18551 22599 1 PB

(1)

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1

BANGSAL MOJOKERTO Lina Izza Mazidah

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail :

linamazidah@mhs.unesa.ac.id

Ika Kurniasari

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail :

ikakurniasari@unesa.ac.id

Abstrak

Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika. Banyak yang beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari. Pelajaran yang sulit bagi siswa membuat mereka pasif di dalam kelas, khususnya ketika diberi pertanyaan oleh guru atau disuruh maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Selain itu juga membuat siswa cemas dan takut terhadap pelajaran matematika. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran Probing Prompting.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran Probing Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan jumlah 32 siswa.

Hasil analisis data menunjukkan: Hasil belajar kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 77 dan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 68,79. Hasil uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa

χ

h2

=

9,64

<

χ

t2

=

11,070

dan kelas kontrol menunjukkan bahwa

χ

h2

=8,59<

χ

t2

=11,070

. Artinya distribusi data kedua kelas dinyatakan normal. Hasil

uji homogenitas menunjukkan nilai

F

hitung lebih kecil dari

F

tabel (1,32

¿

1,83), maka data tersebut dinyatakan homogen. Uji hipotesis menunjukkan nilai

t

hitung lebih besar dari

t

tabel (

2,91>

2,00

¿

, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti terdapat

perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Probing Prompting, Matematika, Garis dan Sudut. Abstract

Learning outcomes are the basis used to determine the success rate of students to master a subject matter. The problems faced by education in Indonesia at this time is the student learning outcomes are unsatisfactory, particularly in mathematics. Many have assumed that math is difficult to learn. A tough lesson for students to make them


(2)

Volume 3 No 5 Tahun 2015

passive in the classroom, especially when given the questions by the teacher or told to forward to the next class to resolve the problem. It also make students anxious and afraid of math lessons. One way to make students active learning or when prompted to resolve the matter in front of the classroom is a learning technique by applying Probing Prompting.

This research is experimental research and research design used was the Non-equivalent Control Group Design. The purpose of this research is find out whether the learning technique of Probing Prompting effect on student learning outcomes on the material line and angle for the seventh grade of SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. The sample is used class VII-H as experiment class with a number of 36 students and class VII-G as control class with a number of 36 students.

The result showed: The results of study experiment class an average rating 77 and control class has an average rating 68,79. The result of normality test experimental class, show that

χ

h2

=

9,64

<

χ

t2

=

11,070

and the control class show that

χ

h2

=8,59<

χ

t2

=11,070

. It means that data distribution of both class show as normal

class. Homogeneity test result show the calculated F value is smaller than the value of F table (1,32

¿

1,83), so the data is shown homogeneous. Hypothesis testing showed

t

count is greater than

t

table (

2,91

>2,00

¿

, so H0 is rejected and H1 is accepted.

Means that there is difference in student learning outcomes significantly between students who receive treatment probing prompting learning techniques with students who did not receive treatment. In conclusion, probing prompting learning techniques effect on student learning outcomes


(3)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2007:33). Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peran paling penting dalam dunia pendidikan karena dari segi waktu yang digunakan, untuk mata pelajaran matematika relatif lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain. Dari segi pelaksanaan, matematika sudah dikenalkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Bahkan pada jenjang pra sekolah seperti TK dan Playgroup sudah mulai dikenalkan dengan matematika, walaupun hanya sekedar mengenal angka 1 sampai 10.

Selain matematika, pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju dan berkembang. Menjadi bangsa yang maju dan berkembang adalah impian setiap negara di dunia. Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang matang, suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh pihak lain. Peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa.

Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Keswara (2013) berdasarkan data Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS), bahwa pelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Hal itu ditunjukkan pada hasil skor rata-rata prestasi matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Bahkan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara ASEAN

lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Sependapat dengan data TIMSS, menurut survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) (Detik, 4 Desember 2013) bahwa PISA melakukan survey tentang kemampuan siswa dan sistem pendidikan, yang diadakan 3 tahun sekali. Terakhir, survei PISA tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan Desember 2013 melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia. Hasil terbaru dari PISA 2013 seperti yang dilansir dalam detikNews bahwa Mendikbud menyatakan hasil survei PISA, Indonesia menempati posisi 64 dari 65 negara. Kurang dari satu persen siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang Matematika.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan kurang minatnya siswa terhadap pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (1999:252) bahwa, “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sulit dipelajari.

Pelajaran yang sulit membuat siswa cenderung pasif pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini siswa kurang berperan dalam pembelajaran. Selain itu, hasil nilai rata-rata ulangan harian 3 kali berturut-turut adalah 68,36; 74,16; 65,66. Nilai tersebut masih di bawah KKM yaitu 75. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru pemula, siswa cenderung pasif ketika guru meminta untuk


(4)

Volume No. Tahun 2016

menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa pasif dikarenakan takut salah dalam

menjawab pertanyaan atau

menyelesaikan soal di depan kelas. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, guru sebaiknya mencari cara agar siswa aktif dan mempunyai keberanian menjawab ketika diberi pertanyaan atau diminta mengerjakan soal di depan kelas.

Menurut pandangan konstruktivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa perlu dibiarkan untuk memecahkan masalah, menentukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri agar mereka benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Silberman (2013:9) mengungkapkan bahwa siswa untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik perlu

“mengerjakannya”, yakni

menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Saat ini banyak teknik pembelajaran yang dapat digunakan guru, tetapi tidak semua teknik pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bergantung dari karakteristik peserta didik, materi pembelajaran, dan konteks lingkungan di mana pembelajaran berlangsung (Yaumi, 2013:232). Teknik pembelajaran didefinisikan cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan metode secara spesifik dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan berbagai teknik pembelajaran yang tepat.

Probing Prompting adalah teknik pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari menurut Suherman (dalam Huda, 2008:6). Pembelajaran probing prompting memungkinkan terciptanya suatu pembelajaran di dalam kelas yang lebih interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa adalah pertanyaan yang menuntun siswa untuk memahami konsep dengan sendirinya, sehingga pemahaman konsep siswa akan lebih baik dan lebih optimal. Selanjutnya, siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Proses tanya jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa akan membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan yang datang sehingga timbul pengetahuan baru.

Proses probing prompting dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, sebab ia menuntut konsentrasi dan keaktifan. Perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus selalu siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Dengan teknik pembelajaran probing prompting ini, siswa akan percaya diri saat menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan kelas karena dibimbing oleh guru ketika ia menemui kesulitan.

Selain itu hasil penelitian dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting yang dilakukan Kurniasari (2012) menunjukkan bahwa hasil kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII G di SMPN 1 Rejoso Kabupaten Nganjuk tergolong baik. Proses penalaran,


(5)

pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Untuk membangun gagasan atau membuktikan suatu gagasan dalam matematika diperlukan penalaran, apabila penalaran matematika baik diharapkan hasil belajar yang diperoleh juga baik. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto masih menggunakan kurikulum 2006. Berdasarkan kurikulum 2006, bab garis dan sudut ini memuat materi mengenai hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut; sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain; serta cara melukis dan membagi sudut. Peneliti memilih materi ini karena menggunakan materi pada RPP yang telah diterapkan oleh peneliti sebelumnya yaitu pada bab Garis dan Sudut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa apabila diterapkan pada materi garis dan sudut. Dengan judul penelitian “PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANGSAL MOJOKERTO”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai

kelas eksperimen dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto tahun ajaran 2015/2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tes

Tes berupa soal uraian diberikan sebelum kegiatan pembelajaran (tes awal) dan sesudah kegiatan pembelajaran (tes hasil belajar). Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan hasil belajar siswa dalam memahami sub materi hubungan antar sudut. Tes diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel yang digunakan adalah sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat menurut Sugiyono (2012:80-82) adalah sebagai berikut.:

1) Merumuskan hipotesis statistik H0 = sampel berdistribusi normal

H1 = sampel berdistribusi tidak

normal

2) Menentukan taraf signifikan

α

=

0,05

Taraf signifikan

α

=0,05

dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.

