S IND 1002701 Chapter1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terdapat pada
pembelajaran bahasa Indonesia yang umumnya dipelajari di sekolah. Menulis
mengandung banyak manfaat bagi perkembangan mental, intelektual, dan
kreativitas seseorang. Bagi sebagian orang, menulis merupakan hal yang tidak
menarik dan membosankan. Menulis terkadang dirasa membosankan karena tidak
adanya inspirasi yang timbul dari pikiran sebagian orang tersebut atau karena
ketidaksukaan dan ketidakmapuan dalam merangkaikan kata-kata menjadi sebuah
tulisan. Selain itu, tidak adanya kreativitas yang mendukung proses menulis
tersebut menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Graves (dalam Suparno dan
Yunus, 2008:14) seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia
menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus
menulis.
Keterampilan menulis di sekolah biasanya diarahkan untuk membuat
sebuah karangan. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana
(Suparno dan Yunus, 2008:11), yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan
persuasi. Masing-masing bentuk ini tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya dalam
sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi.
Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling dominan
pada karangan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi awal yang berupa wawancara, ditemukan
bahwa siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung, sebagian besar siswa tidak
terlalu memahami jenis-jenis karangan terutama karangan deskripsi. Data hasil
wawancara dengan sisiwa menunjukkan bahwa umumnya siswa hanya mampu
menyebutkan jenis-jenis karangan saja.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2
Demikian pula dengan motivasi siswa dalam pelajaran menulis
ditemukanlah penyebab siswa menganggap pelajaran menulis itu sulit dan
membosankan, siswa juga kesulitan mendapatkan inspirasi untuk menuangkan
pengetahuannya ke dalam bentuk karangan khususnya karangan deskripsi. Bagi
sebagian besar siswa, pembelajaran tentang paragraf deskripsi masih dianggap
sulit, dikarenakan mengidentifikasi perbedaan dalam cerpen atau novel, sangat
sulit. Hal tersebut terjadi karena pemahaman yang kurang tepat tentang jenis
paragraf, khususnya paragraf deskriptif. Sehingga ketika siswa diminta untuk
menulis atapun menjelaskan kembali apa itu paragraf deksripsi, seringkali siswa
kesulitan menjawabnya.
Selain hasil wawancara dengan siswa, hasil wawancara dengan Laksmi
Supartiningsih, S.Pd guru bahasa Indonesia di kelas tersebutpun, ditemukan
bahwa guru masih kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan model dan
media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti memilih model
pembelajaran Experiental Learning untuk mencoba meningkatkan kemampuan
menulis karangan deskriptif siswa. Model pembelajaran ini dipilih karena
mengacu pada pengalaman pengarang, ketika menulis suatu karangan. Dalam
metode ini, imajinasi dan kemampuan menulis bukanlah hal mutlak yang
diperlukan untuk dapat menyusun sebuah teks atau paragraf. Tulisan bentuk fiktif
maupun fakual juga tidak pernah terlepas dari pengalaman hidup yang dituangkan
ke dalam bentuk tulisan karena seorang penulis tidak akan pernah bisa
menuangkan karyanya apabila ia sama sekali tidak bisa mengingat kejadiankejadian yang menjadi latar dari tulisannya.
Seseorang tidak akan bisa menuliskan watak tokohnya dengan tajam tanpa
pernah sekalipun bertemu dengan sosok manusia yang sejalan dengan tulisannya.
Seorang pengarang bisa menuliskan latar suasanya yang bisa membawa
pembacanya hidup dalam cerita itu sendiri tentu tidak terlepas juga dari
pengalamandan kemampuan mendeskripsikannya.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3
Asumsi peneliti mengenai penggunaan model pembelajaran ini akan
membantu tercapainya pembelajaran dengan optimal seperti yang telah dibuktikan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2008) tentang peran experiential
learning dalam meningkatkan motivasi belajar BIPA. Adapun hasil penelitiannya
adalah: (1) Tanggapan pembelajar terhadap penerapan experiential learning
pengajaran menulis yaitu pembelajar merasa termotivasi sebanyak 50 orang dan
(2) terdapat variasi metode dalam penelitiannya. Hal ini menunjukkan bahwa
100% pembelajar menikmati penerapan metode experiential learning dalam
pengajaran menulis karena pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka
dapat belajar dengan cara bekerja sama, serta saling mengenal teman satu dan
lainnya dan berbagi rasa serta dapat mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan.
