Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Ke

Edited by Foxit Reader
Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2007
For Evaluation Only.

Good procedures or new ways

of preparing principals Indonesia
by: Setyo Hartanto

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2005, pemerintah
kabupaten/Kota mempunyai kewenangan yang sangat penuh dalam pola
rekrutmen kepala sekolah sehingga pengadaan kepala sekolah yang
seharusnya identik dengan aktivitas yang secara sekuensial berurutan,
yaitu penetapan formasi, rekrutmen, dan seleksi calon penempatan serta
pendidikan dan pelatihan kepala sekolah. Hampir di seluruh wilayah
Kabupaten / Kota se Indonesia banyak yang tidak melaksanakan dengan
konsisten mengingat:
1.1 Proses Pengadaan Kepala Sekolah tidak dilakukan berdasarkan
sekuensial yang baku, tetapi tergantung selera dan kemauan kepala

daerah seharusnya pengadaan kepala sekolah merupakan proses
mendapatkan calon kepala sekolah yang paling memenuhi kualifikasi
dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah pada satuan pendidikan
tertentu. Proses pengadaan kepala sekolah di era otonomi daerah
tidak dilakukan hanya mengandalkan pada kedekatan dan atau
keterlibatan Tim Sukses Bupati/walikota incombent juga dijadikan
suatu aset politik untuk melanggengkan kekuasaan Bupati/Walikota.
Prinsip-prinsip Pengadaan Kepala Sekolah belum dilakukan secara
profesional, yaitu dengan memegang teguh prinsip-prinsip manajerial,
demokratis, obyektif, terbuka, yuridis, dan ilmiah. Yang dilakukan
hanya penetapan kepala sekolah sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki calon apa adanya mengingat hanya berdasarkan selera
walikota/bupati saja.
1.2 Prinsip-prinsip Rekrutmen calon Kepala Sekolah secara terbuka
melalui media massa / surat kabar lokal dalam rangka memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua guru yang
memenuhi kualifikasi tidak dilakukan oleh pemerintah daerah otonomi,
akan tetapi hanya berdasarkan kedekatan dan formasi yang tertutup.
Kurangnya akuntabilitas publik sehingga pola rekutmen kepala
sekolah tidak ada yang mengontrol, sampai pada fase pengangkatan

sebagai kepala sekolah pada satuan pendidikan yang ditetapkan
melalui surat keputusan bupati/walikota. Pada fase ini merupakan
faktor dominan peran bupat/walikota memilih orang orang yang layak
di angkat, khususnya tim sukses. Banyak kasus terjadi tentang
pengadaan kepala sekolah yang dipolitisasi oleh pimpinan kepala
daerah yaitu tidak/bukan berdasarkan kompetensi maupun

1

profesionalisme calon apalagi melalui pertimbangan Dewan
Pendidikan setempat, serta tidak ada keterbukaan publik.
Contoh kasus;
1.2.1 Terjadi di Kota Cimahi kepala sekolah diangkat dari pejabat/staf
dinas pendidikan menjadi kepala SMA dan SMP yang tidak ada
latar belakang guru.
1.2.2 Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Bima 7 Juni
2010, kian dekat. Meski masih beberapa bulan lagi, namun
aromanya cukup kental. Gerbong mutasi kepala sekolah terus
berjalan. Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST, menegaskan
tidak akan melantik musuh, namun orang yang mendukungnya

