Aliran dan Asas Pendidikan dalam Pembent

Aliran (Klasik dan Modern) dan Asas Pendidikan Indonesia

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Amat Mukhadis

Disusun oleh:
Rizky Arief Dharmawan
Wendy Pangestu Purwanto
Yulius Lyan

150513601308
150513600292
150513602605

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Oktober 2015


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam perkembangan
kehidupan setiap manusia. Dalam konteks pendidikan manusia dituntut untuk
menempuh pendidikan setinggi mungkin untuk meningkatkan hajat hidup orang
tersebut. Akan tetapi dalam kehidupan di Indonesia pendidikan sangat penting
tidak terpandang seakan pendidikan tidaklah penting. Dalam persepsi masyarakat
sendiri,pendidikan dianggap membebani dan pada akhirnya pendidikan tidak
dijadikan sebagai hal yang utama.
Persepsi

tentang

pendidikan

yang

salah

tersebut


menjadikan

keterbelakangan didalam kehidupan Negara Indonesia. Kalau kita lihat dari sisi
lain bahwa pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam kehidupan
yang tidak lain digunakan sebagai jalan berpikir manusia untuk menjalani hidup
dan mengemban tugas sang pencipta yang telah member anugerah akal yang
dipergunakan semestinya(Amri&khoiru,2010:1). Dalam konteks teori tersebut
dapat dipahami kembali bahwa pendidikan bukanlah alat belajar saja akan tetapi
juga mempunyai makna dari sang kuasa dan manfaat untuk setiap individu.
Dari permasalahan pendidikan di atas untuk menambah pengetahuan
pembaca tentang pendidikan, asas yang digunakan dan aliran apa yang diikuti
pendidikan Indonesia. Maka, makalah ini penulis buat sebagai sumber informasi
para pembaca dalam memahami pendidikan tersebut. Karena dalam kehidupan
yang sekarang pendidikan hanyalah dipandang sebelah mata dan semua itu
merupakan hasil konsepsi negative masyarakat itu sendiri yang harus dibenahi
dari sekarang.
Jadi, pemahaman akan pendidikan dari segi teori saja belum cukup untuk
mengerti apa itu pendidikan. Dilain hal tersebut pemahaman tentang asas dan


aliran pendidikan yang dianut oleh pendidikan Indonesia juga perlu dipahami
untuk menambah persepsi yang lebih meyakinkan akan arti pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah aliran klasik dan modern mempengaruhi jalannya pendidikan di
Indonesia?
2. Apakah asas yang selama ini dipegang Negara Indonesia dalam
melaksanakan pendidikan?
3. Bagaimana hubungan antara asas dan aliran yang ada tehadap
pendidikan di Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan aliran-aliran

modern yang berpengaruh didalam

jalannya pendidikan Negara Indonesia.
b. Menjelaskan asas-asas yang ada didalam pendidikan baik didalam negeri

maupun asas yang ada didalam di luar negeri.
c. Menjelaskan hubungan antara asas dan aliran terhadap pendidikan yang
ada di Indonesia.

PEMBAHASAN
1. Aliran Kalasik Dalam pendidikan
Aliran klasik merupakan aliran pendidikan yang sudah berkembang pesat
pada masa Yunani kuno. Aliran ini banyak berkembang di dataran Eropa dan
Amerika Serikat. Seiring berjalannya waktu, penyebaran berbagai aliran klasik ke

sejumlah daerah di dunia melalui berbagai cara yang salah satunya adalah lewat
penjajahan terus berjalan.Hingga pada akhirnya aliran tersebut sampai ke
Indonesia melalui penjajah. Adapun aliran-aliran klasik dalam pendidikan sebagai
berikut.
a. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti asli atau asal dan juga
bisa berarti kelahiran.Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860)
seorang filosof jerman yang berpendapat bahwa, sejak lahir manusia telah
memiliki atau membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat
pembawaan atau ke turunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat

keturunan inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia
sepenuhnya. Sedangkan pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti,
kecuali hanya sebagai wadahdan memberikan rangsangan saja. Dalam ilmu
pendidikan, pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis (Siti
Nadirah:2013).
Aliran nativisme menganggap bahwa kemampuan dan perkembangan anak
sudah ditentukan sejak lahir. Baik atau buruknya manusia itu sudah ditentukan
dari pembawaan manusia sejak lahir. Faktor lingkungan yang termasuk dari
kategori pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Menurut

kenyataan

faktor

lingkungan

sangatlah

berpengaruh


untuk

perkembangan manusia. Dalam aliran nativisme peran pendidik tidak dapat
mempengaruhi perkembangan manusia, dengan kata lain tidak diperlukan seorang
pendidik. Untuk faktor gen orang tuanya sangat berpengaruh terhadap pembawaan
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, hasil dari pendidikan sudah ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir dalam aliran nativisme.
b. Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran ini adalah John Locke filsuf Inggris (17041932),berpendapat bahwa perkembangan menjadi manusia dewasa itu ditentukan
oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak
kecil. Manusia dapat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah yang buruk)
menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam hal ini, alamlah yang

membentuknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan
nama optimisme paedagogis (Siti Nadirah:2013).
Pendidik sangat berpengaruh, sebab dalam perkembangan menjadi
manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. seseorang bisa menjadi baik atau buruk
tergantung dari lingkungannya. Aliran empirisme lebih mementingkan peran dari

pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang di
bawa manusia sejak lahir di anggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat manusia yang berhasil karena mempunyai bakat
dalam dirinya, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Jadi, dalam
aliran empirisme faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak yang mejadi baik atau menjadi lebih buruk.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini ada persamaan dengan aliran nativisme filsuf dari Prancis yaitu
Jean Jaquest Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa, sejak lahir manusia
sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri, baik bakat, minat, kemampuan, sifat,
watak, maupuun pembawaan lainnya. Pembawaan itu akan berkembang sesuai
dengan perkembangan lingkungan. Semua yang baik dari tangan sang pencipta,
dan semua yang buruk ada di tangan manusia (Moh. Suardi, halaman 24 : 2012).
Pada aliran naturalisme, sejak lahir manusia mempunyai pembawaan yang
baik dari sang pencipta. Akan tetapi, akhirnya rusak sewaktu berada ditangan
manusia. Pendidikan diserahkan kepada alam, untuk peran pendidik tidak
diperlukan dalam hal ini. Manusia berkembang dengan sendirinya sesuai dengan
pembawaannya. Jika manusia itu sendiri melakukan suatu pelanggaran atau
kesalahan, biarkan manusia itu sendiri yang akan merasakan apa yang
diperbuatnya.

d. Aliran Konvergensi
Aliran ini dimunculkan oleh ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, William Stern.
Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia (Siti Nadira:2013). Pembawaan dan lingkungan sangat

berperan dalam menentukan perkembangan manusia. Bakat yang sudah dimiliki
atau pembawaan sejak lahir tidak akan bisa berkembang tanpa adanya dukungan
dari lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan manusia yang baik jika dalam dirinya tidak terdapat
bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut.Dalam aliran
konvergensi seorang pendidik maupun bakat dari manusia sangat berperan
terhadap kedewasaan manusia. Jadi, faktor lingkungan dan pembawaan sejak lahir
sama-sama mempunyai peranpenting.
2. Aliran Pembaharuan Pendidikan ( Aliran Modern )
Dalam aliran pembaruan atau aliran modern ini merupakan aliran
peningkatan mutu pendidikan pada beberapa atau salah satu komponen saja.
Meskipun demikian penanganan beberapa atau salah satu komponen tersebut akan
mempengaruhi komponen lainnya. Beberapa gerakan embaharuan tersebut
berusaha untuk memusatkan diri dalam peningkatan dan perbaikan mutu
perbaikan


belajar

mengajar

pada

sistem

persekolahan.

