12 Program Tek Kesetan Rusmadi S

PROGRAM TEKNOLOGI KESELAMATAN
TRANSPORTASI BPPT 2015 – 2019
Rusmadi Suyuti
Perekayasa Pada Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi
Deputi Bidang Teknologi Industri dan Rancang Bangun – BPPT
Gedung Teknologi II – Lantai 3
Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan 15314
Telp: 021-76875944 ext 147. Fax: 021 75875946
E-mail: rusmadi.suyuti@bppt.go.id
Abstrak
Keselamatan transportasi saat ini sudah merupakan masalah global yang
bukan semata-mata masalah transportasi saja, tetapi sudah menjadi
permasalahan sosial kemasyarakatan. Penyelenggaraan transportasi harus
memenuhi persyaratan teknis, keselamatan, keamanan dan tata tertib lalu
lintas. Strategi peningkatan keselamatan dan pelayanan dalam jangka
panjang dilakukan melalui pendekatan: pengujian dan sertifikasi kelaikan
prasarana, sarana dan audit khusus prasarana dan sarana,66% kecelakaan
Kereta Api disebabkan oleh peralatan sarana maupun prasarana yang
merupakan produk teknologi dan menjadi tupoksi BPPT untuk pengkajian dan
penerapannya.
Kata Kunci: Transportasi, Keselamatan, sarana dan prasarana

Kereta api merupakan moda transportasi
primadona yang akan terus bertambah
menjadi
tulang
punggung
sistem
transportasi
nasional
yang
aman,
selamat, nyaman, tepat waktu dan
efisien. Namun demikian, permasalahan
utama
dalam
transportasi
darat
khususnya
kereta
api
adalah

keselamatan. Hasil laporan Kementerian
Perhubungan
menunjukkan
bahwa
hampir 66% kecelakaan kereta api
disebabkan oleh peralatan sarana
maupun prasarana yang merupakan
produk teknologi. Untuk itu sesuai
dengan tupoksi BPPT pada umumnya
dan Kedeputian TIRBR pada khususnya,
pengkajian dan penerapan produk
teknologi
keselamatan
kereta
api
dilakukan guna mendapatkan layanan
transportasi yang aman dan nyaman.

PENDAHULUAN
Interaksi antar kota-kota di Jawa dan

Sumatera dan Indonesia pada umumnya
sebagai turunan kegiatan ekonomi
mengakibatkan makin tingginya volume
lalu lintas pada jalan-jalan primer
(provinsi dan nasional). Tingginya beban
jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan
banyaknya
titik-titik
kemacetan
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi
yang pada gilirannya akan memperlemah
daya saing produk. Rendahnya tingkat
penggunaan jalur rel untuk angkutan
barang
merupakan
bukti
belum
optimalnya
pemanfaatan
prasarana

transportasi. Pemanfaatan jalur rel
diperkirakan akan mengurangi biaya
transport (utamanya jarak jauh –
Surabaya – Semarang – Cierebon –
Jakarta) dan mengurangi beban jaringan
jalan seperti jalan sepanjang pantai utara
(Pantura).
85

Sesuai Inpres No. 4 Tahun 2013 tentang
Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan dan
untuk pelaksanaan Resolusi PBB No. 64/255
Tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving
Global Road Safety, maka perlu dilakukan
langkah-langkah: [7]
1. Manajemen Keselamatan Jalan
2. Jalan Yang Berkeselamatan
3. Kendaraan Yang Berkeselamatan
4. Perilaku
Pengguna

Jalan
Yang
Berkeselamatan
5. Penanganan Pra dan Pasca Kecelakaan

seperti
Kementerian
Perhubungan,
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Perindustrian, Kepolisian bersama dengan
masyarakat
dan
dunia
usaha
perlu
memastikan bahwa program - program
kerjanya
mengutamakan
keselamatan
transportasi dan mensinergikan semua

potensi yang ada.

