungsinya yang menghambat ovulasi. Efek kontrasepsi lainnya adalah perubahan mukus serviks sehingga menghalangi penetrasi sperma dan perubahan endometrium ynag menghalangi implantasi3,4. Regimen 150 mg setiap 3 bulan adalah sangat efektif


(23)

menekan kehamilan hingga 0,3 % per 100 wanita per tahun. Efikasi tampaknya tidak berkurang oleh pemberian obat lain dan tidak tergantung pada berat badan. Tujuh puluh persen bekas pemakai DMPA yang menginginkan kehamilan akan hamil dalam 12 bulan dan 90 % setelah 24 bulan.24

Beberapa peneliti antara lain Zanartu dkk (1966), Tyler (1967), Onetto dan Zanartu (1969), telah menyatakan bahwa penyuntikan DMPA 150 mg tiap 3 bulan, aktifitasnya adalah 17 minggu, rata-rata 13-14 minggu dapat memberikan efek kontrasepsi hampir 100 %.25

A.7. Indikasi menggunakan suntikan DMPA

Adapun indikasi penggunaan DMPA adalah selain untuk kontrasepsi dapat juga digunakan sebagai pengobatan terhadap beberapa penyakit, antara lain3,6,10,22 :

Pengobatan endometriosis Pengobatan terhadap menoragia


(24)

B. HORMON 17- -ESTRADIOL

B.1. Kimiawi dan Biosintetik Hormon

Estrogen alami meliputi 17- -estradiol, estron dan estriol. Mereka adalah C18 steroid, tidak mempunyai gugus metil pada posisi 10. Estrogen disekresi terutama oleh sel granulosa dan sel theka pada folikel ovarium, korpus luteum dan plasenta. Jalur sintetik melibatkan formasi estrogen dari androgen. Ia juga terbentuk dari aromatisasi androstenedione dalam sirkulasi. Aromatase (CYP 19) adalah enzim yang mengkatalis konversi androstenedione menjadi estron dan estradiol.26,27

B.2. 17- -estradiol dan Pengukurannya

Estradiol adalah estrogen endogenous yang paling aktif. Pemeriksaan ini bernilai, bersama gonadotropin dalam mengevaluasi masalah menstruasi dan fertilitas. Pengukuran ini juga berguna dalam mengevaluasi keadaan ginekomasti atau feminisasi yang disebabkan oleh tumor yang memproduksi estrogen, ketidakteraturan siklus haid, dan kematangan seksual pada wanita serta dalam memonitor terapi hMG (Human Menopausal Gonadotropin, PergonalR).


(25)

Estradiol disekresi dalam pola bifasik selama siklus ovulasi normal, dengan puncak pada midsiklus dan fase luteal.28,29

a. Bahan dan indikasi pemeriksaan

Metode pemeriksaan dengan menggunakan RIA, ELISA, Imunochemiluminescent.29

Bahan pemeriksaan : 28,29

- Serum atau plasma, simpan pada lemari pendingin atau bekukan dan simpan pada suhu – 200C, stabil dalam 2 bulan.

- Serum tidak boleh lipemik, hemolisis dan ikterik karena mempengaruhi hasil.

- Bahan pemeriksaan stabil 2 hari dalam tabung kaca pada suhu 2-80C.

b. Nilai Baku

Tabel I. Nilai baku estradiol menurut Conventional International Recommended Units.29

Fase pg/ml pmol/L

Fase Follikular Dini Fase Follikular Lanjut Puncak Ovulasi Fase Luteal Post Menopausal

20-150 40-350 150-750

30-450

≤ 20

73-551 147-1285 551-2753 110-1652


(26)

c. Faktor Interferensi

Secara In Vivo, kadar estradiol dapat meningkat dengan penggunaan clomiphene, diazepam. Kadar estradiol menurun dengan penggunaan kontrasepsi (menghambat peningkatan fisiologis).28,29

d. Peningkatan Estradiol

Kadar estradiol meningkat pada kasus feminisasi pada anak-anak (pubertas prekoks), tumor yang memproduksi estrogen, ginekomasti, sirosis hepatis, hipertiroidisme.28,29

e. Penurunan estradiol

Kadar estradiol menurun pada keadaan hipogonadisme primer dan sekunder seperti menopause, disfungsi ovarium, sindroma Turner, amenorea akibat hipopituitary.28,29

B.3. Pengaruh DMPA terhadap kadar estradiol serum

Konsentrasi estrogen dan progesteron berubah sesuai siklus menstruasi. Fase folikuler (hari 1-9) mempunyai kadar estrogen yang relatif rendah. Selama fase ovulasi (hari 10-14) kadar estrogen meningkat. Fase luteal (hari 15-28) mempunyai konsentrasi progesteron yang tinggi.30

DMPA, derivat progesteron, suatu kontrasepsi injeksi, diberikan setiap 3 bulan. Bekerja dengan cara menghambat sekresi gonadotropin, dimana mencegah