meraih kembali “tahta” jabatan Bupati untuk lima tahun
mendatang. Ungkapan itu sendiri disampaikan dalam berbagai
kesempatan. Beberapa kali mengingatkan pegawai negeri sipil
agar menunjukkan loyalitas, jika tidak maka akan dimutasikan
ke tempat “pembuangan” alias yang lokasinya jauh dari pusat
pemerintahan atau tempat tidak strategis. Saat pelantikan
kepala sekolah beberapa waktu lalu. Ada yang berkelekar, jika
Bupati Bima akan melantik tim suksesnya di Kantor Pemkab
Bima. Lontaran itu tentu mengejutkan. Namun dijelaskan,
kepala sekolah yang dilantik adalah mereka yang siap
menyukseskan Ferry untuk menjadi bupati periode ke dua
2010-2015. (Sofiyan Asy’ari)
1.2.3 Kasus kab karawang dan Kab Bekasi, serta Kab Indramayu
mengganti seluruh Kepala Sekolah SD, SMP, SMA maupun
SMK dengan dalih periodesasi tanpa ada analisis yang
memadai.
1.3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah kurang dirujuk sebagai pedoman
pengadaan kepala sekolah. Pelaksanaan rekrutmen sampai pada
pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah bagi yang Guru

memenuhi syarat, sesuai dengan Permendiknas Nomor 13 tahun
2007 calon diwajibkan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah di lembaga tertentu yang ditunjuk oleh Direktorat
Jenderal Pembinaan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Depdiknas. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah
diselenggarakan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi-kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial yang berguna dalam melaksanakan tugas kepala
sekolah tidak dilakukan hampir di semua daerah kabupaten/kota di
seluruh wilayah Indonesia, sehingga kepala sekolah yang baru
diangkat di era otonomi daerah berdasarkan data yang di peroleh
hampir 60 % kepala sekolah kurang memahami kompetensi
manajerial, 55 % kurang memahami kompetensi supervisi akademik
(LPPKS Pemetaan Kepala Sekolah 2010)

2

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas,
dapat ditarik beberapa pokok permasalahan untuk dianalisis dan dikaji di

dalam makalah tentang Rekrutmen dan Penyiapan Calon Kepala
Sekolah/Madrasah ini.
2.1 Penyalahgunaan
wewenang
dalam
pengadaan
Kepala
Sekolah/Madrasah?
2.2 Kurang
keterbukaan
(akuntabilitas
publik)
dalam
proses
pengadaan/penyiapan Kepala Sekolah/Madrasah?
2.3 Kurang kompetensi calon Kepala Sekolah sesuai permendiknas 13
tahun 2007?
B. PERSPEKTIF KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NO 28 TAHUN
2010 TUGAS TAMBAHAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam

upaya peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing dalam mewujudkan
sekolah yang efektif dan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif. Peran kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah merupakan
faktor penyumbang keberhasilan upaya penguatan tata kelola,
akuntabilitas dan pencitraan publik. Berhasil atau tidaknya kepala sekolah
dapat dilihat dari pencapaian indikator keberhasilan kepala sekolah dalam
melaksanakan peran, tugas, dan fungsinya.
Keberhasilan kepala sekolah tidak terlepas dari kompetensi yang
dimilikinya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah mengamanatkan bahwa
seorang kepala sekolah/madrasah harus memenuhi 5 (lima) kompetensi
minimal yang dipersyaratkan yaitu kompetensi kepribadian, sosial,
manajerial, supervisi, dan kewirausahaan. Kualifikasi dan kompetensi
seorang kepala sekolah/madrasah merupakan modal dasar dan utama
bagi kepala sekolah/madrasah agar mampu memahami, menguasai, dan
mengaplikasikannya dalam pengelolaan tugas-tugas akademik dan
manajerial
di
sekolah/madrasah.
Idealnya,

setiap
kepala
sekolah/madrasah di Indonesia memiliki kualifikasi minimal S-1 atau D-4
dan menguasai 5 kompetensi tersebut di atas, tapi realitas menunjukkan
bahwa belum semua kepala sekolah/madrasah memiliki kualifikasi dan
kompetensi kepala sekolah/madrasah sebagimana yang dimaksud. Oleh
sebab itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan
tersedianya kepala sekolah/madrasah yang memenuhi kualifikasi dan
kompetensi sebagaimana tersebut pada Permendiknas No. 13 Tahun
2007.
Salah
satu
upaya
untuk
memperoleh
calon
kepala
sekolah/madrasah yang kompeten diawali dari proses penyiapannya.
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah/Madrasah telah mengatur proses penyiapan kepala

