MAKALAH KAPSEL HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (1)

MAKALAH
KAPSEL HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM LINGKUNGAN DAN PERTAMBANGAN
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Kapsel Hukum Administrasi Negara

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Martitah M.Hum.
Laga Sugiarto S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Rofiq Multazam Ghozin

:8111415071/2015

Rombel

: 05


Waktu

: Selasa,07:00-08:40 WIB

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayahNya. Makalah tentang Hukum Lingkungan dan Pertambangan dalam perspektif Hukum
Administrasi Negara ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan yang kami

harapkan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen pengajar mata kuliah Kapsel Hukum
Administrasi Negara Ibu Dr. Martitah M.Hum. Alhamdulillah Dalam penyusunan tugas
makalah ini, kami menyelesaikannya dengan baik dan lancar.
Akhirnya kami banyak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga segala kebaikan tersebut
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Kami hanyalah manusia biasa yang tidak
pernah luput dari kesalahan. Oleh karnanya, apabila daiam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar- besarnya
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca umumnya dan

khususnya kami sebagai penyusun makalah ini. Amin Amin Ya Robbal Alamin.

Semarang, 10 April 2017

Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hukum lingkungan yang pada awalnya bersifat sederhana dan mengandung aspek
keperdataan,tetapi dalam perkembangannya bergerser kea rah hukum administrasi
Negara,sesuai dengan peningkatan peranan pemerintah dalam bentuk campur tangan
terhadap berbagai segi kehidupan dalam masyarakat yang makin kompleks.pergeseran
Negara ini muncul seiring dengan lahirnya Negara modern yang mengubah fungsi Negara
dari sebagai penjaga malam menjadi fungsi kesejahteraan (welfare state).perubahan fungsi
ini mengharuskan besarnya campur tangan Negara dalam mengurusi berbagai kepentingan
masyarakat,termasuk dalam bidang lingkungan hidup.dengan demikian semakin besarnya
peran Negara dalam melakukan pengelolaan lingkungan menyebabkan semakin luas pula
substansi hukum lingkungan administrasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Lingkungan ?
2. Bagaimana izin lingkungan yang digunakan dalam hukum administrasi?
3. Bagaimana penerapan sanksi administrasi hukum lingkungan?

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Lingkungan
Hukum Lingkungan pada dasarnya merupakan seperangkat aturan hukum (legal rules)
yang bertujuan untuk menata lingkungan hidup.penataan lingkungan ini mengandung makna
bahwa yang ditata adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya ,baik dengan
lingkungam makhluk hidup lainnya (flora,fauna, dan organisme hidup lainnya)maupun dengan
lingkungan alam atau fisik.
Beberapa pakar Hukum Lingkungan,antara lain Prof.Siti Sundari Rangkuti,SH.; Prof.Koesnadi
Hardjaasoemantri,SH dan Prof.Moenadjat Danusaputro,SH memberikan batasan tentang
Pengertian dari Hukum Lingkungan.Menurut pendapat dari para pakar tersebut diatas, yang
dimaksud dengan Hukum Lingkungan adalah :

a> Prof.Siti Sundari Rangkuti,SH,
“Hukum Lingkungan itu menyangkut penetapan nilai-nilai yaitu nilai-nilai
Yang sedang berlaku dan diperlakukan dimasa mendatang.Hukum Lingkungaan disebut juga
dengan Hukum Tata Lingkungan.”

b.Prof.Koesnadi Hardjasoemantri,SH
Menurut Prof Koesnadi Hardjasoemantri, membedakannya menjadi
:Hukum Lingkungan dan Hukum Tata Lingkungan.
Yang dimaksud dengan Hukum Lingkungan adalah “MerupakanKeseluruhan peraturanperaturaan atau hukum yaang mengatur aspek- aspek lingkungan dan perkembangannya,sejalan
dengan perkembangan

atau kemajuan yang telah dicapai oleh umat manusia.”

