Pedoman Unduh Bibit 2010

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA
PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Desember 2009

PENDAHULUAN
Pembungaan dan pembuahan jenis-jenis dipterokarpa tidak berlangsung setiap
tahun. Periode pembungaan umumnya antara dua sampai empat tahun sekali. Panen raya
jenis-jenis dipterokarpa terakhir terjadi pada bulan Januari – Febuari 2005, jadi selama
empat tahun tidak ada bunga dan buah. Panen raya dipterokarpa biasanya diawali dengan
adanya musim kering yang panjang. Musim kering di Asia Tenggara dikaitkan dengan
kejadian el-nino di samudra pasifik. Pada tahun 2009 ini dilaporkan kemunculan
fenomena el-nino. Oleh sebab itu setelah lima tahun tidak ada bunga dan buah, pada awal
tahun 2010 diramalkan akan terjadi panen raya dipterokarpa.
Panen raya buah jenis-jenis dipterokarpa merupakan fenomena penting bagi
kelangsungan hidup jenis-jenis dipterokarpa yang populasinya semakin sempit. Oleh
sebab itu panen raya buah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berbagai program
penanaman dipterokarpa seperti program SILIN dan program konservasi.
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam bekerjasama dengan berbagai institusi

merencanakan untuk melaksanakan eksplorasi buah dipterokarpa saat panen raya yang
diprediksi akan terjadi pada awal tahun 2010. Tujuan dari eksplorasi buah dipterokarpa
adalah :
1. Konservasi jenis-jenis dipterokarpa. Dewasa ini baru sekitar 60 jenis dipterokarpa
yang telah dibudidayakan, masih ada sekitar 300 jenis yang belum diketahui
keberadaannya. Oleh sebab itu dalam eksplorasi buah dipterokarpa diharapkan dapat
dikoleksi sebanyak-banyaknya jenis (species) dari keluarga dipterokarpa.
2. Membangun sumber benih dipterokarpa. Sumber benih yang dibangun lebh diarahkan
sebagai populasi dasar (base population) untuk program pemuliaan lebih lanjut. Oleh
sebab itu untuk setiap jenisnya diharapkan benih dapat dikumpulkan dari minimal 30
pohon induk yang tidak berkerabat.
3. Studi kekerabatan dan keragaman genetik jenis target dari tiga populasi. Eksplorasi
buah dipterokarpa akan dilakkan secara serentak di tiga populasi alam. Studi
keragaman genetik akan dilakukan pada aspek fenotipik serta aspek biologi
molekulernya.
4. Pengadaan bibit jenis-jenis target. Program SILIN telah dilaksanakan disekitar 25
IUPHHK. Setiap tahunnya diperlukan kurang lebih 5 juta bibit dari jenis target
dipterokarpa oleh 6 IUPHHK yang menerapkan sistim silvikultur TPTJ dengan SILIN.
Kegiatan eksplorasi benih ini direncanakan dilakukan di tiga populasi yaitu
Kalteng, Kalbar dan Kaltim. Pedoman ini disusun sebagai petunjuk bagi personel

pelaksana eksplorasi dalam pengumpulan benih. Pengunduhan akan dilaksanakan pada
saat buah masak yang diperkirakan berlangsung pada bulan Januari – Maret 2010.

TATA CARA PENGUNDUHAN
Agar benih yang dikumpulkan dapat digunakan sesuai dengan tujuan, maka
personel pelaksana pengunduhan harus memahami tata cara pengunduhan yang
dijelaskan berikut ini :
1. Menyeleksi dan menentukan jalan pengunduhan (bisa jalan logging) pada peta
sepanjang kurang lebih 25 km (Gambar 1). Penentuan jalan terpilih didasarkan

2.
3.

4.

5.

6.

7.


atas kondisi hutan di kiri/kaan jalan yang relatif baik, informasi kelimpahan buah
di hutan yang dilintasi dan jalan yang tidak terlalu berkelok-kelok.
Memplotkan titik stop pada setiap 500 meter jalan di peta (Gambar 1). Bila jalan
berkelok, pastikan jalur pengunduhan tidak saling mendekat antar titik stop.
Plotkan jalur pengunduhan sepanjang 200 meter titik stop. Titik awal jalur
pengunduhan bisa dimulai dari tepi jalan, namun bisa juga melintasi jalan dengan
catatan panjang jalur tidak dikurangi dengan lebar jalan.
Lakukan pengunduhan pada jalur yang telah ditetapkan. Untuk setiap jenis pohon
cukup diambil satu pohon per-jalur. Penetapan pohon terpilih adalah pohon
berbuah pertama yang dijumpai dalam jalu (tidak dilakukan seleksi fenotipik).
Pohon terpilih selanjutnya pencatatan diameter dan tingginya. Pencatatan
dilakukan pada blanko pengunduhan seperti pada contoh Tabel 1. Mengambil
herbarium dan buahnya. Usahakan mengambil sedikitnya seratus buah untuk
setiap pohonnya. Buah untuk masing-masing pohon disimpan dalam wadah kertas
atau plastik dan diberi label : jenis, nomor pohon dan nomor titik stop. Bila jenis
tidak diketahui tuliskan Shorea sp 1, 2 dst atau meranti 1, 2 dst. Gunakan
herbarium untuk menentukan nama pada jalur berikut bila ada keraguan. Bila
sampel herbarium identik, gunakan yang sama untuk setiap jenisnya dari masingmasing titik stop misalnya Shorea sp 1, 2 dst.
Pada setiap kantong buah beri label seperti pada contoh Tabel 2, dan beri

cocopeat untuk menjaga kelembabannya. Masukkan kantong buah ke dus untuk
pengiriman.
Usahakan buah dikirim ke lokasi penyemaian tiga hari setelah pengunduhan, dan
pengunduhan dapat terus dilanjutkan.