sekolah/madrasah yang terdiri dari rekrutmen serta pendidikan dan

3

pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Rekrutmen merupakan proses
pengusulan calon kepala sekolah/madrasah dan seleksi, sedangkan
pendidikan dan pelatihan adalah proses pemberian pengalaman
pembelajaran teoretik maupun praktik. Pelaksanaan proses penyiapan
kepala sekolah/madrasah dengan benar dan sesuai dengan ketentuan
akan menghasilkan kepala sekolah/madrasah yang diharapkan, yaitu
kepala sekolah/madrasah yang mampu meningkatkan kinerjanya dalam
mengembangkan dan memberdayakan sekolah yang dipimpinnya.
Dasar hukum pelaksanaan program penyiapan calon kepala
sekolah/madrasah adalah:
1) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2) Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan;
6) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya;
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah;
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 28
Tahun
2010
tentang
Penugasan
Guru
sebagai
Kepala
Sekolah/Madrasah.
9) Permendikbud No. 32 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah

Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia menerbitkan
Peraturan Menteri Nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai
kepala sekolah/madrasah, adapun sekuensial tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Pengertian Pengadaan/Penyiapan Kepala Sekolah/Madrasah
Penyiapan calon kepala sekolah/madrasah adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk memilih guru-guru berpotensi dan
berpengalaman terbaik yang siap menerima tugas tambahan sebagai
kepala sekolah/madrasah.
Prosesnya mencakup dua tahapan, yakni (1) rekrutmen, dan (2)
pendidikan dan pelatihan. Rekrutmen meliputi kegiatan (1) pengusulan
calon oleh kepala sekolah/madrasah, (2) seleksi administratif, dan (3)
seleksi akademik.
Calon yang diusulkan harus memenuhi persyaratan umum dan
persyaratan khusus sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 2 ayat (2)

4

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Seleksi administratif dilakukan
melalui penilaian terhadap kelengkapan dokumen yang diserahkan oleh

calon. Calon yang telah memenuhi persyaratan umum dan khusus
dinyatakan lulus dan berhak mengikuti seleksi akademik.
Seleksi akademik dilakukan untuk mengungkap potensi
kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah melalui rekomendasi dari
kepala sekolah dan pengawas sekolahnya, penilaian kinerja guru,
penilaian potensi kepemimpinan (PPK), dan penulisan makalah
kepemimpinan.
Calon yang lulus seleksi akademik mengikuti pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Pendidikan dan pelatihan ini
merupakan kegiatan pemberian pengalaman teoretik maupun praktik yang
bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan calon pada dimensi kompetensi kepribadian, sosial,
manajerial, supervisi, dan kewirausahaan.
2. Tujuan Pengadaan dan Penyiapan Kepala Sekolah
Pengadaan dan penyiapan Kepala Sekolah secara umum
dilakukan bertujuan dalam rangka mempersiapkan/memfasilitasi untuk
mendapatkan calon kepala sekolah yang paling berpotensi serta paling
berkualitas di wilayah kabupaten/kota tersebut, yaitu mendapatkan kepala
sekolah yang benar-benar memiliki kompetensi-kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Adapun tujuan secara khusus, sebagai berikut;
1) Mendapatkan calon-calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki
potensi dan pengalaman terbaik di bidang kepemimpinan sehingga
yang bersangkutan dapat menjalankan tugas dan fungsi kepala
sekolah/madrasah secara efektif.
2) Mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan oleh calon kepala
sekolah/madrasah untuk menjalankan tugas kepemimpinan dan
manajemen secara efektif dalam meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa.
3) Memberikan pengalaman belajar yang memadai dan bisa menjadi
stimulan
terhadap
proses
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan calon kepala sekolah/madrasah di masa yang akan
datang.
3. Prinsip-prinsip Pengadaan dan Penyiapan Kepala Sekolah
Pengadaan Kepala Sekolah dilakukan secara profesional, yaitu
dengan memegang teguh pronsip-prinsip manajerial, demokratis, obyektif,
terbuka, yuridis, dan ilmiah.
Prinsip manajerial dimaksudkan agar pengadaan dan penyiapan
calon Kepala Sekolah dilakukan melalui proses perencanaan yang
matang dan proses yang sistematis terstruktur yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan yang dimaksud prinsip demokratif,
diharapkan seleksi calon kepala sekolah dapat diikuti oleh semua guru-

