Perubahan Keragaman Morfologi Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) Akibat Pemberian Kolkisin dan Irradiasi Sinar Gamma

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascolonicum L.) family liliceae yang berasal dari
Asia tengah merupakan salah satu komoditi unggulan hortikultura yang sering
digunakan sebagai penyedap masakan. Selain karena bawang merah memiliki
kandung gizi yang tinggi, bawang merah juga sangat bermanfaat menjadi obatobatan tradisional bagi kesehatan manusia.
Demikian pula dengan bawang merah yang berasal dari kabupaten
Samosir. Selain karena memiliki kandungan dan manfaat baik, bawang merah
Samosir beberapa tahun yang lalu sempat menjadi komoditi unggulan dikalangan
masyarakat, ini dikarenakan bawang merah Samosir memilki ciri khas yaitu bau
harum yang sangat kuat pada masakan sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk
dikonsumsi. Meskipun kini harga jual dari bawang merah Samosir cukup tinggi
jika dibanding dengan bawang merah dari daerah lainnya, namun peminat dari
bawang merah Samosir tetap ada. Tanaman ini memungkinkan akan memberikan
keuntungan yang cukup baik bagi para petaninya (Batubara,2015).
Kabupaten Samosir sendiri merupakan daerah sentra produksi bawang
merah di Sumatera Utara, namun menurut data BPS Sumut (2014) beberapa tahun
terakhir produksi bawang merah mengalami penurunan. Pada tahun 2013 petani di
Kabupaten Samosir membudidayakan bawang merah dengan luas areal

pertanaman yaitu 1048 ha dengan produksi 8305 ton dan rata-rata produksinya
79,25 kw/ha. Namun di tahun 2014 mengalami penurunan, disebabkan karena
berkurangnya luas areal pertanaman bawang merah yaitu menjadi 1003 ha
sehingga produksi menjadi 7810 ton dan rata-rata produsi 77,87 kw/ha. Munurut

Universitas Sumatera Utara

2

Hidayat, dkk (2014) hal yang menyebabkan semakin berkurangnya areal budidaya
bawang merah dikarenakan petani di kabupaten Samosir tersebut lebih
mengutanamakan budidaya tanaman Palawija dan hortikultura.
Berdasarkan data Badan Litbang Pertanian (2012) hal lain yang
menyebabkan menurunnya produksi bawang merah di kabupaten Samosir
disebabkan karena kualitas bibit yang tidak seragam dengan daya tumbuh yang
rendah dan serangan hama dan penyakit yang tinggi. Penyakit yang sering
menyerang tanaman bawang di kabupaten Samosir, yaitu penyakit layu fusarium
dan busuk umbi.
Menurut Sinambela (2015) petani lokal Samosir umumnya menggunakan
bahan tanaman umbi secara turun – temurun dalam budidayanya, karena dianggap

lebih efisien dan praktis dibandingkan budidaya dengan menggunakan biji.
Namun hal tersebut menjadi salah satu sumber permasalahan karena
menyebabkan rendahnya keragaman genetik.
Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah salah satunya dengan pemanfaatan bibit tanaman yang unggul dan
tahan terhadap penyakit, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produksi
bawang merah varietas lokal Samosir. Bibit bawang merah yang unggul dan yang
tahan serangan hama penyakit dapat diperoleh dengan cara pemuliaan tanaman
diantaranya yaitu melalui teknik mutasi kimia dengan kolkisin dan teknik mutasi
fisik dengan iradiasi sinar gamma.
Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan
terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga atau lebih kromosom dalam
sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid ini adalah menjadi lebih

Universitas Sumatera Utara

3

kekar, bagian tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga, dan buah), sehingga
nantinya sifat-sifat yang kurang baik akan menjadi lebih baik tanpa mengubah

potensi hasilnya (Sulistianingsih, 2006).
Menurut hasil penelitian Hindarti (2002) menyatakan bahwa dengan
perlakuan perendaman dan konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap
perubahan lebar daun, tinggi tanaman, bobot segar, diameter umbi, volume umbi,
bobot siung dan kandungan protein pada bawang putih. Demikian pula dengan
penelitian Rahayuningsih (2006) menyatakan bahwa pemberian kolkisin dengan
konsentrasi 2,5 ppm mampu meningkatkan jumlah kromosom pada tanaman jahe
emprit.
Hasil penelitian Human (2007) menyatakan bahwa iradiasi sinar gamma
merupakan mutagen yang paling banyak digunakan dalam program pemuliaan
tanaman karena memiliki energi dan daya tembus yang relatif tinggi dibanding
lainnya. Secara global sinar gamma telah terbukti paling efektif dan efisien dalam
menghasilkan varietas mutan unggul berbagai jenis tanaman.
Menurut hasil penelitian Panorama (2013) menyatakan bahwa perlakuan
sinar gamma (Co60) dapat menekan intensitas penyakit pustul pada daun kedelai
mencapai 1,34 %. Menurut Melina (2008) pada tanaman P. bipinnatifidum cv.
crocodile teeth perlakuan iradiasi dengan dosis 10 gray secara nyata mampu
menginduksi pertambahan tinggi tanaman, ukuran daun dan jumlah daun. Namun
menurut Batubara (2015) pemberian dosis iradiasi pada bawang merah lebih dari
5 gray dapat menghambat fisiologis pada tanaman bawang merah.

Berdasarkan urain diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai

perubahan

keragaman

morfologi

bawang

merah

Universitas Sumatera Utara

4

(Allium ascolonicum L.) akibat pemberian kolkisin dan iradiasi sinar gamma yang
nantinya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti yang tertarik melakukan
penelitian berbasis mutasi.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan keragaman
morfologi tanaman bawang merah (Allium ascolonicum L.) akibat pemberian
kolkisin dan iradiasi sinar gamma.
Hipotesis Penelitian
Ada perubahan dan perbedaan morfologi tanaman bawang merah
(Allium ascolonicum L.) akibat pemberian kolkisin dan iradiasi sinar gamma.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di fakultas
pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara