Laporan Penelitian dan id bab 6

LAPORAN PENELITIAN
Pengaruh Peraturan Kmentrian Keuangan Dalam Proses Kegiatan Ekspor
Tembakau PT Cakra Periode 2012-2017
Untuk Memenuhi persyaratan Mata Kuliah Metode Hubungan Internasional

Oleh :
Karuniawati Harumi 155120407111005
Lies Aisyah Fardini 155120407111069
Lisa Viradian P. 155120400111034
Natalia Veronika N. 155120401111014
Nizar Atthoriq Russian 155120407111028
Rosti Mei Juhana 155120401111053
Yola Anggrei S. 145120401111049
Dosen Pengampu
Muhaimin Zulhair S.IP.,MA

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Malang
2017


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian yang membahas tentang Pengaruh Peraturan Kmentrian
Keuangan Dalam Proses Kegiatan Ekspor Tembakau PT Cakra Periode 20122017 guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Hubungan
Internasional. Tak luput juga penulis sampaikan terimakasih kepada Bapak
Muhaimin Zulhair Achsin, S.IP., MA, selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Hubungan Internasional.
Laporan penelitian mengenai Pengaruh Peraturan Kmentrian Keuangan
Dalam Proses Kegiatan Ekspor Tembakau PT Cakra Periode 2012-2017 ini masih
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan penelitian ini.
Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Malang, 19 Mei 2017


Penulis

2

Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar…………………………………………………..………………...2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1

Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 9

1.3

Tujuan Penulisan ...................................................................................... 9


1.4

Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

BAB II ................................................................................................................... 11
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 11
2.1

Jenis Penelitian ....................................................................................... 11

2.2

Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 11

2.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 13
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ..................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................. 20
TEMUAN PENELITIAN ..................................................................................... 20

BAB V................................................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 26
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26
5.1 Saran ............................................................................................................ 26
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan baik berupa barang
maupun jasa yang dilakukan oleh suatu Negara terhadap Negara lain yang
telah disepakati bersama. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang
dari daerah pabean Indonesia ke daerah pabean lain, sedangkan impor
adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.1 Kegiatan
ekspor impor inimerupakan bagian dari kegiatan dalam hubungan
internasional yaitu dalam bidang perdagangan internasional.
Perdagangan internasional ekspor impor dapat diartikan sebagai

transaksi ekonomi yang dilakukan penduduk suatu Negara dengan Negara
lain, baik secara perorangan, maupun pemerintah. Kegiatan perdagangan
internasional bagaimanapun tidak akan bisa dihindari oleh suatu Negara
karena setiap Negara memiliki kekurangan dalam hal sumber daya
alamnya. Kegiatan perdagangan dilakukan oleh suatu Negara dimana jika
suatu Negara memiliki kelebihan sumber daya alam maka Negara tersebut
akan mengekspor sumber daya alam, sebaliknya jika suatu Negara
memiliki kekurangan dalam sumber daya alam maka mereka akan
mengimpor sumber daya alm tersebut.

1

Dony Saputra, S.Kom, M.Kom, MM. Apa itu Ekspor Impor. Diakses pada 21 Mei 2017 dari
http://sbm.binus.ac.id/2015/11/27/apa-iti-ekspor-impor/

4

Perdagangan internasional impor dan ekspor tersebut bukan semata –
mata hanya kegiatan perdagangan pada umumnya tetapi telah menjadi
hubungan simbiolis mutualisme. Hal tersebut karena akibat perdagangan

internasional maka akan tercipta lapangan kerja, kehadiran perusahaan
internasional, kemajuan transportasi, dan mendorong industrialisasi.
Bagaimanapun perdagangan Internasional tidak terjadi begitu saja tanpa
adanya sebab munculnya perdagangan internasionala ekspor impor.
Beberapa teori menjelaskan tentang terjadinya perdagangan internasional.
Tokoh – tokoh teori tersebut adalah Adam Smith dan david Ricardo.
Adam Smith mennyebutka dalam teorinya yang dikenal dengan istilah
Theory of Absolute Advantage atau teori keunggulan mutlak. Teori ini
menjelaskan bahwa suatu Negara memiliki keunggulan mutlak dengan
syarat dapat memproduksi barang dan jasa yang tidak dapat diproduksi
Negara lain.2
Teori David Ricardo tidak jauh berbeda dengan yang dikatakaoleh
Adam Smith, menurut David Ricardo keunggulan komparatif suatu
Negara apabila Negara tersebut dapat memproduksi barang dan jasa lebih
murah dan lebih efisien dari Negara lain. Contohnya, yaitu Indonesia an
Jepang yang keduanya sama – sama memproduksi komputer. Apabila
Jepang memproduksi komputer dengan harga jual lebih murah, maka
Jepang memiliki keunggulan komparatif disbanding Indonesia dalam