(27)

pematangan folikel dan ovulasi dan juga menyebabkan penipisan endometrium. Efek lain adalah menurunkan kadar estradiol.31

Pada penggunaan DMPA jangka panjang akan mempengaruhi estradiol serum sehingga dapat lebih rendah ataupun dalam kisaran kadar pada fase folikuler dini. Setelah obat habis dalam tubuh, ovulasi dan konsepsi dapat terjadi dan endometrium dapat kembali berfungsi normal. Hal ini akan menunjang untuk terjadinya suatu kehamilan secara normal, reversibilitas kesuburan ini rata-rata terjadi dalam waktu 1 tahun. 5,6,7,8

Mekanisme kontrasepsi progesteron tergantung aktifitas dan dosis progesteron. Dosis tinggi kontrasepsi progesteron seperti suntikan DMPA, menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi sebagai mekanisme pertama. Progesteron menurunkan frekuensi pulsasi GnRH yang dihasilkan hipotalamus, sehingga mengurangi pelepasan FSH dan LH dari hipofise anterior. Pengurangan kadar FSH menghambat perkembangan folikel sehingga mencegah peningkatan kadar estrogen. Progesteron negative feedback dan kekurangan estrogen positive feedback untuk pelepasan LH mencegah terjadinya LH surge. Penghambatan perkembangan folikel dan tidak adanya LH surge mencegah terjadinya ovulasi. Mekanisme kedua dari semua kontrasepsi progesteron menghambat penetrasi sperma dengan cara mengubah lendir servik.21


(28)

Mishell (1977) dan Toppozada (1978) meneliti mekanisme kerja DMPA terhadap penghambatan ovulasi melalui efek penekanan pada hipotalamus dan hipofisis sehingga kadar gonadotropin darah menurun.32,33 Fotherby (1980) mendapatkan rendahnya kadar estradiol dan progesteron serum setelah pemberian DMPA, hal ini disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan folikel yang diakibatkan oleh penekanan gonadotropin sehingga menyebabkan penurunan sintesis estradiol dan progesteron oleh ovarium.34 Mishell (1972) juga meneliti tentang terjadinya insufisiensi ovarium oleh karena pemberian DMPA jangka panjang yang menyebabkan fluktuasi kadar estradiol, namun fluktuasi ini mempunyai nilai rata-rata antara 36-42 pg/ml, yang masih dalam nilai normal kadar pada fase folikuler.35

Jeppenson (1977) mendapati pada penelitiannya terhadap 11 wanita pengguna DMPA 150 mg per 3 bulan, kadar estrogen setelah 1 minggu penyuntikan seperti kadar estrogen pada fase folikuler dini. Tetapi pada akhir minggu ke 12 setelah penyuntikan, kadar estrogen meningkat bermakna.36

Clark (2001) juga meneliti kadar serum estrogen dan progesteron pada 31 wanita pengguna DMPA. Penelitian ini mendapati 2 pola konsentrasi estrogen, pola pertama pada 1/3 sampel didapati kadar estrogen yang sangat rendah (rata-rata 12,7 ± 3,6 pg/ml) dan pola kedua justru dijumpai kadar estradiol yang lebih tinggi ( rata-rata 22,2 ± 14,9 pg/ml) pada 2/3 sampel. 37


(29)

Otiz (1977) dalam pengamatannya 2 – 3 bulan dan 4 – 6 bulan penyuntikan DMPA mendapati bahwa kadar MPA serum 1 ng/ml setelah 2 – 3 bulan penyuntikan dan menurun bertahap sampai 0,2 ng/ml setelah 6 bulan penyuntikan. Sedangkan kadar estradiol rendah seperti fase folikuler dini setelah penyuntikan DMPA 4 - 6 bulan, tetapi meningkat seperti fase pre ovulasi ketika kadar MPA serum dibawah 0,5 – 0,25 ng/ml.38

Penelitian yang sama dilakukan oleh Miller (2000) terhadap 38 wanita yang menggunakan DMPA didapati kadar estradiol yang rendah ( < 20 pg/ml) pada 3 % sample dan meningkat menjadi 34 % persen setelah 6 bulan penyuntikan, dimana pada pemakaian DMPA selama 6 bulan mendapatkan rata-rata kadar estradiol serum 99,9 ± 9,3 pg/ml sampai 26,6 ± 1,6 pg/ml.39

Penelitian pada 50 orang yang menggunakan DMPA minimal 3 tahun didapatkan kadar rata-rata estradiol 52,67 ± 25,1 pg/ml.13 Wu Lei Zhen, dkk meneliti pada 44 wanita pengguna KB DMPA , didapatkan kadar rata-rata estradiol pada 20 wanita yang menggunakan 4 sampai 8 kali adalah 150,5 pmol/l, pada 24 wanita yang menggunakan diatas 8 kali rerata kadar estradiol 137,6 pmol/l.14

Penelitian pada 32 wanita yang masih menggunakan DMPA setelah dua tahun didapatkan kadar estradiol < 52 pmol/l pada 27 pengguna dan kadar estradiol > 52 pmol/l pada 5 pengguna.15


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional, dengan melakukan pengamatan sesaat pada beberapa akseptor KB yang menggunakan KB suntik DMPA 1 tahun (1-2 tahun) dan 3 tahun (3-5 tahun) sebagai alat kontrasepsinya pada saat penelitian ini dilakukan, di suatu daerah yang telah ditentukan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di praktek bidan swasta di Kecamatan Medan Sunggal dan di Medan Johor.

