Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
2.1.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian
dari keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi
interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa
Sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok
kerabat (Padila, 2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami, istri, dan anak, yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan yang
erat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Interaksi yang baik antara anak dan
orang tua merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi
yang baik ditentukan oleh kualitas pemahamaan dari anak dan orang tua untuk
mencapai kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012).
2.1.2. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) terdapat empat fungsi
keluarga meliputi :
2.1.2.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang, pengertian, dan menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan

6
Universitas Sumatera Utara

7

keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif
di dalam keluarga tidak terpenuhi. Fungsi afektif berhubungan erat dengan
fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga yang dapat mempertahankan makna yang positif,
mempelajari dan mengembangkan fungsi afektif melalui interaksi serta
hubungan dalam keluarga.
Setyowati (2008) ada beberapa komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif yaitu : Pertama, saling mengasuh
seperti cinta kasih, kehangatan saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota

yang lain. Hubungan yang tercipta dalam keluarga merupakan modal dasar
dalam memberi hubungan dengan orang lain di luar keluarga/masyarakat.
Kedua, saling menghargai merupakan usaha mempertahankan sikap positif
dengan anggota keluarga yang mengakui keberadaan dan hak setiap anggota
keluarga. Ketiga, ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat melalui hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai
aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat berkembang dan meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tua ataupun keluarga lainnya.

Universitas Sumatera Utara

8

2.1.2.2 Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga memiliki tanggung
jawab utama dalam mengubah seorang bayi dalam hitungan tahun menjadi

makhluk sosial yang mampu berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Selain
itu, sosialisasi seharusnya tidak sekedar dianggap berhubungan dengan pola
perawatan bayi dan anak, tetapi lebih kepada proses seumur hidup yang
meliputi internalisasi sekumpulan nilai dan norma yang tepat agar dapat
menjadi seorang remaja, suami/istri, orangtua, seorang pegawai yang baru
kerja, kakek/nenek, mahasiswa, dan pensiunan (Friedman, 2010).
2.1.2.3 Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga. Menjamin kontinuitas antar generasi
keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat
Leslie & Korman (1989 dalam Friedman, 2010). Pernikahan dan keluarga
dirancang untuk mengatur dan mengendalikan perilaku seksual serta
reproduksi. Sekarang, fungsi reproduksi telah dipisahkan dari keluarga.
2.1.2.4 Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi, mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan melibatkan penyediaan

Universitas Sumatera Utara


9

keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang, dan material dalam
alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan (Setiadi, 2008).
2.1.2.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi fisik keluarga dipengaruhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan
perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)
merupakan fungsi keluarga yang paling relevan (Friedman ,2010).
2.1.3. Tahapan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
2.1.3.1.

Tahap 1 : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah
keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari

keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
2.1.3.2.

Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak

Universitas Sumatera Utara

10

pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya
berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai
mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran
mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada

mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membentuk

keluarga

muda

sebagai

sebuah

unit

yang

mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
b. Rekonsilisiasi


tugas-tugas

perkembangan

yang

bertentangan

dan

kebutuhan anggota keluarga.
c.

Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
2.1.3.3.


Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang,
keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah,
istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga
menjadi lebih majemuk dan berbeda. Adapun tugas perkembangan keluarga
yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.

Universitas Sumatera Utara

11

c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).
2.1.3.4.

Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir tahap ini. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
d. Meningkatkan komunikasi terbuka
2.1.3.5.

Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih

awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau
20 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

Universitas Sumatera Utara

12

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
2.1.3.6.

Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.

Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
2.1.3.7.

Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
dari bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir
pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian. Adapun
tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Mempertahankan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

13

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
2.1.3.8.

Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
c. Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan “ Life Review”
2.2. Konsep Dukungan Keluarga
2.2.1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap tiap
tiap anggota keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
dibutuhkan (Friedman, 2010).
Suparyanto (2012) juga mengatakan bahwa dukungan keluarga yaitu
informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau
yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional

Universitas Sumatera Utara

14

atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
2.2.2. Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial dipandang
oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial keluarga internal seperti dukungan dari orang tua, suami/istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal
(Friedman, 2010).
2.2.3. Jenis Dukungan Keluarga
Friedman (2010) mengatakan ada beberapa jenis dukungan keluarga yaitu
sebagai berikut :
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat
dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Universitas Sumatera Utara

15

b. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,
perhatian.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istrahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
2.2.4. Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang
masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai
tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam sebuah tahap siklus
kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
Wijaya dan Pratitis (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa
dukungan terbesar yang diberikan oleh orangtua adalah dukungan nyata yaitu

Universitas Sumatera Utara

16

berupa material, padahal yang lebih dibutuhkan oleh para mahasiswa adalah
dukungan emosional berupa saran, perhatian dan arahan untuk mengatasi
permasalahan perkuliahan agar menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena
dilihat dari kesulitan yang paling banyak dihadapi mahasiswa adalah masalah
pada pendidikannya yaitu sistem pengajaran dan materi perkuliahan.
Mahasiswa dengan dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran
lebih positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat mengerjakan tugas-tugas
kuliah bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan
rendah. Mahasiswa juga meyakini bahwa orang tua selalu ada untuk
membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan
stress dengan cara lebih efektif.
2.3.Konsep Motivasi
2.3.1. Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan.
Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang
(Sardiman,2012).