Kondisi kecelakaan KA di indonesia yang
diinvestigasi oleh KNKT menyebutkan faktor
penyebab keselakaan KA Tahun 2007 – 2011
adalah seperti ditunjukkan pada Gambar di
bawah ini.

BAHAN DAN METODE

Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
kereta api dan jalan raya.

Metode yang digunakan dalam studi ini
adalah dengan mengaitkan dengan dokumen
perencanaan tingkat nasional yang sudah ada
saat ini.
Dokumen perencanaan
diantaranya


yang

digunakan

 Rencana Umum Nasional Keselamatan
Jalan (RUNK)
Pada Maret 2010 Majelis Umum PBB
mendeklarasikann Decade of Action (DoA) for
Road Safety 2011 – 2020 yang bertujuan
untuk mengendalikan dan sengurangi tingkat
fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan
secara global dengan meningkatkan kegiatan
yang dihalankan pada skala nsional, regional
dan global.

Gambar 1. Perkiraan Faktor Penyebab
Kecelakaan Kereta Api

Sedangkan hasil kondisi keselamatan jalan

raya menunjukkan bahwa di tahun 2010
kecelakaan lalu lintas di Indonesia telah
mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal
setiap harinya. Sebanyak 67% korban
kecelakaan berada pada usia produktif (22 –
50 Tahun). Loss productivity dari korban dan
kerugian material akibat kecelakaan tersebut
diperkirakan mencapai 2,9 – 3,1 % dari total
PDB Indonesia atau setara dengan Rp.205 –
220 trilyun pada tahun 2010 dengan total PDB
mencapai Rp. 7.000 trilyun. [4], [5], [8]

Semangat pendeklarasian Decade of Action
(DoA) for Road Safety 2011-2020 ini sejalan
dengan amanat Undang-Undang (UU) Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan khususnya pada pasal 20
untuk menyusun Rencana Umum Nasional
Keselamatan (RUNK) Jalan. Dalam rangka
memanfaatkan ini, Pemerintah Indonesia

menyusun RUNK Jalan yang bersifat Jangka
Panjang (25 Tahun) dan mendeklarasikan
DoA yang menjadi bagian dari materi RUNK
Jalan. [2]

Kedua kondisi di atas tersebut mendorong
perlunya pengarusutamaan keselamatan jalan
dan kereta api sehingga pemerintah perlu
serius dengan menjadikannya sebagai
prioritas nasional.

Misi RUNK menggunakan pendekatan 5 pilar
keselamatan jalan, yang meliputi maajemen
jalan
berkeselamatan,
jalan
yang
berkeselamatan,
kendaraan
yang


BPPT sebagai salah satu instansi pemerintah
bersama-sama dengan instansi lainnya
86

 Penguasaan
teknologi
perawatan
prasarana perkeretaapian yang berstandar
internasinal
 Standarisasi produk industri perkeretaapian
dalam rangka melindungi industri dalam
negeri
 Pembinaan
terhadap
industri
perkeretaapian termasuk ukm perndukung
dalam rangka penguatan manajemen
perusahaan dan penguatan modal serta
menjamin keberlanjutan pasokan suku

cadang/komponen
prasarana
perkeretaapian
 Pengembangan
kerjasama
penelitian
antara lembaga riset dengan industri
perkeretaapian dalam pengembangan
produk perkeretaapian
 Dukungan
regulasi
terkait
dengan
pemasaran hasil industri perkeretaapian

bekeselamatan, perilaku pengguna jalan yang
berkeselamatan, dan penanganan korban
pasca kecelakaan. Pencapaian target RUNK
ini menggunakan strategi sistem lalu lintas
jalan
yag
berkeselamatan
yaitu
penyelenggaraan lalu lintas jalan yang
mengakomodasi human error dan kerentanan
tubuh manusia yang diarahkan untuk
memastikan bahwa kecelakaan lalu lintas
jalan tidak mengakibatkan kematian dan luka
berat.
 Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
(RIPNAS)
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomer 43 Tahun 2011 Tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Nasional disebutkan
bahwa Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional ini merupakan dasar dan pedoman
yang memayungi seluruh kebijakan dalam
penyelenggaraan perkeretaapian nasional. [1]