5

guru di satu wilayah kabupaten/kota yang memenuhi kualifikasi dengan
mempertimbangkan inklusi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, orang dengan HIV/AIDS
dan yang berkebutuhan khusus.
Prinsip obyektif dimaksudkan agar pengadaan dan penyiapan calon
kepala sekolah mulai dari seleksi administratif calon kepala sekolah agar
dilakukan secara jujur, akuntabel, tidak berbau KKN sampai pada seleksi
akademik, pendidikan dan pelatihan, maupun sampai pada uji
akseptabilitas.
Prinsip terbuka, dimaksudkan agar dilakukan secara transparan,
yang dipublikasikan di media/forum-forum pendidikan baik secara resmi
maupun kelompok-kelompok profesi guru di wilayah kabupatan/kota
tersebut, baik dalam penetapan formasi, proses rekrutmen, proses
seleksi, proses pendidikan dan pelatihan, sampai pada uji akseptabilitas.
Prinsip yuridis, dimaksudkan agar pengadaan dan penyiapan calon
kepala sekolah dilakukan dengan memegang teguh peraturan perundangundangan yang masih berlaku.
Prinsip ilmiah, dimaksudkan agar pengadaan dan penyiapan calon
kepala sekolah dilakukan seleksi berpedoman pada konsep-konsep
pemikiran ilmiah.
4. Tanggung Jawab Pengadaan/Penyiapan Kepala Sekolah
Sejalan dengan Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2005 tentang
Pemerintahan Daerah, pengadaan kepala sekolah merupakan tanggung
jawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu pengadaan
kepala dengan segala prosesnya dikoordinasikan oleh Kepala Kantor
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Upaya pemenuhan standar kepala
sekolah/madrasah sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, dan
dalam rangka penjaminan mutu kepala sekolah/madrasah, Pemerintah
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun
2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
Sedangkan pihak-pihak yang terkait dengan penjaminan mutu
kepala sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 28
Tahun 2010, yaitu:
1) Direktorat Jenderal/ badan/ lembaga/ instansi yang bertanggung
jawab terhadap pembinaan dan pengembangan kepala
sekolah/madrasah di lingkungan Kementerian Pendidikan
Nasional dan Kebudayaan dan Kementerian Agama;
2) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;
3) Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota;
4) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LPPKS);
5) Lembaga
Pendidikan
dan
Pelatihan
Calon
Kepala
Sekolah/Madrasah (LP2CKS/M);

6

6) Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK);
7) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP);
8) Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK);
9) Badan Diklat Keagamaan.
5. Fungsi Pengadaan/Penyiapan Kepala Sekolah/Madrasah
1) Menjamin profesionalitas jabatan kepala sekolah/madrasah.
2) Mendorong proses penugasan kepala sekolah/madrasah yang
didasarkan atas pertimbangan profesionalitas sehingga terhindar
dari praktik-praktik yang merugikan penyelenggaraan pendidikan
di sekolah/madrasah.
C. MEKANISME PELAKSANAAN PENGADAAN DAN PENYIAPAN
CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Pelaksanaan pengadaan calon kepala sekolah secara umum dibagi
menjadi dua bagian, pertama adalah bagian yang mengatur proses
penyiapan dan kedua yang diluar proses penyiapan. Proses penyiapan
antara lain penyusunan Proyeksi Kebutuhan, Pelaksanan Instrumen
AKPK, Rekrutmen Calon Kepala Sekolah/Madrasah, Penilaian Potensi
Kepemimpinan (PPK) dan Penilaian Makalah Kepemimpinan, Pendidikan
dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah/Madrasah, Pemerolehan Sertifikat
dan Nomor Unik Kepala Sekolah/Madrasah. Sedangkan diluar proses
penyiapan adalah Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Calon
Kepala Sekolah/Madrasah serta Penilaian Akseptabilitas Calon Kepala
Sekolah/Madrasah.
Mekanisme penyiapan calon kepala sekolah/madrasah dapat
digambarkan sebagai berikut.