(Suparlan,1984:Soejono,1958)
a. Developmentalisme
Aliran ini merupakan perkembangan dari aliran naturalisme J.S rosseau.
Aliran ini menekankan pendidikan alam yang artinya pendidikan untuk
mengembangkan bakat alami yang pada dasarnya baik. Aliran ini juga
mengajarkan bagaimana untuk mempersiapkan hidup di dalam masyrakat
walupun dalam posisi yang kurang baik akan tetapi tetap harus berpartisipasi di
dalamnya. Selain itu perkembangan pendidikan yang dimaksud dalam konteks
aliran developmenisme ini adalah bagaimana melakukan pendidikan yang alami,

sesuai dengan peserta didik, dan wajar untuk dilakukan(Mudyahardjo,2012:113)
Karakteristik dari aliran yang mengembangkan paham naturalisme dari
rosseou ini adalah pendidikannya yang menekankan terhadap karakteristik proses
pengajaran yang lebih baik untuk mengembangkan pendidikan dasar terutama
agar tetap pada acuan pendidikan yang ada. Atau bisa kita katakan aliran ini

berpegang teguh pada personal pendidikan yang terfokus pada pengajaran dan
pemahaman setiap potensi peserta didik agar diperoleh pelajar yang berpotensi.
b. Herbartianisme
Aliran herbartianisme merupakan sebuah aliran yang di kembangkan oleh
Herbart pada tahun 1776-1841 sebagai lanjutan dari aliran yang di ciptakan oleh
peztalozzi tentang mempsikologikan pendidikan dengan memadukan antara
filsafat dan psikologi. Dalam aliran ini pendidikan lebih ditekankan pada
pembentukan karakter yang bermoral sehingga kemauan, bakat dan minat lebih
berkembang pesat. Herbartianisme menempatkan pendidikan bukan sebagai
pengajaran saja melainkan pengajaran yang menyertakan pendidikan moral yang
kuat guna menciptakan peserta didik yang lebih kompeten dengan memberikan
sebuah gagasan-gagasan yang dapat merangsang perhatian sehingga peserta didik
lebih mengembangkan pikiran yang inovatif,kreatif, dan bernalar tinggi.
Oleh karena itu minat dan bakat peserta didik bisa tercapai secara maksimal yaitu

dengan menyajikan gagasan yang menimbulkan sebuah pemikiran bernalar dari
setiap peserta didik. Bukan sebuah pengajaran yang kaku dan membosankan
hanya dengan terpampang pada buku dan tidak fleksibel sehingga bakat dan
minat peserta didik terkengkang.
c. Froebelianisme
Aliran pendidikan yang di ciptakan oleh Froebel adalah aliran yang
memadukan unsur dari paham Pestalozzi dan paham herbart, yang memandang
pendidikan bukan hanya sebagai pengajaran semata, melainkan pendidikan adalah
pengajaran yang didasarkan pada pembentukan karakter peserta didik dan
pengembangan intuisi religius(keagamaan) pada jiwa(rohani). Dengan kata lain
pendidikan tidaklah hanya membaca buku,bernalar dan berpikir kritis melainkan
nilai keagamaan yang digunakan sebagai penunjang sangatlah penting dalam
pendidikan yang baik dan terarah(Mudyahardjo,2012:130)
Dalam aliran yang dikembangkan Froebel pendidikan bukan hanya
mendapat ilmu melainkan pendidikan yang ditekankan kepada pendidikan yang
membangun moral dan karakter serta jiwa yang religius dengan metode