Waktu penelitian untuk pengambilan sampel yaitu dilaksanakan pada bulan April 2008 - Juni 2008 atau sampai sampel terpenuhi

3.3. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah semua akseptor KB DMPA yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan.

3.4. Kriteria Penerimaan Sampel


(31)

2. Tidak sedang menyusui 3. BMI < 30 kg/m2

Kriteria Penolakan Sampel

Akseptor KB DMPA yang menolak mengikuti penelitian

3.5. Jumlah Sampel Penelitian

Besar sampel penelitian dihitung menurut statistik

2 2 1 2 1

)

(

2

⎟⎟⎠

⎜⎜⎝

+

=

=

x

x

S

Z

Z

n

n

α

β

n1 = n2 = Jumlah sampel kelompok yang mendapat suntikan KB DMPA 1 tahun dan kelompok DMPA 3 tahun

Zg = Derajat tingkat kemaknaan untuk 95 % adalah Zg = 1,96 Z = Kekuatan Uji dari penelitian yakni 85 % adalah Z = 1,036 X1-x2 = Selisih kadar rata-rata estradiol pada kedua kelompok

adalah 24


(32)

2 2 1

24

41

,

25

)

036

,

1

96

,

1

(

2

+

=

=

n

n

= 19,72 ~ 20

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini dibulatkan menjadi 20 orang untuk masing-masing kelompok

3.6. Instrumen Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan antara lain : 1. Spidol/ alat tulis

2. Spuit 5 cc

3. Formulir permintaan pemeriksaan 17- -estradiol dan formulir identitas responden.

3.7. Cara Kerja

1. Kasus yang memenuhi kriteria penelitian setelah diberi penjelasan dan setuju ikut penelitian menandatangani surat persetujuan penelitian.

2. Semua pasien dalam penelitian ini dilakukan wawancara dan dicatat dalam status penelitian meliputi : identitas penderita, jumlah anak, keluhan yang timbul selama pemakaian DMPA


(33)

3. Pemeriksaan umum yang meliputi status presens, pemeriksaan fisik (berat badan dan tinggi badan) memakai timbangan dan alat ukur tinggi badan merek Health Scale.

4. Pengambilan dan pengukuran kadar estradiol

- Pengambilan darah dari vena perifer sebanyak 3-5 cc untuk pemeriksaan kadar estradiol serum pada pemakaian DMPA 1 tahun dan 3 tahun.

- Pengambilan darah dilakukan pada jadwal penyuntikan KB DMPA berikutnya (sebelum dilakukan penyuntikkan).

- Pengukuran kadar estradiol serum dilakukan dengan tekhnik ELISA (Enzyme Linked Imunosobent Assay). Perbedaan pola kadar estradiol serum akan dianalisa secara statistik.

3.8. Pengolahan data dan statistik

Data penelitian dicatat dalam formulir penelitian, dilakukan penataan dan pengolahan data secara manual dan komputer. Lalu dianalisa dengan uji korelasi menggunakan komputerisasi.


(34)

3.9. Landasan etik penelitian

1. Setiap wanita yang memenuhi kriteria penerimaan akan mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan cara-cara penelitian, kemudian bersedia menandatangani formulir persetujuan penelitian secara sukarela.

2. Setiap wanita yang ikut dalam penelitian ini berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Dengan alasan tertentu juga berhak untuk menarik diri dari penelitian ini.

3. Kepada wanita peserta penelitian ini tidak dikenakan biaya tambahan yang dikaitkan dengan adanya penelitian ini.

3.10. Kerangka Kerja

Pemakaian 1 thn (1 – 2 thn) AKSEPTOR KB DMPA

(Yang memenuhi kriteria

eksklusi dan inklusi) Kadar Estradiol Serum

Pemakaian 3 thn (3 – 5 thn)

Keluhan yang timbul selama pemakaian :

- Amenorrhea - Sakit kepala - Spotting


(35)

3.11. Batasan Operasional

1. Peserta KB DMPA adalah wanita yang menggunakan suntikan DMPA untuk tujuan kontrasepsi setiap 3 bulan.

2. Paritas adalah jumlah bayi yang pernah dilahirkan.

3. Dikatakan kurus jika BMI < 18,5 kg/m2, normal bila BMI 18,5 - 24,9 kg/m2, overweight bila BMI 25 – 29,9 kg/m2, obesity bila BMI > 30 kg/m2 .