2


Anneahira. Kegiatan Perdagangan Internasional Ekspor dan Impor. Diakses pada 21 Mei 2017
dari http://www.anneahira.com/perdagangan-internasional-ekspor-dan-impor-2409.htm

5

memproduksi komputer. Untuk itu, lebih baik Indonesia mengimpor
computer dari Jepang.3
Jadi, dari kedua teori keunggulan yang berkaitan dengan kegiatan
perdagangan ekspor impor, maka berikut sebab – sebab munculnya
perdagangan internasional ekspor dan impor ; hasil produksi yang sangat
variatif di tiap Negara, diferensiasi harga barang, dan motivasi untuk
menambah

produktivitas.

Ketiga

hal


tersebut

adalah

penyebab

dilakukannya kegiatan ekspor dan impor dalam hubungan perdagangan
internasional.
Kegiatan perdagangan internasional ekspor dan impor tidak selamanya
berjalan lancar, bebera hal dapat menjadi penghambat kegiatan ekspor dan
impor yaitu ; situasi keamanan suatu Negara, regulasi pemerintah, dan
tidak stabilnya kurs mata uang asing. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang pengaruh regulasi pemerintah yaitu
pengaruh paraturan menteri keuangan no.200 tahun 2008 terhadap
kegiatan ekspor, dan dalam makalah ini penulis memlih objek penelitian
yaitu kegiatan ekspor PT. Cakra Guna Cipta.
Penulis akan menjelaskan apa itu kegiatan ekspor terlenih dahulu.
Ekspor adalah kegiatan menjual barang keluar negeri. Badan usaha atau
orang yang melakukan kegiatan ekspor disebut eksportir. Eksportir tertarik
untuk melakukan kegiatan ekspor karena keuntungannya lebih besar

disbanding menjualnya di dalam negeri. Dalam hal ini pemerintah

3

Ibid

6

mendapat keuntungan berupa devisa. Jadi, semakin banyak ekspor maka
semakin besar devisa yang didapat pemerintah. Ada 3 cara untuk dapat
masuk kepasar global ; licensing atau perjanjian kontraktual suatu
perusahaan membuat asset yang terindungi secra hokum dapat tersedia
bagi perusahaan lain dengan member atau membayar royalty, foreign
direct marketing (FDI) merupakanaliran investasi keluar Negara asal, dan

yang terakhir Franchising merupakankontrak ketika perusahaan induk
member izin perusahaan lain untuk mengoprasikan bisnis yang
dikembangkan franchisor dengan membayar sejumlah fee tertentu.4
PT. Cakra Guna CiptaPerusahaan yang menekuni bidang industri
rokok ini dibangun pada tanggal 18 Januari 1984. Perusahaan yangterletak

di Kota malang ini di bangun dan dimodali oleh Bapak Edi Indra Winoto,
Bapak Mochamad Acdyat dan Bapak Hadi Wiranata. PT. Cakra Guna
Cipta ini telah mengekspor hasil produksinya hingga ke luar negeri seperti
Singapore. Namun, barang yang diekspor ke luar negeri bukanlah rokok,
namun masih berupa tembakau campur.

PT.Cakra Guna Cipta lebih

memilih untuk mengekspor tembakau campuran daripada rokok kemasan
adalah agar perusahaan rokoknya dapat bertahan untuk menghidupi sekian
tenaga kerja. Industri pabrik semakin banyak ditemukan atau di dirikan
oleh pengusaha, baik itu mulai dari pabrik kecil hingga besar. Semua
pabrik tersebut harus bersaing dalam bidang produksi dengan tujuan untuk
mempertahankan apa yang telah dibangun. Keadaan tersebut membuat
pihak pabrik memutuskan mengekspor produkya demi kelangsungan

4

Ibid


7

hidup pekerjanya dan usahaya. Namun, kegiatan tersebut tidak luput dari
kegagalan seperti yang dikatakan teori Voluntary Export Restraint(VER).
VER adalah suatu pembatasan kuota atas jangkauan atau tingkat intensitas
hubungan perdagangan internasional yang dikenakan oleh pihak Negara
pengekspor, bukan oleh pengimpor. Pembatasan ekspor secara sukarela ini
kurang efektif, karena pada umunya Negara pengekspor enggan
membatasi arus ekspornya secara sukarela. Pembatasan ekspor ini justru
membebankan biaya yang lebih mahal bagi Negara membebankan biaya
yang lebih mahalbagi Negara pengimpor karena lisensi impor yang
bernilai tinggi justru diberikan pada pemerintah atau perusahaan asing. 5
PT. Cakra Guna Cipta yang lebih memilih untuk mengekspor
tembakau campuran daripada rokok kemasan karena hal tersebut di rasa
lebih efisien disbanding mengekspor rokok kemasan yang akan lebih
banyakmembutuhkan biaya produksi dan akan membutuhkan banyaknya
tenaga kerja. Jadi, inisiatif untuk memangkas biaya tersebut yaitu dengan
mengekspor tembakau campur karena harganya murah dan hasil yang
didapat dapatt memenuhikebutuhankaryawan. Yang menjadi hambatan
juga yaitu harga rokok kemasan untykkomoditas ekspor juga dipengaruhi
oleh tariff pajak yang berbeda antara tembakau olah bersaos dengan
produk kemasan tersebut. Dalam ilmu hubungan internasional ditinjau dari
aspek perdagangan internasional, peraturan pemerintah ini masuk dalam
hambatan non-tarif, yaitu Voluntary Export Restraint (VER). Industri ini
mendapat kendala, yaitu adalah peraturan pemerintah yang telah
5

Sulasmiyati. (2016). Teori Perdagangan Internasional. Diakses pada 21 Mei 2017 dari
http://sulasmiyati.lecture.ub.ac.id

8

mempersulit pabrik rokok terkait lokasi serta bangunan. Peraturan
Pemerintah yang dimaksud merupakan Peraturan Menteri Keuangan No.
200 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (3) huruf ayang negatur tentang lokasi,
bangunan, atau tempat usaha.
Jadi, dari beberapa penjelasan sebelumnya maka penulis melakukan
kegiatan penelitian tersebut dengan judul makalah ; Pengaruh Peraturan
Menteri Keuangan no.200 tahun 2008 Terhadap Kegiatan Ekspor PT.
Cakra Guna Cipta.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh peraturan menteri keuangan terhadap kegiatan
ekspor PT. Cakra tahun 2015?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan pengaruh peraturan menteri keuangan no. 200
tahun 2008 terhadap kegiatan ekspor pt cakra tahun 2015
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat makalah laporan ini adalah untuk mendukung teori Voluntary
Export Restraint (VER). Sehingga dengan contoh kasus tersbut dapat

menambah pengetahuan masyarakat tentang pengaruh aturan pemerintah
menteri keuangan no. 200 tahun 2008 terhadap kegiatan ekspor khususnga
seperti kasus yang akan diselidiki yaitu PT. Cakra Guna Cipta tahun 2015
yang bergerak dalam bidang pabrik rokok atau industri perdagangan
rokok.

9

10

BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penyusun gunakan adalah penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, penulis tidak mencari kebenaran dan moralitas,
tetapi lebih kepada upaya mencari pemahaman.6 Sedangkan metode penelitian
yang digunakan yaitu deskriptif. Penelitian diskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
dengan variabel yang lain.7 Penyusun berupaya memberi gambaran mengenai
pengaruh peraturan Menteri Keuangan No. 200 Tahun 2008 terhadap kegiatan
ekspor tembakau PT. Cakra Guna Cipta.
2.2 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas maka penyusun
membuat batasan penelitian. Penyusun memfokuskan penelitian ini pada
kegiatan ekspor PT. Cakra Guna Cipta pada tahun 2012 hingga saat ini,
dimana pada rentang waktu tersebut mengacu pada peraturan Menteri
Keuangan No. 200 Tahun 2008 mengenai pemberian, pembekuan, dan
pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) untuk
pengusaha pabrik dan importir hasil tembakau yang kemudian berpengaruh
terhadap kegiatan ekspor PT. Cakra Guna Cipta.