Sedangkan yang dimaksud dengan Hukum Tata Lingkungan adalah”
mengatur penataan lingkungan guna mencapai keselarasan

Hukum yang

lingkungan hubungan antara

manusia dan lingkungan hidupnya, baik

lingkungan hidup manusia maupun lingkungan

hidup sosial.

c.Prof.Moenadjat Danusaputro,SH
Menurut Beliau Hukum Lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu : Hukum Lingkungan Klasik
dan Hukum Lingkungan Modern.
Hukum Lingkungan Modern merupakan hukum yang menetapkan ketentuan-ketentuan
dan norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan
dari kerusakannya serta kemerosotanya dan untuk menjamin kelestarian mutunya agar dapat
secara langsung dan terus menerus dapat digunakan oleh generasi yang akan datang .
Sedangkan Hukum Lingkungan Klasik adalah merupakan Hukum yang mengatur
mengenai penggunaan lingkungan semata oleh manusia yang berorientasi pada pemanfaatan
lingkungan tanpa memberikan perlindungan terhadap lingkungan .
2.2 Izin Lingkungan
Izin adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi.pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah
laku warga.1 Izin lingkungan (milieu vergunning)merupakan instrument hukum public yang
berupa pengaturan secara langsung dalam hukum lingkungan.Stelsel perizinan memberi
kemungkinan untuk menetapkan peraturan yang tepat terhadap kegiatan perorangan,dengan cara
persyaratan-persyaratan yang dapat dikaitkan pada izin itu.perizinan lingkungan dengan
demikian merupakan alat untuk menstimulasi perilaku yang baik untuk lingkungan.2Izin
lingkungan merupakan instrument hukum administrasi yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang.

Fungsi utama izin lingkungan yaitu :
1

Spelt & JBJM ten berge,Pengantar Hukum Perizinan (penyunting Philips M. Hadjon),(Surabaya :Fakultas Hukum
Unair,1993) hlm.2
2

.Th.G.Drupsteen,pengantar hukum perizinan lingkungan (disunting oleh siti sundari rangkuti),Surabaya :fakultas
hukum Unair,Surabaya,1992),hlm 17

1. bersifat preventif,
Yakni pencegahan pencemaran yang tercermin dari kewajiban-kewajiban yang
dicantumkan sebagai persyaratan izin,
2. bersifat represif
Yaitu untuk menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk pencabutan izin.3
Secara yuridis formal terminology izin lingkungan baru diberikan dalam pasal 1 angka 3 35
UUPPLH-2009 bahwa :
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan
kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha atau kegiatan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lingkungan terdapat dalam pasal 36 s.d 41 UUPPLH2009.persyaratan yang harus di penuhi menurut pasal ini bahwa izin lingkungan diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.Izin
lingkungan dapat dibatalkan apabila :
a.Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum
,kekeliruan,penyalahgunaan,serta ketidakbenaran atau pemalsuan data,dokumen,dan informasi.
b.penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan komisi tentang
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha atau kegiatan.

Dari ketentuan di atas tercermin pula ada keterpaduan prosedur antara amdal atau UKL-UPL
dan izin lingkungan.Amdal atau UKL-UPL merupakan persyaratan administrative lingkungan
yang menjadi bagian integral dari sistem perizinan lingkungan.izin lingkungan tidak akan
3

Muhammad Akib,Politik hukum lingkungan,Op.,Cit.,Hlm 148-149.

diberikan tanpa adanya keputusan kelayakan lingkungan yang di dasarkan hasik penilaian amdal
atau tanpa adanya rekomendasi UKL-UPL.amdal merupakan instrument kebijakan lingkungan

yang sangat penting bagi proses pengambilan keputusan izin oleh instansi yang bertanggung
jawab
2.3 Penerapan Sanksi Administrasi
Aspek/sarana Administratif dapat bersifat Preventif dan bertujuan menegakkan peraturan
perundaang-undangan (misalnya :Undang-Undang,Peraturan Pemerintah dan lain-lain),dengan
ancaman sanksi administrasi.Upaya penegakan hukum dapat ditetapkan terhadap kegiatan yang
menyangkut persyaratan perizinan,baku mutu lingkungaan,Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan sebagainya.Disamping pembinaan berupa penunjuk dan panduan serta pengawasan
administraitif,kepada pengusaha dibidang industri hendaknya juga ditanyakan manfaat konsep
“Pollution Prevention Pays “(Pencegahan Pencemaran Lingkungan ) dalam Proses produksinya.
Sarana administraatif dapat ditegakkan dengan kemudahan-kemudahan terutama
dibidang keuangan,seperti keringanan bea masuk alat-alat pencegahan pencemaran dan Kredit
Bank untuk biaya pengelolaan biaya dan sebagainya.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental (een instrumentele functie
),yaitu penanggulangan dan pengendaliaan perbuatan terlarang.Beberapa jenis sarana penegakan
hukum administratif adalah :
a. Penyerasian Peraturan ( Harmonisering )
b. Tindakan paksa (Bestuuursdwaang )
c. Uang Paksa ( Publiekchtelijkedwaangsom )
d. Penutupaan Tempat Usaha ( Sluiting van een inrichting )