4. Usia subur adalah usia perempuan yang masih mampu untuk hamil (dalam penelitian ini dibatasi usia 20-35 tahun).

5. Spotting adalah bercak perdarahan haid diluar siklus menstruasi.

6. Sakit kepala merupakan keluhan subjektif berupa rasa sakit pada kepala, dengan pemberian analgetik menjadi berkurang atau hilang.

7. Jumlah darah haid sedikit adalah bila ganti pembalut < 2 kali/hari

8. Amenorea adalah tidak mendapatkan haid 3 bulan berturut-turut dimana sebelumnya haidnya datang setiap bulan.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Besar sampel dari penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 40 orang, terdiri dari 20 orang pengguna KB DMPA selama 1- 2 tahun dan 20 orang pengguna KB DMPA selama 3 – 5 tahun.

1. Sebaran Karakteristik Responden Pengguna DMPA

Tabel 4.1. Sebaran karakteristik responden pengguna DMPA Pengguna DMPA

1 tahun (1-2 tahun)

Pengguna DMPA 3 tahun (3-5 tahun)

n % n % Usia (tahun) < 30 > 30 10 10 50 50 3 17 15 85

Mean : 31,05 Mean : 33,20

SD : 3,47 SD : 2,42

BMI (kg/m2) 18,5 - 24,9 25 – 29,9

10 10 50 50 12 8 60 40

Mean : 24,37 Mean : 24,40


(37)

Dari tabel 4.1, diperoleh sebaran pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun pada kelompok umur dibawah 30 tahun sebanyak 10 orang (50 %), kelompok umur diatas 30 tahun 10 Orang (50 %) dengan mean 31,05. Sedangkan pada penggunaan 3-5 tahun terbanyak pada kelompok diatas 30 tahun yaitu 17(85%) dengan mean 33,20. BMI (Body Mass Index) pada pengguna KB DMPA dijumpai terbanyak pada BMI normal 3-5 tahun yaitu 12 orang (60%) dengan mean 24,40. Sedangkan untuk BMI < 18,5 kg/m2 untuk kedua kelompok tidak dijumpai.

2. Sebaran Kadar Estradiol pada Pengguna DMPA

Tabel 4.2. Sebaran kadar estradiol pada pengguna DMPA Kadar estradiol darah (pg/ml) Lama

penggunaan Rentang Mean SD

1-2 tahun 34,80 – 151,80 78,69 29,76 3-5 tahun 20,50 – 91,60 54,23 21,07

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar estradiol pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun adalah 34,80 - 151,80 dengan mean sebesar 78,69 ± 9,76 pg/ml sedangkan pada 3-5 tahun adalah 20,50 - 91,60 dengan mean sebesar 54,23 ± 21,07 pg/ml

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun oleh Wu Lei Zhen, dkk. yang meneliti 44 wanita pengguna KB DMPA , didapatkan kadar rata-rata estradiol pada 20 wanita yang


(38)

menggunakan 4 sampai 8 kali adalah 150,5 pmol/l, pada 24 wanita yang menggunakan diatas 8 kali rata-rata kadar estradiol 137,6 pmol/l.14

Sedangkan pada pengguna KB DMPA 3-5 tahun, Taneepanischskul, dkk yang melakukan penelitian terhadap 50 orang yang menggunakan DMPA minimal 3 tahun didapatkan kadar estradiol rata-rata 52,67 ± 25,1 pg/ml.13

Penelitian yang dilakukan oleh P.J Ryan, dkk pada 32 wanita yang masih menggunakan DMPA setelah dua tahun didapatkan kadar estradiol < 52 pmol/l pada 27 pengguna dan kadar estradiol > 52 pmol/l pada 5 pengguna.15

3. Sebaran Kadar Estradiol Berdasarkan BMI pada Pengguna DMPA

Tabel 4.3. Sebaran kadar estradiol berdasarkan BMI pada pengguna DMPA Kadar estradiol

darah (pg/ml) Pengguna DMPA

1 tahun (1-2 tahun) p

Kadar estradiol darah (pg/ml) Pengguna DMPA 3 tahun (3-5 tahun) Variabel

n Mean SD n Mean SD

p

BMI (kg/m2) 18,5 - 24,9

25 – 29,9

10 10 76,47 80,89 33,52 27,12

0,751 12 8 54,76 53,53 25,67 12,97 0,889


(39)

Dari tabel 4.3 diperoleh rata-rata kadar estradiol darah tertinggi dijumpai pada kelompok BMI over weight pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun adalah 80,89 ± 27,12 dan yang terendah pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun pada kelompok BMI over weight adalah 53,53 ± 12,97 secara statistik tidak dijumpai hubungan bermakna.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Clark MK, dkk. yang dalam penelitiannya mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara kadar estradiol dengan BMI, tetapi mereka menjumpai semakin lama menggunakan KB DMPA berhubungan dengan kadar estradiol yang rendah.37