3) Menentukan jumlah kelas interval

Jumlah kelas

=1+

3,3 log

n

4) Menentukan panjang kelas interval

Panjang kelas

=

data terbesar

data terkecil


(6)

Volume No. Tahun 2016

5) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

Inte rval

f

0

f

h

f

0

f

h

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

¿

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

… … … …

… … … …

Jum lah

… … … … …

Keterangan:

f

0 = Frekuensi atau jumlah

data hasil observasi

f

h = Frekuensi atau jumlah data yang diharapkan(presentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

f

0

f

h = Selisih data

f

0 dengan

f

h

6) Menghitung

f

h (frekuensi yang diharapkan) dengan cara mengalikan presentasi luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel)

7) Masukkan harga-harga

f

h ke daalm tabel kolom

f

h , sekaligus menghitung harga-harga

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

¿

dan

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

.

Harga

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

adalah

merupakan harga Chi Kuadrat

χ

2

¿

) hitung.

8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Kriteria pengujian

Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel,

maka data berdistribusi normal Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel,

maka data tidak berdistribusi normal

Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel

dengan taraf signifikan

α

=

0,05

. Dalam hal lain H0 diterima jika Chi

Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui homogenitas varians yang diambil atau dengan kata lain seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas antara lain sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis statistik H0 :

σ

12

=

σ

22 : varians sampel

homogen

H1 :

σ

12

≠ σ

22 : varians sampel

tidak homogen

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak H0 jika Fhitung

Ftabel, yang

berarti varians kedua populasi tidak homogen.

Terima H0 jika Fhitung

¿

Ftabel, yang

berarti varians kedua populasi homogen.

2) Menentukan taraf signifikan

α

=0,05

Taraf signifikan

α

=

0,05

dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.

3) Merangkum data seluruh variabel yang akan di uji homogenitasnya 4) Menghitung nilai rata-rata

(

x

)

5) Menghitung nilai

(

x

i

x

)

6) Menghitung nilai

(

x

i

x

)

2

7) Menghitung nilai

Σ

(

x

i

x

)

2

8) Menghitung simpangan baku dengan rumus:

s

2

=

Σ

(

x

i

x

)

2

n

1


(7)

x

i : nilai siswa

x

: mean atau nilai rata-rata kelas

n

: jumlah sampel

s

2 : varians sampel

9) Menghitung nilai

F

digunakan rumus:

F

hitung

=

varians terbesar

variansterkecil

Membandingkan nilai

F

hitung

dengan

F

α(n1−1,n2−1) sesuai

dengan kriteria pengujian dan menyimpulkannya.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan setelah melakukan uji prasyarat. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono (2012:117) menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Jenis analisis komparatifnya adalah uji dua fihak dengan dua sampel yang independen. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis statistik:

H0 : tidak terdapat perbedaan hasil

tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

H1 : terdapat perbedaan hasil tes hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

2. Menentukan Thitung dengan

menggunakan rumus:

t

=

x

´

1

− ´

x

2

s

12

n

1

+

s

22

n

2

Keterangan:

´

x

1 : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas eksperimen

´

x

2 : rata-rata nilai tes hasil belajar

kelas kontrol

n

1 : jumlah kelas eksperimen

n

2 : jumlah kelas kontrol

3. Menentukan Ttabel dengan

α

= 0,05

dan dk =

n

1

+

n

2

2

4. Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis statistik:

H0 :

μ

1

=

μ

2 , jika

t

hitung

¿

t

tabel ,

maka H0 diterima

H1 :

μ

1

≠ μ

2 , jika

t

hitung

¿

t

tabel ,

maka H1 diterima

5. Membandingkan Thitung dengan Ttabel.

6. Menarik kesimpulan.

Jika H0 diterima maka tidak terdapat

perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Sedangkan, jika H1 diterima maka terdapat

perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain, teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 12, dan 14 Maret 2016. Pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol pada tanggal 11 dan 14 Maret 2016.

Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberi tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran.

Dalam tes hasil belajar terdapat 7 soal uraian yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun nilai tes hasil


(8)

Volume No. Tahun 2016

belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Nilai Tes Hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nama Nilai Nama Nilai

AAA 98 MAS 90

SKFA 98 AMA 88

AS 90 JAF 84

AKMD 90 SPP 84

BKW 90 WF 78

DF 90 CKP 75

NAMP 90 MS 75

FAR 89 MHP 75

MRPHP 88 NLM 75

FQAF 83 WLH 75

MBAP 83 ANF 74

RPP 82 AKM 74

SA 82 ENWA 74

IK 81 TMK 74

DSD 80 AAP 73

SY 80 NM 73

AAD 79 AP 67

AA 79 DSS 67

DD 79 IAF 67

NM 76 RDN 67

AD 75 MMAP 66

NMB 70 AYA 65

KL 69 DJW 65

REP 69 JAG 65

HMI 67 MUNA 65

NYS 66 MRY 59

FIM 65 RM 57

FDR 62 AAN 56

EDG 57 AWR 55

PR 57 ABR 51

AKA 52 DRA 48

FE 48 MJA 40

Jumlah 2464 Jumlah 2201

Rata-rata 77 Rata-rata 68,79

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII-H sebagai kelas ekeperimen berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 77, sedangkan siswa kelas VII-G sebagai kelas kontrol berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 68,79.

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen

Kelas Frekue Persent

Interv al Hasil Belaja r nsi ase

84-100 9 28,125% 66-83 17 53,125% 48-65 6 18,750%

Jumla

h 32 100%

Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 84-100 sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 sebanyak 17 siswa dengan persentase 53,125%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

b. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas kontrol

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Kontrol

Kelas Interv al Hasil Belajar Frekuen

si Persentase

76-93 5 15,625% 58-75 21 65,625% 40-57 6 18,750%

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 58-75sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

c. Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4 Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kela s Inter val Hasi Frek uens i Pers enta se Kela s Inter val Hasi Frek uens i Pers enta se


(9)

l Bela

jar

l Bela

jar

84-100 9 28,125% 76-93 5 15,625%

66-83 17 53,125% 58-75 21 65,625%

48-65 6 18,750% 40-57 6 18,750%

Juml

ah 32 100% Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 4 di atas, skor kelas interval tinggi dengan nilai 84-100 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 17

siswa dengan persentase

53,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 58-75 sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 6

siswa dengan persentase

18,750%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

Analisis Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Teknik analisis hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji-t dua pihak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan berupa teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Bila harga

t

hitung

≥ t

tabel , maka maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan bila

harga

t

hitung

¿

t

tabel , maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Langkah-langkah uji-t dua

pihak adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis

H0 :

μ

1

=

μ

2 : tidak terdapat

perbedaan hasil tes hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan H1 :

μ

1

≠ μ

2 : terdapat perbedaan

hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

b. Menetapkan taraf signifikan (

α

= 0,05)

c. Melakukan perhitungan Uji-t dua pihak Data perhitungan uji-t dua pihak nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Data Perhitungan Uji-t Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Rata -rata

(

x

)

Jumlah Sampe l (n)

Varian s (

S

2 )