Dalam penelitian tersebut disebutkan hasil wawancara dengan Miki Yamane,
seorang mahasiswa dari Jepang, yang menunjukkan bahwa Ia menyukai metode
tersebut karena Ia dapat berperan dengan optimal. Pada mulanya Ia ingin
menangis karena merasa sulit untuk mengikuti kegiatan menulis yang banyak
menuntut hasil karya tulis. Hampir saja Ia memutuskan keluar dari mata kuliah
Menulis. Namun, setelah metode experiential learning diterapkan, akhirnya Ia
merasa senang dan tidak jadi keluar dari mata kuliah tersebut. Ia menyukai
kegiatan-kegiatan kelas yang diselenggarakan dengan teman-temannya. Hal ini
pula yang menyebabkan Ia dapat bergaul dan bersahabat dengan teman barunya
untuk saling berbagi rasa suka dan duka serta membandingkan keadaan budaya di
negara asalnya.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Pangelista (2011) menunjukkan
bahwa setelah mengikuti
proses pembelajaran menulis
cerpen
dengan
menggunakan model experiential learning, siswa kelas X-F SMA Laboratorium
Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011 mampu menuangkan idenya ke dalam
bentuk cerpen. Hal terbukti dari hasil penelitiannya yang mengatakan adanya
peningkatan nilai rata-rata pada siklus akhir selama proses pembelajaran yaitu
sebesar 73,7 dari 60,34. Tingkat kemampuan siswa X-F SMA Laboratorium
Percontohan UPI dalam menulis cerpen ternyata bervariasi antara baik sekali,
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4
baik, cukup dan kurang. Hasil akhir menunjukkan bahwa cerpen siswa yang
termasuk kategori baik sekali sebesar 10,5%, kategori baik sebesar 36,8%,
kategori cukup sebesar 47,4% dan kategori kurang sebesar 5,27%. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis cerpen dengan
cukup baik.
Sekait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, penelitianpenelitian tersebut dapat dijadikan panduan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode experiental learning dalam
menulis karangan deskripsi. Model pembelajaran Experiental Learning yang
berlandaskan pada pengalaman siswa dapat menjadi titik awal dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. guru kurang referensi dalam menggunakan model pembelajaran dan media
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis karangan deskripsi;
b. motivasi siswa dalam pembelajaran menulis masih kurang;
c. siswa kurang mendapat inspirasi dalam menulis, sehingga diperlukan
ketekunan dalam latihan; dan
d. siswa memerlukan rangsangan untuk menuangkan pengetahuannya secara
langsung berdasarkan hasil penglihatannya dan apa yang dirasakan dalam
bentuk karangan deskripsi.
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Agar tahapan pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan jelas,
penulis membatasi masalah yangakan diteliti, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adlah penggunaan model experiential learning sebagai upaya
meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas XI IPS 3
SMAN 19 Bandung. Pengalaman siswa yang dijadikan karangan deskripsi adalah
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
5
sebuah bentuk pengalaman penting yang dapat menjadi informasi dan
pengetahuan baru untuk siswa lainnya dan pembaca.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
6
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
c. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. untuk memaparkan perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung,
b. untuk memaparkan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung,
c. untuk memaparkan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
7
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya model pembelajaran
kreatif dalam dunia pendidikan dan menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan
pembelajaran menulis deskripsi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan
alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah umumnya, dan untuk pembelajaran menulis karangan
deskripsi khususnya melalui model experiential learning.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi khususnya penggunaan model
experiential learning. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kreativitas guru dan mengatasi masalah dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2) Bagi Siswa
Dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan kekreatifan
kepada siswa dalam menulis karangan deskripsi, serta dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sehingga menghasilkan
sebuah karangan yang baik.