4. Sebaran Kadar Estradiol Berdasarkan Usia pada Pengguna DMPA

Tabel 4.4. Sebaran kadar estradiol berdasarkan Usia pada pengguna DMPA Kadar estradiol

darah (pg/ml) Pengguna DMPA

1 tahun (1-2 tahun) p

Kadar estradiol darah (pg/ml) Pengguna DMPA 3 tahun (3-5 tahun) Variabel

n Mean SD n Mean SD

p Usia (tahun) < 30 > 30 10 10 90,46 66,92 37,73 11,75

0,087 3 17 68,73 51,71 18,24 20,96 0,241


(40)

Dari tabel 4.4 diperoleh rata-rata kadar estradiol darah tertinggi dijumpai pada kelompok usia dibawah 30 tahun pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun yaitu 90,46 ± 37,73 dan yang terendah pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun pada kelompok usia diatas 30 tahun yaitu 50,98 ± 21,19 dimana secara statistik tidak dijumpai hubungan bermakna.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Clark MK, dkk. yang dalam penelitiannya mendapatkan tidak ada hubungan secara statistik antara usia dengan kadar estradiol.37

5. Sebaran Keluhan yang Timbul selama Pemakaian Berdasarkan lamanya Suntikan pada Akseptor KB DMPA

Tabel 4.5. Sebaran keluhan yang timbul selama pemakaian berdasarkan lamanya suntikan pada Akseptor KB DMPA

Pengguna 1- 2 tahun Pengguna 3-5 tahun

Keluhan n % n %

Amenorea 12 60 20 100

Jumlah darah haid sedikit 8 40 (-) 0

Dari tabel 4.5 diperoleh keluhan amenorea merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai. Pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun dijumpai sebanyak 12 orang (60%) dan pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun semuanya amenorea (100%). Keluhan jumlah darah haid sedikit dijumpai sebanyak 8 (40%) orang pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun.


(41)

Sedangkan keluhan sakit kepala dan perdarahan bercak tidak dijumpai pada kedua kelompok pengguna KB DMPA.

Hasil ini sesuai dengan pernyataan SOGC yang menyatakan bahwa pada penggunaan KB DMPA, keluhan amenorea terjadi 55 % pada penggunaan selama 12 bulan dan meningkat dalam penggunaan selama 24 bulan menjadi 68 %.40

Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Wu Lei Zhen, dkk, pada 44 wanita, mereka mendapatkan wanita yang mengalami amenorea meningkat sesuai lamanya pengunaan KB DMPA dimana dalam waktu 6 – 12 bulan pemakaian didapatkan sebanyak 14 orang (32 %), dalam waktu 13 -17 bulan pemakaian sebanyak 5 orang (11 %) dan dalam waktu pemakaian 18 – 24 bulan pemakaian sebanyak 25 pasien (57 %).14


(42)

6. Sebaran Keluhan Amenorea dengan Kadar Estradiol pada Pengguna DMPA

Tabel 4.6. Sebaran keluhan amenorea dengan kadar estradiol pada pengguna DMPA

Kadar estradiol darah Pengguna DMPA 1 tahun (1-2 tahun)

Kadarestradiol darah Pengguna DMPA

3 tahun (3-5 tahun) p

Variabel

n Mean SD n Mean SD amenorea 12 66,82 15,91 20 54,23 21,07 0,067

Uji T-test Independen

Dari tabel 4.6 didapatkan rata-rata kadar estradiol darah pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun yang mengalami amenorea adalah 66,82 ± 15,91 pg/ml dan pada pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun adalah 54,23 ± 21,07 pg/ml, dimana ada perbedaan tetapi secara statistik tidak bermakna ( p = 0,067 ). Penurunan kadar estradiol darah ini masih dalam kisaran kadar pada fase folikuler dini.

Penelitian yang dilakukan oleh Gbolade, dkk ,didapatkan bahwa kadar estradiol serum pada wanita pengguna KB DMPA yang mengalami amenorea adalah < 100 pmol/ml.41


(43)

Sedangkan Taneepanichskul, dkk, menyatakan bahwa pada pemakaian KB DMPA jangka panjang terjadi penurunan kadar estradiol sampai mencapai kadar terendah tetapi masih dalam kisaran kadar pada fase folikuler dini, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan pada keadaan postmenopause.13


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan :

- Pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun didapatkan rata-rata kadar estradiol darah 78,69 ± 29,76 pg/ml dan pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun adalah 54,23 ± 21,07 pg/ml.