7

ALUR PROSES PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Gambar 1.
MULAI

LULUS
YA

PROYEKSI
KEBUTUHAN

TIDAK

REKRUTMEN

USULAN PESERTA

Distribusi
Instrumen
AKPK

Akreditasi
Lembaga
Diklat

Analisis
Instrumen
AKPK dan
Perencana
an Diklat

LULUS
TIDAK

DAFTAR
TUNGGU

DIKLAT

SELEKSI ADMINISTRATIF

Selesai

PEMEROLEHAN
SERTIFIKAT

YA

YA

SELEKSI
AKADEMIK

LULUS

PENILAIAN
AKSEPTABILITAS
BELUM
DITERIMA
YA

PENGANGKATAN

TIDAK

1. RekomendasiKepalaSekolah
2. RekomendasiPengawasSekolah
3. PenilaianKinerja Guru
4. PenilaianPotensiKepemimpinan
5. MakalahKepemimpinan

Selesai

SELESAI

8

Program
dan
mekanisme
penyiapan
Calon
Kepala
Sekolah/Madrasah terdiri 9 tahapan bisa dilakukan secara terstandar dan
terkendali. meliputi:
3.1 Pelaksanaan
Penyusunan
Proyeksi
Kebutuhan
Kepala
Sekolah/Madrasah
Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah/Madrasah adalah perkiraan
formasi jabatan kepala sekolah yang akan di isi selama periode dan pada
daerah tertentu. Proyeksi kebutuhan kepala sekolah/madrasah dilakukan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian
Agama dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk 2 tahun ke
depan. Proyeksi dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek,
antara lain Jumlah Sekolah/Madrasah, Penambahan dan Pengurangan,
dan Pemberhentian Kepala Sekolah/Madrasah. Penjelasan lebih lanjut
tentang proyeksi kebutuhan diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan
Proyeksi
Kebutuhan
Kepala
Sekolah/Madrasah
Kabupaten/Kota (Petunjuk pelaksanaan 1).
3.2 Pelaksanaan AKPK Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Pelaksanaan Instrumen AKPK mengatur tatacara pengisian
instrumen dan analisisnya. Dalam Pelaksanaan Instrumen AKPK ini ada
dua pembahasan yaitu pengisian instrumen oleh calon kepala
sekolah/madrasah dan analisis yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara diklat. Pengisian Instrumen AKPK dilakukan setelah calon
melakukan pendaftaran. Tujuan peserta mengisi instrumen AKPK adalah
untuk mengetahui sejauhmana pengakuan calon terhadap penguasaan
lima dimensi kompetensi yang harus dikuasai kepala sekolah. Analisis
instrumen AKPK dilakukan terhadap calon yang lulus seleksi akademik.
Tujuan analisis instrumen ini adalah untuk mengembangkan struktur
program pendidikan dan pelatihan. Penjelasan lebih lanjut diatur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Instrumen AKPK (Petunjuk pelaksanaan 2).
3.3 Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Rekrutmen dilakukan oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh Dinas
pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama dan
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Panitia seleksi membuka
pendaftaran calon kepala sekolah/madrasah lengkap dengan persyaratan
administrasi, dan menyerahkan instrumen AKPK kepada calon yang
mendaftar untuk diisi dan diserahkan kembali ke panitia. Calon yang
dinyatakan lulus persyaratan administrasi selanjutnya mengikuti seleksi
akademik. Pelaksanaan seleksi akademik ini di dilakukan oleh Assesor.
Dalam seleksi akademik ada 5 (lima) hal yang akan di nilai, antara lain
adalah rekomendasi kepala sekolah, rekomendasi pengawas sekolah,
kinerja guru, potensi kepemimpinan, dan makalah kepemimpinan. Calon
yang tidak lulus dalam seleksi administrasi dan seleksi akademik apabila
masih berminat menjadi kepala sekolah harus mengikuti rekrutmen dari
awal lagi. Secara rinci, proses rekrutmen dijabarkan dalam Petunjuk