Eksperimen 77 32 143,08 Kontrol 68,7

9 32 119,46

Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak antara kedua sampel tersebut, selanjutnya akan dilakukan uji-t dua pihak. Karena

n

1

=

n

2 dan varians homogen (

σ

12

=

σ

22 ), maka dapat digunakan

rumus t-test, baik separated maupun polled varians. Besarnya

dk

=

n

1

+

n

2

−2

(Sugiyono, 2012). Berdasarkan rumus separated varians dilakukan perhitungan uji-t sebagai berikut:

t

=

x

´

1

− ´

x

2

s

12

n

1

+

s

22


(10)

Volume No. Tahun 2016

t

=

77

68,79

135,87

32

+

119,46

32

t

=

8,21

4,24

+

3,73

t

=

8,21

7,97

t

=2,91

Setelah diketahui nilai

t

hitung

=

2,91

, selanjutnya dibandingkan dengan nilai

t

tabel . Harga

t

tabel dengan taraf kesalahan (

α

)= 5% dan dk=62 adalah 2,00. Ternyata

t

hitung lebih besar dari

t

tabel (

2,91

>2,00

¿

. Dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan (pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto). Hal ini ditunjukkan dengan nilai

F

hitung

¿

F

tabel (1,32

¿

1,83) dan setelah diuji lanjut, diperoleh nilai

t

hitung lebih besar dari

t

tabel (

2,91

>2,00

¿

. Diketahui pembelajaran dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 77 sedangkan pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto memiliki rata-rata hasil

belajar 68,79. Berarti hasil belajar siswa dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting lebih baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

Untuk penelitian lebih lanjut, agar nilai hasil belajar lebih baik, sebaiknya penggunaan teknik pembelajaran probing prompting juga menggunakan media pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Detik. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika Siswa di Dunia, Indonesia Nomor Berapa? , (online), http://news.detik.com/berita/2432402/

ini-peringkat-kemampuan- matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-berapa, diakses 15 Juni 2016) Huda, Miftahul. 2013. Model-model

Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keswara, Ratih. 2013. Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah, (online), http://nasional.sindonews.com/read/80 4091/15/pembelajaran-matematika-di- indonesia-masuk-peringkat-rendah-1384111047, diakses 15 Juni 2016) Kurniasari, Yayuk. 2012. Penerapan Teknik

Pembelajaran Probing Prompting Untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7G di SMPN Rejoso. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Silberman, Melvin L.. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip- Prinsip Desain Pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.


(11)

(1)

5) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

Inte rval

f

0

f

h

f

0

f

h

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

¿

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

… … … …

… … … …

Jum lah

… … … … …

Keterangan:

f

0 = Frekuensi atau jumlah data hasil observasi

f

h = Frekuensi atau jumlah data yang diharapkan(presentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

f

0

f

h = Selisih data

f

0 dengan

f

h

6) Menghitung

f

h (frekuensi yang diharapkan) dengan cara mengalikan presentasi luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel)

7) Masukkan harga-harga

f

h ke daalm tabel kolom

f

h , sekaligus menghitung harga-harga

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

¿

dan

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

.

Harga

f

(

¿¿

0

f

h

)

2

f

h

¿

adalah

merupakan harga Chi Kuadrat

χ

2

¿

) hitung.

8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Kriteria pengujian

Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel,

maka data berdistribusi normal Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel,

maka data tidak berdistribusi normal

Chi Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel

dengan taraf signifikan

α

=

0,05

. Dalam hal lain H0 diterima jika Chi

Kuadrathitung

¿

Chi Kuadrattabel

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui homogenitas varians yang diambil atau dengan kata lain seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas antara lain sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis statistik H0 :

σ

12

=

σ

22 : varians sampel homogen

H1 :

σ

12

≠ σ

22 : varians sampel tidak homogen

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Tolak H0 jika Fhitung

Ftabel, yang

berarti varians kedua populasi tidak homogen.

Terima H0 jika Fhitung

¿

Ftabel, yang

berarti varians kedua populasi homogen.

2) Menentukan taraf signifikan

α

=

0,05

Taraf signifikan

α

=

0,05

dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.

