Coaching Teknik Penilaian Perilaku Kerja

Coaching Penilaian Perilaku
Kerja
Tim Psikologi UBAYA

Outline





Pendahuluan
Evaluasi
Teknik penilaian Perilaku Kerja
Rekomendasi untuk SKPD

Pendahuluan
• Menurut Peraturan Pemerintah no 46
tahun 2011 tentang penilaian prestasi
pegawai negeri sipil terdiri dari penilaian
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan
perilaku kerja. Bobot nilai unsur SKP 60%

(enam puluh persen) dan Perilaku Kerja
40% (empat puluh persen).

Persyaratan PP
46 tahun 2011
1

Objektif

no

Sifat pengukuran perilaku kerja

Diukur dengan model rater 360 derajat dengan penilaian
utama dari atasan, rekan kerja dan/atau bawahan.
1

2

Terukur


Setiap penilaian menggunakan instrument yang terukur
dengan menggunakan analisis dan kaidah pengukuran
perilaku kerja.

3

Akuntabel

Pengukuran perilaku kerja dapat dipertangungjawabkan
sumber pengukuran, proses pengukuran dan hasil
pengukuran yang reliabel dan valid.

4

Partisipatif

Diukur dengan partisipatif dengan semangat untuk
asesemen bukan untuk jugdgement. Penilaian kinerja
dilakukan secara terbuka dan diukur tidak hanya sekali

namun per tiga bulan sehingga nilai akhir yang digunakan
adalah rerata nilai akhir. Pegawai negeri dapat mengevaluasi
penialain kinerja dan memiliki waktu yang cukup (4 x 3
bulan) untuk memperbaiki atau meningkatkan skor penilian
kerja.

5

Transparant

Penilian perilaku kerja dilakukan secara terbuka. Instrument
yang digunakan telah menggunakan proses sesuai dengan
kaidah psikometri dengan mengutamakan validitas dan
reliabilitas butir instrument pengukuran. Transparansi
dilakukan dalam proses penilaian dan hasil penilaian.

Penyusunan butir soal menggunakan
berbagai referensi dengan referensi utama
adalah
1.

2.
3.
4.
5.

PP no 46 no 2011.
Lampiran BKN No 13 tahun 2014
CWG(Competencies Working Group),
Spencer & Spencer (1993),
Loma (2004).

Fakta
• Terdapat SKPD yang terlalu tinggi dalam menilai
perilaku kerja (over valued). Artinya perilaku
kerja dinilai “sangat baik” namun jika di
triangulasi (dicocokan) dengan output menjadi
buruk.
• Sebaliknya juga terdapat SKPD dengan
penilaian yang terlalu buruk ( under valued)
sehingga jika menggunakan standart kelulusan

76 lebih dari 50% tidak lulus.

5.70
5.60

5.59

5.59

5.56
5.49

5.50

5.44

5.42

5.42


5.40
5.33
5.30
5.20

5.15

5.10
5.00
4.90
an
an
y
la
pe

as
rit
g
te

In

k

en
itm
om

di

in
pl
si

a
am
s
rja
ke
k


n
na
pi
im
m
e
ep

ti
ea
r
k

s
ta
vi

i
in


if
at
i
s

iv
ot
M

i
as

Kelompok tidak wajar - overvalued
Uruta
n

No
SKPD


1
2
3
4

13
1
10
52

5
6
7
8
9

21
9
49
70

35

10
11
12

15
68
41

SKPD
Bagian Organisasi dan Tata
Laksana
Badan Arsip dan Perpustakaan
Bagian Hukum
Kecamatan Pabean Cantian
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Bagian Hubungan Masyarakat
Kecamatan Krembangan
Sekretaris Daerah
Inspektorat
Bagian Perekonomian dan Usaha
Daerah
Satuan Polisi Pamong Praja
Kecamatan Dukuh Pakis

Mea
n
6,65
6,50
6,49
6,47
6,39
6,37
6,19
6,19
6,19
6,17
6,16
6,02

Kelompok tidak wajar - undervalued
Uruta
n

62

No
SKPD

SKPD

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
3 Perlindungan Masyarakat

Mean

5,13

63

50 Kecamatan Lakar Santri

5,10

64

48 Kecamatan Kenjeran

5,10

65

66 Kecamatan Wonocolo

5,08

66

36 Kantor Ketahanan Pangan

5,01

67

62 Kecamatan Tandes

4,99

68

51 Kecamatan Mulyorejo

4,99

69

42 Kecamatan Gayungan

4,89

70

18 Dinas Kebakaran

4,79

Bagaimana penilaian yang baik ?
Penilaian yang baik menggunakan norma kelompok
dengan hasil yang mendekati kurve normal.
Penilaian yang kurang akurat akan merusak
“jobfairness” yang mendorong demotivasi kerja karena
orang yang bekerja keras dengan orang yang tidak
bekerja keras dinilai tidak tepat. Atau sebaliknya orang
yang sudah bekerja keras namun justru dinilai buruk.
Pada pengukuran perilaku kerja sudah diatasi dengan 7
orang penilai baik rekan kerja dan atasan serta bawahan
sehingga “like” and “dislike” dapat dihindari sejauh
mungkin.

Kurve normal

Kurve normal memiliki distribusi penilaian 25% ranking
bawah 50% rata-rata dan 25% ranking atas.

Bagaimana cara menilai sesuai
dengan kurve normal ?
Teknik paling mudah menggunakan kurve normal adalah dengan
menggunakan norma kelompok (standart kelompok).
Rater atau penilai harus memiliki standart umum atas perilaku kerja
masing-masing dimensi.
Misal : aspek disiplin. Pada SKPD tertentu perilaku membolos dalam kerja
atau menghilang dari kantor 3 bulan terakhir biasanya 2-3 kali dalam
seminggu.
1. Maka penilai menganggap ini secara umum sebagai nilai buruk atau
kisaran rata-rata bawah. (4-5 pada skala 1-7)
2. Jika ada yang tidak pernah membolos tentu nilai harus di atas rata-rata (6-7
pada skala 1-7)
3. Jika ada yang lebih dari 2-3 kali maka nilai dibuat sangat rendah (1-4)

Teknik 3 kolom
1. Pahami setiap pertanyaan
2. Buat 3 kolom standart bayangkan
perilaku “3 bulan terakhir” yang (1) ratarata (2) di bawah rata-rata (3) di atas
rata-rata
3. Buat penilaian masing-masing individu
dengan menggunakan masing-masing
kolom tersebut.

Pola penilaian skala 1-7
Di bawah
rata-rata
1
2

Rata-rata
3

4

5

Di atas ratarata
6
7

Teknik 3 kolom dalam menilai memudahkan memberi penilaian
berbasis standart norma kelompok. Kelemahan dari penilaian ini
adalah kurang distinctive antara rata-rata dengan keatgeori
lainnya dikarenakan leabar skala pendek 1-7.

Rekomendasi
• Pengukuran perilaku kerja adalah
“asesmen” untuk mengukur perilaku kerja
secara objektif dengan maksud
meningkatkan jobfairness.
• Hasil pengukuran perilaku kerja menjadi
masukan untuk meningkatkan kinerja.
• Sistem perilaku kerja sebagai fungsi
controlling.

Terima kasih