27.Batubara proseding kaimana

I.27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH KAIMANA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN
KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT
Dede Ibnu Suhada
KP Energi Fosil

SARI

”Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan dan menginventarisasi potensi sumberdaya batubara daerah

penyelidikan yang berguna sebagai acuan dalam kemungkinan pengembangannya.

Terdapat satu Formasi pembawa batubara yaitu Fm. Steenkool yang berumur Miosen. Pada formasi ini
dijumpai satu lapisan batubara dengan ketebalan 0,5 meter di lokasi Kampung Jawera Distrik Teluk Arguni
Bawah, Kaimana.
Hasil analisis menunjukkan kandungan moisture (IM) berkisar 9,82 - 10,20 %, kandungan abu (ash)
berkisar 5 - 6 %, kandungan karbon tertambat (FC) 38 - 39 %, kandungan sulpur (St) berkisar 0,88 - 1,46
%, kandungan zat terbang (VM) 44 - 45 %, Nilai swelling (FSI) yaitu 0. Nilai kalori batubara ini berkisar

5951 sampai 6017 kal/gr termasuk kedalam batubara kalori sedang.



Sumberdaya batubara pada Fm. Steenkool ini dimana penyebaran singkapan terluar 500 meter sebesar
77.557 ton dengan klasiikasi hipotetik.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara
kaya akan sumberdaya alam dan salah satunya
adalah batubara. Data sumberdaya batubara di
wilayah Indonesia timur, pulau-pulau kecil dan
wilayah perbatasan masih banyak yang belum
diselidiki dan diketahui.
Pusat Sumber Daya Geologi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam bidang
penelitian, penyelidikan, dan pelayanan data dan

informasi sumber daya geologi Indonesia, mendorong kegiatan eksplorasi untuk penemuan daerah
potensi baru sumber daya mineral, batubara, gambut, bitumen padat, panas bumi serta minyak dan gas
bumi untuk kelangsungan ketersediaan sumber daya
geologi di Indonesia (Renstra Pusat Sumber Daya
Geologi 2006-2011).
Sejalan dengan tupoksi diatas maka Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan berupa
penyelidikan batubara di Daerah Kaimana
Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat.
Pemilihan daerah tersebut di atas juga dalam
rangka menunjang program pemerintah untuk
pengembangan kawasan Indonesia Timur khususnya daerah Papua, dimana dalam hal ini
sektor pertambangan dan energi khususnya
batubara diharapkan memberikan sumbangan
yang penting, untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD) sesuai dengan era otonomi
daerah dewasa ini.
Lokasi Kegiatan : Kegiatan dilaksanakan di
daerah sekitar Kabupaten Kaimana Provinsi
Papua Barat (Gambar 1) dengan batas koordinat 133o 30’ 00” BT – 133o 45’ 00” BT dan 2o 53’


I.27

00” LS – 3o 08’ 00” LS. Pada lembar Bakosurtanal termasuk dalam lembar Taniba (3013-11)
dan Susunu (3012-43).
Wilayah Kaimana sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan sebelah
barat dengan Kabupaten Fak-Fak.
Lokasi penyelidikan dapat ditempuh melalui
pesawat udara dari Jakarta ke Ambon kemudian
dilanjutkan dengan pesawat kecil ke Kaimana,
dan ke arah lokasi dilanjutkan dengan longboat
sekitar 4 jam.

GEOLOGI UMUM
Daerah Kabupaten Kaimana sebagian termasuk
kedalam Pinggiran Cekungan Bintuni bagian
selatan dan sebagian lagi merupakan Jalur
Lipatan Lengguru. Tersusun oleh beberapa batuan yang berumur mulai Paleozoikum sampai
Kuarter (Gambar 2).
Stratigrafi : Menurut Peta Geologi Lembar Ransiki, Tobing, dkk. (1990) Batuan tertua daerah

ini adalah Formasi Mangguar (Pzmg) berupa
batugamping dan satuan batuan endapan klastik malihan (Pzu) yang berumur Paleozoikum.
Kedua satuan ini diterobos oleh intrusi Granit
Kwatisore (PTRk).
Batuan Paleozoikum lainnya adalah Formasi
Aiduna (Pa) berupa batulempung dan batupasir yang mengandung tumbuhan. Formasi ini
diperkirakan tersebar luas dibawah permukaan. Diatasnya diendapkan selaras Formasi
Tipuma (TrJt) yang terdiri dari batupasir, bat-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

ulumpur, dan batulempung merah dan hijau
berumur Trias sampai Jura Bawah.