- Penurunan kadar estradiol masih berkisar dalam kadar fase folikuler, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan pada keadaan postmenopause - Keluhan amenorea lebih banyak dijumpai pada pengguna KB DMPA

selama 3-5 tahun

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai kadar estradiol pada pemakaian KB DMPA jangka panjang yakni > 5 tahun.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mishell DR. Steroidal contraception: Clinical aspect. J Reprod Med, 1996; May (5):461-9.

2. Jeppson S, et all. Medroxyprogesterone acetate, estradiol, FSH and LH in peripheral blood after administration of Depo-provera to women. Contraception, 1976 ; 14(4) : 462-9.

3. Schwallie PC, et all. The effect of depot medroxyprogesterone acetate on pituitary and ovarian function, and return of fertility following its discontinuation. Contraception, 1971; 10:1981-202.

4. Baziad Ali, Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002:18-19.

5. Moore LL, et all. A Comparative study of one year weight gain among user medroxyprogesterone acetate, levonorgestrel implant, and oral contraceptive. Contraception, 1995; 52:215.

6. Kautniz AM, et all. Injectable contraception with depo medroxyprogesterone acetate current status. The journal of pediatric, Obstetric and Gynecology, 1995; 36:29-36.

7. Pardthaisong T. Return of fertility after use of injectable contraceptive Depo-Provera 150: an updated data analysis. J Biosoc Sci 1984; 16:23-4. 8. FDA talk paper, available at ; black box warning added concerning


(46)

9. Technical consultation on the effects of hormonal contraception on bone health. Summary Report Geneva, Switzerland 20-21 June 2005. WHO Press 2007.

10. Edelman A, et all. Should adolescent girls be given depot medroxyprogesterone acetate ?. Southern Medical Association, Birmingham, 2005 : 1-7.

11. Lee J.R. Osteoporosis treatment during or shortly after treatment. The official web site of John R.Lee, M.D, 2006.

12. Prestwood K, et al. Ultralow-dose micronized 17 -estradiol and bone density and bone metabolism in older women, a randomized trial. JAMA, August 27, 2003 ; 290(8) :1042-1048.

13. Taneepanichskul S, et all. Bone mineral density in long-term depot medroxyprogesterone acetate acceptors. Contraception, 1997 ; 56(1) :1-3. 14. Wu Lei Zhen, Zhu Minghui, et al. Evaluation of safety in Chinese women

with amenorrhea following injection of depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Sichuan Reproductive Health Institude, Chengdu, 1999 ; 34(10) : 621-3.

15. P.J Ryan, et al. Depot medroxyprogesterone and bone mineral density. The Journal of Family Planning and Reproductive Health Care, 2002 ; 28(1) :12-15.

16. Gabriele S, et al. A prospective study on the effects of depot medroxyprogesterone acetate on trabecular and cortical bone after


(47)

attainment of peak bone mass. Br J of Obstetric and Gynaecology, 2000 ; 107 : 863-869.

17. Goldfien A. The progestins. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical Pharmacology, 5th ed. Norwalk: Apleton & Lange, 1992:265-8.

18. Fraser IR. Long acting hormonal contraceptive. In: Sherman RP. Clinical Reproductive Endocrinology. Sydney : Churcill-Livingstone, 1985:634-51. 19. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Long-acting methods of contraceptions. In:

Clinical Gynecological Endocrinology and Infertility, 6th editions. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins, 1999: 962-9.

20. Chatterton RT. Pharmacology of contraceptive steroid. In: Sciarra JJ eds. Fertility Regulation. Pyschosomatic Problems and Human Sexulaity, revised ed. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1997; 6:1-4.

21. Depo Provera. Available at Wikipedia, the free encyclopedia.htm.

22. Davis AJ. Use of Depot medroxyprogesterone acetate contraception in adolescents. J Reprod Med, 1996; 41:407-13.

23. Kaunitz AM. Long-acting injectable contraception with depot medroxyprogesteron acetate. Am J Obstet Gynecol, 1994; 170:1543-9. 24. Scott A, et all, Evidence based contraception choices, Best practice &

Research Clinical Obstetrics and Gynecology, 2006; 20:1-16.

25. Poots M, Tsang Th. History of contraception. In: Sciarra JJ. Sciarra Gynecology and Obstetrics, 6th Revised Editions. Philadelphia: Lippincot Raven Publisher, 1997:1-23.


(48)

26. Frost JK. Gynecologic and Obstetric cytopathology. In : Novak ER (ed). Gynecologic and obstetric pathology, with clinical and endocrine relations. 5th ed. W.B Saunders Company. Philadelphia-London, 1996 : 595-687. 27. Ganong William F. Physiology of reproduction in women. In : DeCherney

AH, Nathan L(eds). Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th Ed (International Edition). McGraw-Hill. USA, 2003 : 1018-1040.

28. Noormaartany, Persiapan pemeriksaan laboratorium saat dan frekwensi pengambilan sample LH/FSH, estradiol, progesteron, prolactin & -hCG untuk penyakit endokrinologi reproduksi, Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung : 1-14.