3) Bagi Peneliti
Peneliti dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta megimplementasikan
model experiential learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terdapat pada
pembelajaran bahasa Indonesia yang umumnya dipelajari di sekolah. Menulis
mengandung banyak manfaat bagi perkembangan mental, intelektual, dan
kreativitas seseorang. Bagi sebagian orang, menulis merupakan hal yang tidak
menarik dan membosankan. Menulis terkadang dirasa membosankan karena tidak
adanya inspirasi yang timbul dari pikiran sebagian orang tersebut atau karena
ketidaksukaan dan ketidakmapuan dalam merangkaikan kata-kata menjadi sebuah
tulisan. Selain itu, tidak adanya kreativitas yang mendukung proses menulis
tersebut menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Graves (dalam Suparno dan
Yunus, 2008:14) seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia
menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus
menulis.
Keterampilan menulis di sekolah biasanya diarahkan untuk membuat
sebuah karangan. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana
(Suparno dan Yunus, 2008:11), yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan
persuasi. Masing-masing bentuk ini tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya dalam
sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi.
Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling dominan
pada karangan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi awal yang berupa wawancara, ditemukan
bahwa siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung, sebagian besar siswa tidak
terlalu memahami jenis-jenis karangan terutama karangan deskripsi. Data hasil
wawancara dengan sisiwa menunjukkan bahwa umumnya siswa hanya mampu
menyebutkan jenis-jenis karangan saja.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2
Demikian pula dengan motivasi siswa dalam pelajaran menulis
ditemukanlah penyebab siswa menganggap pelajaran menulis itu sulit dan
membosankan, siswa juga kesulitan mendapatkan inspirasi untuk menuangkan
pengetahuannya ke dalam bentuk karangan khususnya karangan deskripsi. Bagi
sebagian besar siswa, pembelajaran tentang paragraf deskripsi masih dianggap
sulit, dikarenakan mengidentifikasi perbedaan dalam cerpen atau novel, sangat
sulit. Hal tersebut terjadi karena pemahaman yang kurang tepat tentang jenis
paragraf, khususnya paragraf deskriptif. Sehingga ketika siswa diminta untuk
menulis atapun menjelaskan kembali apa itu paragraf deksripsi, seringkali siswa
kesulitan menjawabnya.
Selain hasil wawancara dengan siswa, hasil wawancara dengan Laksmi
Supartiningsih, S.Pd guru bahasa Indonesia di kelas tersebutpun, ditemukan
bahwa guru masih kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan model dan
media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti memilih model
pembelajaran Experiental Learning untuk mencoba meningkatkan kemampuan
menulis karangan deskriptif siswa. Model pembelajaran ini dipilih karena
mengacu pada pengalaman pengarang, ketika menulis suatu karangan. Dalam
metode ini, imajinasi dan kemampuan menulis bukanlah hal mutlak yang
diperlukan untuk dapat menyusun sebuah teks atau paragraf. Tulisan bentuk fiktif
maupun fakual juga tidak pernah terlepas dari pengalaman hidup yang dituangkan
ke dalam bentuk tulisan karena seorang penulis tidak akan pernah bisa
menuangkan karyanya apabila ia sama sekali tidak bisa mengingat kejadiankejadian yang menjadi latar dari tulisannya.
Seseorang tidak akan bisa menuliskan watak tokohnya dengan tajam tanpa
pernah sekalipun bertemu dengan sosok manusia yang sejalan dengan tulisannya.
Seorang pengarang bisa menuliskan latar suasanya yang bisa membawa
pembacanya hidup dalam cerita itu sendiri tentu tidak terlepas juga dari
pengalamandan kemampuan mendeskripsikannya.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3
Asumsi peneliti mengenai penggunaan model pembelajaran ini akan
membantu tercapainya pembelajaran dengan optimal seperti yang telah dibuktikan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2008) tentang peran experiential
learning dalam meningkatkan motivasi belajar BIPA. Adapun hasil penelitiannya
adalah: (1) Tanggapan pembelajar terhadap penerapan experiential learning
pengajaran menulis yaitu pembelajar merasa termotivasi sebanyak 50 orang dan
(2) terdapat variasi metode dalam penelitiannya. Hal ini menunjukkan bahwa
100% pembelajar menikmati penerapan metode experiential learning dalam
pengajaran menulis karena pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka
dapat belajar dengan cara bekerja sama, serta saling mengenal teman satu dan
lainnya dan berbagi rasa serta dapat mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan.