(Qc) dan endapan fanglomerat (Qf) menindih tak
selaras satuan-satuan batuan yang lebih tua.

Setelah Formasi Tipuma terjadi pengendapan

secara selaras empat formasi yang termasuk
Kelompok Kembelangan yaitu satuan batuan
klastika silika kelabu hingga hitam (JKk), Formasi Kopai (Jko), Batupasir Woniwogi (JKw) dan
Batulumpur Pinia (Kp), kelompok ini berumur
dari Jura Tengah sampai Paleosen. Sebagian
besar kelompok ini berada pada Jalur Lipatan
Lengguru.

Struktur Geologi : Struktur geologi yang
berkembang di daerah ini adalah sesar, kelurusan dan lipatan yang pada umumnya berarah
baratlaut-tenggara (NW-SE) dan beberapa
sesar berarah timurlaut-baratdaya (NE-SW).
Kenampakan struktur ini dicerminkan pula oleh
adanya perbukitan yang memanjang dari tenggara ke baratlaut yang relatif mengikuti arah
rentangan leher burung yang dikenal dengan
Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt).

Batugamping Imskin (Kti) menindih secara
selaras bagian atas Kelompok Kembelangan
berumur Kapur Atas hingga Miosen Tengah,

sedangkan di bagian barat dengan Batugamping Lengguru (Tpml) yang berumur Eosen
hingga Miosen Tengah hubungannya adalah
menjemari.

Sesar-sesar yang ditemukan berupa sesar
normal, sesar mendatar dan sesar naik yang
memotong satuan batuan Tersier. Sesar besar
utama yang ditemukan di daerah ini adalah
sesar naik Arguni (Arguni Thrust Fault) yang
memotong leher burung dari arah baratlauttenggara dengan memperlihatkan tebing (clift)
yang terjal.

Kelompok besar Batugamping New Guinea
(KTmn) yang merupakan alas dari batuan dasar
Cekungan Bintuni menindih secara selaras
Batugamping Imskin maupun Batugamping
Lengguru. Di bagian barat, batuan bahan rombakan Formasi Steenkool (TQs) yang terdiri dari
batulumpur bermika atau serpih, lempung,
batupasir, sedikit konglomerat dan lapisan
batubara muda berumur Plistosen sampai

Miosen Atas menindih secara selaras Formasi
Klasafet (Tmk).

Indikasi Endapan Batubara

Batuan Gunungapi Jamur (Qpj) terdiri dari
lava berbiotit berumur Plistosen, tersingkap di
timur - tenggara Lembar dekat Danau Jamur
berbentuk kerucut gunungapi dan tak selaras di
atas Formasi Tipuma dan Batugamping Imskin
Aluvium Kuarter (Qa), terumbu koral terangkat

Berdasarkan laporan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Kaimana
tahun 2008, batubara tersingkap di Sungai
Udap, Desa Warmeno berwarna hitam, kusam,
ringan, garis gores coklat, tebal sekitar 60 cm
pada Formasi Steenkool.

Kelurusan kemungkinan merupakan cerminan

dari indikasi patahan. Lipatan nampak sebagai sinklin dan antiklin dan mempunyai arah
sumbu lipatan sama dengan arah struktur
pada umumnya. Diduga kehadiran struktur ini
berkaitan erat dengan kegiatan tektonik pada
masa Tersier.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Pengumpulan data sekunder : Beberapa laporan yang berhasil dikumpulkan diantaranya
berupa laporan PT. Jasa Bumi Indonesia tahun
2008 tentang potensi batubara di Kaimana.
Geologi regional didapatkan dari Peta Geologi
Lembar Kaimana dan Lembar Steenkool tahun
1990 oleh S.L. Tobing, G.P. Robinson, dan