6
7

Lexi Moleong. 1990. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja Karya. Hal. 108.
Sugiono. 2003. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

11

2.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun penelitian ini, penyusun mencoba untuk mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya. Data yang digunakan yaitu primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari narasumber secara langsung melalui wawancara
dan data primer diperoleh melalui buku, jurnal, artikel, dan daring yang
berkaitan dengan pembahasan dari masalah dalam penelitian ini.

12

BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Perusahaan PT. Cakra Guna Cipta Malang
Perusahaan yang menekuni bidang industri rokok ini dibangun pada
tanggal 18 Januari 1984. Perusahaan yangterletak di Kota malang ini di
bangun dan dimodali oleh Bapak Edi Indra Winot0, Bapak Mochamad
Acdyat dan Bapak Hadi Wiranata
Perusahaan yang dibangun 33 Tahun silam ini dibangun oleh para
perintis perusahaan pada mulanya hanya menyewa sebuah tanah seluas
1900.2 m2 dan terletak di jl. Achmad Yaani no 138, kota malang dan saat
itu Bapak Mochamad Achdyat menjabat sebagai pemimpin.
Seiring dengan berkembangnya waktu Perusahaan PT Cakra Guna
Cipta Malang pun mengalami progres yang baik dan pesat sehingga pada
bulan April tahun 1992, Perusahaan PT Cakra Guna Cipta dapat memiliki
Tempat pabrik sendiri tanpa menyewanya, Pabrik tersebut terletak di
Jalan Raya Watukudon Kendal Payak, Kecamatan Pakis Aji Kabupaten
Malang,. Pabrik itu pun sampai sekarang masih berlokasi di tempat yang
sama
Dalam sebuah perusahaan tentunya terjadi perubahan sistem dan
manajemen tiap tahunnya guna untuk meningkatkan kemajuan perusahaan,
sama hal nya dengan PT. Cakra Guna Cipta Malang yang mengalami
perubahan manajemen , Bapak Edi Indra Winoto dan Bapak Mochammad
13

Achdyat yang sebelukmnya memiliki wewenang dan saham diperusahaan
ini pun akhirnya menjual kepemilikan sahamnya kepada Bapak Hadi
Wiranata, Hal ini pun membuat Bapak Hadi Wiranata menjadi salah
satunya pemilik PT. Cakra Guna Cipta Malang.
Ditangan Bapak Hadi Wiranata, dalam

urusan pengelolaan dan

penanganan manajemen perusahaan sehari –hari beliau mempercayakan
tanggung jawab tersebut kepada Ibu Handayani yang menjabat sebagai
Direktur Perusahaan.dan salah satu faktor PT Cakra Guna Cipta dapat
bertahan sekarang , karena penanaman modal di perusahaan ini semakin
lama semakin bertambah dengan kini sudah empat orang yang menanam
modal diperusahaan ini yakni Ibu Handayani, Bapak Herman Suryadi,
Bapak Aswin Eko Kasan, dan Bapak Djoadi Oetomo
PT Cakra Cipta merupakanperusahaan yang menghasilkan tembakau
cam merupakan tembakau lembaran yang sudah memasuki tahap
pencampurann dengaan saos, PT Cakra Guna Ciptamengekspor bahan
baku. Setiap tahunnya PT Cakra Guna Cipta mengekspor menggunakan
kapal dengan total kurang lebih 62 container per tahun.

3.2 Lokasi Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini Kami mengambil Perusahaan PT.
Cakra Guna Cipta yang berkedudukan di Jalan Raya Watukudon Kendal
Payak, Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Malang, Perusahaan ini dalam

14

menjalani baik itu kegiatan Administrasi dan Produksi nya sama –sama
dilakukan di satu tempat yang sama.
Alasan Kami memilih PT. Cakra Gunaa Cipta Malang sebagai objek
penelitian kami karena ;
a) Perusahaan PT. Cakra Gun Cipta mudah dijangkau
b) Informasi yang didapatkan dari perusahaan ini sangat berhubungan
degan penelitian kami

3.3 Bentuk Hukum Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki bentuk Hukum guna membatasi dan
mengatur kegiatan produksi perusahaan tersebut. PT Cakra Guna Cipta
malang sebagai perusahaan Terbatas memiliki bentuk- bentuk hukum
berupa :
a) Surat ijin :HO.530.8/02/UG/1991
b) Surat persetujuan prinsip pelaksana no.495/ DJAI/DII/1988,
tanggal 28 maret 1988
c) Surat ijinkantor bea dan cukai no 01006/F tertanggal 20 Mei
1992
d) Surat Ijin dari Kantor Perdagangan N0 SIUP 15– 19/1312/Pemasaran/11/92/PAI

15

3.4 Struktur Organisasi

Gambar.1

a. Komisaris Utama
Komisaris utama disini memiliki peranan memberikan keputusankeputusan yang berkaitan dengana perusahaan PT Cakra Guna Cipta
dan memegang langsung tanggung jawab atas Kelangsungan hidup
perusahaan,
b. Komisaris

16

Komisaris berperan mengambil laporan yang berkaitan dengan
aktivitas Perusahaan dari Direktur Utama serta memiliki tanggung
jawab terhadap Komisaris Utama
c. Direktur utama
Direktur utama berperan menentukan kebijakan yang dibentuk
perusahaan dan bertanggung jawab kepada komisaris
d. Direktur I
Mengurusi dan melakukan Aktivitas yang berkaitan dengan Keuangan
yang memiliki Kas Besar, yang memiliki hubungan dengan
pengeluaran dalam produksi serta bertanggung jawab dengan direktur
utama
e. Direktur II
Mengurusi dan melakukan aktivitas keuangan dalam Kas kecil yang
berkaitan dengan pengeluaran harian dan bertanggung jawab dengan
direktur I
f. Kepalabagian administrasi personalia dan keuangan
Mengurusi dan menata semua kegiatan administrasi Perudahaan
danhal yang berkaitan dengan kepegawaian atau tenaga kerja dan
membantu Direktur I dalam :
1. Mengadakan pemecahan belanja pegawai, mencatat perubahan
posisi keuangan perusahaan, menyusun laporan yang diserahkan
kepada Direktur I,
2. Bertanggung jawab kepada Direktur I

17

g. Bagian Pembelian
mempersiapkan dan mencari bahan- bahan yang dibutuhkan oleh
perusahaan dan bertanggung jawab kepada kepala bagian administrasi
personalia dan keuangan
h. Bagian Keamanan
menjaga keamanan dan ketertiban di perusahaan dan bertanggung
jawab kepada administrasi personalia dan keuangan
i. Kepala Bagian Produksi
mengatur dan menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh direktur
dalam bidang produksi dan bertanggung jawab atas kelancaran
produksi serta memberikan laporan –laporan kepada direktur II
j. Mandor
mengawasi bekerja dalam melaksanakan peekerjaannya, dan mencatat
absendi pekerja, membuat hasil produksi setiap hari dan bertugas
mengawasi kelancaran para pekerja
k. Bagian Gudang
mengatur dan menentukan semua kebutuhan bahan untuk proses
produksi dan bertanggung jawab kepada bagian produksi

l. Kepala Bagian Pemasaran
menentukan kebijakan dalam perusahaan mengenai hasil produksi dari
produsen ken konsumen dan mengadakan pengawasan terhadap harga
yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab kepada direktur II

18

m. bagian angkutan
memimpin pengangkutan barang- barang yaitu bahan baku dan bahan
pembantu serta mengangkut barang jadi dari pabrik Agen maupun ke
retailer serta bertanggung jawab kepada kepala bagian pemasaran
n. pekerja
merupaka pekerja di dalam perusahaan dan menerima perintah dari
masing- masing atasannya serta bertanggung jawab kepada bagiannya
masing- masing.

19

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

PT. Cakra Guna Cipta merupakan sebuah pabrik rokok dan tembakau yang
berlokasi di Jalan Raya Kendalpayak No. 332, Kendalpayak, Pakisaji, Kota
Malang. PT. Cakra Guna Cipta ini telah mengekspor hasil produksinya hingga ke
luar negeri seperti Singapore. Namun, barang yang diekspor ke luar negeri
bukanlah rokok, namun masih berupa tembakau campur. Tembakau campur yang
dimaksud disini yaitu berupa tembakau lembaran yang telah masuk dalam proses
pemberian saos yang berupa bahan kimia namun tidak menyebabkan kecanduan.
Alasan PT.Cakra Guna Cipta lebih memilih untuk mengekspor tembakau
campuran daripada rokok kemasan adalah agar perusahaan rokoknya dapat
bertahan untuk menghidupi sekian tenaga kerja. Yang mana apabila yang diekspor
adalah rokok yang sudah dalam kemasan maka harganya sangatlah mahal
daripada hanya menjual produk mentah tembakau campuran. Karena dalam
memproduksi rokok yang sudah dalam bentuk kemasan dibutuhkan adanya
banyak tenaga manusia dalam proses pembuatannya, contohnya adalah saat
penggilingan, melinting dan sebagainya. Untuk memangkas biaya tersebut maka
mengekspor tembakau campur merupakan pilihan yang tepat karena harga murah
dan hasil yang nantinya didapatkan dapat memenuhi kebutuhan karyawan.
Dari data yang didapat dari wawancara, jumlah ekspor tembakau campur yang
di jual ke Singapura pada tahun 2015 di bagi menjadi dua periode. Yakni pada
semester pertama jumlah tembakau ekspor yang dijual ialah sebanyak 586.516

20

kilo gram dan nilai rupiahnya 43.988.700.000, sedangkan pada semester kedua
jumlah tembakau yang dijual sebanyak 717.360 kilogram dan nilai rupiahnya
53.802.000.000. Jumlah tembakau ekspor yang dijual ke luar negeri pertahun
selalu berubah-ubah dikarenakan tergantung dengan permintaan konsumen.
Mahalnya harga rokok kemasan untuk komoditas ekspor juga dipengaruhi
oleh tariff pajak yang berbeda antara tembakau olah bersaos dengan produk
kemasan tersebut. dalam ilmu hubungan internasional ditinjau dari aspek
perdagangan internasional, peraturan pemerintah ini masuk dalam hambatan nontarif, yaitu Voluntary Export Restraint(VER). VER terjadi ketika negara
pengekspor setuju untuk membatasi jumlah ekspornya ke negara pengimpor guna
memenuhi kebutuhan domestic terlebih dahulu. Korelasinya terjadi saat
permintaan asing yang tinggi akan rokok kemasan Indonesia namun pabrik rokok
di Indonesia tidak bisa memenuhi semua permintaan asing maka yang akan
melambungkan harga rokok itu sendiri serta tambahan tariff yang diberlakukan
Direktorat Jendral Pajak dan Bea Cukai Indonesia.
Dalam kegiatan industri yang dilakukan oleh PT. Cakra Guna Cipta ini pasti
terdapat kendala, yaitu adalah peraturan pemerintah yang telah mempersulit
pabrik rokok terkait lokasi serta bangunan. Peraturan Pemerintah yang dimaksud
merupakan Peraturan Menteri Keuangan No. 200 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (3)
huruf a yang berisi:
Lokasi, bangunan, atau tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk pabrik:
21

1. Tidak

berhubungan

langsung

dengan

bangunan,

halaman,

atautempat – tempat lain yang bukan bagian pabrik yang
dimintakan izin;
2. Tidak berhubungan langsung dengan rumah tinggal;
3. Berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum; dan
4. Memiliki luas bangunan paling sedikit 200 meter persegi.

Dari pasal tersebut jelas bahwa pemerintah telah mempersulit berbagai
perusahaan industri yang ada. Menurut narasumber kami, hal ini terbukti dari
banyaknya perusahaan-perusahaan industri berskala kecil yang gulung tikar. Hal
serupa juga dinyatakan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Rokok.8Namun
berbeda dengan pendapat Menteri Perindustrian, bahwa aturan yang dikeluarkan
oleh Menteri Keuangan tersebut ditujukan untuk melakukan seleksi terhadap mutu
dan kualitas rokok yang diproduksi karena hal tersebut sangat menyangkut
masalah kesehatan.9
Menurut narasumber kami, di Kota Malang sendiri dari total pabrik rokok
yang awalnya berjumlah sekitar 400-an, sekarang hanya tinggal 70-an pabrik
rokok. Yang mana dari 70 pabrik rokok yang tersisa di malang hanya 50% pabrik
yang masih melakukan produksi, sedangkan 50% pabrik lainnya tetap hidup
namun tidak melakukan produksi dengan alasan tertentu. Hal ini tentu saja
disebabkan karena peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang justru meresahkan
para pengusaha industri-industri rokok, khususnya industri kecil.Namun, pematian
Bilal Ramadhan, “Peraturan Menteri Dituding jadi Penyebab Bangkrutnya Industri Rokok”,
diakses dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/22/n2t3aa-peraturanmenteri-dituding-jadi-penyebab-bangkrutnya-industri-rokok tanggal 19 Mei 2017, 17.37
9
Unknown, “Menperin: Aturan Industri Rokok Makin Ketat”, diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/3525/ tanggal 19 Mei 2017, 18.52
8