3) Merangkum data seluruh variabel yang akan di uji homogenitasnya 4) Menghitung nilai rata-rata

(

x

)

5) Menghitung nilai

(

x

i

x

)

6) Menghitung nilai

(

x

i

x

)

2

7) Menghitung nilai

Σ

(

x

i

x

)

2

8) Menghitung simpangan baku dengan rumus:

s

2

=

Σ

(

x

i

x

)

2

n

1


(2)

x

i : nilai siswa

x

: mean atau nilai rata-rata kelas

n

: jumlah sampel

s

2 : varians sampel

9) Menghitung nilai

F

digunakan rumus:

F

hitung

=

varians terbesar

variansterkecil

Membandingkan nilai

F

hitung

dengan

F

α(n1−1,n2−1) sesuai dengan kriteria pengujian dan menyimpulkannya.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan setelah melakukan uji prasyarat. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono (2012:117) menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Jenis analisis komparatifnya adalah uji dua fihak dengan dua sampel yang independen. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis statistik:

H0 : tidak terdapat perbedaan hasil

tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

H1 : terdapat perbedaan hasil tes hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

2. Menentukan Thitung dengan

menggunakan rumus:

t

=

x

´

1

− ´

x

2

s

12

n

1

+

s

22

n

2 Keterangan:

´

x

1 : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas eksperimen

´

x

2 : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas kontrol

n

1 : jumlah kelas eksperimen

n

2 : jumlah kelas kontrol

3. Menentukan Ttabel dengan

α

= 0,05

dan dk =

n

1

+

n

2

2

4. Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis statistik:

H0 :

μ

1

=

μ

2 , jika

t

hitung

¿

t

tabel ,

maka H0 diterima

H1 :

μ

1

≠ μ

2 , jika

t

hitung

¿

t

tabel ,

maka H1 diterima

5. Membandingkan Thitung dengan Ttabel.

6. Menarik kesimpulan.

Jika H0 diterima maka tidak terdapat

perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Sedangkan, jika H1 diterima maka terdapat

perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain, teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 12, dan 14 Maret 2016. Pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol pada tanggal 11 dan 14 Maret 2016.

Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberi tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran.

Dalam tes hasil belajar terdapat 7 soal uraian yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun nilai tes hasil


(3)

belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Nilai Tes Hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nama Nilai Nama Nilai

AAA 98 MAS 90

SKFA 98 AMA 88

AS 90 JAF 84

AKMD 90 SPP 84

BKW 90 WF 78

DF 90 CKP 75

NAMP 90 MS 75

FAR 89 MHP 75

MRPHP 88 NLM 75

FQAF 83 WLH 75

MBAP 83 ANF 74

RPP 82 AKM 74

SA 82 ENWA 74

IK 81 TMK 74

DSD 80 AAP 73

SY 80 NM 73

AAD 79 AP 67

AA 79 DSS 67

DD 79 IAF 67

NM 76 RDN 67

AD 75 MMAP 66

NMB 70 AYA 65

KL 69 DJW 65

REP 69 JAG 65

HMI 67 MUNA 65

NYS 66 MRY 59

FIM 65 RM 57

FDR 62 AAN 56

EDG 57 AWR 55

PR 57 ABR 51

AKA 52 DRA 48

FE 48 MJA 40

Jumlah 2464 Jumlah 2201

Rata-rata 77 Rata-rata 68,79

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII-H sebagai kelas ekeperimen berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 77, sedangkan siswa kelas VII-G sebagai kelas kontrol berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 68,79.