e. Pencabutan Izin melalui proses,teguran paksa,Kepolisian,penutupan dan uang paksa.

Dr.Martitah.,M.Hum 26 berpandangan, implikasi praktis dari pernyataan diatas, harus
ada rambu pembatas yang diatur dalam Hukum Acara MK yang mengatur antara lain :
1) hakim berpandangan masalah tersebut waktunya mendesak ;

2) terjadi kekosongan hukum jika tidak dibuat putusan yang bersifat positive legislature yang
dapat menyebabkan chaos dalam masyarakat;
3) adanya kemanfaatan, kemaslahatan, dan keadlilan subatantif yang didasarkan pada
tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ingin dicapai;
4) supaya putusan tersebut memiliki dasar hukum serta tidak dipertanyakan lagi oleh publik;
5) putusan MK yang bersifat positive legislature dilaksanakan hanya untuk satu kali dan/atau
sampai pembentuk UU, membuat penggantinya;
6) hakim MK harus menggunakan moral reading dalam membaca norma hukum yang
diujikan, sehingga dapat lebih berhat-hati dan selektif dalam membuat putusan yang bersifat
positive legislature,

karena putusan ini bersifat mengatur, final dan mengikat bagi

masyarakat umum. Artinya apabila putusan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka

putusan itu akan diterima dan sebaliknya kalau putusan itu tidak sesuai maka putusan itu
secara sosiologis akan mengalami penolakan dan resistensi.4

4

Dr.Martitah M.hum.Mahkamah Konstitusi Dari Negative legislature ke positive legislature Hlm 266

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah tersebut maka dapat disimpulkan Pembangunan di bidang
Lingkungan Hidup hanya dapat berhasil apabila administrasi Pemerintahan berfungsi secara
efektif dan terpadu.Salah satunya yang digunakan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran lingkungan adalah system perizinan

.Dalam prosedur perolehan izin usaha

siapapun yang mendirikan suatu perusahaan yang pertamakali ditentukan adalah bahwa ia harus
mempunyai Surat Izin Tempat Usaha (SITU) menurut HO maka ia harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang, yang dalam hal ini adalah
Pemerintah Kota / Pemerintah Kabupaten dimana lokasi itu berada.Untuk itu Ho menetapkan

larangan mendirikan tempat usaha tanpa izin ,seperti yang terdapat di dalam ketentuan Pasal 1
nya.
Instansi yang berwenang memberi izin wajib memberikan pengawasan secara periodic
terhadap kegiatan pemegang izin ( lingkungan ).Tugas Instansi pemberi Izin tidak berhenti
dengan diterbitkannya Izin.Akan tetapi Instansi tersebut memiliki kewenangan untuk senantiasa
memantau agar persyaratan perizinan lingkungan ditaati.

3.2 Solusi
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan,pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan rencana usaha atau
kegiatan.Menurut PP No.51 tahun l993 Ijin usaha tetap suatu suatu rencana usaha atau kegiatan
baru akan diberikan bila pelaksanaan RKL dan RPL yang merupakan bagian dari studi
AMDALnya dinilai baik.

DAFTAR PUSTAKA

Spelt & JBJM ten berge,Pengantar Hukum Perizinan (penyunting Philips M.
Hadjon),(Surabaya :Fakultas Hukum Unair,1993) hlm.2

Th.G.Drupsteen,pengantar hukum perizinan lingkungan (disunting oleh siti sundari
rangkuti),Surabaya :fakultas hukum Unair,Surabaya,1992),hlm 17

Dr.Martitah M.hum.Mahkamah Konstitusi Dari Negative legislature ke positive
legislature Hlm 266