Dalam penelitian tersebut disebutkan hasil wawancara dengan Miki Yamane,
seorang mahasiswa dari Jepang, yang menunjukkan bahwa Ia menyukai metode
tersebut karena Ia dapat berperan dengan optimal. Pada mulanya Ia ingin
menangis karena merasa sulit untuk mengikuti kegiatan menulis yang banyak
menuntut hasil karya tulis. Hampir saja Ia memutuskan keluar dari mata kuliah
Menulis. Namun, setelah metode experiential learning diterapkan, akhirnya Ia
merasa senang dan tidak jadi keluar dari mata kuliah tersebut. Ia menyukai
kegiatan-kegiatan kelas yang diselenggarakan dengan teman-temannya. Hal ini
pula yang menyebabkan Ia dapat bergaul dan bersahabat dengan teman barunya
untuk saling berbagi rasa suka dan duka serta membandingkan keadaan budaya di
negara asalnya.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Pangelista (2011) menunjukkan
bahwa setelah mengikuti
proses pembelajaran menulis
cerpen
dengan
menggunakan model experiential learning, siswa kelas X-F SMA Laboratorium
Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011 mampu menuangkan idenya ke dalam
bentuk cerpen. Hal terbukti dari hasil penelitiannya yang mengatakan adanya
peningkatan nilai rata-rata pada siklus akhir selama proses pembelajaran yaitu
sebesar 73,7 dari 60,34. Tingkat kemampuan siswa X-F SMA Laboratorium
Percontohan UPI dalam menulis cerpen ternyata bervariasi antara baik sekali,
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4
baik, cukup dan kurang. Hasil akhir menunjukkan bahwa cerpen siswa yang
termasuk kategori baik sekali sebesar 10,5%, kategori baik sebesar 36,8%,
kategori cukup sebesar 47,4% dan kategori kurang sebesar 5,27%. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis cerpen dengan
cukup baik.
Sekait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, penelitianpenelitian tersebut dapat dijadikan panduan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode experiental learning dalam
menulis karangan deskripsi. Model pembelajaran Experiental Learning yang
berlandaskan pada pengalaman siswa dapat menjadi titik awal dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. guru kurang referensi dalam menggunakan model pembelajaran dan media
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis karangan deskripsi;
b. motivasi siswa dalam pembelajaran menulis masih kurang;
c. siswa kurang mendapat inspirasi dalam menulis, sehingga diperlukan
ketekunan dalam latihan; dan
d. siswa memerlukan rangsangan untuk menuangkan pengetahuannya secara
langsung berdasarkan hasil penglihatannya dan apa yang dirasakan dalam
bentuk karangan deskripsi.
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Agar tahapan pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan jelas,
penulis membatasi masalah yangakan diteliti, adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adlah penggunaan model experiential learning sebagai upaya
meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas XI IPS 3
SMAN 19 Bandung. Pengalaman siswa yang dijadikan karangan deskripsi adalah
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
5
sebuah bentuk pengalaman penting yang dapat menjadi informasi dan
pengetahuan baru untuk siswa lainnya dan pembaca.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
6
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
c. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan
menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 19 Bandung?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. untuk memaparkan perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung,
b. untuk memaparkan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung,
c. untuk memaparkan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa
dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 19 Bandung.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
7
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya model pembelajaran
kreatif dalam dunia pendidikan dan menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan
pembelajaran menulis deskripsi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan
alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah umumnya, dan untuk pembelajaran menulis karangan
deskripsi khususnya melalui model experiential learning.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi khususnya penggunaan model
experiential learning. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kreativitas guru dan mengatasi masalah dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2) Bagi Siswa
Dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan kekreatifan
kepada siswa dalam menulis karangan deskripsi, serta dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sehingga menghasilkan
sebuah karangan yang baik.
3) Bagi Peneliti
Peneliti dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta megimplementasikan
model experiential learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Juwita, 2014
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran
2013/2014)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu