BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN dan ib bab 3

Bioteknologi Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan vaksin,
antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak
yaitu vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin NCD untuk
mengobati penyakit tetelo pada unggas, dan vaksin untuk penyakit flu burung.
Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan produksi daging,
susu, atau telur. Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada sapi
perah dapat meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan
hormon untuk memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena berpotensi
meningkatkan penyakit masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan lainnya adalah membuat hewan
transgenik (hewan yang gennya telah dimodifikasi) dan teknologi induk buatan.
Teknologi induk buatan sering dilakukan pada hewan langka yang sulit bereproduksi
secara alami. Embrio hewan ini ditransplantasikan pada rahim spesies lain yang masih
berkerabat. Dengan cara ini diharapkan hewan langka tersebut terhindar dari ancaman
kepunahan.
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:
a. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan
untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah
berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan

domba yang dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ
manusia untuk keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk.
Tahapan teknologi kloning adalah;
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik
khusus sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel

2) Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur
dalam teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan
pengkloningan lebih lanjut.
3) Pengambilan nukleus dari sel telur
4) Penggabungan nukleus dengan sel telur
Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba
lain yang telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima
nukleus identik dengan domba pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur
yang mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu
bertahan akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak

domba yang mirip dengan domba pendonor nukleus
b. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal
dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode
dan alat khusus yang disebut “ insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1.
2.

Memperbaiki mutu genetika ternak
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih lama

3.

Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur

4.


Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.

c. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak
hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas
unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan
embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang
tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang
steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan
vagina dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%.
Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan
untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.
d. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga
dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan
dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur
yang telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan
produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan telur.

Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA
domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein
pembeku darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang
mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur
zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang
dipinjam rahimnya ini disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai
yang hamper punah di Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-

tahun meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur
tadi ditransplantasi.
e. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya
adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri

4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini
mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel
kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada
hewan, maka produksi susu akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga
pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang
dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena
penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali
lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan
hormon BST. Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak.
Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.