Beberapa program alih teknologi dan
pengembangan
industri
sarana
perkeretaapian yang akan dilakukan antara
lain:
 Pengembangan road map teknologi dan
industri perkeretaapian
 Penguasaan
teknologi
sarana
perkeretaapian, termasuk teknologi kereta
api yang berkecepatan tinggi (kereta api
cepat)
 Penguasaan teknologi perawatan sarana
perkeretaapian
yang
berstandar
internasinal
 Standarisasi produk industri perkeretaapian
dalam rangka melindungi industri dalam
negeri
 Pembinaan
terhadap
industri
perkeretaapian termasuk ukm pendukung
dalam rangka penguatan manajemen
perusahaan dan penguatan modal serta
menjamin keberlanjutan pasokan suku
cadang/komponen sarana perkeretaapian
 Pengembangan
kerjasama
penelitian
antara lembaga riset dengan industri
perkretaapian
dalam
pengembangan
produk perkeretaapian
 Dukungan
regulasi
terkait
dengan
pemasaran hasil industri perkeretaapian

Untuk
mewujudkan
penyelenggaraan
perkeretapian
nasional
sesuai
arah
pengembangan
perkeretaapian
nasional
2030, akan ditempuh berbagai strategi
sebaga berikut:
 Strategi pengembangan jaringan dan
layanan perkeretaapian
 Strategi peningkatan keamanan dan
keselamatan perkeretaapian
 Strategi allih teknologi dan pengembangan
industri
 Strategi pengembangan sumber daya
manusia perkeretaapian
 Strategi pengembangan kelembagaan
 Strategi investasi dan pendanaan
Beberapa program alih teknologi dan
pengembangan
industri
prasaraa
perkeretaapian yang akan dilakukan antara
lain:
 Pengembangan road map teknologi dan
industri perkeretaapian
 Penguasaan
teknologi
prasarana
khususnya
teknologi
persinyalan,
telekomunikasi dan kelistrikan, konstruksi
terowongan, jembatan, slab track, sistem
kontrol dan alat perawatan

87

 Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 –
2019

Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk
angkutan barang merupakan bukti belum
optimalnya
pemanfaatan
prasarana
transportasi.
Pemanfaatan
jalur
rel
diperkirakan akan mengurangi biaya transport
(utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang
– Cierebon – Jakarta) dan mengurangi beban
jaringan jalan seperti Pantura.

Dalam RPJMN 2015 – 2019, bidang
transportasi masuk dalam buku I dan buku II
RPJMN tersebut. Dalam Buku I, untuk bidang
transportasi disebutkan mengenai Inovasi dan
Layanan Teknologi Industri Perkapalan.
Sedangkan di buku II RPJMN, kegiatan yang
dicantumkan adalah:
 Inovasi
dan
Layanan
Teknologi
Transportasi Untuk Konektivitas dan
Logistik Nasional baik antar koridor
ekonnomi dan perkotaan
 Inovasi
dan
Layanan
Teknologi
Keselamatan dan Industri Kereta Api

Kereta api merupakan moda transportasi
primadona yang akan terus bertambah
menjadi tulang punggung sistem transportasi
nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat
waktu dan efisien. Namun demikian,
permasalahan utama dalam transportasi darat
khususnya kereta api adalah keselamatan.
Hasil laporan kementerian perhubungan
menunjukkan bahwa hampir 66% kecelakaan
kereta api disebabkan oleh peralatan sarana
maupun prasarana yang merupakan produk
teknologi. Untuk itu sesuai dengan tupoksi
BPPT pada umumnya dan Kedeputian TIRBR
pada khususnya untuk melakukan pengkajian
dan penerapan produk teknologi tersebut
guna mendapatkan layanan transportasi yang
aman dan nyaman. [3], [6],
[8]