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen

Kelas Frekue Persent

Interv al Hasil Belaja

r

nsi ase

84-100 9 28,125% 66-83 17 53,125% 48-65 6 18,750%

Jumla

h 32 100%

Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 84-100 sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 sebanyak 17 siswa dengan persentase 53,125%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

b. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas kontrol

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar pada Kelas Kontrol

Kelas Interv

al Hasil Belajar

Frekuen

si Persentase

76-93 5 15,625% 58-75 21 65,625% 40-57 6 18,750%

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 58-75sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

c. Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4 Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kela

s Inter

val Hasi

Frek uens

i

Pers enta se

Kela s Inter

val Hasi

Frek uens

i

Pers enta se


(4)

l Bela

jar

l Bela

jar

84-100 9 28,125% 76-93 5 15,625%

66-83 17 53,125% 58-75 21 65,625%

48-65 6 18,750% 40-57 6 18,750%

Juml

ah 32 100% Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 4 di atas, skor kelas interval tinggi dengan nilai 84-100 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 66-83 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 17

siswa dengan persentase

53,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 58-75 sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 48-65 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 6

siswa dengan persentase

18,750%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.

Analisis Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Teknik analisis hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji-t dua pihak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan berupa teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Bila harga

t

hitung

≥ t

tabel , maka maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan bila

harga

t

hitung

¿

t

tabel , maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Langkah-langkah uji-t dua

pihak adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis

H0 :

μ

1

=

μ

2 : tidak terdapat

perbedaan hasil tes hasil

belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan H1 :

μ

1

≠ μ

2 : terdapat perbedaan

hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

b. Menetapkan taraf signifikan (

α

= 0,05)

c. Melakukan perhitungan Uji-t dua pihak Data perhitungan uji-t dua pihak nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Data Perhitungan Uji-t Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Rata -rata

(

x

)

Jumlah Sampe l (n)

Varian s (

S

2 )

Eksperimen 77 32 143,08 Kontrol 68,7

9 32 119,46

Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak antara kedua sampel tersebut, selanjutnya akan dilakukan uji-t dua pihak. Karena

n

1

=

n

2 dan varians homogen (

σ

12

=

σ

22 ), maka dapat digunakan rumus t-test, baik separated maupun polled varians. Besarnya

dk

=

n

1

+

n

2

2

(Sugiyono, 2012). Berdasarkan rumus separated varians dilakukan perhitungan uji-t sebagai berikut:

t

=

x

´

1

− ´

x

2

s

12

n

1

+

s

22


(5)

t

=

77

68,79

135,87

32

+

119,46

32

t

=

8,21

4,24

+

3,73

t

=

8,21

7,97

t

=

2,91

Setelah diketahui nilai

t

hitung

=

2,91

, selanjutnya dibandingkan dengan nilai

t

tabel . Harga

t

tabel dengan taraf kesalahan (

α

)= 5% dan dk=62 adalah 2,00. Ternyata

t

hitung lebih besar dari

t

tabel (

2,91

>

2,00

¿

. Dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan (pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto). Hal ini ditunjukkan dengan nilai

F

hitung

¿

F

tabel (1,32

¿

1,83) dan setelah diuji lanjut, diperoleh nilai

t

hitung lebih besar dari

t

tabel (

2,91

>

2,00

¿

. Diketahui pembelajaran dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 77 sedangkan pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto memiliki rata-rata hasil

belajar 68,79. Berarti hasil belajar siswa dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting lebih baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

Untuk penelitian lebih lanjut, agar nilai hasil belajar lebih baik, sebaiknya penggunaan teknik pembelajaran probing prompting juga menggunakan media pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Detik. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika Siswa di Dunia, Indonesia Nomor Berapa? , (online), http://news.detik.com/berita/2432402/

ini-peringkat-kemampuan- matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-berapa, diakses 15 Juni 2016) Huda, Miftahul. 2013. Model-model

Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keswara, Ratih. 2013. Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah, (online), http://nasional.sindonews.com/read/80 4091/15/pembelajaran-matematika-di- indonesia-masuk-peringkat-rendah-1384111047, diakses 15 Juni 2016) Kurniasari, Yayuk. 2012. Penerapan Teknik

Pembelajaran Probing Prompting Untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7G di SMPN Rejoso. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Silberman, Melvin L.. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip- Prinsip Desain Pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.


(6)