ProdukHukum BankIndonesia
Penerbit:
Bank Indonesia
Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta
Indonesia
Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan
fungsi Bank Indonesia dalam mewujudkan misi ≈mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan∆.
KSK diterbitkan secara semesteran dengan tujuan untuk :
•
Membangun wacana untuk meningkatkan wawasan publik mengenai stabilitas sistem
keuangan, baik domestik maupun internasional
•
Mengkaji risiko-risiko potensial terhadap stabilitas sistem keuangan ; dan
•
Menganalisa perkembangan dan permasalahan di pasar keuangan serta merekomendasi
kebijakan untuk mendorong dan memelihara sistem keuangan yang stabil.
Informasi dan Order :
Dokumen KSK didasarkan pada data dan informasi per Oktober 2003, kecuali dinyatakan lain.
Dokumen KSK lengkap dalam format pdf tersedia pada web site Bank Indonesia : http://www.bi.go.id
Permintaan, komentar dan saran harap ditujukan kepada :
Bank Indonesia
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Perbankan
Biro Stabilitas Sistem Keuangan
Jl.MH Thamrin No.2, Jakarta, Indonesia
Telepon : (+62-21) 381 7779, 7990
Fax : (+62-21) 2311672
Email : [email protected]
ksk
Kajian Stabilitas Keuangan
No. 2, Desember 2003
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar vi
Boks III.6 Stress Test Pengaruh NPLs Terhadap Modal
33
Ringkasan Eksekutif x
Boks III.7 Implikasi Penerapan Skim Penjaminan Baru
38
Bab 1 Gambaran Umum 2
Boks III.8 Dampak Pembubaran BPPN 47
Bab 2 Perkembangan Ekonomi Domestik dan
Internasional 7
2.1.
Pengaruh Eksternal 7
2.2.
Kondisi Ekonomi Domestik 9
2.3.
Perkembangan Sektor Riil 11
Boks II.1
Akankah Properti Menjadi Mimpi Buruk
Kembali? 13
Boks II.2
4.1.
Industri Asuransi 64
4.2.
Industri Dana Pensiun 71
Boks IV.1 Bancassurance √ Keuntungan Bagi Semua
Pihak? 66
Boks IV.2 Penerapan Ketentuan Fit & Proper Test
Industri Asuransi 69
Meroketnya Cina: Ancaman atau Peluang?
16
Bab 3 Perbankan Indonesia 21
3.1.
Bab 4 Lembaga Keuangan Bukan Bank 63
Bank Umum 21
3.1.1.Risiko Kredit 21
3.1.2.Risiko Likuiditas 34
3.1.3.Profitabilitas 40
3.1.4.Permodalan 42
3.1.5.Risiko Pasar 44
3.1.6.Risiko Operasional 46
Bab 5 Pasar Modal dan Pasar Uang 75
5.1.
Perkembangan Pasar Modal Indonesia 75
5.2.
Perkembangan Pasar Uang Indonesia 84
Boks V.1
Reksa Dana 77
Boks V.2
Prospek Penerbitan Surat Utang Negara
Internasional (Yankee Bond) 82
Boks V.3
Obligasi Korporasi 84
Bab 6 Sistem Pembayaran 89
3.2.
Perkembangan Perbankan Syariah 48
3.3.
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 50
ARTIKEL 95
3.4.
Penegakan Hukum Dalam Pelaksanaan
1.
Studi Biaya Intermediasi Beberapa Bank Besa di
Indonesia: Apakah bunga kredit bank umum
Kegiatan Usaha Perbankan 51
overpriced? 96
Boks III.1 Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Cetak
Biru dan Arah Strategis Perbankan di Masa
2.
Depan 22
3.
Indikator Awal Krisis Perbankan 105
Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional
Boks III.2 Rigiditas Suku Bunga Kredit 24
Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem
Boks III.3 Undisbursed Loan (UL) 26
Keuangan 117
Boks III.4 Ketahanan Permodalan Terhadap Ekspansi
Kredit 29
Boks III.5 Pencadangan/ Provisi (PPAP) 31
iii
Daftar Tabel dan Grafik
Tabel
Tabel II. 1
Neraca Pembayaran Indonesia (Juta USD) 9
Grafik III.4
Outstanding Kredit - Kelompok Bank 25
Tabel II. 2
Statistik Keuangan Pemerintah Pusat 11
Grafik III.5
Pertumbuhan Kredit & Dana 25
Jumlah Tenaga Kerja Industri TPT Indonesia
Grafik III.6
Tabel II. 3
13
Grafik III. 7
Tabel III. 1
NPL Kelompok Bank 32
Tabel III. 2
Konsentrasi Kredit 25 Debitur Besar 33
Tabel III. 3
Perkembangan DPK dan NAB 35
Tabel III. 4
Indikator Utama BPR 50
Tabel III. 5
Suspicious Transaction Report yang
Diserahkan ke Polisi Berdasarkan Nominal 54
Pertumbuhan Kredit Menurut Golongan
Debitur 25
Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi
Tertentu 27
Grafik III. 8
Perkembangan Kredit Menurut Sektor
Ekonomi 27
Grafik III. 9
Perkembangan Kredit Menurut Jenis
Penggunaan 27
Grafik III. 10
Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis
Penggunaan 27
Tabel V. 1
Ranking Probability Default Obligasi
Grafik III. 11
Perkembangan NPL Kredit Konsumsi 28
Korporasi Terbesar 85
Grafik III.12
Kredit Baru Menurut Sektor Ekonomi
2003 28
Grafik III.13
Grafik
Grafik I.1
2003 28
Komposisi Aset Lembaga Keuangan 3
Grafik III.14
Grafik III.15
Grafik II.1
Grafik II.2
Grafik II.3
Grafik II. 5
Perkembangan Suku Bunga Internasional
Pertumbuhan (y to y)
7
Grafik III. 16
Non Performing Loan 30
Pertumbuhan Ekonomi Pada 5 Negara
Grafik III. 17
Pertumbuhan Kolektibilitas Kredit 32
Mitra Dagang Utama 7
Grafik III. 18
Perkembangan Outstanding NPL 32
Perkembangan Inflasi Pada 5 Negara
Grafik III. 19
Rasio NPL Terhadap Permodalan 2003
32
Penanaman Modal Asing dan Investasi
Grafik III. 20
Portofolio (NET) 8
Grafik III. 21
NPL Gross Negara Asia 33
Rasio Kredit 25 Debitur Besar Terhadap
Permodalan Agustus 2003 34
Perkembangan IHSG dan Nilai Tukar
Rupiah 9
Grafik III. 22
Struktur Pendanaan Perbankan 35
Grafik II. 6
Inflasi dan Kredit Konsumsi 10
Grafik III. 23
Struktur Dana Pihak Ketiga 35
Grafik II. 7
Pasokan dan Permintaan Kayu Bulat
Grafik III. 24
Grafik II. 8
Perkembangan Rata-rata Leverage dan
Grafik III. 25
Grafik III. 26
Jumlah Bank & Total Asset 21
Grafik III.2
Perkembangan LDR 23
Grafik III.3
Pertumbuhan Kredit menurut Kelompok
Bank 24
Kepemilikan DPK oleh BUMN,Perusahaan
Asuransi, dan Dana Pensiun 36
ROE Beberapa Perusahaan Tekstil 15
Grafik III.1
Komposisi Deposito Berdasarkan Jangka
Waktu 36
tahun 2002 12
iv
Perkembangan Kredit Properti 30
Sektor Properti (%) 30
Mitra Dagang Utama 8
Grafik II.4
Kredit Baru Menurut Jenis Penggunaan
Kepemilikan Dana Pihak Ketiga pada 15
Bank Besar 36
Grafik III. 27
Perbandingan Deposito >Rp100 juta & <
Rp100 juta 37
Grafik III.28
Rasio Alat Likuid 37
Grafik III.29
Grafik III. 30
Rasio Penyaluran Dana terhadap Sumber
Grafik III.54
Jenis Pelanggaran Kasus Perbankan yang
Pendanaan 39
Ditindaklanjuti Selama Tahun 2003
Rasio Alat Likuid Terhadap Kewajiban
Berdasarkan Jumlah Kasus 53
Jangka Pendek pada 15 Bank Besar 39
Grafik III.55
Suspicious Transaction Report Yang
Grafik III. 31
Non Core DPK Terhadap Aset Likuid 39
DiLaporkan Ke Polisi Berdasarkan Jumlah
Grafik III. 32
Perkembangan NII 2003 41
Laporan 54
Grafik III.33
Komposisi Pendapatan Bunga 15 BB 2003 41
Grafik III.34
Grafik III.35
Grafik IV.1
Komposisi Pendapatan Bunga Perbankan
Dana 63
2003 41
Grafik IV. 2
Komposisi Aset Lembaga Keuangan 64
BOPO dan Rasio OH Cost - Oktober 2003
Grafik IV. 3
Jumlah Lembaga Keuangan Non Bank
41
Grafik III.36
Grafik III.37
Perkembangan Saham, Obligasi, Reksa
2000 - Juni 2003 64
Perbandingan CER 2003 42
Grafik IV. 4
Nilai ROA Asuransi Jiwa dan Umum 67
Perkembangan ROA Pada 5 Negara Asia
Grafik IV. 5
ROE Asuransi Jiwa dan Umum 67
42
Grafik IV. 6
Nilai ROI Asuransi Jiwa dan Umum 67
Grafik III.38
ATMR dan ROA Perbankan 43
Grafik IV. 7
Komposisi Investasi Industri Asuransi
Grafik III.39
Perkembangan Aktiva Produktif
Perbankan 2003 43
Grafik III.40
2002 68
Grafik IV. 8
Rasio Tier 1 To Total Asset - Oktober 2003
44
Grafik III.41
CAR Beberapa Negara Asia 44
Grafik III.42
Stress Test Tingkat Bunga 45
Grafik III.43
Grafik Stress Test Nilai Tukar Bank ≈X∆ 46
Grafik III.44
Total Asset 49
Grafik III.45
Permodalan 49
Komposisi Investasi Industri Asuransi
Tw II/03 68
Grafik IV. 9
Nilai ROA & ROI Dana Pensiun 71
Grafik V.1
Peranan Pasar Modal Pada Pasar
Keuangan 75
Grafik V. 2
Rating Indonesia dan Negara
Berkembang Lainnya 76
Grafik III.46
DPK 49
Grafik V. 3
IHSG dan Volatilitas 79
Grafik III.47
Pembiayaan 49
Grafik V. 4
Trend Indeks Harga Saham Keuangan 79
Grafik III.48
NPL 49
Grafik V. 5
Price Earning Ratio Saham Bank 80
Grafik III.49
ROA & ROE 49
Grafik V. 6
Kurva Yield SUN 80
Grafik III.50
Grafik III.51
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik V. 7
Profil Jatuh Tempo Obligasi Negara 81
yang Diterima UKIP 52
Grafik V. 8
Likuiditas Pasar Obligasi Korporasi 81
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik V. 9
Perkembangan Suku Bunga SBI,
yang Dihentikan Investigasinya oleh UKIP
52
Grafik III.52
Deposito, PUAB 85
Grafik V. 10
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Perkembangan Suku Bunga dan Volume
Transaksi PUAB 85
yang Diterima UKIP 52
Grafik III.53
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik VI. 1
yang Diterima UKIP 52
Grafik VI. 2
Transaksi Kliring 89
Transaksi RTGS yang Tidak Settle
(Not Settle) 90
Grafik VI. 3
Rata-rata Perputaran Kliring 91
v
vi
Kata Pengantar
Kajian stabilitas sistem keuangan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang stabilitas
sistem keuangan di Indonesia yang telah berjalan, serta memberikan gambaran mengenai kondisi di
masa datang. Kondisi stabilitas sistem keuangan sampai dengan akhir 2003 serta gambaran ke depan
dapat diuraikan dalam ulasan di bawah ini.
Sampai dengan akhir tahun 2003, kondisi sistem keuangan kita masih stabil dengan perkembangan
yang cukup menggembirakan. Diperkirakan kondisi ini dapat dipertahankan dan terus berlangsung
pada tahun 2004. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu secara cermat
mendapat perhatian sehingga tidak menjadi kendala dimasa mendatang.
Beberapa hal penting yang terjadi selama tahun 2003 antara lain adalah meningkatnya kepercayaan
internasional yang ditunjukkan dengan naiknya rating Indonesia, serta tingginya minat investor asing
terhadap penjualan saham dan obligasi korporasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan dorongan stabilnya
nilai tukar Rupiah dan makin turunnya tingkat suku bunga dan inflasi serta membaiknya kondisi perbankan
Indonesia. Namun di tahun itu pula, sistem keuangan khususnya perbankan sempat dicemari dengan
terjadinya beberapa kasus fraud yang menyebabkan kerugian yang tidak kecil pada bank yang
bersangkutan. Hal ini menunjukkan betapa penerapan good corporate governance oleh semua kalangan
khususnya yang terlibat dalam pengelolaan sistem keuangan perlu lebih ditingkatkan.
Disamping permasalahan yang diutarakan diatas, masih terdapat beberapa permasalahan lain
yang bersumber dari internal sistem keuangan itu sendiri seperti antara lain masih relatif tingginya rasio
NPL perbankan, lambannya pemulihan fungsi intermediasi perbankan dan rigiditas suku bunga kredit.
Dari lingkungan eksternal, belum pulihnya sektor riil dan semakin ketatnya persaingan perdagangan
dalam tatanan ekonomi global juga ikut memberi tekanan bagi perkembangan sistem keuangan kita.
Kecenderungan menurunnya suku bunga pada periode kedua tahun 2003, membuat masyarakat
mengalihkan sebahagian dananya ke pasar modal yang kemudian ikut mendorong peningkatan angka
IHSG dan obligasi di pasar modal, masing-masing mencapai 63% dan 66% dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut selanjutnya juga mendorong meningkatnya industri reksadana sehingga mencatat
kenaikan sampai lebih dari 56% dari tahun sebelumnya. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat
menggembirakan. Namun perlu digaris-bawahi bahwa perkembangan di pasar modal tersebut juga
berpotensi menimbulkan permasalahan baru apabila tidak disertai dengan peningkatan prasarana seperti
sistem akuntansi, peraturan dan market discipline para pelaku pasar.
vii
Buku Kajian Stabilitas Sistem Keuangan ini adalah penerbitan kedua setelah buku pertama yang
telah diterbitkan dalam dua bahasa pada bulan Juni 2003 sebagai perwujudan diseminasi informasi dan
edukasi kepada masyarakat sebagai stakeholder dari pelaksanaan fungsi Bank Indonesia dalam memantau
stabilitas sistem keuangan. Walaupun buku ini diterbitkan secara semesteran, namun pemantauan
stabilitas sistem keuangan tetap dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia dan diwujudkan dalam
bentuk laporan intern yang diterbitkan setiap minggu.