Berdasarkan RPJMN tersebut maka jumlah
target inovasi dan layanan teknologi yang
akan dihasilkan oleh BPPT adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah Inovasi & layanan teknologi untuk
meningkatkan daya saing industri galangan
kapal nasional, dengan target 1 inovasi
teknologi.
2. Jumlah inovasi dan layanan teknologi
system transportasi untuk konektivitas dan
logistik dalam rangka meningkatkan daya
saing poros maritim, dengan target 1
inovasi teknologi.
3. Jumlah inovasi dan layanan teknologi
Keselamatan transportasi dan industri
kereta api dalam rangka meningkatkan
daya saing industri, dengan target 1 inovasi
teknologi.
 Renstra
BPPT
Transportasi,

Bidang

Kedeputian Bidang Teknologi Indutstri dan
Rancang Bangun (TIRBR) sebagai bagian
dari BPPT mempunyai tugas utama bidang
rancang bangun dan rekayasa termasuk
transportasi.
Alur penentuan program PPT di Kedeputian
Bidang TIRBR adalah seperti ditunjukkan
pada Gambar di bawah ini.

Teknologi

Dalam Bidang Teknologi Industri Transportasi,
perkembangan wilayah dan peningkatan
interaksi antar kota-kota di Jawa dan
Sumatera dan Indonesia pada umumnya
sebagai
turunan
kegiatan
ekonomi
mengakibatkan makin tingginya volume lalu
lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan
nasional). Tingginya beban jalur Pantura Jawa
yang ditandai dengan banyaknya titik-titik
kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya
tinggi
yang
pada
gilirannya
akan
memperlemah daya saing produk. [3]

Gambar 2. Alur Penentuan Program PPT di
Kedeputian Bidang TIRBR

88

RUSMADI SUYUTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

SYAMSUL KAMAR
Ronald Panggabean
Muhajirin

SINUNG NUGROHO
Yuliana Rauf
Suhanda

Berdasarkan
arahan
pengembangan
transportasi di masa depan dan dengan
melihat
permasalahan
keselamatan
transportasi khususnya transoprtasi darat dan
kereta api maka diperlukan road map
pengembangan
teknologi
keselamatan
transpportasi darat dan kereta api untuk ruang
linggkup tahun 2015 – 2019 yang akan
dikerjakan oleh BPPT.

WBS 1.0
MUSTARI LAMMA

WP 1.1. G.G. Antariksa




Bambang Utoyo
Asep Haryono
Yuliana Rauf

WP 1.2. Meiyanne Lestari






Hendrato
Dimas Bahtera
Irfan Ansori
Imam Noerhidajat
Bambang Kris

WBS 2.0
SETYO M UTOMO

WP 2.1. Fariz Maulana




WP 2.2. Tsani Hendro




Sari
Widia
Galuh

WP 2.3. Yulianta




Keselamatan transportasi saat ini sudah
merupakan masalah global yang bukan
semata-mata masalah transportasi tetapi
sudah
menjadi
permasalahan
sosial
kemasyarakatan. Hal ini terlihat dari
kepedulian WHO terhadap keselamatan dunia
tahun 2004 dengan tema Road Safety is No
Accident. Pelayanan transportasi yang
handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan
transportasi yang aman (security), selamat
(safety), nyaman (comfortable), tepat waktu
(punctuality),
terpelihara,
mencukupi
kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok
tanah
air
serta
mampu
mendukung
pembangunan nasional.