22

pabrik-pabrik rokok ini cenderung menimbulkan dampak terhadap pabrik-pabrik
rokok kecil dan tidak berlaku dengan pabrik-pabrik rokok besar seperti rokok
Djarum dan Gudang Garam.
Aturan-aturan industri rokok di dunia semakin diperketat karena alasan
perlindungan serta kesehatan konsumen sendiri. Alasan mengapa pabrik rokok
besar seperti Djarum masih tetap beroperasi adalah karena industri rokok tersebut
tetap mampu menjalankan atau mengikuti peraturan serta persyaratan ketat yang
dibuat, maka industri rokok tersebut dapat tetap beroperasi,10 ditambah dengan
pertimbangan bahwa industri rokok tersebut merupakan industri yang paling
banyak menyerap tenaga kerja sehingga pemerintah menjadi berpikir dua kali jika
ingin mematikan pengoperasian industri rokok. Selain itu, pendapatan negara
yang diperoleh dari cukai rokok ini juga terbilang tinggi.
Pada tahun 2017 ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan cukai yang baru
melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor 147/PMK.010/2016.11 Dalam
peraturan ini membahas mengenai kenaikan tarif serta kenaikan harga jual rokok.
Pertimbangannya adalah pengendalian produksi, tenaga kerja, rokok ilegal dan
penerimaan cukai. Dalam rangka pengamanan cukai pula, pada tahun ini
pemerintah melakukan pengawasan khusus terkait peredaran mesin pembuat

10

Ibid.
Unknown, “Melalui Kebijakan Cukai 2017, Pemerintah Tingkatkan Kepedulian akan Kesehatan,
Kesempatan Kerja dan Pembangunan Nasional”, diakses dari
http://www.beacukai.go.id/berita/melalui-kebijakan-cukai-2017-pemerintah-tingkatkankepedulian-akan-kesehatan-kesempatan-kerja-dan-pembangunan-nasional.html tanggal 19 Mei
2017, 19.29
11

23

rokok. Hal ini dilakukan guna mewujudkan target penerimaan cukai sebesar 149,8
Triliun atau 10,01% dari total penerimaan perpajakan.12
Peraturan pemerintah yang cenderung membatasi pertumbuhan pabrikpabrik rokok di Indonesia memiliki pengaruh terhadap tenaga kerja di perusahaan
rokok PT. Cakra Guna Cipta. Yang mana untuk mengurangi atau memangkas
jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan tersebut maka dikeluarkan adanya
suatu kebijakan mengenai efisiensi tenaga kerja. Di dalam kebijakan efisiensi
tenaga kerja tersebut para tenaga kerja tetap yang ingin

mengundurkan diri

sebelum masa pensiun usia kerja yakni 55 tahun akan mendapatkan 15% lebih
uang dari pesangon. Jadi yang awalnya pesangon yang diberikan hanya sejumlah
15% akan ditambah lagi untuk mengurangi tenaga kerja secara sukarela tanpa
adanya paksaan. Setelah adanya peraturan pemerintah mengenai kenaikan cukai
rokok, pembatasan pabrik rokok dan juga kebijakan efisiensi tenaga kerja
membuat jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan rokok PT.Cakra Guna Cipta
mengalami penurunan. Hal itu dibuktikan dengan berkurangnya jumlah tenaga
kerja yang awalnya 1500-an orang menjadi hanya sekitar 900-an orang saja.
Meskipun kebijakan mengenai efisiensi tenaga kerja yang dikeluarkan
PT.Cakra Guna Cipta menurunkan jumlah tenaga kerjanya tidak membuat pihak
perusahaan kekurangan anggota tenaga kerja untuk memenuhi produksi rokok dan
juga tembakau campuran untuk ekspor. Karena perusahaan rokok PT.Cakra Guna
Cipta juga memiliki sistem kemitraan, yang mana dalam memenuhi permintaan
Unknown, “Melalui Kebijakan Cukai 2017, Pemerintah Tingkatkan Kepedulian akan Kesehatan,
Kesempatan Kerja dan Pembangunan Nasional”, diakses dari
http://www.beacukai.go.id/berita/melalui-kebijakan-cukai-2017-pemerintah-tingkatkankepedulian-akan-kesehatan-kesempatan-kerja-dan-pembangunan-nasional.html tanggal 19 Mei
2017, 19.36
12

24

konsumen pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan perusahaan berskala
kecil yakni PT Damar, PT Karya Bersama Tlogowaru Makmur dan KUD Wagir.
Jadi perizinan produksi ke bea cukai dan semua bahan untuk memproduksi rokok
maupun tembakau campur diberikan ke perusahaan mitra, kemudian perusahaan
mitra yang mengelolanya dan ketika proses pembuatan sudah selesai maka
dikembalikan lagi ke PT.Cakra Guna Cipta. Sehingga hasil penjualan dibagi
secara merata antara PT.Cakra Guna Cipta dengan ketiga perusahaan mitranya.