9

Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah/Madrasah (Petunjuk
pelaksanaan 3, 4, dan 5).
3.4 Pelaksanaan Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) Calon
Kepala Sekolah/Madrasah
Proses seleksi akademik yang harus dilalui oleh calon kepala
sekolah dengan diuji dan digali potensi kepemimpinan sebagai calon
pemimpin pembelajaran maupun sebagai pemimpin akademik serta
pemimpin satuan pendidikan yang berkaitan mengenai 8 standar nasional
pendidikan (SNP). Intrumen pengujian meliputi 4 macam yaitu intrumen
1a, intrumen 1b, intrumen 2, intrumen 3. Keseluruhan instrumen ttersebut
secara garis besar menggali potensi kepemimpinan calon dalam hal
mengatasi, mengkondisikan, memecahkan masalah bahkan mencari
beberapa alternatif solusi yang tepat jika nantinya calon menjadi seorang
pemimpin satuan pendidikan (sekolah). Masing-masing intrumen
menuntut kreatifitas, pola pikir yang tepat, aplikatif, sesuai dengan situasi,
kondisi, maupun profil dan spesifikasi yang berbeda-beda di tiap-tiap
instrumen.
3.5 Pelaksanaan Penulisan dan Penilaian Makalah Kepemimpinan
Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Tahapan seleksi akademik yang kedua yaitu calon diberi
kesempatan dan intrumen untuk dikerjakan yang berupa penugasan
penulisan makalah tentang kepemimpinan pembelajaran dan
kepemimpinan satuan pendidikan. Instrumen ini diharapkan calon dapat
mengeluarkan buah pikiran dan pendapat, pengalaman serta program
perencanaan yang akan dilaksanakan jika nantinya calon dilantik menjadi
kepala sekolah. Makalah kepemimpinan yang dilakukan dikaitkan dengan
4 macam prinsip dasar memimpin yaitu; mempengaruhi, menggerakkan,
memberdayakan dan mengembangkan. Instrumen ini dapat menggali
potensi dan pola pikir calon tentang visi dan misi serta tujuannya saat
akan dilantik jadi kepala sekolah, selain itu intrumen ini dapat menggali
kemampuan bahasa tulis sesuai tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
3.6 Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah/Madrasah
Calon yang lulus seleksi akademik selanjutnya mengikuti
pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Calon yang
lulus pendidikan dan pelatihan diberikan sertifikat dengan NUKS (nomor
unik kepala sekolah). Calon yang tidak lulus apabila masih berminat untuk
menjadi kepala sekolah harus mengikuti pendidikan dan pelatihan lagi.
Diklat calon kepala sekolah/madrasah dilakukan oleh Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah/Madrasah (LP2CKSM)
terakreditasi yang ditunjuk oleh Dinas Pendididikan Kabupaten/Kota atau
Kantor Wilayah Kementerian Agama atau Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota. Diklat dilakukan dengan pola In-Service Learning 1 (IN-