Kesungguhan upaya Bank Indonesia dalam membangun dan memelihara stabilitas sistem keuangan
ini, tentunya tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak dan instansiinstansi terkait. Untuk itu, penghargaan dan rasa terima kasih kami sampaikan atas kontribusi dan
partisipasi yang diberikan dengan disertai harapan semoga kajian dan rekomendasi yang disajikan dalam
KSK ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas dan lembaga pengawas yang berkepentingan
untuk membangun kepedulian dan rasa tanggung-jawab bersama.
Akhir kalam, kami mengharapkan saran, komentar maupun kritik dari semua pihak demi peningkatan
kualitas kajian ini di masa mendatang.
Jakarta, 5 Januari 2004
Maman H. Somantri
Deputi Gubernur
viii
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan
Eksekutif
ix
Ringkasan Eksekutif
x
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif
Secara umum stabilitas perbankan dan sistem keuangan
Membaiknya indikator-indikator perkembangan
dapat dipertahankan pada tahun 2003 seperti ditunjukkan
ekonomi tersebut terutama didukung oleh konsistennya
oleh terus membaiknya indikator-indikator kinerja
pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal. Pelaksanaan
perbankan dan sistem keuangan. Stabilitas tersebut
kebijakan moneter selama 2003 yang relatif longgar telah
didukung oleh tercapainya stabilitas ekonomi makro dan
memberikan ruang gerak bagi sektor riil dalam
moneter seperti ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi
memulihkan kegiatan usahanya tanpa mengurangi
yang mencapai target serta membaiknya indikator-
kemampuan daya beli masyarakat. Sementara,
indikator ekonomi makro yang telah meningkatkan
pelaksanaan kebijakan fiskal yang konservatif dan berhati-
kepercayaan masyarakat domestik dan internasional
hati telah membantu meningkatkan kepercayaan terhadap
terhadap perekonomian Indonesia.
stabilitas makroekonomi dan telah mampu menekan
Namun demikian, ketergantungan pendapatan
bank-bank rekap pada bunga obligasi, good governance
tingkat inflasi yang pada gilirannya mendorong
terpeliharanya stabilitas sistem keuangan.
yang masih lemah serta risk management yang belum
Dari sisi eksternal, penurunan suku bunga
sepenuhnya dilaksanakan dapat menjadi ancaman bagi
internasional telah membantu memberi ruang gerak bagi
industri perbankan dan sistem keuangan di masa
penurunan suku bunga domestik tanpa adanya gejolak
mendatang. Di sisi lain, belum pulihnya sektor riil dan
terhadap nilai rupiah. Kondisi-kondisi tersebut terbukti
rentannya beberapa sektor usaha terutama terhadap
membantu meningkatkan kepercayaan para pelaku
persaingan dengan negara asing berpotensi meningkatkan
ekonomi, sehingga tidak terjadi goncangan-goncangan
Non Performing Loan (NPL) perbankan. Sementara, arus
berarti yang dapat menimbulkan instabilitas pada sistem
masuk modal asing yang bersifat jangka pendek dan
keuangan Indonesia. Ke depan, kebijakan fiskal yang
cenderung volatile dapat berdampak negatif terhadap
kemungkinan akan tetap konservatif apabila disesuaikan
likuiditas sistem keuangan dan perekonomian secara
dengan kebutuhan perkembangan perekonomian akan
keseluruhan.
dapat menjadi faktor pendukung stabilitas sistem
keuangan.
1. STABILITAS MAKRO EKONOMI
Di sisi lain, selama tahun tersebut kondisi fundamen-
Kondisi makroekonomi yang stabil dan cenderung
tal ekonomi dan non-ekonomi meskipun stabil namun
membaik selama 2003 telah banyak mendukung stabilitas
belum sepenuhnya kondusif. Pertumbuhan ekonomi
sistem keuangan. Neraca pembayaran, nilai tukar rupiah
sebesar sekitar 4,55% selama 2003 berada dalam kisaran
dan laju inflasi menunjukkan kinerja yang lebih baik
perkiraan semula, namun masih belum mampu mengatasi
dibandingkan proyeksinya di awal tahun. Sementara,
masalah pengangguran. Angka pengangguran terbuka
pertumbuhan ekonomi mencapai angka sama dengan
diperkirakan naik menjadi 10,1 juta orang atau 9,8% dari
perkiraan semula.
seluruh angkatan kerja. Pertumbuhan tersebut juga belum
xi
Ringkasan Eksekutif
mampu mengembalikan tingkat pendapatan per kapita
modal tersebut didominasi oleh investasi portofolio yang
kembali ke level sebelum krisis. Faktor utama pendorong
bersifat jangka pendek sementara PMA dan jenis lainnya
pertumbuhan perekonomian selama tahun 2003 adalah
tercatat lebih kecil.
pertumbuhan konsumsi sebesar 5,1%. Dalam jangka
Kebijakan suku bunga rendah yang berhasil
panjang, tingginya angka pengangguran dan
diterapkan selama 2003 tampaknya akan diteruskan
bertumpunya pertumbuhan perekonomian pada konsumsi
dengan hati-hati. Besarnya gap maturity profile antara aset
cukup berisiko bagi perekonomian.
dan kewajiban perbankan akan menimbulkan instabilitas
Kegiatan investasi yang mulai meningkat sebesar
perbankan apabila dilakukan kebijakan perubahan suku
1,6% lebih banyak berupa bangunan daripada
bunga secara mendadak. Namun dengan tetap terjaganya
permesinan, sehingga tidak memberikan dampak berarti
stabilitas nilai tukar, industri perbankan masih aman dari
terhadap peningkatan produksi khususnya industri
risiko nilai tukar sehingga pertumbuhan industri tersebut
pengolahan yang tumbuh (2,4%) lebih rendah
selama 2003 relatif stabil.
dibandingkan tahun sebelumnya (4%). Kondisi ini
memang tidak mempengaruhi kenaikan harga barang
xii
2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN
akibat lancarnya pasokan barang impor di masyarakat
Dapat dipertahankannya kestabilan makroekonomi
sehingga dapat meredam inflasi yang dapat mempersulit
tersebut telah mendukung terpeliharanya stabilitas
perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam
perbankan dan sistem keuangan pada tahun 2003.
penetapan suku bunga kreditnya untuk disalurkan kepada
Kestabilan industri perbankan tercermin dari angka-angka
sektor riil. Namun dalam jangka panjang, sektor usaha
indikator kinerja yang terus membaik selama tahun
yang produknya tidak mampu bersaing dengan produk
tersebut walaupun terdapat beberapa potensi
impor tersebut berpotensi gulung tikar dan dapat
permasalahan pada aset kredit dan permodalan
menimbulkan instabilitas perekonomian.
perbankan. Sementara, kondisi pasar modal Indonesia
Sementara, struktur neraca pembayaran masih
selama tahun 2003 mengalami perkembangan yang luar
belum sepenuhnya menggembirakan. Struktur ekspor
biasa. Kinerja pasar saham bahkan tercatat sebagai nomor
nonmigas masih sangat bergantung pada permintaan
2 terbaik di dunia. Pasar obligasi juga mengalami
beberapa negara (AS, Jepang dan Singapura) dan masih
pertumbuhan pesat dengan kecenderungan lebihnya
didominasi oleh 5 (lima) komoditas utama (tekstil,
permintaan (oversubscribed) untuk setiap emisi baru.
produk kayu, peralatan listrik dan alas kaki) yang
Selain itu, pasar uang juga tidak menunjukkan gejolak
memiliki banyak pesaing di kawasan Asia kecuali untuk
yang membahayakan stabilitas keuangan, sementara
produk kertas. Walaupun demikian, secara umum re-
kondisi lembaga keuangan bukan bank juga relatif stabil.
payment capacity perusahaan-perusahaan eksportir
Hal ini didukung pula oleh kebijakan sistem pembayaran
tampak belum banyak terganggu sejalan dengan belum
non-tunai yang telah berhasil mengurangi risiko sistemik
berlakunya secara penuh aturan-aturan perdagangan
dan meningkatkan efisiensi transaksi pembayaran.
bebas, kecuali untuk beberapa industri seperti tekstil
Namun demikian, agar stabilitas sistem keuangan dapat
dan perkayuan. Di sisi lain, lalu lintas modal swasta ke
terjaga, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat
Indonesia pun cukup rentan terhadap kemungkinan
perhatian utama seperti belum pulihnya intermediasi
pembalikan (reversal) ke luar negeri mengingat arus
perbankan, lemahnya penerapan good governance
Ringkasan Eksekutif
sebagai wujud dari besarnya risiko operasional di
perbankan selama 2003 masih mengalami kelebihan
perbankan, kemungkinan kenaikan NPL, dan pengurangan
likuiditas. Demikian pula, CAR perbankan masih berada
cakupan blanket guarantee.
di atas angka 20% dan modal tersebut ternyata dapat
tetap menyerap risiko usaha khususnya risiko kredit selama
2.1. Perbankan
2003.
Secara umum, kestabilan industri perbankan selama
Sementara itu, BPR selama tahun tersebut juga
2003 didukung oleh terkendalinya risiko kredit bank-bank
menunjukkan perkembangan positif seperti terlihat dari
selama 2003 sehingga tidak menimbulkan dampak yang
pertumbuhan aset yang mencapai 38,8%, sehingga
signifikan terhadap stabilitas sistem perbankan. Demikian
mencapai Rp10,4 triliun (Juni 2003). Pertumbuhan tersebut
pula risiko pasar yang cukup moderat karena didukung
diiringi perbaikan kinerja sebagaimana ditunjukkan oleh
oleh memadainya permodalan perbankan, stabilnya nilai
meningkatnya jumlah BPR yang berpredikat SEHAT dari
tukar rupiah dan tingkat sukubunga, serta relatif kecilnya
61,9% (Juni 2002) menjadi 63,9% (Juni 2003). Hal yang
posisi devisa neto (PDN) perbankan yang mencapai rata-
sama berlaku untuk perbankan syariah, yang tumbuh pesat
rata 4,70% dari modal bank (triwulan III-2003). Selama
sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan aset (60%),
tahun tersebut, perbankan masih mengalami kelebihan
DPK (60%), dan pembiayaan (50%), yang diiringi kenaikan
likuiditas yang sebagian besar ditanamkan pada SBI dan
permodalan (CAR) yang saat ini mencapai 17%. Selain
selebihnya pada PUAB. Cukup besarnya pinjaman antar
itu, kualitas aktiva produktif industri perbankan syariah
bank tersebut dapat berisiko sistemik, walaupun selama
berada dalam kondisi yang sehat sebagaimana ditunjukkan
2003 tidak terdapat bank yang mengalami krisis likuiditas.
oleh tingkat pembiayaan non-lancar yang berada di bawah
Selain itu, besarnya maturity mismatch di beberapa bank
5 persen. Disamping itu, industri perbankan syariah secara
rekap akan dapat menimbulkan instabilitas apabila terjadi
umum memiliki tingkat earning yang cukup baik,
gejolak suku bunga. Di samping itu, risiko operasional
walaupun pada tahun 2003 mengalami penurunan yang
dinilai masih relatif tinggi, seperti tercermin pada berbagai
cukup signifikan sebagai akibat dari cukup besarnya
kasus di beberapa bank sebagai akibat lemahnya
ekspansi yang menimbulkan biaya infrastruktur yang cukup
pelaksanaan good governance.
besar.
Kestabilan perbankan didukung pula oleh mulai
Namun demikian, selama 2003 terdapat beberapa
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor
hal yang patut dicermati terutama dalam hal
perbankan Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh hasil
perkembangan kredit perbankan dan permodalan bank
survey confidence index.
yang dapat memicu instabilitas di masa datang. Dalam
Membaiknya kondisi perbankan secara umum
hal perkembangan kredit perbankan, peningkatan posisi
tercermin dari meningkatnya ROA selama tahun 2003
kredit dan kredit baru yang dikucurkan perbankan selama
yakni dari 1,9% (Des»02) menjadi 2,3% (y-t-d-Okt»03) yang
tahun 2003 lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
tidak terlepas dari keberhasilan perbankan menahan
Peningkatan posisi kredit perbankan dan pertambahan
penurunan secara drastis net interest margin-nya di tengah
kredit baru masing-masing sebesar Rp53,4 triliun dan
kecenderungan penurunan suku bunga. Selama tahun
Rp53,6 triliun (s.d. Okt »03), lebih rendah dibandingkan
tahun 2003, NIM perbankan hanya turun dari 4,2%
tahun sebelumnya. Rendahnya penyaluran kredit baru
(Des»02) menjadi 3,8% (y-t-d-Okt»03). Selain itu,
tersebut disertai pula dengan meningkatnya undisbursed
xiii
Ringkasan Eksekutif
loan perbankan yang selama 2003 mencapai Rp25,6 triliun
besar dan sebanyak 6 bank memiliki CAR antara 10% √
(Jan - Okt »03), lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar
15%. Angka ini cukup rentan terhadap perubahan kualitas
Rp19,1 triliun (Jan - Okt »02). Tersendatnya penyaluran
aktiva produktif atau perubahan perhitungan yang
kredit tersebut tidak terlepas dari masih berlanjutnya
memasukkan komponen risiko selain risiko kredit.
rigiditas suku bunga kredit perbankan yang di satu sisi
ditujukan untuk mempertahankan profitabilitasnya. Tidak
2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
terserapnya kelebihan likuiditas perbankan dalam bentuk
Kecenderungan penurunan suku bunga telah
penyaluran kredit, menyebabkan pendapatan bank
membuat beberapa industri asuransi dan dana pensiun
bergantung pada bunga SBI dan obligasi. Hal ini tidak
menggeser komposisi penanaman dananya dari deposito
mendukung pertumbuhan ekonomi secara langsung yang
ke produk pasar modal untuk meminimalisir penurunan
pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas keuangan
pendapatan.
dalam jangka panjang.