29. Tietz Nobert. Clinical Guide to laboratory test. 3rd edition. WB Saunders Company. Philadelphia, 1995 : 218-514.

30. Wojtyss EM. et all. Association between the menstrual cycle and anterior cruciate ligament injuries in female athletes. Am J Sports Med.Sep-oct 1998;26(5):614-619.

31. Dillis CL. Change in mammographic breast density associated with the use of depo-provera. The Breast Journal, 2003, volume 9(4) : 312-315. 32. Toppozada M. Injectable contraceptives. Contraceptives Delivery System,

1982; 3(2):161-70.

33. Mishell DR Jr . Pharmacokinetics of Depot medroxyprogesterone acetate contraception. J Reprod Med, 1996; 41:381-90.

34. Fotherby K, et all. Pharmacokinetic study of different doses of Depo-Provera. Contraception, 1980; 22:527-32.


(49)

35. Mishell DR Jr, et all. Estrogenic activity in women receiving an injectable progesteron for contraception. Am J Obstet Gynecol, 1972; 113(3):372-6. 36. Jeppeson S, et all. Endometrial histology and circulating levels of

medroxyprogesterone acetate (MPA), estradiol, FSH and LH in women with MPA induced amenorrhea compared with women with secondary amenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand, 1977 ; 56(1) : 43-8.

37. Clark MK, et all. Magnitude and variability of sequential estradiol and progesterone concentrations in women using depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Fertil Steril, 2001 ; 75(5) : 871-7.

38. Ortiz A, Hiroi M, Stanczyk FZ, et all. Serum medroxyprogesterone acetate (MPA) concentrations and ovarian function after intramuscular injection of depo-MPA. J Clin Endocrinol Metab, 1997; 44:32-8.

39. Miller L, et all. Depomedroxyprogesterone-induced Hypoestrogenism and Changes in Vaginal Flora and Epithelium. Am J Obstet & Gynecol, 2000; 96:431-9.

40. SOGC Comitte Opinion. Injectable Medroxyprogesterone Acetate for Contraception. J SOGC, August 2000 ; 94.

41. Gbolade B, et al. Bone density in long term users of depot medroxyprogesterone acetate. Br J of Obstet and Gynaecol, 1998; 105 :790-794.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan :

- Pada pengguna KB DMPA selama 1-2 tahun didapatkan rata-rata kadar estradiol darah 78,69 ± 29,76 pg/ml dan pengguna KB DMPA selama 3-5 tahun adalah 54,23 ± 21,07 pg/ml.

- Penurunan kadar estradiol masih berkisar dalam kadar fase folikuler, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan pada keadaan postmenopause - Keluhan amenorea lebih banyak dijumpai pada pengguna KB DMPA

selama 3-5 tahun

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai kadar estradiol pada pemakaian KB DMPA jangka panjang yakni > 5 tahun.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mishell DR. Steroidal contraception: Clinical aspect. J Reprod Med, 1996; May (5):461-9.

2. Jeppson S, et all. Medroxyprogesterone acetate, estradiol, FSH and LH in peripheral blood after administration of Depo-provera to women. Contraception, 1976 ; 14(4) : 462-9.

3. Schwallie PC, et all. The effect of depot medroxyprogesterone acetate on pituitary and ovarian function, and return of fertility following its discontinuation. Contraception, 1971; 10:1981-202.

4. Baziad Ali, Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2002:18-19.

5. Moore LL, et all. A Comparative study of one year weight gain among user medroxyprogesterone acetate, levonorgestrel implant, and oral contraceptive. Contraception, 1995; 52:215.

6. Kautniz AM, et all. Injectable contraception with depo

medroxyprogesterone acetate current status. The journal of pediatric, Obstetric and Gynecology, 1995; 36:29-36.

7. Pardthaisong T. Return of fertility after use of injectable contraceptive Depo-Provera 150: an updated data analysis. J Biosoc Sci 1984; 16:23-4.

8. FDA talk paper, available at ; black box warning added concerning long-term use of depo provera contraceptive injection.htm.


(3)

9. Technical consultation on the effects of hormonal contraception on bone health. Summary Report Geneva, Switzerland 20-21 June 2005. WHO Press 2007.

10.Edelman A, et all. Should adolescent girls be given depot

medroxyprogesterone acetate ?. Southern Medical Association, Birmingham, 2005 : 1-7.

11. Lee J.R. Osteoporosis treatment during or shortly after treatment. The official web site of John R.Lee, M.D, 2006.

12. Prestwood K, et al. Ultralow-dose micronized 17 -estradiol and bone density and bone metabolism in older women, a randomized trial. JAMA, August 27, 2003 ; 290(8) :1042-1048.

13. Taneepanichskul S, et all. Bone mineral density in long-term depot medroxyprogesterone acetate acceptors. Contraception, 1997 ; 56(1) :1-3.