permainan yang sistematis sehingga peserta didik tidak terkengkang pemikirannya
dan lebih bisa mengembangkan berpikir yang lebih baik.
d. Progresivisme
Aliran progresivisme mempunyai prinsip menyelenggarakan pendidikan
yang berpusat pada anak. Dalam perjalanannya aliran ini lebih mengesampingkan
pendidikan yang berpusat hanya pada buku semata melainkan pendidikan yang
lebih ke dalam pemberdayaan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat
para peserta didik(Ahmadi,2014:109). Aliran ini juga menitik beratkan pada
pengawasan kepada anak. Karena Anak adalah pusat dari kegiatan-kegiatan
pendidikan.
Menurut Parker, mengajar yang bermutu berarti aktivitas peserta didik,
pengembangan kepribadian siswa, studi ilmiah tentang pendidikan dan latihan
guru sebagai seniman pendidikan.
Dalam aliran ini guru mempunya beberapa peran penting yang diperlukan
oleh peserta didik selain sebagai pengajar juga sebagai fasilitator,motivator,dan
konselor untuk membantu dalam perkembangan potensi diri peserta didik. Dilain
itu guru

juga harus mengerti karakteristik dari setiap individu,menciptakan

kepemimpinan perkembangan peserta didik, dan kecintaannya terhadap peserta
didik agar terciptanya lingkungan kelas yang harmons dan guru dapat
melaksanakan peranan-peranannya dengan baik.
e. Rekonstruksionalisme Sosial
Aliran

rekonstruksionalisme

dipelopori

oleh

John

Dewey

yang

memandang pendidikan sebagai pembangunan kembali pengalaman-pengalaman
dalam kehidupan masyarakat dan sekolah menjadi objek dalam skala gambaran
kecil dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Dengan kata lain pendidikan
dalam aliran ini bisa diartikan sebagai tempat untuk belajar bagaimana kita
bersikap didalam lingkup kehidupan masyarakat.
Dalam

prakteknya,

pendidikan

rekonstruksionalisme

lebih

mengedepankan pendidikan untuk mengatasi permasalahan social,ekonomi, dan
politik yang sering terjadi di lingkup kehidupan masyarakat. Pendidikan yang

diberikan dalam aliran ini diantaranya masalah-masalah social dan politik yang
sering terjadi di masyarakat, yang termasuk dalam masalah individu itu sendiri
dan progam-progam ilmiah yang yang bersangkutan dengan pemecahan masalahmasalah yang ada.
f. Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran yang menekankan pada pengajaran
yang menyertakan nilai budaya/sosial di dalam diri masyarakat. Dalam aliran ini
menegaskan bahwa nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sejarah terdahulu
merupakan nilai-nilai kemanusiaan bentukan dari kerja keras selama beratus-ratus
tahun dan di dalamnya berakar sebuah gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah
teruji dalam perjalanan waktu(Mudharjo,2012:160). Aliran Esensialisme yang
dipelopori

oleh

William

C.

Bagey

(1874-1946)mengemukakan

tentang

karakteristik aliran esensialisme yaitu :
a. Upaya yang kuat diawal dapat menumbuhkan minat belajar. Minat belajar
bukan berasal dari niat dalam diri
b. Pengawasan,pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah
melekat pada masa bayi yang panjang.
c. Disiplin adalah kunci utama untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang lebih kokoh daripada yang
lain.
Aliran esenialisme selain mengajarkan tentang sosial dan budaya juga
mengajarkan tentang sikap disiplin diri terhadap peserta didik. Selain itu dalam
aliran ini peran guru adalah vital dimana guru menjadi pusat pendidikan dan
murid dipaksa untuk belajar. Jadi, kelemah-lembutan dari pengajaran di dalam
kelas mulai dihindari dan mulai memusatkan pikiran kedalam penggunaan metode
pengajaran yang tepat.
g. Perennialisme
Aliran Perennialiasme adalah aliran yang menentang paham progevisme
dan meyakini bahwa nilai-nilai universal itu ada dan hendaknya pendidikan harus
dijadikan sebagai pencari dan penanaman kebenaran-kebenaran serta nilai-nilai
pendidikan dan kehidupan yang ada(Mudyahardjo,2012:165)