Selama tahun 2003, industri asuransi sedang dalam
Selain itu, penyaluran kredit selama 2003 masih
proses restrukturisasi untuk menghadapi meningkatnya
didominasi oleh kredit konsumsi. Sejalan dengan
persaingan, pemenuhan ketentuan risk based capital mini-
kecenderungan penurunan suku bunga, penyaluran kredit
mum serta regulasi baru seperti fit & proper test .
konsumsi selama 2003 menunjukkan kecenderungan yang
Sementara, kecenderungan penurunan suku bunga telah
semakin meningkat (33,8% y-o-y), jauh lebih besar
berdampak langsung pada pendapatan yang diperoleh dari
dibandingkan kredit untuk jenis penggunaan modal kerja
pengelolaan dana industri asuransi dan dana pensiun.
dan investasi yang masing-masing sebesar 16,9% dan
Untuk mengatasinya, industri-industri tersebut mulai
7,4%. Tingginya penyaluran terhadap jenis kredit konsumsi
menggeser struktur aktiva produktif nya dari penanaman
ini rentan terhadap risiko naiknya NPL akibat terjadinya
pada produk perbankan (deposito) kepada produk pasar
penurunan aktivitas ekonomi.
modal (saham, obligasi, dan reksadana). Namun demikian,
Sementara itu, posisi kredit properti mencapai
pergeseran komposisi tersebut tetap tidak dapat mencegah
sebesar Rp43,9 triliun (Okt »03) atau 10,3% dari total kredit
penurunan tingkat return (ROA, ROI dan ROE) karena
perbankan, mengalami peningkatan dibandingkan posisi
tingginya biaya operasional akibat persaingan premi dan
Desember 2002 sebesar Rp35,0 triliun. Perkembangan
komisi serta belum efisiennya kegiatan usaha.
yang cukup pesat dari kredit konsumsi tersebut cukup
rentan terhadap kemungkinan kenaikan NPL apabila terjadi
peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh
pemutusan hubungan kerja.
xiv
2.3. Pasar Modal dan Pasar Uang
Pertumbuhan pasar saham yang begitu cepat
berpotensi menimbulkan overpriced. Kondisi tersebut
Di sisi lain, pemulihan fungsi intermediasi perbankan
dapat menimbulkan ketidakstabilan di masa datang
dihadapkan pada tantangan semakin gencarnya
apabila tidak diikuti dengan penerapan good governance
perusahaan melakukan pembiayaan melalui penerbitan
antara lain dalam bentuk transparansi yang memadai.
obligasi di pasar modal. Sementara, walaupun CAR agregat
Perkembangan luar biasa yang terjadi pada pasar saham
selama 2003 berkisar antara 20% - 26%, namun terdapat
Indonesia selama tahun 2003 telah mencatatkan pasar
17 dari 138 bank memiliki CAR antara 8% √ 10% dimana
tersebut sebagai nomor 2 terbaik di dunia, hanya kalah
salah satu diantaranya merupakan bank yang berskala
dibandingkan pasar saham Thailand. Beberapa hal yang
Ringkasan Eksekutif
mendukung kinerja pasar saham tersebut adalah
nominalnya (November 2003) dibandingkan 95,31% nilai
kecenderungan penurunan suku bunga global,
nominal (awal 2003). Perkembangan obligasi tersebut
membaiknya sejumlah indikator ekonomi makro dan
perlu dipantau dengan baik karena apabila penerbit-
kondisi politik dan keamanan yang stabil. Meskipun
penerbit obligasi tersebut menggunakan dananya untuk
sempat terjadi panic selling akibat kasus peledakan bom
kegiatan usaha yang berisiko tinggi, dapat menimbulkan
di Hotel JW Marriot, namun dengan isu positif yang lebih
risiko kredit (default) dan risiko sistemik.
kuat seperti berlanjutnya kecenderungan penurunan suku
Pertumbuhan yang pesat di pasar reksadana tanpa
bunga SBI dan perbaikan kualitas emiten telah membuat
diterapkannya standar akuntansi yang memadai akan
indeks cenderung terus mengalami peningkatan. Indeks
menimbulkan risiko hilangnya kepercayaan nasabah di
saham (IHSG) yang sempat mencapai titik terendah yaitu
kemudian hari. Bila pada 2002 NAB reksa dana mengalami
379,351 pada 11 Maret 2003, secara perlahan bergerak
peningkatan 482,4% sehingga menjadi Rp46,6 triliun
naik dan pada akhir tahun 2003 IHSG tercatat sebesar
maka sepanjang tahun 2003 (Jan-Okt) NAB reksa dana
691,90 dan menjadi level tertinggi sepanjang tahun 2003.
meningkat lagi sekitar 70% sehingga menjadi Rp79,2
Kenaikan tersebut hanya kalah oleh kinerja indeks di Bursa
triliun. Salah satu sebab meningkatnya NAB reksadana
Thailand yang mencapai 115,6% (Jan-Des 2003). Pasar
disebabkan oleh maraknya perdagangan obligasi korporasi
saham tahun 2003 juga diuntungkan oleh berhasilnya ini-
dan masuknya obligasi pemerintah ke pasar sekunder.
tial public offering (IPO) tiga BUMN besar (Bank Mandiri,
Sebagian besar yang diterbitkan memang berupa
BRI, dan Perusahaan Gas Negara) yang mendapat
reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying
perhatian besar dari investor dalam dan luar negeri.
obligasi, dengan pangsa mencapai 85,2% (Oktober 2003).
Sementara, pasar obligasi juga mengalami
Pesatnya pertumbuhan tersebut sempat terganjal pada
pertumbuhan pesat dengan kecenderungan lebihnya
Oktober 2003, di mana terjadi redemption yang cukup
permintaan (oversubscribed) untuk setiap emisi baru.
besar akibat isu perubahan metode ≈marked to market∆
Gairah investor tersebut juga terasa pada pasar sekunder
dalam perhitungan NAB reksa dana. Akibatnya, terjadi
perdagangan obligasi, baik untuk obligasi korporasi
penurunan pada NAB reksadana dari Rp85,9 triliun (Sep-
maupun obligasi pemerintah. Salah satu faktor
tember 2003) menjadi Rp79,2 triliun (Oktober 2003)
pendorong utama emisi baru obligasi adalah masih relatif
karena para pemodal menarik kembali dananya.
tingginya suku bunga kredit bank dan meningkatnya
Kecenderungan penurunan suku bunga di pasar
permintaan reksadana yang berbasis obligasi. Pesatnya
uang belum sepenuhnya dapat mendorong kembalinya
perkembangan pasar obligasi tersebut ditunjukkan
fungsi intermediasi perbankan. Bergairahnya pasar modal
dengan sepanjang tahun 2003 saja telah diterbitkan
diiringi pula oleh longgarnya kondisi pasar uang selama
obligasi sebesar Rp24,7 triliun dari total obligasi yang
tahun 2003. Hal ini tercermin dari cenderung turunnya
diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya (BES) sebesar
suku bunga pasar uang antar bank (PUAB), sejalan dengan
Rp46,2 triliun (November 2003). Jumlah ini merupakan
penurunan suku bunga SBI selama tahun tersebut. Suku
rekor terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
bunga PUAB pagi dan sore yang bergerak turun masing-
Di pasar sekunder, perdagangan obligasi sepanjang tahun
masing dari 12,3% dan 9,6% (Januari 2003) menjadi 8,3%
2003 cukup likuid dengan tingkat harga yang sedikit
dan 5,8% (Desember 2003) tidak terlepas dari kondisi
mengalami peningkatan menjadi rata-rata 99,4% nilai
perbankan yang cenderung overlikuid selama tahun
xv
Ringkasan Eksekutif
tersebut. Namun kondisi overlikuid tersebut tidak dapat
perbankan yang berpotensi mengganggu stabilitas industri
diatasi dengan segera menyalurkan dana yang ada pada
perbankan.
Kredit perbankan diperkirakan akan tumbuh seperti
kredit.
Secara umum, risiko dalam sistem pembayaran In-
tahun-tahun sebelumnya seiring membaiknya kinerja
donesia khususnya risiko kredit dan settlement risk telah
perkonomian. Sementara, dengan membaiknya prospek
banyak berkurang dengan diimplementasikannya sistem
harga komoditas internasional khususnya nonmigas primer
real time gross settlement (RTGS) yang menjangkau seluruh
dan manufaktur akibat peningkatan permintaan di pasar
kawasan Indonesia. Sementara, walaupun kontribusinya
ekspor, diperkirakan akan memberikan dampak positif
menurun dengan diimplementasikannya sistem RTGS
terhadap iklim usaha di dalam negeri yang pada gilirannya
tersebut, sistem kliring masih berperan penting dalam
akan meningkatkan permintaan kredit dari sektor
pelaksanaan transaksi pembayaran secara keseluruhan.
perbankan. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menghambat antara lain di sisi supply adalah: (i) lemahnya
3. OUTLOOK 2004
xvi
pelaksanaan manajemen risiko bank-bank serta masih
Kestabilan makro ekonomi dan sistem keuangan
tingginya persepsi risiko kredit; dan (ii) cenderung tingginya
diperkirakan masih dapat dipertahankan pada tahun 2004.
suku bunga kredit karena penurunan pendapatan bunga
Dengan stabilnya nilai tukar rupiah, rendahnya inflasi dan
dari SBI dan obligasi serta belum efisiennya kegiatan usaha
cenderung turunnya suku bunga, pertumbuhan ekonomi
bank-bank. Sementara, di sisi demand, permintaan kredit
diperkirakan meningkat walaupun tetap belum dapat
akan dibatasi oleh semakin atraktifnya alternatif sumber
menyerap sebagian besar tambahan tenaga kerja. Faktor
pendanaan di luar kredit perbankan seperti melalui obligasi
pendorong positif diperkirakan terutama tetap berupa
dan penerbitan saham.
permintaan domestik, khususnya konsumsi. Selain itu,
Sementara itu, untuk NPL (net) perbankan
kondisi perekonomian global yang diperkirakan membaik
diperkirakan masih akan berada di bawah target indikatif
dan lebih merata di berbagai kawasan akan memberikan
5% karena bank-bank diperkirakan masih tetap konsisten
dampak
pemulihan
mengatasi setiap kenaikan NPL (gross) melalui
perekonomian global di tahun 2004. Semua hal tersebut
pembentukan PPAP. Selain itu, perilaku bank-bank yang
akan mendukung ekspansi sistem keuangan terutama
masih sangat konservatif dalam memberikan kredit terkait
dalam penyaluran dananya. Namun demikian, terdapat
dengan persepsi risiko yang masih tinggi juga menjadi
beberapa hambatan dengan tetap sulitnya perbaikan atas
faktor yang akan menyebabkan terkendalinya NPL (net)
kelemahan fundamental ekonomi dan non-ekonomi yang
pada tahun 2004. Namun demikian, terdapat
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan
kecenderungan peningkatan NPL (gross) pada tahun
risiko yang dihadapi oleh industri perbankan dan sistem
tersebut. Beberapa hal lain yang dapat mendorong
keuangan.
kenaikan tersebut antara lain adalah potensi memburuknya
yang
signifikan
terhadap
Melihat perkembangan tahun sebelumnya dan
kualitas kredit ex-BPPN dan kredit-kredit yang telah
prospek perekomian di tahun 2004, kondisi bank umum
direstrukturisasi. Selanjutnya, permasalahan struktural
di tahun tersebut diperkirakan relatif tetap stabil. Walaupun
seperti ketidakpastian hukum yang mencakup regulasi dan
demikian, terdapat beberapa kondisi yang perlu dicermati
enforcement-nya dapat menjadi hambatan bagi perbankan
karena dapat menghambat perbaikan NPL dan kinerja
dalam memperbaiki NPL-nya.
Ringkasan Eksekutif
Komposisi pendapatan bank diperkirakan terus
dapat menembus angka satu persen dari total volume
mengalami perbaikan selama 2004 seiring dengan
usaha industri perbankan nasional. Persentase
meningkatnya volume dan porsi kredit dalam struktur
pertumbuhan aset yang lebih tinggi kemungkinan dapat
aktiva produktif bank-bank. Namun demikian, peningkatan
terjadi seiring dengan rencana konversi sebuah bank
tersebut diperkirakan belum mampu mendorong
konvensional menjadi bank syariah maupun beberapa
profitabilitas perbankan secara signifikan karena masih
bank konvensional yang merencanakan untuk membuka
adanya beberapa persoalan seperti: (i) relatif besarnya
unit syariah. Namun demikian, dengan pesatnya
komponen pendapatan perbankan yang kurang sustain-
perkembangan tersebut, tantangan bagi perbankan
able seperti: non interest income yang sebagian besar
syariah menjadi semakin berat, terutama di sisi
berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif dan provision-
manajemen risiko dan permodalannya.
ing write backs yang berasal dari restrukturisasi kredit dan
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, industri BPR
penjualan NPL; serta (ii) potensi memburuknya kualitas
diperkirakan masih akan terus tumbuh. Hal ini didorong
kredit bank-bank yang memerlukan pembentukan PPAP
oleh keberadaan captive market khususnya nasabah yang
sehingga akan meningkatkan biaya bank.
berasal dari masyarakat daerah pinggiran dan perdesaan
Dari sisi permodalan, CAR perbankan secara industri
yang tidak terjangkau layanan bank umum. Meskipun
diperkiraan tetap berada jauh di atas 8%. Namun
demikian, beberapa hal yang diperkirakan menghambat
demikian, terdapat tekanan karena beberapa faktor, yaitu:
pertumbuhan tersebut antara lain : (i) relatif rendahnya
(i) perkiraan peningkatan ATMR sebagai akibat dari
kualitas SDM BPR, (ii) belum memadainya jumlah
peningkatan kredit, (ii) pemupukan modal dari laba sulit
pengawas BPR, dan (iii) relatif belum efisiennya kegiatan
diharapkan karena kecenderungan beberapa bank untuk
usaha BPR seperti ditunjukan oleh sangat tingginya suku
terus membagikan dividen meskipun laba belum optimal,
bunga kredit yang ditawarkan.
dan (iii) potensi meningkatnya NPL (gross) yang secara
langsung akan menekan permodalan bank.