M. Rosyidi
Adityo Sukmono
Dimas Bahtera

Meiyanne Lestari
M. Ivan AS
Andi Cahyo

WBS 3.0
TRIYONO W S

WP 3.1. Sayuti Syamsuar




Irfan Ansori
Beny Halfina
Meyanne Lestari

WBS 4.0
ANWAR

WP 4.1. Agus Sasmito





Tri Handayani
Mustasyar Perkasa
Hendro Ahmad Fauzii
Budi Haryanto

WP 3.2. Agung Barokah




WP 4.2. Ade Rohimat
Mira Marindaa
Hendrato
Slamet Sudrajat

WP 3.3. Dany Hendrik P




Beny Halfina
Hendrato
Irfan Ansori







Frangky Melky
Heri Susanto
Wahyu Sulistyo
Barkah Fitriyana
Gilang Cempaka Kusuma

Gambar 2. Troika Kegiatan Teknologi
Keselamatan Transportasi Darat dan Industri
Kereta Api di Kedeputian Bidang TIRBR

Pertama, melakukan kajan dan penerapan
teknologi “Machine-vision Inspection” berupa
pengembangan sistem pemantau kondisi
jalan rel berbasis kamera. Dengan semakin
meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api
maka tugas juru penilik jalan rel (JPJ) yang
bekerja memantau / memeriksa kondisi jalan
rel secara visual sebelum kereta pertama
melewatinya, dituntut semakin cepat, efisien
dan akurat. Untuk itu diperlukan suatu solusi
teknologi yang dapat meningkatkan kualitas
dan efektifitas peran petugas pemeriksa
tersebut dengan menggunakan suatu sistem
yang disebut dengan “Sistem Pemantau
Kondisi Jalan Rel”. Sistem ini berbasis
kamera cerdas yang direncanakan dipasang
pada suatu wadah seperti lori berpenggerak
sendiri atau yang serupa dengannya Fokus
kegiatan pada tahun 2015 adalah mendesain
dan merakit wadah tersebut kemudian
meintegrasikan
system
instrumentasi
pemantau kondisi jalan rel di dalamnya.

Untuk itu BPPT khususnya Kedeputian TIRBR
selama RPJMN 2015 – 2019
akan
melaksanakan Kegiatan μ “Inovasi dan
Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi
Darat dan Industri Kereta Api”. Troika yang
ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan
tersebut adalah seperti ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini.
Program Kegiatan Keselamatan Transportasi
Darat dan Kereta Api menggunakan tema
“Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan
Transportasi Darat & Industri Kereta Api,
dikelompokkan menjadi 4 fokus kegiatan,
yaitu:

Kedua, menyediakan dan mengembangkan
model sistem pengamanan perlintasan
sebidang. Yang menurut undang-undang No.
23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dan
undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang
lalu-lintas jalan raya, apabila kereta api akan
melintas pada perlintasan sebidang maka
semua kendaraan lainnya member prioritas
pada kereta api. Sehingga dengan demikian
kecelakaan pada perlintasan sebidang
dikategorikan kecelakaan di jalan raya. [4]
89

konfigurasi sistem sensor; desain platform
dan
desain
integrasi
sistem
instrumentasi,perakitan platform dan integrasi
sistem instrumentasi, pengujian dan evaluasi,
serta rekomendasi internal.

Ketiga adalah program kajian reliabilitas
sarana
dan
prasarana
perkeretaapian
terutama sistem persinyalan yang masih
menggukan berbagai macam teknologi
persinyalan mulai dari sinyal mekanik sampai
kepada sinyal elektrik. Keragaman teknologi
persinyalan tersebut menjadi salah satu
kendala penerapan teknologi keselamatan
yang lebih tinggi seperti penerapan automatic
train protection (ATP) dan sejenisnya.