Parennialisme berpegang teguh pada pendidikan yang mengandung
pengetahuan dan pengetahuan itu benar. Sehingga pendidikan tidaklah
pengkhususan semata,melainkan bersifat universal dan konstan. Sehingga
kebenaran yang ada pada pengetahuan seharusnya dijadikan tujuan pendidikan
yang murni.
Dalam prakteknya parennialisme guru merupakan penyelenggara kegiatan
belajar mengajar didalam kelas dan seorang guru hendaknya menguasai bidang
khusus yang digelutinya sehingga peran guru tidak diragukan baik cara mengajar
dan apa yang diajarkannya.
3. Asas-asas Pendidikan di Indonesia
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan
pendidikan Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang
Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.\
a. Asas Tuwuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan Diknas pada
awalnya merupakan salah satu dari asas 1922 yakni : tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922).. Asas atau
semboyan ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. dan mendapat
dukungan dari positif dari Drs. RMP Sosrokartono dengan menambahkan
dua semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha dan Ing Madya Mangun
Karsa. Ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.
Jadi ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan
asas, yaitu:
1) Ing Ngarsa Sung Tulada ( Jika di depan, menjadi contoh )
2) Ing Madya Mangun Karsa ( Jika ditengah-tengah,
membangkitkan
kehendak, hasrat, atau Motivasi )
3) Tut Wuri Handayani ( Jika dibelakang, mengikuti dengan hatihati ).

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang menegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan mengingat tertibnya
persatuan dalam peri kehidupan umum. Dalam asas Perguruan Nasional Taman
Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang
berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya per satuan dalam peri kehidupan.” Dari kutipan tersebut
kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman
Siswa dan pendidikan di Indonesia pada umumnya
adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan Tenteram, Orde
on

Vrede)”

(Tirharahardja,

1994:

119,

dalam

http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan).
Dalam perkembangannya, perguruan taman siswa menggunakan asas
tersebut untuk melegimitasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan
model lama, yaitu menggunakan sistem “Among”, sistem among yaitu
menganggap guru sebagai “pamong”. Jadi sesuai dengan semboyan tutwuri
handayani di atas, maka guru cenderung sebagai navigator dari peserta didik
“yang di beri kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus di
campuri , diperintah ataupun dipaksa “ (Tirtarahardja,1994: 120, dalam
http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan).
Jika kita melihat sistem pendidikan nasional indonesia, seperti yang
tercantum pada undang-undang Nomer 23 tahun 2003, maka konsep dari asas Tut
Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), dalam KTSP guru bukan lagi sekedar “Penceramah” melainkan
pendorong, pengawas , dan pengarah kinerja para pesera didik. Maka bukan tidak
mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan
Indonesia.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education). Pendidikan seumur hidup merupakan a concept (P. Lengrad,

1970) yang new significance of an old idea (Dave, 1970) tetapi universally
acceptable definition is difficult (Cropley, 1979)
Selanjutnya pendidikan sepanjang hayat didefinisikan sebagai tujuan
atau ide formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman
pendidikan. Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas mengikuti
seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua.
(Cropley:67, dalam http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-diindonesia). Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini,
maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini
adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.”
Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem
Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP yang notabene
merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang
Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti
program pemberantasan buta aksara untuk warga Indonesia yang telah
berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan
sosial

dalam

masyarakat

dan

keluarga

tentunya

(http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidik
an).
c. Asas Kemandirian dalam Belajar
Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat
atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu
masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
dimiliki.(Haris

Mujiman,

2005:1,

dalam

http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia).Di
dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para
guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan
pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya
(Lyman;

Morrow,

Sharkey,

&

Firestone,

http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia).

dalam:

Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di
dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu dalam
mengambil keputusan, dan kemaua menopang kehendak untuk menyelami
suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison ,
dalam: http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan pertimbangan diatas, maka
belajar mandiri dapa diartikan sebgai usaha individu untuk melakukan
kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau
kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan
masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa
dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi
dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator
(Tirtarahardja,

1994:

123,

dalam

http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan).
Oleh karena itu perwujudan dari asas Kemandirian Dalam Belajar bukan
hanya dalm kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ekstrakulikuler.
Sedangkan dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dengan kegiatan tatap muka,
kegitan terstuktur dan mandiri. Dalam bukunya yang berjudul “Contextual
Teaching and Learning “ Elanie B. Johnson (2009), berpendapat bahwa dalam
pembelajaran mandiri , seorang guru yang berfaham “Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual”. Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika
proses belajar mandiri berjalan dengan baik, maka peserta didik akan mampu
membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi
kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari Johnson,2009: 179,
dalam
http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan).
Dengan kata lain , proses belajar mandiri atau kemandirian dalam belajar akan
mampu menggiring manusia untuk tetap belajar sepanjng hayatnya.
4. Hubungan Antara Aliran
Pendidikan Indonesia

dan Asas Yang Ada Terhadap Konteks

Dari pembahasan tentang aliran dan asas dalam pendidikan yang menjadi
acuan untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia. Dalam pembahasan aliran,
yang pada intinya aliran tersebut membahas tentang pengaruh lingkungan dan
potensi yang dimiliki oleh anak didik sendiri. Aliran merupakan suatu pemikiran
dari orang-orang ahli yang berpendapat tentang pengaruh lingkungan dan
pembawaan dari lahir terhadap perkembangan anak didik. Seiring perkembangan
zaman, pendidikan yang diterapkan akan semakin berkembang pula. Pemahaman
terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga
pendidik dengan wawasan kesejarahan, yakni mampu memahami kaitan antara
pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta
perkiraan atau antisipasi masa yang akan datang. Sedangkan asas merupakan
konsep yang membahas tentang arahan dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan. Hubungan aliran dan asas dalam dunia pendidikan adalah sebagai
berikut.
a. Perencana Pendidikan
Perencanaan pendidikan merupakan suatu program atau sistem
yang mengatur jalannya pendidikan yang akan dilaksanakan. Dalam
menyusun perencanaan pendidikan harus mempunyai dasar sebagai arahan
dalam merancang pelaksanaan pendidikan. Peran aliran dan asas
pendidikan tersebut yang akan menjadi dasar dalam perencanaan
pendidikan. Dalam perencanaan pendidikan harus memenuhi tuntutan dan
kebutuhan pendidikan masa kini dan yang akan datang. Oleh sebab itu
perencanaan pendidikan harus dibuat dengan sebaik-baiknya, karena
manyangkut pelaksanaan pendidikan yang akan dilaksanakan. Sehingga
dengan perencanaan pendidikan dengan harapan dapat mendidik dan
mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri anak didik tersebut.
b. Pelaksanaan Pendidikan
Setelah dilakukan perencanaan pendidikan, harus mengetahui hasil
dari perencanaan. Maka harus terdapat pelaksanaan pendidikan yang guna
untuk mengetahui perkembangan dari pendidikan yang telah dirancang.
Dari pelaksanaan pendidikan dasar yang digunakan harus sesuai dengan
perencanaan pendidikan yaitu berdasarkan aliran dan asas pendidikan
demi tercapainya tujuan dari pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan,