Seperti halnya tahun 2003, industri asuransi dan
dana pensiun akan terus dihadapkan pada persoalan
Namun, dari sisi likuiditas perbankan, pertumbuhan
pengelolaan dananya karena berlanjutnya kecenderungan
Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mengalami tekanan
penurunan suku bunga. Tingginya tingkat persaingan di
terutama akibat beberapa faktor seperti : (i)
industri asuransi akan memaksa perusahaan-perusahaan
kecenderungan penurunan suku bunga; (ii) menurunnya
asuransi yang tidak mampu meningkatkan efisiensi dan
tingkat suku bunga penjaminan sehingga ruang gerak
modalnya untuk mulai melakukan proses bergabung
penetapan suku bunga dana pihak ketiga semakin
(merger dan akuisisi). Sementara, industri dana pensiun
terbatas; serta (iii) tingginya persaingan dari produk reksa
yang selama ini cenderung sangat prudent seperti
dana dan corporate bonds yang menjanjikan return lebih
ditunjukkan dengan besarnya porsi deposito pada
menarik bagi pemilik dana.
penanaman dananya selama ini, akan dihadapkan pada
Dengan memperhatikan trend pertumbuhan yang
keharusan untuk memiliki manajemen risiko yang
saat ini terjadi, industri perbankan syariah diperkirakan
memadai mengingat adanya tuntutan untuk mencari
dapat mencapai volume aset sebesar Rp12- 13 triliun
produk-produk penanaman dana jangka panjang yang
(akhir tahun 2004) dibandingkan Rp7 triliun (saat ini).
memberikan return relatif tinggi namun dengan risiko
Dengan demikian, persentase operasi perbankan syariah
yang manageable.
xvii
Ringkasan Eksekutif
Untuk tahun 2004, banyak pihak memperkirakan
dan pembentukan credit bureau . Sementara, agar
pasar modal tidak akan tumbuh sepesat tahun
kestabilan tetap terpelihara, pengurangan cakupan blan-
sebelumnya. Para investor yang secara agresif
ket guarantee perlu dilakukan secara gradual dan berhati-
menanamkan dananya selama tahun 2003 diperkirakan
hati. Sejalan dengan itu, penerapan ketentuan kehati-
lebih banyak menunggu (wait & see). Demikian pula
hatian yang sejalan dengan standar internasional perlu
dengan dunia usaha yang beberapa di antaranya telah
terus dilakukan.
menggunakan kesempatan untuk meraup dana di
Pelaksanaan risk management yang baik oleh
pasar modal selama tahun 2003, akan menunggu
perbankan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.
kepastian diterimanya penerbitan instrumen dana
Pengelolaan risiko yang melekat pada operasional
mereka di pasar dengan harga yang lebih baik. Namun
perbankan akan menjadi penopang terciptanya good gov-
demikian, jika agenda Pemilu terbukti berjalan lancar,
ernance . Dilaksanakannya good governance akan
maka para investor baik domestik maupun internasional
meminimalisir praktek kejahatan perbankan mulai dari
diperkirakan berbondong-bondong mengucurkan
pembohongan publik dengan melakukan window dress-
dananya ke Indonesia.
ing seperti melalui pelaporan yang tidak sebenarnya
Sementara, kondisi pasar uang diperkirakan tidak
sampai dengan kasus pembobolan seperti yang terjadi
akan mengalami perubahan berarti seiring dengan
beberapa waktu terakhir ini. Sampai saat ini, lemahnya
berlanjutnya kecenderungan suku bunga rendah dan tetap
good governance tersebut memang belum memberikan
overlikuidnya perbankan.
dampak negatif yang berarti terhadap kepercayaan
Dari sisi pelaksanaan sistem pembayaran yang
masyarakat. Namun demikian, apabila persoalan tersebut
berperan penting dalam pemeliharaan stabilitas sistem
tidak ditanggapi secara serius baik oleh otoritas pengawas
keuangan, pemantauan dan pengawasan terhadap sistem
maupun pelaku perbankan, bukan tidak mungkin kasus-
tersebut perlu ditingkatkan dengan mengacu pada standar
kasus serupa akan semakin marak dan pada gilirannya akan
internasional (core principle for systemically important
menurunkan kembali kepercayaan masyarakat yang pada
payment systems √ CP-SIPS yang ditetapkan BIS). Selain
saat ini belum sepenuhnya pulih.
itu, perlu dilakukan upaya pengembangan lebih lanjut
Untuk membantu terlaksananya penerapan risk
seperti peningkatan kapasitas dan untuk untuk melakukan
management yang baik, salah satu caranya adalah bank
mitigasi khususnya terhadap risiko operasional.
harus mengenal nasabahnya secara baik. Untuk itu, shar-
ing informasi antar bank melalui credit bureau merupakan
4. ARAH KEBIJAKAN KE DEPAN
xviii
salah satu cara efektif untuk menangkal terjadinya kasus
Sejalan dengan tantangan yang dihadapi ke depan,
pembobolan yang terjadi belakangan ini, yang beberapa
bersama dengan kebijakan moneter yang tetap akomodatif
di antaranya terbukti dilakukan oleh orang-orang dan
dan berhati-hati serta koordinasi fiskal dan moneter yang
perusahaan-perusahaan yang sama serta dengan modus
lebih erat, penyehatan dan peningkatan ketahanan sistem
serupa.
perbankan harus tetap dilakukan. Dalam rangka
Rencana Pemerintah untuk mengurangi (phasing
pelaksanaan kebijakan tersebut, seiring dengan
out) cakupan program penjaminan diperkirakan akan
meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perbankan,
menimbulkan dampak yang cukup luas terhadap industri
diperlukan penerapan risk management oleh perbankan
perbankan. Dalam tahap awal implementasinya, jika tidak
Ringkasan Eksekutif
dilakukan persiapan dan perhitungan yang matang dapat
Batas Maksimum Pemberian Kredit. Selain itu, Bank Indo-
menimbulkan pemindahan dana masyarakat dari satu bank
nesia juga akan mengeluarkan pedoman tentang tingkat
ke bank lain (flight to quality) atau ke luar perbankan
kesehatan Bank (CAMELS), yang rencananya akan
khususnya oleh para deposan besar.
diterapkan untuk posisi bulan Desember 2004. Tingkat
Untuk mengurangi dampak negatif dari rencana
kesehatan Bank lebih diarahkan sebagai supervisory tools
tersebut, perlu dipertimbangkan agar pengurangan
bagi Bank Indonesia dan penetapan action plan dalam
Penjaminan dilakukan secara bertahap. Selain itu, agar
rangka identifikasi dan pemecahan permasalahan pada
efektif, pengurangan Program Penjaminan perlu dikaitkan
aspek tertentu Bank. Sementara itu, agar penerapan
dengan tersedianya elemen Financial Safety Net (FSN)
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka sebelumnya
antara lain Lender of Last Resort (LOLR) dari Bank Indone-
akan dilakukan ujicoba yang dimulai pada posisi bulan Juni
sia. LOLR dapat berfungsi sebagai contingency plan untuk
2004 untuk seluruh Bank. Sejalan dengan penyempurnaan
mengantisipasi dampak negatif penurunan kepercayaan
ketentuan tingkat kesehatan Bank tersebut, Bank Indo-
publik terhadap perbankan saat pencabutan atau
nesia juga memiliki rencana untuk menyempurnakan
pengurangan penjaminan dilakukan.
ketentuan tentang Rencana Kerja (Business Plan).
Sebagai kelanjutan dari kebijakan tahun sebelumnya,
Selanjutnya, dengan rencana berakhirnya masa tugas
selama tahun 2004 Bank Indonesia merencanakan untuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada bulan Februari
menyempurnakan beberapa ketentuan terutama terkait
2004, Bank Indonesia merencanakan untuk menyesuaikan
dengan prinsip kehati-hatian. Untuk tahun tersebut akan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/25/PBI/2001 tanggal
diterbitkan ketentuan mengenai beberapa hal meliputi
26 Desember 2001 tentang Penetapan Status Bank dan
antara lain Kualitas Aktiva Produktif, Penyisihan
Penyerahan Bank Kepada Badan Penyehatan Perbankan
Penghapusan Aktiva Produktif, Restrukturisasi Kredit dan
Nasional.
xix
Ringkasan Eksekutif
xx
Gambaran Umum
Bab 1:
Gambaran Umum
1
Gambaran Umum
2
Gambaran Umum
Bab 1:
Gambaran Umum
Dengan semakin terintegrasinya kepemilikan, organisasi,
cukup rentan terhadap peningkatan NPL perbankan
operasional dan produk industri keuangan, ketidakstabilan
apabila terjadi penurunan aktivitas ekonomi.
terhadap satu jenis lembaga dapat secara sistemik
Dari sisi eksternal, cenderung menurunnya suku
berdampak pada jenis lembaga keuangan lainnya. Sekitar
bunga internasional telah membantu penurunan suku
91% dari aset industri keuangan merupakan total aset
bunga domestik tanpa adanya gejolak terhadap nilai ru-
industri perbankan, sehingga perbankan tetap merupakan
piah. Kestabilan tersebut diperkirakan masih dapat
institusi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap
dipertahankan pada tahun 2004. Namun demikian,
kestabilan sistem keuangan. Namun, tidak berarti lembaga
meningkatnya persaingan dan proteksionisme atas
keuangan lainnya dapat diabaikan dalam memelihara
beberapa produk perdagangan oleh negara-negara
stabilitas sistem keuangan. Selama beberapa waktu
tertentu diperkirakan dapat mengganggu kinerja ekspor.
terakhir , inovasi produk-produk non-perbankan dan
Dalam jangka panjang, sektor usaha domestik yang
perkembangan industri LKBB terus meningkat seiring
produknya tidak mampu bersaing dengan produk impor
dengan semakin ketatnya persaingan dan meningkatnya
akan gulung tikar dan dapat menimbulkan instabilitas
pemahaman nasabah terhadap produk keuangan.
perekonomian.
Secara umum, kondisi makroekonomi stabil dan
Kestabilan makroekonomi yang telah dicapai pada
cenderung membaik selama 2003 dan telah meningkatkan
tahun 2003 telah mendorong dapat dipertahankannya
kepercayaan masyarakat dan investor terhadap
stabilitas perbankan dan sistem keuangan. Walaupun
perekonomian Indonesia. Kondisi demikian memberi
terdapat beberapa potensi permasalahan, kestabilan
kontribusi yang positif untuk stabilitas sistem keuangan.
industri perbankan tercermin dari angka-angka indikator
Membaiknya indikator-indikator perkembangan ekonomi
kinerja yang terus membaik selama tahun tersebut. Selain
terutama didukung oleh konsistensi pelaksanaan kebijakan
itu, risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar relatif terkendali,
moneter dan fiskal. Namun demikian, pertumbuhan
sementara
ekonomi yang bertumpu pada pertumbuhan konsumsi
penanganannya.
risiko
operasional
perlu
dicermati
Sementara itu, kondisi pasar modal Indonesia selama
tahun 2003 mengalami perkembangan yang relatif pesat.
Perbankan
91%
Kinerja pasar saham tercatat sebagai nomor 2 terbaik di
dunia. Pasar obligasi juga mengalami pertumbuhan pesat
dengan kecenderungan lebihnya permintaan (oversubPegadaian
0%
Perusahaan
Sekuritas
1%
scribed) untuk setiap emisi baru. Pasar uang juga tidak
Perusahaan
Pembiayaan
2%
Dana Pensiun
3%
Perusahaan
Asuransi
3%
Grafik I.1
Komposisi Aset Lembaga Keuangan
menunjukkan gejolak yang membahayakan stabilitas
keuangan dengan cenderung overlikuid nya perbankan.
Di lain pihak, kecenderungan penurunan suku bunga
telah memaksa industri asuransi dan dana pensiun
3
Gambaran Umum
4
menggeser komposisi penanaman dananya dari deposito
Namun demikian, banyak pihak memperkirakan
ke produk pasar modal untuk meminimalisir kerugian.
kemungkinan penurunan aktivitas pasar karena walaupun
Namun demikian, hal ini tetap berpengaruh terhadap
diperkirakan tidak terdapat gejolak yang berarti, para
kinerja kedua industri tersebut.
pelaku pasar lebih memilih sikap menunggu (wait & see)
Kondisi umum sistem keuangan yang stabil
atas hasil agenda sosial politik selama tahun tersebut. Jika
tersebut didukung pula oleh kebijakan sistem
Pemilu terbukti berjalan lancar, maka para investor baik
pembayaran non-tunai yang telah berhasil mengurangi
domestik maupun internasional diperkirakan berbondong-
risiko sistemik dan mengingkatkan efisiensi transaksi
bondong mengucurkan dananya ke Indonesia. Sementara,
pembayaran.
kondisi pasar uang diperkirakan tidak akan mengalami
Untuk tahun 2004, seiring dengan pertumbuhan
perubahan berarti seiring dengan berlanjutnya
ekonomi dan kondisi makroekonomi yang kondusif,
kecenderungan suku bunga rendah dan tetap
diperkirakan kinerja pasar modal semakin meningkat.
overlikuidnya perbankan.
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Bab 2
Perkembangan Ekonomi
Domestik dan Internasional
5
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
6
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Bab 2
Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Secara umum, kondisi makroekonomi stabil dan
pembatasan impor atas beberapa produk perdagangan
cenderung membaik selama 2003 sebagaimana
oleh negara-negara tertentu diperkirakan dapat
ditunjukkan oleh membaiknya indikator-indikator makro
mengganggu kinerja sektor usaha domestik karena
ekonomi. Hal ini memberikan dampak positif berupa
kurang mampu bersaing.
meningkatnya kepercayaan masyarakat dan investor
terhadap perekonomian Indonesia. Membaiknya
II.1 Pengaruh Eksternal
perekonomian nasional ini terutama didukung oleh
Pertumbuhan ekonomi dunia belum sepenuhnya
konsistennya pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal.
pulih karena perekonomian beberapa negara besar masih
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang masih
lesu (grafik II.2). Hal ini ditandai oleh masih rendahnya
bertumpu pada pertu
Bank Indonesia
Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta
Indonesia
Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan
fungsi Bank Indonesia dalam mewujudkan misi ≈mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan∆.
KSK diterbitkan secara semesteran dengan tujuan untuk :
•
Membangun wacana untuk meningkatkan wawasan publik mengenai stabilitas sistem
keuangan, baik domestik maupun internasional
•
Mengkaji risiko-risiko potensial terhadap stabilitas sistem keuangan ; dan
•
Menganalisa perkembangan dan permasalahan di pasar keuangan serta merekomendasi
kebijakan untuk mendorong dan memelihara sistem keuangan yang stabil.
Informasi dan Order :
Dokumen KSK didasarkan pada data dan informasi per Oktober 2003, kecuali dinyatakan lain.
Dokumen KSK lengkap dalam format pdf tersedia pada web site Bank Indonesia : http://www.bi.go.id
Permintaan, komentar dan saran harap ditujukan kepada :
Bank Indonesia
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Perbankan
Biro Stabilitas Sistem Keuangan
Jl.MH Thamrin No.2, Jakarta, Indonesia
Telepon : (+62-21) 381 7779, 7990
Fax : (+62-21) 2311672
Email : [email protected]
ksk
Kajian Stabilitas Keuangan
No. 2, Desember 2003
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar vi
Boks III.6 Stress Test Pengaruh NPLs Terhadap Modal
33
Ringkasan Eksekutif x
Boks III.7 Implikasi Penerapan Skim Penjaminan Baru
38
Bab 1 Gambaran Umum 2
Boks III.8 Dampak Pembubaran BPPN 47
Bab 2 Perkembangan Ekonomi Domestik dan
Internasional 7
2.1.
Pengaruh Eksternal 7
2.2.
Kondisi Ekonomi Domestik 9
2.3.
Perkembangan Sektor Riil 11
Boks II.1
Akankah Properti Menjadi Mimpi Buruk
Kembali? 13
Boks II.2
4.1.
Industri Asuransi 64
4.2.
Industri Dana Pensiun 71
Boks IV.1 Bancassurance √ Keuntungan Bagi Semua
Pihak? 66
Boks IV.2 Penerapan Ketentuan Fit & Proper Test
Industri Asuransi 69
Meroketnya Cina: Ancaman atau Peluang?
16
Bab 3 Perbankan Indonesia 21
3.1.
Bab 4 Lembaga Keuangan Bukan Bank 63
Bank Umum 21
3.1.1.Risiko Kredit 21
3.1.2.Risiko Likuiditas 34
3.1.3.Profitabilitas 40
3.1.4.Permodalan 42
3.1.5.Risiko Pasar 44
3.1.6.Risiko Operasional 46
Bab 5 Pasar Modal dan Pasar Uang 75
5.1.
Perkembangan Pasar Modal Indonesia 75
5.2.
Perkembangan Pasar Uang Indonesia 84
Boks V.1
Reksa Dana 77
Boks V.2
Prospek Penerbitan Surat Utang Negara
Internasional (Yankee Bond) 82
Boks V.3
Obligasi Korporasi 84
Bab 6 Sistem Pembayaran 89
3.2.
Perkembangan Perbankan Syariah 48
3.3.
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 50
ARTIKEL 95
3.4.
Penegakan Hukum Dalam Pelaksanaan
1.
Studi Biaya Intermediasi Beberapa Bank Besa di
Indonesia: Apakah bunga kredit bank umum
Kegiatan Usaha Perbankan 51
overpriced? 96
Boks III.1 Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Cetak
Biru dan Arah Strategis Perbankan di Masa
2.
Depan 22
3.
Indikator Awal Krisis Perbankan 105
Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional
Boks III.2 Rigiditas Suku Bunga Kredit 24
Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem
Boks III.3 Undisbursed Loan (UL) 26
Keuangan 117
Boks III.4 Ketahanan Permodalan Terhadap Ekspansi
Kredit 29
Boks III.5 Pencadangan/ Provisi (PPAP) 31
iii
Daftar Tabel dan Grafik
Tabel
Tabel II. 1
Neraca Pembayaran Indonesia (Juta USD) 9
Grafik III.4
Outstanding Kredit - Kelompok Bank 25
Tabel II. 2
Statistik Keuangan Pemerintah Pusat 11
Grafik III.5
Pertumbuhan Kredit & Dana 25
Jumlah Tenaga Kerja Industri TPT Indonesia
Grafik III.6
Tabel II. 3
13
Grafik III. 7
Tabel III. 1
NPL Kelompok Bank 32
Tabel III. 2
Konsentrasi Kredit 25 Debitur Besar 33
Tabel III. 3
Perkembangan DPK dan NAB 35
Tabel III. 4
Indikator Utama BPR 50
Tabel III. 5
Suspicious Transaction Report yang
Diserahkan ke Polisi Berdasarkan Nominal 54
Pertumbuhan Kredit Menurut Golongan
Debitur 25
Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi
Tertentu 27
Grafik III. 8
Perkembangan Kredit Menurut Sektor
Ekonomi 27
Grafik III. 9
Perkembangan Kredit Menurut Jenis
Penggunaan 27
Grafik III. 10
Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis
Penggunaan 27
Tabel V. 1
Ranking Probability Default Obligasi
Grafik III. 11
Perkembangan NPL Kredit Konsumsi 28
Korporasi Terbesar 85
Grafik III.12
Kredit Baru Menurut Sektor Ekonomi
2003 28
Grafik III.13
Grafik
Grafik I.1
2003 28
Komposisi Aset Lembaga Keuangan 3
Grafik III.14
Grafik III.15
Grafik II.1
Grafik II.2
Grafik II.3
Grafik II. 5
Perkembangan Suku Bunga Internasional
Pertumbuhan (y to y)
7
Grafik III. 16
Non Performing Loan 30
Pertumbuhan Ekonomi Pada 5 Negara
Grafik III. 17
Pertumbuhan Kolektibilitas Kredit 32
Mitra Dagang Utama 7
Grafik III. 18
Perkembangan Outstanding NPL 32
Perkembangan Inflasi Pada 5 Negara
Grafik III. 19
Rasio NPL Terhadap Permodalan 2003
32
Penanaman Modal Asing dan Investasi
Grafik III. 20
Portofolio (NET) 8
Grafik III. 21
NPL Gross Negara Asia 33
Rasio Kredit 25 Debitur Besar Terhadap
Permodalan Agustus 2003 34
Perkembangan IHSG dan Nilai Tukar
Rupiah 9
Grafik III. 22
Struktur Pendanaan Perbankan 35
Grafik II. 6
Inflasi dan Kredit Konsumsi 10
Grafik III. 23
Struktur Dana Pihak Ketiga 35
Grafik II. 7
Pasokan dan Permintaan Kayu Bulat
Grafik III. 24
Grafik II. 8
Perkembangan Rata-rata Leverage dan
Grafik III. 25
Grafik III. 26
Jumlah Bank & Total Asset 21
Grafik III.2
Perkembangan LDR 23
Grafik III.3
Pertumbuhan Kredit menurut Kelompok
Bank 24
Kepemilikan DPK oleh BUMN,Perusahaan
Asuransi, dan Dana Pensiun 36
ROE Beberapa Perusahaan Tekstil 15
Grafik III.1
Komposisi Deposito Berdasarkan Jangka
Waktu 36
tahun 2002 12
iv
Perkembangan Kredit Properti 30
Sektor Properti (%) 30
Mitra Dagang Utama 8
Grafik II.4
Kredit Baru Menurut Jenis Penggunaan
Kepemilikan Dana Pihak Ketiga pada 15
Bank Besar 36
Grafik III. 27
Perbandingan Deposito >Rp100 juta & <
Rp100 juta 37
Grafik III.28
Rasio Alat Likuid 37
Grafik III.29
Grafik III. 30
Rasio Penyaluran Dana terhadap Sumber
Grafik III.54
Jenis Pelanggaran Kasus Perbankan yang
Pendanaan 39
Ditindaklanjuti Selama Tahun 2003
Rasio Alat Likuid Terhadap Kewajiban
Berdasarkan Jumlah Kasus 53
Jangka Pendek pada 15 Bank Besar 39
Grafik III.55
Suspicious Transaction Report Yang
Grafik III. 31
Non Core DPK Terhadap Aset Likuid 39
DiLaporkan Ke Polisi Berdasarkan Jumlah
Grafik III. 32
Perkembangan NII 2003 41
Laporan 54
Grafik III.33
Komposisi Pendapatan Bunga 15 BB 2003 41
Grafik III.34
Grafik III.35
Grafik IV.1
Komposisi Pendapatan Bunga Perbankan
Dana 63
2003 41
Grafik IV. 2
Komposisi Aset Lembaga Keuangan 64
BOPO dan Rasio OH Cost - Oktober 2003
Grafik IV. 3
Jumlah Lembaga Keuangan Non Bank
41
Grafik III.36
Grafik III.37
Perkembangan Saham, Obligasi, Reksa
2000 - Juni 2003 64
Perbandingan CER 2003 42
Grafik IV. 4
Nilai ROA Asuransi Jiwa dan Umum 67
Perkembangan ROA Pada 5 Negara Asia
Grafik IV. 5
ROE Asuransi Jiwa dan Umum 67
42
Grafik IV. 6
Nilai ROI Asuransi Jiwa dan Umum 67
Grafik III.38
ATMR dan ROA Perbankan 43
Grafik IV. 7
Komposisi Investasi Industri Asuransi
Grafik III.39
Perkembangan Aktiva Produktif
Perbankan 2003 43
Grafik III.40
2002 68
Grafik IV. 8
Rasio Tier 1 To Total Asset - Oktober 2003
44
Grafik III.41
CAR Beberapa Negara Asia 44
Grafik III.42
Stress Test Tingkat Bunga 45
Grafik III.43
Grafik Stress Test Nilai Tukar Bank ≈X∆ 46
Grafik III.44
Total Asset 49
Grafik III.45
Permodalan 49
Komposisi Investasi Industri Asuransi
Tw II/03 68
Grafik IV. 9
Nilai ROA & ROI Dana Pensiun 71
Grafik V.1
Peranan Pasar Modal Pada Pasar
Keuangan 75
Grafik V. 2
Rating Indonesia dan Negara
Berkembang Lainnya 76
Grafik III.46
DPK 49
Grafik V. 3
IHSG dan Volatilitas 79
Grafik III.47
Pembiayaan 49
Grafik V. 4
Trend Indeks Harga Saham Keuangan 79
Grafik III.48
NPL 49
Grafik V. 5
Price Earning Ratio Saham Bank 80
Grafik III.49
ROA & ROE 49
Grafik V. 6
Kurva Yield SUN 80
Grafik III.50
Grafik III.51
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik V. 7
Profil Jatuh Tempo Obligasi Negara 81
yang Diterima UKIP 52
Grafik V. 8
Likuiditas Pasar Obligasi Korporasi 81
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik V. 9
Perkembangan Suku Bunga SBI,
yang Dihentikan Investigasinya oleh UKIP
52
Grafik III.52
Deposito, PUAB 85
Grafik V. 10
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Perkembangan Suku Bunga dan Volume
Transaksi PUAB 85
yang Diterima UKIP 52
Grafik III.53
Perkembangan Kasus-Kasus Perbankan
Grafik VI. 1
yang Diterima UKIP 52
Grafik VI. 2
Transaksi Kliring 89
Transaksi RTGS yang Tidak Settle
(Not Settle) 90
Grafik VI. 3
Rata-rata Perputaran Kliring 91
v
vi
Kata Pengantar
Kajian stabilitas sistem keuangan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang stabilitas
sistem keuangan di Indonesia yang telah berjalan, serta memberikan gambaran mengenai kondisi di
masa datang. Kondisi stabilitas sistem keuangan sampai dengan akhir 2003 serta gambaran ke depan
dapat diuraikan dalam ulasan di bawah ini.
Sampai dengan akhir tahun 2003, kondisi sistem keuangan kita masih stabil dengan perkembangan
yang cukup menggembirakan. Diperkirakan kondisi ini dapat dipertahankan dan terus berlangsung
pada tahun 2004. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu secara cermat
mendapat perhatian sehingga tidak menjadi kendala dimasa mendatang.
Beberapa hal penting yang terjadi selama tahun 2003 antara lain adalah meningkatnya kepercayaan
internasional yang ditunjukkan dengan naiknya rating Indonesia, serta tingginya minat investor asing
terhadap penjualan saham dan obligasi korporasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan dorongan stabilnya
nilai tukar Rupiah dan makin turunnya tingkat suku bunga dan inflasi serta membaiknya kondisi perbankan
Indonesia. Namun di tahun itu pula, sistem keuangan khususnya perbankan sempat dicemari dengan
terjadinya beberapa kasus fraud yang menyebabkan kerugian yang tidak kecil pada bank yang
bersangkutan. Hal ini menunjukkan betapa penerapan good corporate governance oleh semua kalangan
khususnya yang terlibat dalam pengelolaan sistem keuangan perlu lebih ditingkatkan.
Disamping permasalahan yang diutarakan diatas, masih terdapat beberapa permasalahan lain
yang bersumber dari internal sistem keuangan itu sendiri seperti antara lain masih relatif tingginya rasio
NPL perbankan, lambannya pemulihan fungsi intermediasi perbankan dan rigiditas suku bunga kredit.
Dari lingkungan eksternal, belum pulihnya sektor riil dan semakin ketatnya persaingan perdagangan
dalam tatanan ekonomi global juga ikut memberi tekanan bagi perkembangan sistem keuangan kita.
Kecenderungan menurunnya suku bunga pada periode kedua tahun 2003, membuat masyarakat
mengalihkan sebahagian dananya ke pasar modal yang kemudian ikut mendorong peningkatan angka
IHSG dan obligasi di pasar modal, masing-masing mencapai 63% dan 66% dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut selanjutnya juga mendorong meningkatnya industri reksadana sehingga mencatat
kenaikan sampai lebih dari 56% dari tahun sebelumnya. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat
menggembirakan. Namun perlu digaris-bawahi bahwa perkembangan di pasar modal tersebut juga
berpotensi menimbulkan permasalahan baru apabila tidak disertai dengan peningkatan prasarana seperti
sistem akuntansi, peraturan dan market discipline para pelaku pasar.
vii
Buku Kajian Stabilitas Sistem Keuangan ini adalah penerbitan kedua setelah buku pertama yang
telah diterbitkan dalam dua bahasa pada bulan Juni 2003 sebagai perwujudan diseminasi informasi dan
edukasi kepada masyarakat sebagai stakeholder dari pelaksanaan fungsi Bank Indonesia dalam memantau
stabilitas sistem keuangan. Walaupun buku ini diterbitkan secara semesteran, namun pemantauan
stabilitas sistem keuangan tetap dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia dan diwujudkan dalam
bentuk laporan intern yang diterbitkan setiap minggu.
Kesungguhan upaya Bank Indonesia dalam membangun dan memelihara stabilitas sistem keuangan
ini, tentunya tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak dan instansiinstansi terkait. Untuk itu, penghargaan dan rasa terima kasih kami sampaikan atas kontribusi dan
partisipasi yang diberikan dengan disertai harapan semoga kajian dan rekomendasi yang disajikan dalam
KSK ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas dan lembaga pengawas yang berkepentingan
untuk membangun kepedulian dan rasa tanggung-jawab bersama.
Akhir kalam, kami mengharapkan saran, komentar maupun kritik dari semua pihak demi peningkatan
kualitas kajian ini di masa mendatang.
Jakarta, 5 Januari 2004
Maman H. Somantri
Deputi Gubernur
viii
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan
Eksekutif
ix
Ringkasan Eksekutif
x
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif
Secara umum stabilitas perbankan dan sistem keuangan
Membaiknya indikator-indikator perkembangan
dapat dipertahankan pada tahun 2003 seperti ditunjukkan
ekonomi tersebut terutama didukung oleh konsistennya
oleh terus membaiknya indikator-indikator kinerja
pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal. Pelaksanaan
perbankan dan sistem keuangan. Stabilitas tersebut
kebijakan moneter selama 2003 yang relatif longgar telah
didukung oleh tercapainya stabilitas ekonomi makro dan
memberikan ruang gerak bagi sektor riil dalam
moneter seperti ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi
memulihkan kegiatan usahanya tanpa mengurangi
yang mencapai target serta membaiknya indikator-
kemampuan daya beli masyarakat. Sementara,
indikator ekonomi makro yang telah meningkatkan
pelaksanaan kebijakan fiskal yang konservatif dan berhati-
kepercayaan masyarakat domestik dan internasional
hati telah membantu meningkatkan kepercayaan terhadap
terhadap perekonomian Indonesia.
stabilitas makroekonomi dan telah mampu menekan
Namun demikian, ketergantungan pendapatan
bank-bank rekap pada bunga obligasi, good governance
tingkat inflasi yang pada gilirannya mendorong
terpeliharanya stabilitas sistem keuangan.
yang masih lemah serta risk management yang belum
Dari sisi eksternal, penurunan suku bunga
sepenuhnya dilaksanakan dapat menjadi ancaman bagi
internasional telah membantu memberi ruang gerak bagi
industri perbankan dan sistem keuangan di masa
penurunan suku bunga domestik tanpa adanya gejolak
mendatang. Di sisi lain, belum pulihnya sektor riil dan
terhadap nilai rupiah. Kondisi-kondisi tersebut terbukti
rentannya beberapa sektor usaha terutama terhadap
membantu meningkatkan kepercayaan para pelaku
persaingan dengan negara asing berpotensi meningkatkan
ekonomi, sehingga tidak terjadi goncangan-goncangan
Non Performing Loan (NPL) perbankan. Sementara, arus
berarti yang dapat menimbulkan instabilitas pada sistem
masuk modal asing yang bersifat jangka pendek dan
keuangan Indonesia. Ke depan, kebijakan fiskal yang
cenderung volatile dapat berdampak negatif terhadap
kemungkinan akan tetap konservatif apabila disesuaikan
likuiditas sistem keuangan dan perekonomian secara
dengan kebutuhan perkembangan perekonomian akan
keseluruhan.
dapat menjadi faktor pendukung stabilitas sistem
keuangan.
1. STABILITAS MAKRO EKONOMI
Di sisi lain, selama tahun tersebut kondisi fundamen-
Kondisi makroekonomi yang stabil dan cenderung
tal ekonomi dan non-ekonomi meskipun stabil namun
membaik selama 2003 telah banyak mendukung stabilitas
belum sepenuhnya kondusif. Pertumbuhan ekonomi
sistem keuangan. Neraca pembayaran, nilai tukar rupiah
sebesar sekitar 4,55% selama 2003 berada dalam kisaran
dan laju inflasi menunjukkan kinerja yang lebih baik
perkiraan semula, namun masih belum mampu mengatasi
dibandingkan proyeksinya di awal tahun. Sementara,
masalah pengangguran. Angka pengangguran terbuka
pertumbuhan ekonomi mencapai angka sama dengan
diperkirakan naik menjadi 10,1 juta orang atau 9,8% dari
perkiraan semula.
seluruh angkatan kerja. Pertumbuhan tersebut juga belum
xi
Ringkasan Eksekutif
mampu mengembalikan tingkat pendapatan per kapita
modal tersebut didominasi oleh investasi portofolio yang
kembali ke level sebelum krisis. Faktor utama pendorong
bersifat jangka pendek sementara PMA dan jenis lainnya
pertumbuhan perekonomian selama tahun 2003 adalah
tercatat lebih kecil.
pertumbuhan konsumsi sebesar 5,1%. Dalam jangka
Kebijakan suku bunga rendah yang berhasil
panjang, tingginya angka pengangguran dan
diterapkan selama 2003 tampaknya akan diteruskan
bertumpunya pertumbuhan perekonomian pada konsumsi
dengan hati-hati. Besarnya gap maturity profile antara aset
cukup berisiko bagi perekonomian.
dan kewajiban perbankan akan menimbulkan instabilitas
Kegiatan investasi yang mulai meningkat sebesar
perbankan apabila dilakukan kebijakan perubahan suku
1,6% lebih banyak berupa bangunan daripada
bunga secara mendadak. Namun dengan tetap terjaganya
permesinan, sehingga tidak memberikan dampak berarti
stabilitas nilai tukar, industri perbankan masih aman dari
terhadap peningkatan produksi khususnya industri
risiko nilai tukar sehingga pertumbuhan industri tersebut
pengolahan yang tumbuh (2,4%) lebih rendah
selama 2003 relatif stabil.
dibandingkan tahun sebelumnya (4%). Kondisi ini
memang tidak mempengaruhi kenaikan harga barang
xii
2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN
akibat lancarnya pasokan barang impor di masyarakat
Dapat dipertahankannya kestabilan makroekonomi
sehingga dapat meredam inflasi yang dapat mempersulit
tersebut telah mendukung terpeliharanya stabilitas
perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam
perbankan dan sistem keuangan pada tahun 2003.
penetapan suku bunga kreditnya untuk disalurkan kepada
Kestabilan industri perbankan tercermin dari angka-angka
sektor riil. Namun dalam jangka panjang, sektor usaha
indikator kinerja yang terus membaik selama tahun
yang produknya tidak mampu bersaing dengan produk
tersebut walaupun terdapat beberapa potensi
impor tersebut berpotensi gulung tikar dan dapat
permasalahan pada aset kredit dan permodalan
menimbulkan instabilitas perekonomian.
perbankan. Sementara, kondisi pasar modal Indonesia
Sementara, struktur neraca pembayaran masih
selama tahun 2003 mengalami perkembangan yang luar
belum sepenuhnya menggembirakan. Struktur ekspor
biasa. Kinerja pasar saham bahkan tercatat sebagai nomor
nonmigas masih sangat bergantung pada permintaan
2 terbaik di dunia. Pasar obligasi juga mengalami
beberapa negara (AS, Jepang dan Singapura) dan masih
pertumbuhan pesat dengan kecenderungan lebihnya
didominasi oleh 5 (lima) komoditas utama (tekstil,
permintaan (oversubscribed) untuk setiap emisi baru.
produk kayu, peralatan listrik dan alas kaki) yang
Selain itu, pasar uang juga tidak menunjukkan gejolak
memiliki banyak pesaing di kawasan Asia kecuali untuk
yang membahayakan stabilitas keuangan, sementara
produk kertas. Walaupun demikian, secara umum re-
kondisi lembaga keuangan bukan bank juga relatif stabil.
payment capacity perusahaan-perusahaan eksportir
Hal ini didukung pula oleh kebijakan sistem pembayaran
tampak belum banyak terganggu sejalan dengan belum
non-tunai yang telah berhasil mengurangi risiko sistemik
berlakunya secara penuh aturan-aturan perdagangan
dan meningkatkan efisiensi transaksi pembayaran.
bebas, kecuali untuk beberapa industri seperti tekstil
Namun demikian, agar stabilitas sistem keuangan dapat
dan perkayuan. Di sisi lain, lalu lintas modal swasta ke
terjaga, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat
Indonesia pun cukup rentan terhadap kemungkinan
perhatian utama seperti belum pulihnya intermediasi
pembalikan (reversal) ke luar negeri mengingat arus
perbankan, lemahnya penerapan good governance
Ringkasan Eksekutif
sebagai wujud dari besarnya risiko operasional di
perbankan selama 2003 masih mengalami kelebihan
perbankan, kemungkinan kenaikan NPL, dan pengurangan
likuiditas. Demikian pula, CAR perbankan masih berada
cakupan blanket guarantee.
di atas angka 20% dan modal tersebut ternyata dapat
tetap menyerap risiko usaha khususnya risiko kredit selama
2.1. Perbankan
2003.
Secara umum, kestabilan industri perbankan selama
Sementara itu, BPR selama tahun tersebut juga
2003 didukung oleh terkendalinya risiko kredit bank-bank
menunjukkan perkembangan positif seperti terlihat dari
selama 2003 sehingga tidak menimbulkan dampak yang
pertumbuhan aset yang mencapai 38,8%, sehingga
signifikan terhadap stabilitas sistem perbankan. Demikian
mencapai Rp10,4 triliun (Juni 2003). Pertumbuhan tersebut
pula risiko pasar yang cukup moderat karena didukung
diiringi perbaikan kinerja sebagaimana ditunjukkan oleh
oleh memadainya permodalan perbankan, stabilnya nilai
meningkatnya jumlah BPR yang berpredikat SEHAT dari
tukar rupiah dan tingkat sukubunga, serta relatif kecilnya
61,9% (Juni 2002) menjadi 63,9% (Juni 2003). Hal yang
posisi devisa neto (PDN) perbankan yang mencapai rata-
sama berlaku untuk perbankan syariah, yang tumbuh pesat
rata 4,70% dari modal bank (triwulan III-2003). Selama
sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan aset (60%),
tahun tersebut, perbankan masih mengalami kelebihan
DPK (60%), dan pembiayaan (50%), yang diiringi kenaikan
likuiditas yang sebagian besar ditanamkan pada SBI dan
permodalan (CAR) yang saat ini mencapai 17%. Selain
selebihnya pada PUAB. Cukup besarnya pinjaman antar
itu, kualitas aktiva produktif industri perbankan syariah
bank tersebut dapat berisiko sistemik, walaupun selama
berada dalam kondisi yang sehat sebagaimana ditunjukkan
2003 tidak terdapat bank yang mengalami krisis likuiditas.
oleh tingkat pembiayaan non-lancar yang berada di bawah
Selain itu, besarnya maturity mismatch di beberapa bank
5 persen. Disamping itu, industri perbankan syariah secara
rekap akan dapat menimbulkan instabilitas apabila terjadi
umum memiliki tingkat earning yang cukup baik,
gejolak suku bunga. Di samping itu, risiko operasional
walaupun pada tahun 2003 mengalami penurunan yang
dinilai masih relatif tinggi, seperti tercermin pada berbagai
cukup signifikan sebagai akibat dari cukup besarnya
kasus di beberapa bank sebagai akibat lemahnya
ekspansi yang menimbulkan biaya infrastruktur yang cukup
pelaksanaan good governance.
besar.
Kestabilan perbankan didukung pula oleh mulai
Namun demikian, selama 2003 terdapat beberapa
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor
hal yang patut dicermati terutama dalam hal
perbankan Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh hasil
perkembangan kredit perbankan dan permodalan bank
survey confidence index.
yang dapat memicu instabilitas di masa datang. Dalam
Membaiknya kondisi perbankan secara umum
hal perkembangan kredit perbankan, peningkatan posisi
tercermin dari meningkatnya ROA selama tahun 2003
kredit dan kredit baru yang dikucurkan perbankan selama
yakni dari 1,9% (Des»02) menjadi 2,3% (y-t-d-Okt»03) yang
tahun 2003 lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
tidak terlepas dari keberhasilan perbankan menahan
Peningkatan posisi kredit perbankan dan pertambahan
penurunan secara drastis net interest margin-nya di tengah
kredit baru masing-masing sebesar Rp53,4 triliun dan
kecenderungan penurunan suku bunga. Selama tahun
Rp53,6 triliun (s.d. Okt »03), lebih rendah dibandingkan
tahun 2003, NIM perbankan hanya turun dari 4,2%
tahun sebelumnya. Rendahnya penyaluran kredit baru
(Des»02) menjadi 3,8% (y-t-d-Okt»03). Selain itu,
tersebut disertai pula dengan meningkatnya undisbursed
xiii
Ringkasan Eksekutif
loan perbankan yang selama 2003 mencapai Rp25,6 triliun
besar dan sebanyak 6 bank memiliki CAR antara 10% √
(Jan - Okt »03), lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar
15%. Angka ini cukup rentan terhadap perubahan kualitas
Rp19,1 triliun (Jan - Okt »02). Tersendatnya penyaluran
aktiva produktif atau perubahan perhitungan yang
kredit tersebut tidak terlepas dari masih berlanjutnya
memasukkan komponen risiko selain risiko kredit.
rigiditas suku bunga kredit perbankan yang di satu sisi
ditujukan untuk mempertahankan profitabilitasnya. Tidak
2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
terserapnya kelebihan likuiditas perbankan dalam bentuk
Kecenderungan penurunan suku bunga telah
penyaluran kredit, menyebabkan pendapatan bank
membuat beberapa industri asuransi dan dana pensiun
bergantung pada bunga SBI dan obligasi. Hal ini tidak
menggeser komposisi penanaman dananya dari deposito
mendukung pertumbuhan ekonomi secara langsung yang
ke produk pasar modal untuk meminimalisir penurunan
pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas keuangan
pendapatan.
dalam jangka panjang.