14. Wu Lei Zhen, Zhu Minghui, et al. Evaluation of safety in Chinese women with amenorrhea following injection of depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Sichuan Reproductive Health Institude, Chengdu, 1999 ; 34(10) : 621-3.

15. P.J Ryan, et al. Depot medroxyprogesterone and bone mineral density. The Journal of Family Planning and Reproductive Health Care, 2002 ; 28(1) :12-15.

16.Gabriele S, et al. A prospective study on the effects of depot


(4)

attainment of peak bone mass. Br J of Obstetric and Gynaecology, 2000 ; 107 : 863-869.

17. Goldfien A. The progestins. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical Pharmacology, 5th ed. Norwalk: Apleton & Lange, 1992:265-8.

18. Fraser IR. Long acting hormonal contraceptive. In: Sherman RP. Clinical Reproductive Endocrinology. Sydney : Churcill-Livingstone, 1985:634-51.

19. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Long-acting methods of contraceptions. In: Clinical Gynecological Endocrinology and Infertility, 6th editions. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins, 1999: 962-9.

20. Chatterton RT. Pharmacology of contraceptive steroid. In: Sciarra JJ eds. Fertility Regulation. Pyschosomatic Problems and Human Sexulaity, revised ed. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1997; 6:1-4.

21. Depo Provera. Available at Wikipedia, the free encyclopedia.htm.

22. Davis AJ. Use of Depot medroxyprogesterone acetate contraception in adolescents. J Reprod Med, 1996; 41:407-13.

23.Kaunitz AM. Long-acting injectable contraception with depot

medroxyprogesteron acetate. Am J Obstet Gynecol, 1994; 170:1543-9.

24. Scott A, et all, Evidence based contraception choices, Best practice & Research Clinical Obstetrics and Gynecology, 2006; 20:1-16.

25. Poots M, Tsang Th. History of contraception. In: Sciarra JJ. Sciarra Gynecology and Obstetrics, 6th Revised Editions. Philadelphia: Lippincot Raven Publisher, 1997:1-23.


(5)

26. Frost JK. Gynecologic and Obstetric cytopathology. In : Novak ER (ed). Gynecologic and obstetric pathology, with clinical and endocrine relations. 5th ed. W.B Saunders Company. Philadelphia-London, 1996 : 595-687.

27. Ganong William F. Physiology of reproduction in women. In : DeCherney AH, Nathan L(eds). Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th Ed (International Edition). McGraw-Hill. USA, 2003 : 1018-1040.

28. Noormaartany, Persiapan pemeriksaan laboratorium saat dan frekwensi pengambilan sample LH/FSH, estradiol, progesteron, prolactin & -hCG untuk penyakit endokrinologi reproduksi, Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung : 1-14.

29. Tietz Nobert. Clinical Guide to laboratory test. 3rd edition. WB Saunders Company. Philadelphia, 1995 : 218-514.

30. Wojtyss EM. et all. Association between the menstrual cycle and anterior cruciate ligament injuries in female athletes. Am J Sports Med.Sep-oct 1998;26(5):614-619.

31. Dillis CL. Change in mammographic breast density associated with the use of depo-provera. The Breast Journal, 2003, volume 9(4) : 312-315.

32. Toppozada M. Injectable contraceptives. Contraceptives Delivery System, 1982; 3(2):161-70.

33. Mishell DR Jr . Pharmacokinetics of Depot medroxyprogesterone acetate contraception. J Reprod Med, 1996; 41:381-90.


(6)

Depo-35. Mishell DR Jr, et all. Estrogenic activity in women receiving an injectable progesteron for contraception. Am J Obstet Gynecol, 1972; 113(3):372-6.

36.Jeppeson S, et all. Endometrial histology and circulating levels of medroxyprogesterone acetate (MPA), estradiol, FSH and LH in women with MPA induced amenorrhea compared with women with secondary amenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand, 1977 ; 56(1) : 43-8.

37. Clark MK, et all. Magnitude and variability of sequential estradiol and progesterone concentrations in women using depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Fertil Steril, 2001 ; 75(5) : 871-7.

38. Ortiz A, Hiroi M, Stanczyk FZ, et all. Serum medroxyprogesterone acetate (MPA) concentrations and ovarian function after intramuscular injection of depo-MPA. J Clin Endocrinol Metab, 1997; 44:32-8.

39. Miller L, et all. Depomedroxyprogesterone-induced Hypoestrogenism and Changes in Vaginal Flora and Epithelium. Am J Obstet & Gynecol, 2000; 96:431-9.

40.SOGC Comitte Opinion. Injectable Medroxyprogesterone Acetate for Contraception. J SOGC, August 2000 ; 94.

41.Gbolade B, et al. Bone density in long term users of depot

medroxyprogesterone acetate. Br J of Obstet and Gynaecol, 1998; 105 :790-794.