pendidik harus mengetahui tuntutan dan kebutuhan yang terjadi ketika
melaksanakan pendidikan. Seperti halnya yang mempengaruhi anak didik
dalam pendidikannya. Lingkungan disekitarnya harus mendukung dan
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut serta peran
pendidik harus berpedoman dalam semboyan asas pendidikan yaitu Ing
Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani.
c. Evaluasi Pendidikan
Hasil pendidikan dapat dilihat setelah melaksanakan pendidikan
dan proses dalam pendidikan yang telah dilaksanakan. Hasil tersebut perlu
adanya evaluasi, yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dalam
pelaksanaan pendidikan sebelumnya. Tuntutan dan kebutuhan dalam
melaksanakan pendidikan terpenuhi atau justru masih banyak yang
kurang. Oleh karena itu, evaluasi tersebut perlu dikembangkan dan diteliti
lebih lanjut untuk melaksanakan pendidikan yang akan datang demi
mengembangkan pendidikan yang lebih baik guna memupuk potensi yang
terdapat dalam anak didik tersebut.
d. Pembaruan Pendidikan
Hasil dari evaluasi tersebut yang akan disepakati dan akan dilaksanakan
kembali ke dalam pelaksanaan pendidikan. Mengembangkan dan
memperbarui hasil dari pelaksanaan pendidikan sebelumnya yang tetap
mengacu pada aliran dan asas pendidikan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat serta perkembangan zaman. Sehingga pendidikan yang akan
datang lebih efektif dan efisien untuk mengembangkan potensi anak didik
serta proses pendidikan yang lebih baik.
Menurut Pasal 1 ayat 7, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah
wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu
proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan yang
terdapat dalam pendidikan indonesia tetap berkiblat dari perencanaan yang
didasari oleh asas pendidikan dan aliran yang sudah mengalami kesesuaian
dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman. Dalam Pasal 13

ayat 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, berbunyi :
“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.”
Adapun pengertian dari tiga jalur pendidikan sebagai berikut.
a. Pendidikan Formal
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, diperjelas dengan Pasal 1 ayat 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Dasar penyelenggaraan pendidikan formal juga telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan
Pendidikan,

khususnya

Pasal

60

ayat

1

yang

menyebutkan

bahwa

penyelenggaraan pendidikan formal meliputi : pendidikan anak usia dini jalur
formal berupa Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), pendidikan
dasar (contohnya : SD, MI, SMP, MTs), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK,
MAK), dan pendidikan tinggi (contohnya : Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis,
Doktor).
b. Pendidikan Nonformal
Definisi pendidikan nonformal menurut Pasal 1 ayat 12 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 1
ayat

31

menyebutkan

bahwa

pendidikan

nonformal adalah

jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
Penyelenggaraan pendidikan nonformal diatur di dalam Pasal 26 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan juga
Pasal 100 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan, meliputi : penyelenggaraan satuan pendidikan

nonformal dan penyelenggaraan program pendidikan nonformal. Selanjutnya,
lebih spesifik penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal diatur di dalam Pasal
100 ayat 2, sedangkan penyelenggaraan program pendidikan nonformal diatur di
dalam Pasal 100 ayat 3.
1) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal meliputi satuan pendidikan
: Lembaga kursus dan lembaga pelatihan, Kelompok belajar, Pusat
kegiatan belajar masyarakat, Majelis taklim, Pendidikan anak usia dini
jalur nonformal.
2) Penyelenggaraan program pendidikan nonformal meliputi : Pendidikan
kecakapan hidup, Pendidikan anak usia dini (contohnya : Kelompok
bermain, Taman penitipan anak), Pendidikan kepemudaan (Organisasi
keagamaan, Organisasi pemuda, Organisasi kepanduan/kepramukaan,
Organisasi palang merah, Organisasi pecinta alam & lingkungan,
Organisasi kewirausahaan, Organisasi masyarakat, Organisasi seni dan
olahraga, Organisasi lain yang sejenis), Pendidikan pemberdayaan
perempuan, Pendidikan keaksaraan, Pend. ketrampilan & pelatihan kerja,
Pendidikan Kesetaraan (Program paket A setara SD/MI, Program paket B
setara SMP/MTs, Program paket C setara SMA/MA, Paket C Kejuruan
setara SMK/MAK).
Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah pada pendidikan
formal apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik
pada satuan pendidikan formal dirasa belum memadai. Pendidikan nonformal
berfungsi sebagai pelengkap apabila peserta didik pada satuan pendidikan formal
merasa perlu untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui jalur
pendidikan nonformal.
Mengenai penyetaraan hasil pendidikan nonformal telah dicantumkan pada
Pasal 115 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa
hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal
setelah melalui uji kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai

kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
c. Pendidikan Informal
Di dalam Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah dituliskan secara gamblang apa
yang dimaksud dengan pendidikan informal. PENDIDIKAN INFORMAL
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan informal telah tertuang pada
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dan juga Pasal 116
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Pendidikan informal
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Salah satu contoh pendidikan informal adalah pendidikan
anak usia dini. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga adalah salah satu
dasar yang akan membentuk watak, kebiasaan, dan perilaku anak di masa
depannya nanti.
Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan harus sesuai dengan
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab."

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas diatas dalam aliran
pendidikan dibagi atas aliran klasik dan aliran modern yang mempunyai pendapat
didalam pandangan tentang pendidikan yang berbeda. Ada yang bersifat sama
dengan pendidikan di indonesia dan ada yang bertolak belakang dengan
pendidikan Indonesia saat ini. Serta asas pendidikan Indonesia yang diantaranya
(1) asas tut wuri handayani,(2) Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan(3)asas
Kemandirian dalam belajar. Dalam hubungannya dengan pendidikan yang ada di
Indonesia hanya terdapat satu aliran yang sangat melekat dengan pendidikan saat

ini yaitu aliran esensialisme(dalam aliran modern)dimana pendidikan yang hanya
terpampang pada bahan ajar dan guru dijadikan sebagai pusat pendidikan.
Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan di atas,saran penulis untuk
permasalahan tersebut adalah dengan pendidikan yang seperti sekarang ini
seharusnya dalam pelaksanaannya tidak hanya berfokus pada penyeleseian
kurikulum saja namun disetiap waktu yang ada diberikan pendidikan karakter dan
pendidikan yang mendorong pemikiran-pemikiran bernalar peserta didik agar
pendidikan bukan hanya sebagai tempat menimba ilmu yang diberikan pengajar
melainkan sebagai tempat mengmbangkan diri disamping untuk mendapatkan
ilmu dari apa yang disampaikan pengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Suardi,Mohammad.2012.Pengantar

Pendidikan:Teori

dan

Aplikasi

.Jakarta: PT INDEKS.
Nadirah, Sitti.2013.Lentera Pendidikan: Anak Didik Perspektif
Nativisme, Empirisme, dan

Konvergens,(Online),

(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=
&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CEMQFjA
GahUKEwjAid3J_4bIAhVQWo4KHRgAfo&url=http%3A%2F%2
Fwww.uinalauddin.ac.id%2Fdownload06%2520Anak%2520Didik
%2520Center.pdf&usg=AFQjCNFhontH_sK937v4tco0ft6zA45SH

w&sig2=pYkEPVmIFuczmyvSTjI_Vw&bvm=bv.103073922,d.c2
E), diakses 06 Oktober 2015.
Mudyahardjo,Redja.2012.Pengantar Pendidikan:Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan
di Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers
Amri,Sofan&Iif Khoirul Ahmadi.2010.Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran.jakarta:Prestasi Pustaka
Ahmadi,Rulam.2014.Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat
Pendidikan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
http://www.slideshare.net/guzaal/kelompok-7-penerapan-landasan
dan-asas-pendidikan-dalam-sekolah( kelompok 7, Shinta Andarista
Ragastria, Punky Ahmad Sulaiman, Muhammad Zulfahmi:
penerapan landasan dan asas pendidikan dalam aplikasi
pembelajaran , UNESA)
Burhanuddin,Afid.2013.Asas-Asas Pendidikan,(online),
(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/asas-asaspendidikan/),diakses 05 Oktober 2015