Selama tahun 2003, industri asuransi sedang dalam
Selain itu, penyaluran kredit selama 2003 masih
proses restrukturisasi untuk menghadapi meningkatnya
didominasi oleh kredit konsumsi. Sejalan dengan
persaingan, pemenuhan ketentuan risk based capital mini-
kecenderungan penurunan suku bunga, penyaluran kredit
mum serta regulasi baru seperti fit & proper test .
konsumsi selama 2003 menunjukkan kecenderungan yang
Sementara, kecenderungan penurunan suku bunga telah
semakin meningkat (33,8% y-o-y), jauh lebih besar
berdampak langsung pada pendapatan yang diperoleh dari
dibandingkan kredit untuk jenis penggunaan modal kerja
pengelolaan dana industri asuransi dan dana pensiun.
dan investasi yang masing-masing sebesar 16,9% dan
Untuk mengatasinya, industri-industri tersebut mulai
7,4%. Tingginya penyaluran terhadap jenis kredit konsumsi
menggeser struktur aktiva produktif nya dari penanaman
ini rentan terhadap risiko naiknya NPL akibat terjadinya
pada produk perbankan (deposito) kepada produk pasar
penurunan aktivitas ekonomi.
modal (saham, obligasi, dan reksadana). Namun demikian,
Sementara itu, posisi kredit properti mencapai
pergeseran komposisi tersebut tetap tidak dapat mencegah
sebesar Rp43,9 triliun (Okt »03) atau 10,3% dari total kredit
penurunan tingkat return (ROA, ROI dan ROE) karena
perbankan, mengalami peningkatan dibandingkan posisi
tingginya biaya operasional akibat persaingan premi dan
Desember 2002 sebesar Rp35,0 triliun. Perkembangan
komisi serta belum efisiennya kegiatan usaha.
yang cukup pesat dari kredit konsumsi tersebut cukup
rentan terhadap kemungkinan kenaikan NPL apabila terjadi
peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh
pemutusan hubungan kerja.
xiv
2.3. Pasar Modal dan Pasar Uang
Pertumbuhan pasar saham yang begitu cepat
berpotensi menimbulkan overpriced. Kondisi tersebut
Di sisi lain, pemulihan fungsi intermediasi perbankan
dapat menimbulkan ketidakstabilan di masa datang
dihadapkan pada tantangan semakin gencarnya
apabila tidak diikuti dengan penerapan good governance
perusahaan melakukan pembiayaan melalui penerbitan
antara lain dalam bentuk transparansi yang memadai.
obligasi di pasar modal. Sementara, walaupun CAR agregat
Perkembangan luar biasa yang terjadi pada pasar saham
selama 2003 berkisar antara 20% - 26%, namun terdapat
Indonesia selama tahun 2003 telah mencatatkan pasar
17 dari 138 bank memiliki CAR antara 8% √ 10% dimana
tersebut sebagai nomor 2 terbaik di dunia, hanya kalah
salah satu diantaranya merupakan bank yang berskala
dibandingkan pasar saham Thailand. Beberapa hal yang
Ringkasan Eksekutif
mendukung kinerja pasar saham tersebut adalah
nominalnya (November 2003) dibandingkan 95,31% nilai
kecenderungan penurunan suku bunga global,
nominal (awal 2003). Perkembangan obligasi tersebut
membaiknya sejumlah indikator ekonomi makro dan
perlu dipantau dengan baik karena apabila penerbit-
kondisi politik dan keamanan yang stabil. Meskipun
penerbit obligasi tersebut menggunakan dananya untuk
sempat terjadi panic selling akibat kasus peledakan bom
kegiatan usaha yang berisiko tinggi, dapat menimbulkan
di Hotel JW Marriot, namun dengan isu positif yang lebih
risiko kredit (default) dan risiko sistemik.
kuat seperti berlanjutnya kecenderungan penurunan suku
Pertumbuhan yang pesat di pasar reksadana tanpa
bunga SBI dan perbaikan kualitas emiten telah membuat
diterapkannya standar akuntansi yang memadai akan
indeks cenderung terus mengalami peningkatan. Indeks
menimbulkan risiko hilangnya kepercayaan nasabah di
saham (IHSG) yang sempat mencapai titik terendah yaitu
kemudian hari. Bila pada 2002 NAB reksa dana mengalami
379,351 pada 11 Maret 2003, secara perlahan bergerak
peningkatan 482,4% sehingga menjadi Rp46,6 triliun
naik dan pada akhir tahun 2003 IHSG tercatat sebesar
maka sepanjang tahun 2003 (Jan-Okt) NAB reksa dana
691,90 dan menjadi level tertinggi sepanjang tahun 2003.
meningkat lagi sekitar 70% sehingga menjadi Rp79,2
Kenaikan tersebut hanya kalah oleh kinerja indeks di Bursa
triliun. Salah satu sebab meningkatnya NAB reksadana
Thailand yang mencapai 115,6% (Jan-Des 2003). Pasar
disebabkan oleh maraknya perdagangan obligasi korporasi
saham tahun 2003 juga diuntungkan oleh berhasilnya ini-
dan masuknya obligasi pemerintah ke pasar sekunder.
tial public offering (IPO) tiga BUMN besar (Bank Mandiri,
Sebagian besar yang diterbitkan memang berupa
BRI, dan Perusahaan Gas Negara) yang mendapat
reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying
perhatian besar dari investor dalam dan luar negeri.
obligasi, dengan pangsa mencapai 85,2% (Oktober 2003).
Sementara, pasar obligasi juga mengalami
Pesatnya pertumbuhan tersebut sempat terganjal pada
pertumbuhan pesat dengan kecenderungan lebihnya
Oktober 2003, di mana terjadi redemption yang cukup
permintaan (oversubscribed) untuk setiap emisi baru.
besar akibat isu perubahan metode ≈marked to market∆
Gairah investor tersebut juga terasa pada pasar sekunder
dalam perhitungan NAB reksa dana. Akibatnya, terjadi
perdagangan obligasi, baik untuk obligasi korporasi
penurunan pada NAB reksadana dari Rp85,9 triliun (Sep-
maupun obligasi pemerintah. Salah satu faktor
tember 2003) menjadi Rp79,2 triliun (Oktober 2003)
pendorong utama emisi baru obligasi adalah masih relatif
karena para pemodal menarik kembali dananya.
tingginya suku bunga kredit bank dan meningkatnya
Kecenderungan penurunan suku bunga di pasar
permintaan reksadana yang berbasis obligasi. Pesatnya
uang belum sepenuhnya dapat mendorong kembalinya
perkembangan pasar obligasi tersebut ditunjukkan
fungsi intermediasi perbankan. Bergairahnya pasar modal
dengan sepanjang tahun 2003 saja telah diterbitkan
diiringi pula oleh longgarnya kondisi pasar uang selama
obligasi sebesar Rp24,7 triliun dari total obligasi yang
tahun 2003. Hal ini tercermin dari cenderung turunnya
diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya (BES) sebesar
suku bunga pasar uang antar bank (PUAB), sejalan dengan
Rp46,2 triliun (November 2003). Jumlah ini merupakan
penurunan suku bunga SBI selama tahun tersebut. Suku
rekor terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
bunga PUAB pagi dan sore yang bergerak turun masing-
Di pasar sekunder, perdagangan obligasi sepanjang tahun
masing dari 12,3% dan 9,6% (Januari 2003) menjadi 8,3%
2003 cukup likuid dengan tingkat harga yang sedikit
dan 5,8% (Desember 2003) tidak terlepas dari kondisi
mengalami peningkatan menjadi rata-rata 99,4% nilai
perbankan yang cenderung overlikuid selama tahun
xv
Ringkasan Eksekutif
tersebut. Namun kondisi overlikuid tersebut tidak dapat
perbankan yang berpotensi mengganggu stabilitas industri
diatasi dengan segera menyalurkan dana yang ada pada
perbankan.
Kredit perbankan diperkirakan akan tumbuh seperti
kredit.
Secara umum, risiko dalam sistem pembayaran In-
tahun-tahun sebelumnya seiring membaiknya kinerja
donesia khususnya risiko kredit dan settlement risk telah
perkonomian. Sementara, dengan membaiknya prospek
banyak berkurang dengan diimplementasikannya sistem
harga komoditas internasional khususnya nonmigas primer
real time gross settlement (RTGS) yang menjangkau seluruh
dan manufaktur akibat peningkatan permintaan di pasar
kawasan Indonesia. Sementara, walaupun kontribusinya
ekspor, diperkirakan akan memberikan dampak positif
menurun dengan diimplementasikannya sistem RTGS
terhadap iklim usaha di dalam negeri yang pada gilirannya
tersebut, sistem kliring masih berperan penting dalam
akan meningkatkan permintaan kredit dari sektor
pelaksanaan transaksi pembayaran secara keseluruhan.
perbankan. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menghambat antara lain di sisi supply adalah: (i) lemahnya
3. OUTLOOK 2004
xvi
pelaksanaan manajemen risiko bank-bank serta masih
Kestabilan makro ekonomi dan sistem keuangan
tingginya persepsi risiko kredit; dan (ii) cenderung tingginya
diperkirakan masih dapat dipertahankan pada tahun 2004.
suku bunga kredit karena penurunan pendapatan bunga
Dengan stabilnya nilai tukar rupiah, rendahnya inflasi dan
dari SBI dan obligasi serta belum efisiennya kegiatan usaha
cenderung turunnya suku bunga, pertumbuhan ekonomi
bank-bank. Sementara, di sisi demand, permintaan kredit
diperkirakan meningkat walaupun tetap belum dapat
akan dibatasi oleh semakin atraktifnya alternatif sumber
menyerap sebagian besar tambahan tenaga kerja. Faktor
pendanaan di luar kredit perbankan seperti melalui obligasi
pendorong positif diperkirakan terutama tetap berupa
dan penerbitan saham.
permintaan domestik, khususnya konsumsi. Selain itu,
Sementara itu, untuk NPL (net) perbankan
kondisi perekonomian global yang diperkirakan membaik
diperkirakan masih akan berada di bawah target indikatif
dan lebih merata di berbagai kawasan akan memberikan
5% karena bank-bank diperkirakan masih tetap konsisten
dampak
pemulihan
mengatasi setiap kenaikan NPL (gross) melalui
perekonomian global di tahun 2004. Semua hal tersebut
pembentukan PPAP. Selain itu, perilaku bank-bank yang
akan mendukung ekspansi sistem keuangan terutama
masih sangat konservatif dalam memberikan kredit terkait
dalam penyaluran dananya. Namun demikian, terdapat
dengan persepsi risiko yang masih tinggi juga menjadi
beberapa hambatan dengan tetap sulitnya perbaikan atas
faktor yang akan menyebabkan terkendalinya NPL (net)
kelemahan fundamental ekonomi dan non-ekonomi yang
pada tahun 2004. Namun demikian, terdapat
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan
kecenderungan peningkatan NPL (gross) pada tahun
risiko yang dihadapi oleh industri perbankan dan sistem
tersebut. Beberapa hal lain yang dapat mendorong
keuangan.
kenaikan tersebut antara lain adalah potensi memburuknya
yang
signifikan
terhadap
Melihat perkembangan tahun sebelumnya dan
kualitas kredit ex-BPPN dan kredit-kredit yang telah
prospek perekomian di tahun 2004, kondisi bank umum
direstrukturisasi. Selanjutnya, permasalahan struktural
di tahun tersebut diperkirakan relatif tetap stabil. Walaupun
seperti ketidakpastian hukum yang mencakup regulasi dan
demikian, terdapat beberapa kondisi yang perlu dicermati
enforcement-nya dapat menjadi hambatan bagi perbankan
karena dapat menghambat perbaikan NPL dan kinerja
dalam memperbaiki NPL-nya.
Ringkasan Eksekutif
Komposisi pendapatan bank diperkirakan terus
dapat menembus angka satu persen dari total volume
mengalami perbaikan selama 2004 seiring dengan
usaha industri perbankan nasional. Persentase
meningkatnya volume dan porsi kredit dalam struktur
pertumbuhan aset yang lebih tinggi kemungkinan dapat
aktiva produktif bank-bank. Namun demikian, peningkatan
terjadi seiring dengan rencana konversi sebuah bank
tersebut diperkirakan belum mampu mendorong
konvensional menjadi bank syariah maupun beberapa
profitabilitas perbankan secara signifikan karena masih
bank konvensional yang merencanakan untuk membuka
adanya beberapa persoalan seperti: (i) relatif besarnya
unit syariah. Namun demikian, dengan pesatnya
komponen pendapatan perbankan yang kurang sustain-
perkembangan tersebut, tantangan bagi perbankan
able seperti: non interest income yang sebagian besar
syariah menjadi semakin berat, terutama di sisi
berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif dan provision-
manajemen risiko dan permodalannya.
ing write backs yang berasal dari restrukturisasi kredit dan
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, industri BPR
penjualan NPL; serta (ii) potensi memburuknya kualitas
diperkirakan masih akan terus tumbuh. Hal ini didorong
kredit bank-bank yang memerlukan pembentukan PPAP
oleh keberadaan captive market khususnya nasabah yang
sehingga akan meningkatkan biaya bank.
berasal dari masyarakat daerah pinggiran dan perdesaan
Dari sisi permodalan, CAR perbankan secara industri
yang tidak terjangkau layanan bank umum. Meskipun
diperkiraan tetap berada jauh di atas 8%. Namun
demikian, beberapa hal yang diperkirakan menghambat
demikian, terdapat tekanan karena beberapa faktor, yaitu:
pertumbuhan tersebut antara lain : (i) relatif rendahnya
(i) perkiraan peningkatan ATMR sebagai akibat dari
kualitas SDM BPR, (ii) belum memadainya jumlah
peningkatan kredit, (ii) pemupukan modal dari laba sulit
pengawas BPR, dan (iii) relatif belum efisiennya kegiatan
diharapkan karena kecenderungan beberapa bank untuk
usaha BPR seperti ditunjukan oleh sangat tingginya suku
terus membagikan dividen meskipun laba belum optimal,
bunga kredit yang ditawarkan.
dan (iii) potensi meningkatnya NPL (gross) yang secara
langsung akan menekan permodalan bank.