WBS 2.0: Keselamatan Sarana KA
WBS 2.0 “Industri & Keselamatan Sarana
Kereta Api” sebagai bagian dari program PTT
Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan
Transportasi Darat dan Industri Kereta Api.
Kegiatan utama yang akan dilakukan pada
tahun
anggaran
2015-2019
adalah
Pengembangan Sistem Operasi dan Prosedur
(SOP) dan perangkat sistem keselamatan
kereta api di perlintasan sebidang, menjadi
bagian dari sistem perlindungan otomatis
kereta api, integrasi sistem keselamatan
kereta dan kendaraan di perlintasan sebidang.
Serta kajian penguatan dan revitalisasi
industri
KA.
Pengembangan
tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut;,
review prosedur komunikasi masinis dan
review industri kereta api dan industri
penunjangnya, Usulan prosedur komunikasi
masinis sebelum memasuki dan setelah
keluar dari perlintasan sebidang, serta review
arah pengembangan industri kereta api dan
penunjangnya, pembuatan model input
kondisi di perlintasan sebidang, dan usulan
rencana pengembangan industri kereta api,
ujicoba
dan
evaluasi
model
dan
usulan/rekomendasi pengembangan industri
kereta api.
Disamping itu juga menyediakan model
uji/inspeksi dilakukan dengan tahapan;
identifikasi uji/inspeksi rancang bangun dan
performansi statis, penyusunan metoda
uji/inspeksi rancang bangun danp erformansi
statis, penyusunan prosedur uji/inspeksi
rancang bangun dan performansi statis usulan
pengembangan teknologi untuk kendaraan
berkeselamatan dan jalan laik teknis; evaluasi
dan uji coba uji/inspeksi rancang bangun dan
performansi statis, pemberian rekomendasi

Keempat adalah program kajian teknologi
yang
diperlukan
untuk
kendaraan
berkeselamatan dan jalan berkeselamatan
yang merupakan pilar dari penyelenggaraan
keselamatan jalan.
Kelima adalah program kajian teknologi yang
diperlukan untuk mewujudkan lembaga
pengujian sertifikasi kereta, gerbong dan jalan
rel. [5]
Berdasarkan
masukan
dari
beberapa
dokumen perencanaan seperti diuraikan di
atas, maka dapat disusun recana program
tahun 2015 – 2019 dan rencana output yang
akan dihasilkan pada tahun 2015.
Untuk melaksanakan Program Layanan
Teknologi
Sarana
Transportasi
Untuk
Keselamatan Transportasi, maka program ini
dibagi dalam 4 kegiatan dalam bentuk WBS,
yaitu:
WBS 1.0 Keselamatan Prasarana KA
WBS 1.0 “Keselamatan Prasarana Kereta Api”
sebagai bagian dari program PTT Inovasi &
Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi
Darat dan Industri Kereta Api. Kegiatan utama
yang akan dilakukan pada tahun anggaran
2015 - 2019 adalah Pengembangan
perangkat instrumentasi peralatan pemantau
prasarana kereta api berupa sistem
pemantauan harian kondisi jalan rel dan
komponen jalan rel menjadi prototip sistem
pemantau kondisi jalan rel, sistem pemantau
kondisi keretakan dan keausan rel dan deteksi
daerah rawan longsor di sepanjang rel.
Pengembangan tersebut dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut; penyusunan desain
requirement & objective platform, dan desain

WBS 3.0: Keselamatan Jalan Raya
WBS 3.0 “Keselamatan Jalan & Reliabilitas
Sarana-Prasarana Kereta Api” sebagai bagian
90

dari program Inovasi & Layanan Teknologi
Keselamatan Transportasi Darat dan Industri
Kereta Api. Kegiatan utama yang akan
dilakukan adalah Penyusunan kajian standar
untuk menaikkan reliabilitas sarana dan
prasarana
kereta
api
dalam
rangka
penyusunan
konsep
standar
nasional
Indonesia (SNI), serta penyusunan kajian
kebutuhan
teknologi
untuk
jalan
berkeselamatan
dan
kendaraan
berkeselamatan
Kajian tersebut dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut; review INPRES RI nomor 4
tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan; , melakukan analisa
kriteria kendaraan berkeselamatan dan
kriteria
jalan
laik
teknis;,
usulan
pengembangan teknologi untuk kendaraan
berkeselamatan dan jalan laik teknis;
evaluasi dan pemberian rekomendasi.