R.J.Ryburn. Laporan lainnya adalah penyelidikan tentang potensi logam di Daerah Kaimana
dilakukan oleh Kisman, 2007.
Pengumpulan data primer : Pekerjaan ini
adalah kegiatan langsung dilapangan dengan
melakukan penelusuran lokasi singkapan batubara berdasarkan informasi dari data sekunder
maupun informasi penduduk. Setelah didapatkan satu lokasi maka dilakukan pengembangan
penyelidikan dengan menelusuri penyebaran
ke arah perlapisan atau strike.
Pekerjaan yang dilakukan adalah pengumpulan data singkapan batubara dengan mencatat
posisi koordinat singkapan dari gps, arah dan
kemiringan perlapisan, ketebalan, deskripsi
batuan, batuan pengapit bagian atas bawah,
dan terakhir pengambilan conto batubara untuk
analisis laboratorium.
Analisis Laboratorium : Analisis yang dilakukan pada kegiatan ini adalah analisis kimia,
fisika dan petrografi, sedangkan conto batubara
yang diambil berasal dari singkapan lapangan
dengan metode grab sampling.

(Free Moisture, Total Moisture, Moisture), jat terbang (Volatile Matter), karbon tertambat (Fixed

Carbon), abu (Ash), sulpur (Total Sulphur).
Analisis fisika yang dilakukan adalah tingkat
berat jenis (SD), kekerasan penggerusan (HGI),
nilai kalori (CV), dan tingkat pengembangan
(Free Swelling Index) untuk mengetahui tingkat
coking coal.
Analisis petrografi dilakukan terutama untuk
mengetahui komposisi maseral (bahan tumbuhan pembentuk batubara) dari batubara,
nilai reflektansi vitrinit (derajat kematangan)
dan kandungan mineral (lempung, oksida besi,
pirit). Analisis ini disamping untuk mengetahui rank dari batubara, juga dapat membantu
penafsiran lingkungan pengendapan batubara.
Jumlah conto yang dianalisis sebanyak tiga
conto batubara dimana berasal dari batubara
Formasi Steenkool.
Pengolahan Data : Kegiatan ini merupakan
penggabungan dari hasil pengumpulan data
primer maupun analisis laboratorium serta
ditunjang dengan data sekunder penunjang
lainnya. Data-data diatas diolah sedemikian

rupa sehingga didapatkan gambaran mengenai bentuk sebaran, jumlah lapisan, kualitas
batubara dan potensi sumber daya batubara
daerah penyelidikan.

HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan

Analisis kimia proximate berupa kelembaban

I.27

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Morfologi : Morfologi daerah penyelidikan terdiri dari dua yaitu pedataran dan perbukitan
tersesarkan. Morfologi pedataran menempati
wilayah timur berbatasan dengan Teluk Arguni
dicirikan dengan kemiringan lerengnya 0%
sampai 2%, ketinggian mulai dari 0 meter sampai 40 meter dengan pola pengaliran sungai
anastomastik.
Morfologi perbukitan tersesarkan menempati
sebagian besar wilayah penyelidikan sebelah
tengah ke arah barat dan di timur laut, dicirikan
kemiringan lerengnya antara 5% sampai 20%,
ketinggian mulai dari 40 meter sampai 220
meter, dengan pola punggungan lurus memanjang, pola pengaliran sungai rektangular dan
sebagian subdendritik.
Stratigrafi : Stratigrafi daerah penyelidikan dari
tua ke muda disusun oleh: Formasi Klasafet,
Formasi Steenkool dan Aluvium.
Formasi Klasafet terdiri dari batunapal, batulumpur gampingan abu-abu, serpih dan
batulanau. Tersingkap di bagian timurlaut dan
sedikit di bagian selatan dekat Dermaga Ruara.
Formasi Steenkool menempati hampir 90 %
wilayah dengan litologi terdiri dari selangseling batupasir, batulanau dan batulempung
dan sisipan batubara. Batulanau mempunyai
ciri-ciri warna abu-abu, halus, lempungan,
menyerpih, keras dan getas. Batulempung
berwarna abu-abu, lunak dan mudah pecah
(friable). Batubara berwarna hitam, bright sampai dull keras, getas, terdapat kekar dan cermin
sesar (slicken side).
Sebaran Aluvium terbesar menempati bagian