10

1) – On-the-Job Learning (OJL) – In-Service Learning 2 (IN-2). IN-1
dilaksanakan minimal 70 jam, OJL dilaksanakan minimal 3 bulan (setara
200 jam), dan IN-2 dilaksanakan minimal 30 jam. Secara rinci kegiatan
diklat calon kepala sekolah/madrasah dijabarkan dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah/Madrasah
(Petunjuk pelaksanaan 6).
3.7 Pelaksanaan Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah/Madrasah (LP2CKSM) adalah penilaian secara komprehensif
terhadap suatu lembaga diklat untuk menentukan kelayakan lembaga
tersebut dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan calon kepala
sekolah/madrasah. Aspek yang diakreditasi secara umum adalah
berkaitan dengan sarana dan prasarana serta ketersediaan master trainer.
Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah/Madrasah (LP2CKSM) dilaksanakan oleh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
(BPSDMP & PMP). Secara rinci proses akreditasi dijabarkan dalam
Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Calon Kepala Sekolah/Madrasah (Petunjuk pelaksanaan 7).
3.8
Pelaksanaan Pemerolehan Sertifikat dan Nomor Unik Kepala
Sekolah/Madrasah
Sertifikat dengan Nomor Unik Kepala Sekolah/Madrasah adalah
bukti otentik yang dipersyaratkan bagi calon kepala sekolah/madrasah
untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah secara definitif.
Sertifikat dengan nomor unik diberikan oleh LPPKS kepada calon kepala
sekolah/madrasah yang telah lulus pendidikan dan pelatihan calon kepala
sekolah/madrasah
yang
ditandatangani
oleh
Kepala
Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan. Calon yang sudah memiliki sertifikat selanjutnya oleh dinas
kabupaten/kota masuk daftar tunggu untuk ditempatkan. Secara rinci
proses pemerolehan sertifikat dijabarkan dalam Petunjuk Pelaksanaan
Pemerolehan Sertifikat dan Nomor Unik Kepala Sekolah/Madrasah
(Petunjuk pelaksanaan 8).
3.9
Pelaksanaan
Penilaian
Akseptabilitas
Calon
Kepala
Sekolah/Madrasah
Penilaian akseptabilitas adalah tahapan penilaian tentang
keberterimaan terhadap calon sebelum diangkat sebagai kepala pada
salah satu sekolah/madrasah. Apabila dalam pengujian akseptabilitas ini
diterima yang bersangkutan akan di ditempatkan pada sekolah tersebut.
Akan tetapi apabila belum diterima yang bersangkutan akan masuk dalam
daftar
tunggu
lagi.
Penilaian
akseptabilitas
calon
kepala
sekolah/madrasah dilakukan oleh tim pertimbangan pengangkatan kepala
sekolah/madrasah yang ditetapkan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi,

11

pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara sekolah/madrasah yang
dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya.
Selengkapnya proses ini diuraikan pada Petunjuk Pelaksanaan Penilaian
Akseptabilitas Calon Kepala Sekolah/Madrasah (Petunjuk pelaksanaan 9).
D. KESIMPULAN
Penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan dan proses
penyiapan calon Kepala Sekolah/Madrasah dapat diminimalisir melalui
prosedur sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 tahun
2010. Dengan adanya Permendiknas ini maka keterbukaan (akuntabilitas
publik) dalam proses pengadaan/penyiapan Kepala Sekolah/Madrasah
dapat terbukti serta lebih memberikan kepercayaan publik pada Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah. Selain itu kurangnya
kompetensi calon Kepala Sekolah sesuai permendiknas 13 tahun 2007
hampir tidak ada mengingat semua calon sudah terpilih adalah benarbenar calon yang berpotensi sebagai pemimpin pembelajaran maupun
pemimpin pendidikan, yang dibekali teori dan praktik mengenai mata diklat
kepemimpinan, kewirausahaan,
manajerial, sosial, kepribadian dan
supervisi akademik.
E. DAFTAR PUSTAKA
LPPKS.2011. Petunjuk Pelaksanaan Rekrutmen-Penyiapan Calon Kepala
Sekolah. BPSDMPKPMP. LPPKS. SOLO
http://politik.kompasiana.com/2013/09/11/-guru-terancam-mutasi-kalautidak-mendukung-calon-bupati-590777.html Januri 2013
http://bahren13.wordpress.com/2013/04/13/politisasi-birokrat-pendidikan/
Januari 2013
http://nuryatieny.blogspot.com/2013/08/rekrutmen-dan-seleksi-kepalasekolah-.html?showComment=1388644868659# c5323545637 29
7879493, Januari 2013
http://antarajawabarat.com/lihat/berita/25523/lihat/kategori/94/Kesra ,
Januari 2013
http:///www.mkom.info

12