Seperti halnya tahun 2003, industri asuransi dan
dana pensiun akan terus dihadapkan pada persoalan
Namun, dari sisi likuiditas perbankan, pertumbuhan
pengelolaan dananya karena berlanjutnya kecenderungan
Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mengalami tekanan
penurunan suku bunga. Tingginya tingkat persaingan di
terutama akibat beberapa faktor seperti : (i)
industri asuransi akan memaksa perusahaan-perusahaan
kecenderungan penurunan suku bunga; (ii) menurunnya
asuransi yang tidak mampu meningkatkan efisiensi dan
tingkat suku bunga penjaminan sehingga ruang gerak
modalnya untuk mulai melakukan proses bergabung
penetapan suku bunga dana pihak ketiga semakin
(merger dan akuisisi). Sementara, industri dana pensiun
terbatas; serta (iii) tingginya persaingan dari produk reksa
yang selama ini cenderung sangat prudent seperti
dana dan corporate bonds yang menjanjikan return lebih
ditunjukkan dengan besarnya porsi deposito pada
menarik bagi pemilik dana.
penanaman dananya selama ini, akan dihadapkan pada
Dengan memperhatikan trend pertumbuhan yang
keharusan untuk memiliki manajemen risiko yang
saat ini terjadi, industri perbankan syariah diperkirakan
memadai mengingat adanya tuntutan untuk mencari
dapat mencapai volume aset sebesar Rp12- 13 triliun
produk-produk penanaman dana jangka panjang yang
(akhir tahun 2004) dibandingkan Rp7 triliun (saat ini).
memberikan return relatif tinggi namun dengan risiko
Dengan demikian, persentase operasi perbankan syariah
yang manageable.
xvii
Ringkasan Eksekutif
Untuk tahun 2004, banyak pihak memperkirakan
dan pembentukan credit bureau . Sementara, agar
pasar modal tidak akan tumbuh sepesat tahun
kestabilan tetap terpelihara, pengurangan cakupan blan-
sebelumnya. Para investor yang secara agresif
ket guarantee perlu dilakukan secara gradual dan berhati-
menanamkan dananya selama tahun 2003 diperkirakan
hati. Sejalan dengan itu, penerapan ketentuan kehati-
lebih banyak menunggu (wait & see). Demikian pula
hatian yang sejalan dengan standar internasional perlu
dengan dunia usaha yang beberapa di antaranya telah
terus dilakukan.
menggunakan kesempatan untuk meraup dana di
Pelaksanaan risk management yang baik oleh
pasar modal selama tahun 2003, akan menunggu
perbankan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.
kepastian diterimanya penerbitan instrumen dana
Pengelolaan risiko yang melekat pada operasional
mereka di pasar dengan harga yang lebih baik. Namun
perbankan akan menjadi penopang terciptanya good gov-
demikian, jika agenda Pemilu terbukti berjalan lancar,
ernance . Dilaksanakannya good governance akan
maka para investor baik domestik maupun internasional
meminimalisir praktek kejahatan perbankan mulai dari
diperkirakan berbondong-bondong mengucurkan
pembohongan publik dengan melakukan window dress-
dananya ke Indonesia.
ing seperti melalui pelaporan yang tidak sebenarnya
Sementara, kondisi pasar uang diperkirakan tidak
sampai dengan kasus pembobolan seperti yang terjadi
akan mengalami perubahan berarti seiring dengan
beberapa waktu terakhir ini. Sampai saat ini, lemahnya
berlanjutnya kecenderungan suku bunga rendah dan tetap
good governance tersebut memang belum memberikan
overlikuidnya perbankan.
dampak negatif yang berarti terhadap kepercayaan
Dari sisi pelaksanaan sistem pembayaran yang
masyarakat. Namun demikian, apabila persoalan tersebut
berperan penting dalam pemeliharaan stabilitas sistem
tidak ditanggapi secara serius baik oleh otoritas pengawas
keuangan, pemantauan dan pengawasan terhadap sistem
maupun pelaku perbankan, bukan tidak mungkin kasus-
tersebut perlu ditingkatkan dengan mengacu pada standar
kasus serupa akan semakin marak dan pada gilirannya akan
internasional (core principle for systemically important
menurunkan kembali kepercayaan masyarakat yang pada
payment systems √ CP-SIPS yang ditetapkan BIS). Selain
saat ini belum sepenuhnya pulih.
itu, perlu dilakukan upaya pengembangan lebih lanjut
Untuk membantu terlaksananya penerapan risk
seperti peningkatan kapasitas dan untuk untuk melakukan
management yang baik, salah satu caranya adalah bank
mitigasi khususnya terhadap risiko operasional.
harus mengenal nasabahnya secara baik. Untuk itu, shar-
ing informasi antar bank melalui credit bureau merupakan
4. ARAH KEBIJAKAN KE DEPAN
xviii
salah satu cara efektif untuk menangkal terjadinya kasus
Sejalan dengan tantangan yang dihadapi ke depan,
pembobolan yang terjadi belakangan ini, yang beberapa
bersama dengan kebijakan moneter yang tetap akomodatif
di antaranya terbukti dilakukan oleh orang-orang dan
dan berhati-hati serta koordinasi fiskal dan moneter yang
perusahaan-perusahaan yang sama serta dengan modus
lebih erat, penyehatan dan peningkatan ketahanan sistem
serupa.
perbankan harus tetap dilakukan. Dalam rangka
Rencana Pemerintah untuk mengurangi (phasing
pelaksanaan kebijakan tersebut, seiring dengan
out) cakupan program penjaminan diperkirakan akan
meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perbankan,
menimbulkan dampak yang cukup luas terhadap industri
diperlukan penerapan risk management oleh perbankan
perbankan. Dalam tahap awal implementasinya, jika tidak
Ringkasan Eksekutif
dilakukan persiapan dan perhitungan yang matang dapat
Batas Maksimum Pemberian Kredit. Selain itu, Bank Indo-
menimbulkan pemindahan dana masyarakat dari satu bank
nesia juga akan mengeluarkan pedoman tentang tingkat
ke bank lain (flight to quality) atau ke luar perbankan
kesehatan Bank (CAMELS), yang rencananya akan
khususnya oleh para deposan besar.
diterapkan untuk posisi bulan Desember 2004. Tingkat
Untuk mengurangi dampak negatif dari rencana
kesehatan Bank lebih diarahkan sebagai supervisory tools
tersebut, perlu dipertimbangkan agar pengurangan
bagi Bank Indonesia dan penetapan action plan dalam
Penjaminan dilakukan secara bertahap. Selain itu, agar
rangka identifikasi dan pemecahan permasalahan pada
efektif, pengurangan Program Penjaminan perlu dikaitkan
aspek tertentu Bank. Sementara itu, agar penerapan
dengan tersedianya elemen Financial Safety Net (FSN)
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka sebelumnya
antara lain Lender of Last Resort (LOLR) dari Bank Indone-
akan dilakukan ujicoba yang dimulai pada posisi bulan Juni
sia. LOLR dapat berfungsi sebagai contingency plan untuk
2004 untuk seluruh Bank. Sejalan dengan penyempurnaan
mengantisipasi dampak negatif penurunan kepercayaan
ketentuan tingkat kesehatan Bank tersebut, Bank Indo-
publik terhadap perbankan saat pencabutan atau
nesia juga memiliki rencana untuk menyempurnakan
pengurangan penjaminan dilakukan.
ketentuan tentang Rencana Kerja (Business Plan).
Sebagai kelanjutan dari kebijakan tahun sebelumnya,
Selanjutnya, dengan rencana berakhirnya masa tugas
selama tahun 2004 Bank Indonesia merencanakan untuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada bulan Februari
menyempurnakan beberapa ketentuan terutama terkait
2004, Bank Indonesia merencanakan untuk menyesuaikan
dengan prinsip kehati-hatian. Untuk tahun tersebut akan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/25/PBI/2001 tanggal
diterbitkan ketentuan mengenai beberapa hal meliputi
26 Desember 2001 tentang Penetapan Status Bank dan
antara lain Kualitas Aktiva Produktif, Penyisihan
Penyerahan Bank Kepada Badan Penyehatan Perbankan
Penghapusan Aktiva Produktif, Restrukturisasi Kredit dan
Nasional.
xix
Ringkasan Eksekutif
xx
Gambaran Umum
Bab 1:
Gambaran Umum
1
Gambaran Umum
2
Gambaran Umum
Bab 1:
Gambaran Umum
Dengan semakin terintegrasinya kepemilikan, organisasi,
cukup rentan terhadap peningkatan NPL perbankan
operasional dan produk industri keuangan, ketidakstabilan
apabila terjadi penurunan aktivitas ekonomi.
terhadap satu jenis lembaga dapat secara sistemik
Dari sisi eksternal, cenderung menurunnya suku
berdampak pada jenis lembaga keuangan lainnya. Sekitar
bunga internasional telah membantu penurunan suku
91% dari aset industri keuangan merupakan total aset
bunga domestik tanpa adanya gejolak terhadap nilai ru-
industri perbankan, sehingga perbankan tetap merupakan
piah. Kestabilan tersebut diperkirakan masih dapat
institusi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap
dipertahankan pada tahun 2004. Namun demikian,
kestabilan sistem keuangan. Namun, tidak berarti lembaga
meningkatnya persaingan dan proteksionisme atas
keuangan lainnya dapat diabaikan dalam memelihara
beberapa produk perdagangan oleh negara-negara
stabilitas sistem keuangan. Selama beberapa waktu
tertentu diperkirakan dapat mengganggu kinerja ekspor.
terakhir , inovasi produk-produk non-perbankan dan
Dalam jangka panjang, sektor usaha domestik yang
perkembangan industri LKBB terus meningkat seiring
produknya tidak mampu bersaing dengan produk impor
dengan semakin ketatnya persaingan dan meningkatnya
akan gulung tikar dan dapat menimbulkan instabilitas
pemahaman nasabah terhadap produk keuangan.
perekonomian.
Secara umum, kondisi makroekonomi stabil dan
Kestabilan makroekonomi yang telah dicapai pada
cenderung membaik selama 2003 dan telah meningkatkan
tahun 2003 telah mendorong dapat dipertahankannya
kepercayaan masyarakat dan investor terhadap
stabilitas perbankan dan sistem keuangan. Walaupun
perekonomian Indonesia. Kondisi demikian memberi
terdapat beberapa potensi permasalahan, kestabilan
kontribusi yang positif untuk stabilitas sistem keuangan.
industri perbankan tercermin dari angka-angka indikator
Membaiknya indikator-indikator perkembangan ekonomi
kinerja yang terus membaik selama tahun tersebut. Selain
terutama didukung oleh konsistensi pelaksanaan kebijakan
itu, risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar relatif terkendali,
moneter dan fiskal. Namun demikian, pertumbuhan
sementara
ekonomi yang bertumpu pada pertumbuhan konsumsi
penanganannya.
risiko
operasional
perlu
dicermati
Sementara itu, kondisi pasar modal Indonesia selama
tahun 2003 mengalami perkembangan yang relatif pesat.
Perbankan
91%
Kinerja pasar saham tercatat sebagai nomor 2 terbaik di
dunia. Pasar obligasi juga mengalami pertumbuhan pesat
dengan kecenderungan lebihnya permintaan (oversubPegadaian
0%
Perusahaan
Sekuritas
1%
scribed) untuk setiap emisi baru. Pasar uang juga tidak
Perusahaan
Pembiayaan
2%
Dana Pensiun
3%
Perusahaan
Asuransi
3%
Grafik I.1
Komposisi Aset Lembaga Keuangan
menunjukkan gejolak yang membahayakan stabilitas
keuangan dengan cenderung overlikuid nya perbankan.
Di lain pihak, kecenderungan penurunan suku bunga
telah memaksa industri asuransi dan dana pensiun
3
Gambaran Umum
4
menggeser komposisi penanaman dananya dari deposito
Namun demikian, banyak pihak memperkirakan
ke produk pasar modal untuk meminimalisir kerugian.
kemungkinan penurunan aktivitas pasar karena walaupun
Namun demikian, hal ini tetap berpengaruh terhadap
diperkirakan tidak terdapat gejolak yang berarti, para
kinerja kedua industri tersebut.
pelaku pasar lebih memilih sikap menunggu (wait & see)
Kondisi umum sistem keuangan yang stabil
atas hasil agenda sosial politik selama tahun tersebut. Jika
tersebut didukung pula oleh kebijakan sistem
Pemilu terbukti berjalan lancar, maka para investor baik
pembayaran non-tunai yang telah berhasil mengurangi
domestik maupun internasional diperkirakan berbondong-
risiko sistemik dan mengingkatkan efisiensi transaksi
bondong mengucurkan dananya ke Indonesia. Sementara,
pembayaran.
kondisi pasar uang diperkirakan tidak akan mengalami
Untuk tahun 2004, seiring dengan pertumbuhan
perubahan berarti seiring dengan berlanjutnya
ekonomi dan kondisi makroekonomi yang kondusif,
kecenderungan suku bunga rendah dan tetap
diperkirakan kinerja pasar modal semakin meningkat.
overlikuidnya perbankan.
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Bab 2
Perkembangan Ekonomi
Domestik dan Internasional
5
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
6
Bab II Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Bab 2
Perkembangan Ekonomi Domestik dan Internasional
Secara umum, kondisi makroekonomi stabil dan
pembatasan impor atas beberapa produk perdagangan
cenderung membaik selama 2003 sebagaimana
oleh negara-negara tertentu diperkirakan dapat
ditunjukkan oleh membaiknya indikator-indikator makro
mengganggu kinerja sektor usaha domestik karena
ekonomi. Hal ini memberikan dampak positif berupa
kurang mampu bersaing.
meningkatnya kepercayaan masyarakat dan investor
terhadap perekonomian Indonesia. Membaiknya
II.1 Pengaruh Eksternal
perekonomian nasional ini terutama didukung oleh
Pertumbuhan ekonomi dunia belum sepenuhnya
konsistennya pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal.
pulih karena perekonomian beberapa negara besar masih
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang masih
lesu (grafik II.2). Hal ini ditandai oleh masih rendahnya
bertumpu pada pertu