timur antara Tanjung Mandiwa sampai Sungai
Rafa di sebelah timurlaut dan sebaran lainnya berada di Sungai Roarifa dekat Kampung
Riendo sebelah timur wilayah penyelidikan.
Litologi terdiri dari kerikil, pasir lepas dan lumpur.
Struktur Geologi : Struktur yang berkembang
di daerah peyelidikan adalah lipatan dan sesar.
Lipatan antiklin berada di barat daya wilayah
sedangkan lipatan sinklin berada di sebelah
timur wilayah. Sesar naik memanjang dari
utara ke selatan, sesar ini dikenal dengan Sesar
Naik Arguni dicirikan dengan punggungan yang
memanjang mulai dari Teluk Bintuni sampai
Teluk Kamrau dan terdapat cermin sesar pada
singkapan batubara di sungai Kaitaro. Pola
jurus lapisan umumnya utara selatan dengan
kemiringan berkisar 10o sampai 20o.

Potensi Batubara
Hasil penyelidikan ditemukan dua singkapan
batubara yang berada pada Formasi Steenkool. Batubara ini mempunyai ciri megaskopis
berwarna hitam, kilap terang, terkekarkan,
terdapat cermin sesar pada singkapan KMN14. Lapisan pengapit bagian bawah yaitu
batulempung abu-abu, lunak dan friable. Pengapit lapisan atas batupasir berwarna coklat,
sangat halus dengan ketebalan 2,5 meter.
Lapisan paling atas berupa top soil berwarna
coklat. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa
terdapat satu lapisan (seam) batubara berarah
utara - selatan pada daerah ini dengan panjang penyebaran 500 meter kearah terluar dari
singkapan. Singkapan BRW-01 yang berada di
selatan kemungkinan kemenerusan lapisan ini
atau merupakan lapisan yang lain.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Hasil Analisis Laboratorium
Analisis proksimat antara lain untuk mengetahui kandungan moisture (IM, FM, TM),
kandungan zat terbang (VM), kandungan abu
(Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur
total (St), nilai kalori (CV), berat jenis (RD), nilai
swelling (FSI) dan indek kekerasan batubara
(HGI), sedangkan analisis ultimat adalah untuk
mengetahui kandungan unsur-unsur : karbon
(C), hidrogen (H), belerang (S), Oksigen (O).
Hasil analisis proksimat (Tabel 3) didapatkan
kualitas batubara dari Formasi Steenkool sebagai berikut :
Dari tabel kualitas diatas dapat disimpulkan
bahwa : kandungan moisture (IM) berkisar 9,82
sampai 10,20 %, kandungan abu (ash) berkisar
5 sampai 6 %, kandungan karbon tertambat (FC)
38 sampai 39 %, kandungan sulpur (St) berkisar 0,88 sampai 1,46 %, kandungan zat terbang
(VM) 44 sampai 45 %, Nilai swelling (FSI) yaitu
0 menunjukkan bukan merupakan batubara
coking. Nilai kalori batubara ini berkisar 5951
sampai 6017 kal/gr termasuk kedalam batubara kalori sedang (berkisar 5100-6100 kal/gr).

I.27

(low rank coal). Komposisi maseral didominasi
oleh maseral vitrinite dengan persentase >90
%.

Sumberdaya Batubara
Perhitungan batubara dilakukan pada kedua
singkapan yang ada dengan ketebalan 0,5 meter
dan kedalaman sampai 50 meter. Penyebaran
dari lapisan batubara dihitung dari singkapan
terluar sepanjang 500 meter.
Dari hasil perhitungan didapatkan sumberdaya
batubara Daerah Kaimana sebesar 77.557 ton
dengan klasifikasi sumberdaya hipotetik.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara
Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam
pemanfaatan dan pengembangan batubara
adalah ketebalan, penyebaran dan banyaknya
lapisan batubara. Apabila kita lihat Daerah
Kaimana ini batubaranya memiliki ketebalan
hanya 0.5 meter dan satu seam menjadikan
daerah ini kurang prospek untuk dikembangkan.