25

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Peraturan Kementerian Keuangan

No.200 pada akhirnya sangat

memengaruhi kegiatan ekspor PT. Cakra yang kemudian menjadikan komoditas
barang ekspornya ke barang baku bukan barang jadi langsung pakai. Hal ini
ternyata memengaruhi tingkat jumlah tenaga kerja yang harus di pangkas sedikit
demi sedikit untuk mengurangi tekanan biaya yang harus dikeluarkan. Muncul
lah suatu system yang bernama efisiensi tenaga kerja. Para tenaga kerja ini tidak
langung mendapat pemutusan hubungan kerja secara sepihak melainkan
menerapkan tunjangan tambahan untuk pekerja yang ingin mengundurkan diri
lebih cepat dari masa jabatannya.
5.1 Saran
Setelah penulis menyusun makalah laporan penelitian ini, tim penulis
merasa perlunya adanya pembenahan yang dilakukan apabila ada penulis lain
ingin menulis mengenailaporan penelitian Pengaruh Pengaturan Kementrian
Keuangan dalam Proses Kegiatan Ekspor Tembakau di PT.Cakra Periode 20122016 ini. Dalam penelitian yang kami lakukan dilapangan data mengenai produksi

kurang didapat karena adanya sistem rahasia data oleh perusahaan. Oleh karena
itu penulis lain yang ingin menulis penelitian sama dengan yang kami tulis dapat
menambahkan indikator lain agar mendapatkan data lain secara mudah.
Selanjutnya penulis memberi saran agar penulis lain yang ingin meneliti topik
yang sama agar mendalami mengenai penelitian yang dilakukan agar dapat
menambahkan informasi baru bagi penelitian yang sudah dilakukan.
26

27

Daftar Pustaka
Buku
Lexi Moleong. 1990. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja Karya.
Hal. 108.
Sugiono. 2003. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.
Website

Anneahira. Kegiatan Perdagangan Internasional Ekspor dan Impor. Diakses pada
21 Mei 2017 dari http://www.anneahira.com/perdagangan-internasionalekspor-dan-impor-2409.htm
Bilal Ramadhan, “Peraturan Menteri Dituding jadi Penyebab Bangkrutnya
Industri Rokok”, diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/22/n2t3aaperaturan-menteri-dituding-jadi-penyebab-bangkrutnya-industri-rokok
tanggal 19 Mei 2017, 17.37
Dony Saputra, S.Kom, M.Kom, MM. Apa itu Ekspor Impor. Diakses pada 21 Mei
2017 dari http://sbm.binus.ac.id/2015/11/27/apa-iti-ekspor-impor/
Unknown, “Menperin: Aturan Industri Rokok Makin Ketat”, diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/3525/ tanggal 19 Mei 2017, 18.52
Unknown, “Melalui Kebijakan Cukai 2017, Pemerintah Tingkatkan Kepedulian
akan Kesehatan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan Nasional”, diakses
dari

http://www.beacukai.go.id/berita/melalui-kebijakan-cukai-2017-

28

pemerintah-tingkatkan-kepedulian-akan-kesehatan-kesempatan-kerja-danpembangunan-nasional.html tanggal 19 Mei 2017, 19.29
Unknown, “Melalui Kebijakan Cukai 2017, Pemerintah Tingkatkan Kepedulian
akan Kesehatan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan Nasional”, diakses
dari

http://www.beacukai.go.id/berita/melalui-kebijakan-cukai-2017-

pemerintah-tingkatkan-kepedulian-akan-kesehatan-kesempatan-kerja-danpembangunan-nasional.html tanggal 19 Mei 2017, 19.36
Sulasmiyati. (2016). Teori Perdagangan Internasional. Diakses pada 21 Mei 2017
dari http://sulasmiyati.lecture.ub.ac.id

29