Sedangkan Tabel di bawah ini menunjukkan
target yang harus dicapai untuk setiap subkegiatan pada teknologi transportasi darat.
Tabel 2. Target tahunan kegiatan Teknologi
Transportasi Darat 2015 - 2019

Rencana Output Kegiatan tahun 2015.
Kegiatan yang dilakukan pada Tahun 2015
bertujuan untuk mengembangkan perangkat
instrumentasi peralatan pemantau prasarana
kereta api berupa sistem pemantauan harian
kondisi jalan rel dan komponen jalan rel
menjadi prototip system pemantau kondisi
jalan rel, mengembangkan Sistem Operasi
dan Prosedur (SOP) dan perangkat sistem
keselamatan kereta api di perlintasan
sebidang, menjadi bagian dari sistem
perlindungan otomatis kereta api. Serta kajian
dukungan industrinya, menyusun kajian
standar untuk menaikkan reliabilitas sarana
dan prasarana kereta api dalam rangka
penyusunan
konsep
standar
nasional
Indonesia (SNI), serta menyusun kajian
kebutuhan
teknologi
menuju
jalan
berkeselamatan
dan
kendaraan
berkeselamatan.

WBS 4.0: Technology Clearing House dan
Audit Teknologi Kekuatan Struktur Sarana
Dan Prasarana Kereta Api
Kegiatan utama yang akan dilakukan adalah
membuat metode, prosedur, model pengujian
/ inspeksi untuk bogie kereta dan gerbong.
Disamping itu juga akan melakukan uji
simulasi kerusakan performansi statis dan
dinamis.
 Rencana Program 2015 - 2019
Rencana program kegiatan keselamatan
transportasi darat dan industri kereta api
adalah seperti diunjukkan pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Rencana kegiatan Teknologi
Transportasi Darat per WP tahun 2015 - 2019
Target

Komponen/WP
Penjelasan
WP 1.1. Sistem Instrumentasi pemantau
PTIST
kondisi rel
WP 1.2. Platform kereta pemantau kondisi
PTIST
rel
WP 1.3. Sistem Instrumentasi pemantau
PTIST
1 Prototype Alat Pemantau keretakan dan keausan rel
Keretakan dan Keausan Rel WP 1.4. Platform pemantau kondisi
PTIST
keretakan dan keausan rel
1 Prototipe alat deteksi
WP 1.5. Alat deteksi bencana sepanjang rel
PTIST
bencana sepanjang rel
1 Perangkat keselamatan
WP 2.1. Input ATP di perlintasan sebidang
PTIST
kereta (ATP) di perlintasan WP 2.2. Sistem Akuisisi dan Komunikasi
MEPPO
perlintasan sebidang
sebidang
1 Perangkat integrasi ATP
WP 2.3. Integrasi ATP dengan APILL di
dan APILL di perlintasan
PTIST
perlintasan sebidang
sebidang
1 standar SOP relaibiliti
WP 3.1. Standar reliabiliti prasarana KA
PTIST
prasarana kereta api
1 standar SOP relaibiliti
WP 3.2. Standar reliabiliti sarana KA
PTIST
sarana kereta api
WP 4.1. Penguatan dan revitalisasi industri
PTIST
1 rekomendasi revitalisasi KA
1 Prototype Kereta
Pemantau Kondisi Rel

industri KA

2015

2016

2017

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2018

2019

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

WP 4.1. Kebijakan pendukung industri KA

PTIST

WP 5.1. Jalan Berkeselamatan

PTIST

WP 5.2. Kendaraan Berkeselamatan

PTIST

WP 6.1. Inspeksi dan spesifikasi rancang
bangun dan rekayasa

B2TKS

1

1

1

1

1

1 layanan sertikasi kelaikan WP 6.2. Inspeksi dan spesifikasi
jembatan KA
performansi statis dan dinamis platform

B2TKS

1

1

1

1

1

1 prototipe teknologi alat
uji untuk jalan
berkeselamatan
1 prototipe teknologi alat
uji untuk kendaraan
berkeselamatan
1 layanan sertifikasi
kelaikan KA

1

Kegiatan tersebut di atas diharapkan bisa
diwujudkan oleh 4 WBS (work breakdown
structure) yaitu; (1) WBS 1.0 “ Keselamatan
Prasarana Kereta Api”; (2) WBS 2.0
“Keselamatan Sarana Kereta Api; (3) WBS
3.0: Sistem Keselamatan Transportasi Jalan
Raya; (4) Kekuatan Struktur Sarana dan
Prasarana Kereta Api.
Pada akhir tahun anggaran 2015 diharapkan
diperoleh rekomendasi internal tentang
penyempurnaan prototip sistem pemantau
kondisi jalan rel, rekomendasi internal
91

pengembangan
konsep
desain
sistem
pengamanan pada perlintasan sebidang,
rekomendasi
internal
pengembangan
teknologi
jalan
berkeselamatan
dan
kendaraan berkeselamatan, rekomendasi
internal tentang standar yang dibutuhkan
untuk reliabilitas sarana dan prasarana kereta
api, serta rekomendasi internal tentang
penguatan industri keretaapi dan komponen
kereta api.

b.

c.

Membantu
pemerintah,
khususnya
Kementerian Perhubungan dan industri
jasa angkuatan kereta api untuk
menurunkan angka kecelakaan terutama
pada perlintasan sebidang.
Membantu pemerintah dan industri
otomotif untuk meyakinkan masyarakat
bahwa jalan yang disediakan dan
kendaran yang beredar memenuhi
persyaratan kelaikan secara teknis.

Hasil yang diharapkan diperoleh dari studi ini
pada tahun 2015 adalah:
DAFTAR PUSTAKA
WBS 1 : Prototipe (tanpa sistem analisis)
sistem pemantau Kondisi jalan rel

[1] Rencana Induk Perkeretaapian Nasional,
Ditjen
Perkeretaapian,
Kementerian
Perhubungan, 2011
[2] Rencana Umum Nasional Keselamatan
Jalan 2011 – 2035, Kementerian
Pekerjaan Umum, 2011
[3] Renstra BPPT 2015 – 2019
[4] Undang-Undang No. 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian
[5] Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
tentang Jalan
[6] Perpres No 2 Tahun 2015 Tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Nasional Tahu 2015 – 2019,
2015
[7] Inpres No. 4 Tahun 2013 tentang Program
Dekade Aksi Keselamatan Jalan
[8] Kebijakan
Strategis
Pembangunan
Nasional Iptek 2010 - 2014, Kementerian
Riset dan Teknologi, 2010

WBS2 : Desain dan model (proof of concept)
perangkat kereta api di perlintasan sebidang;
Kajian kebutuhan dan kemampuan industri
kereta api.
WBS 3: Konsep standar SOP reliabiliti
sarana- prasarana kereta api; Kajian
kebutuhan
teknologi
untuk
jalan
berkeselamatan
dan
kendaraan
berkeselamatan.
WBS 4: Kajian metode, prosedur dan model
pengujian/inspeksi untuk bogie kereta /
gerbong serta konsep model numerik untuk uji
simulasi kerusakan performansi statis

PENUTUP
Simpulan dari studi ini adalah diperolehnya
Manfaat Program Layanan Teknologi Sarana
untuk
Keselamatan
Transportasi
akan
mempunyai dampak positif ke masyarakat
antara lain:
a. Membantu
pemerintah,
khususnya
Kementerian Perhubungan dan industri
jasa angkutan kereta api dalam
mengembangkan teknologi pemantau
kondisi jalan rel yang pada gilirannya
memberi keyakinan kepada masyarakat
pengguna kereta api bahwa jalan rel yang
dilaluinya dalam kondisi laik secara
teknik.
92