Dst.

Keterangan : Minimum jarak antar jalur pengunduhan
200 m, idealnya 500 m

Jalur 5 (200 m)

KM 27

Jalur 4 (200 m)

KM 26,5

Jalur 3 (200 m)


KM 26

Jalur 2 (200 m)

KM 25,5
Jalan logging

Jalur 1 (200 m)

KM 25

Gambar 1. Contoh penetapan jalan dan jalur pengunduhan pada peta hutan

Tabel 1. Contoh blanko isian pengunduhan buah dipterokarpa

BLANKO PENGUNDUHAN BUAH DIPTEROKARPA PADA PANEN
RAYA 2010
LOKASI
: PT. Erna Djuliawati, Kalteng
WAKTU PENGUNDUHAN : 18 – 28 Januari 2010

PETUGAS
: Asep, Wahyu dan Suhendar
No. titik
stop/Jalur
1

2
….dst
10

S. leprosula
S. selanica
Shorea sp 1
S. platycados
S. leprosula

No.
pohon
1
2

3
4
5

Diameter
(cm)
50
54
45
60
55

Tinggi
(m)
30
32
29
41
35


Hopea sp.1
Vatica sp. 1

45
46

60
57

37
37

Jenis

Sampel
Herbarium
Jml buah
125

102


133


-

…dst

Tabel 2. Contoh label buah pada setiap kantung pengunduhan
Jalur/titik stop
Jenis
No pohon
Jumlah buah

:1
: Shorea leprosula
:1
: 125

122

-

Keterangan
Dari phn induk
Buah jatuhan
Dari phn induk
Dari phn induk
Buah jatuhan
Dari phn induk
Buah jatuhan

PENANGANAN BENIH
Perogram pengunduhan benih dipterokarpa pada panen raya 2010 merupakan
program P3HKA dalam upaya penyelamatan jenis-jenis dipterokarpa khususnya jenis
pohon yang belum ada koleksi secara ex-situ nya. Dewasa ini baru sekitar 60 jenis yang
telah ditanam secara ex-situ, masih ada lebih dari 300 jenis yang belum dikoleksi secara
ex-situ. Oleh sebab itu buah hasil pengunduhan dapat dikirimkan ke :
PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
JL. GUNUNG BATU NO 5
BOGOR, JABAR

U.p. Ir. Atok Subiakto, MAppSc
Disamping itu kami juga merekomendasikan agar buah hasil pengunduhan juga
dibibitkan di setiap isntitusi pengumpulan (HPH, Taman Nasional, UPT Badan Litbang
di daerah).
Pengiriman buah sedapat mungkin terlaksana maksimum seminggu setelah
pengunduhan agar daya kecambah buah masih tetap tinggi. Sertakan copy blanko
pengunduhan, dan label buah pada setiap kantong buah.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih adalah menjaga
keutuhan label. Pada saat membuka wadah kiriman, amankan terlebih dahulu label benih.
Jangan mencampur benih-benih dari label yang yang berbeda.
Penanganan benih jenis-jenis dipterokarpa harus dilakukan sesegera mungkin
setelah benih diterima dari lapangan. Awal dari penanganan benih adalah memotong
sayap pada pangkalnya, dengan tidak merusak bagian buah. Kumpulkan benih yang telah
dipotong sayapnya pada wadah yang telah diberi label sesuai dengan label pengirimannya.
Selanjutnya benih tersebut segera kirimkan ke persemaian untuk dikecambahkan dan
disemaikan.
Pengecambahan benih
Sebelum benih dikecambahkan, sayap buah harus dipotong terlebih dahulu untuk
memudahkan penaburan. Benih yang telah dipotong sayapnya dari jenis dipterokarpa
yang berukuran kecil (diameter sekitar 1 cm) seperti benih S. leprosula dan S. parvifolia
dikecambahkan terlebih dahulu pada wadah/bak kecambah (Gambar 2). Biji meranti
berukuran besar (diameter sekitar 2 cm) seperti biji S. macrophylla dapat langsung
ditanam pada wadah penyemaian (polybag atau polytube). Media yang digunakan pada
media pengecambagan berupa campuran antara top soil dan sekam padi dengan
perbandingan 1 : 1.

Gambar 2. Penaburan biji meranti pada bak tabur plastik
Penyapihan dan penyemaian benih
Biji yang telah berkecambah dan memiliki sepasang daun atau berumur sekitar 7
– 14 hari dapat disapih pada wadah penyemaian. Penyapihan sebaiknya dilakukan pada
saat kotiledon belum terlepas dari semai.
Bibit yang telah disapih selanjutnya diatur pada bedeng persemaian. Pengaturan
bibit di persemaian harus didasarkan label pengirimannya. Bila dalam 1 bedeng
persemaian ditempatkan bibit dari beberapa nomor pengunduhan, maka harus ada sekat
pemisah yang jelas antara barisan bibit dari nomor pengunduhan yang berbeda. Pada
sekat pemisah harus diberi label informasi pada label bibit dipersemaian meliputi jenis
pohon, nomor pengunduhan, dan tanggal penyemaian.
Wadah bibit di persemaian dapat menggunakan kantong plastik (polybag)
berukuran 15 x 20 cm (Gambar 3), atau dengan polytube dengan ukuran yang setara
(Gambar 4). Media penyemaian berupa campuran antara top soil dan sekam padi dengan
perbandingan 2 : 1. Persemaian hendaknya diberi naungan paranet dengan intensitas
cahaya 75%. Penyiraman harus dilakukan secara teratur pada pagi atau sore hari.

Gambar 3. Bibit meranti yang ditanam dengan wadah polybag

Gambar 4. Bibit yang ditanam dengan wadah polytube