Analisis petrografi dilakukan terhadap tiga
conto singkapan yang sama dengan analisis
proximat dan ultimate. Hasil analisis petrografi
disarikan pada table berikut :

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis petrografi seperti tercantum
pada tabel 4, tampak bahwa nilai reflektansi
vitrinit pada Lapisan 1 Formasi Stenkool (KMN13A, KMN-13B dan KMN-14) tidak menunjukkan
perbedaan yang mencolok yaitu antara 0,32 %
– 0,33 %, tergolong batubara peringkat rendah

1. Formasi Steenkool (TQs) merupakan formasi pembawa batubara yang ada di Daerah
Kaimana.

Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan
bahwa;

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

2. Nilai kalori batubara Kaimana berkisar 5951
sampai 6017 kal/gr dan termasuk batubara
kalori sedang.

berdaya Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana,
Kerjasama Universitas Negeri Papua dan
Pemerintah Kabupaten Kaimana, Kaimana.

3. Satu lapisan batubara dengan ketebalan 0,5
meter berada di Blok Jawera dengan sumberdaya hipotetiknya sebesar 77.557 ton.

S.L. Tobing, G.P. Robinson, dan R.J.Ryburn,1990,
Peta Geologi Lembar Kaimana, Irian Jaya, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

-------------,1990, Peta Geologi Lembar
Steenkool, Irian Jaya, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.

Darman, H. & Sidi, H, 2000. An Outline of The
Geology of Indonesia, IAGI, Jakarta.
Jasa Bumi Indonesia, PT., 2008, Inventarisasi
Sumberdaya Mineral, Energi dan Bahan Galian
Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Bapedda
Kaimana, Kaimana.
Kisman, Widi B.N., 2007, Inventarisasi Mineral
Logam di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua
Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Roni Bawole, Amrih L. Killian, Victor E. Fere,
Tokede MJ.,Yosias Gandi, 2006, Atlas Sum-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penyelidikan di Daerah Kaimana.

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Kaimana berdasarkan Peta Geologi Lembar Kaimana (S.L. Tobing, G.P.
Robinson, dan R.J.Ryburn, 1990)

I.27

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Foto 3. Singkapan batubara di Sungai Kaitro (KMN-13) dengan tebal 0,50 meter dan lebar singkapan
12 meter.

Tabel 3. Kualitas Batubara Fm. Steenkool Daerah Kaimana
Berdasarkan Hasil Analisis Proksimat

Conto

FM
%

TM
%

IM
%

VM
%

FC
%

ASH
%

St
%

RD

FSI

CV
kal/gr

HGI

KMN
13A

14,13

22,89

10,20

44,44

39,20

6,16

1,46

1,41

0

5951

51

KMN
13B

15,42

23,73

9,82

45,24

39,16

5,78

1,31

1,42

0

6017

49

KMN
14

16,26

24,68

10,06

45,84

38,95

5,15

0,88

1,42

0

5987

48

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
Reflektan Vitrinit dan Komposisi Maseral

Formasi

Singkapan

Stenkool

KMN-13A
KMN-13B
KMN-14

Reflektan Vitrinit (%)
Mean
Kisaran
0,32
0,29-0,36
0,32
0,29-0,34
0,33
0,30-0,37

Komposisi Maseral (%)
Vitrinit Inertinit Liptinit
96,6
0,8
0,4
95,9
0,3
0,2
95,1
0,7
0,1

Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi Tiap Lapisan
dan Kandungan Material Mineral

I.27

Formasi

Singkapan

Stenkool

KMN-13A
KMN-13B
KMN-14

Material Mineral (%)
Clay
Fe. Oksida
Pirit
1,2
0,2
0,8
2,1
0,2
1,3
2,5
0,2
1,1

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Kaimana Papua Barat.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.27