Universitas Sumatera Utara

17

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi
dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing namun intinya sama,
yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Bahri, 2011).
2.3.2. Teori Motivasi
Menurut Sardiman (2012), ada beberapa teori yang mengatakan
tentang motivasi antara lain :
1. Teori Kebutuhan
Dalam teori kebutuhan (Maslow’s Model), kebutuhan utama dalam
urutan kebutuhan, karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini
digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi
agar individu tersebut termotivasi untuk kerja. Pada umumnya, sebagian
besar perhatian pada kebutuhan aktualisasi diri, termotivasi untuk
mengembangkan potensi diri seseorang secara menyeluruh. Kebutuhan
tersebut adalah :
a.

kebutuhan fisiologis , seperi lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat;

b.

kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari
rasa takut dan kecemasan;

c.

kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, asa diterima dalam suatu
masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);

d.

kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan
bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,
social, pembentukan pribadi.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Teori Insting
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti
tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu terkait
dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap
adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah
Mc. Dougall.
3. Teori Fisiologis
Teori ini juga disebut “Behaviour theories”. Menurut teori ini
semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan
kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut
sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman,
udara dan lain-lain yang diperlukn untuk kepentingan tubuh seseorang.
Dari

teori

inilah

muncul

perjuangan

hidup,

perjuangan

untuk

mempertahankan hidup, struggle for survival.
4. Teori Psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada
unsur- unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan
manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni iq dan ego. Tokoh
dari teori ini adalah Freud.

Universitas Sumatera Utara

19

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang
mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Cita-cita / aspirasi pembelajar
b. Kemampuan pembelajar
c. Kondisi pembelajar
d. Kondisi lingkungan pembelajar
e. Unsur-unsur dinamis belajar / pembelajaran
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
2.3.4.

Fungsi Motivasi
Motivasi berfungsi untuk mendorong timbulnya tingkah laku atau

perbuatan karena tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya
belajar, sebagai pengarah yang artinya mengarahkan perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, dan motivasi juga berfungsi sebagai
penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Sardiman (2012),
menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu :
Pertama, motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat yang
dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dan motivasi
akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.
Kedua, motivasi sebagai penentu arah perbuatan yang akan menuntun
seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan
tujuan yang ingin dicapai.

Universitas Sumatera Utara

20

Ketiga, motivasi sebagai proses seleksi perbuatan yang akan
memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan
mana yang harus dilakukan.
Keempat, motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi yang
dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.
2.3.5.

Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2012) Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak
criminal, amoral, dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan maslaah soal-soal

Universitas Sumatera Utara

21

Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti di atas, berarti orang itu
selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.
2.3.6. Peranan Motivasi
Menurut Eveline dan Hartini (2010), terdapat dua peranan penting
motivasi dalam belajar, yakni :
a. Motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi
mencapai satu tujuan.
b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar.
2.4. Konsep Prestasi Belajar
2.4.1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atas ketrampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Winkel (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Universitas Sumatera Utara

22

Arif Gunarso (Sunarto, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar.
Prestasi merupakan kecakapan nyata dan dapat diukur, bersifat
sementara dan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.
Prestasi adalah sebagai tingkat kemampuan aktual siswa yang diukur berupa
penguasaan pengetahuan, kemampuan, kebiasaan dan sikap sebagai hasil dari
proses belajar di sekolah yang dilaporkan dalam bentuk rapot.
Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan suatu
evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektifitas proses belajar tersebut
akan tampak pada kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran.
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (2009), faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan / kondisi
jasmani dan rohani siswa
2. Faktor eksternal (faktor dari siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Universitas Sumatera Utara

23

2.4.3. Indikator Prestasi Belajar
Menurut Syah (2009) “Pengungkapan hasil belajar meliputi segala
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah,
khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar
itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar
indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
2.4.4. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang
tidak dapat ditinggalkan. Menilai/mengukur prestasi belajar, merupakan salah
satu dari kompenen pembelajaran itu sendiri. mengukur merupakan salah satu
proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai/mengukur prestasi
belajar bidang akademik dicatat dalam sebuah Kartu Hasil Studi (KHS) dan di
rangkum dalam sebuah Transkrip Nilai mahasiswa. Dari transkrip nilai dapat
diketahui sejauhmana prestasi belajar mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut
berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Pengukuran prestasi belajar
adalah pemberian angka atau skala tertentu suatu aturan atau formula tertentu
terhadap penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui pembelajaran. Pengukuran ini digunakan oleh seorang pendidik untuk
melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan
instrumen tes maupun non test.

Universitas Sumatera Utara

24

2.4.5. Tujuan Pengukuran dan Penilaian Prestasi Belajar
Menurut Sudrajat (2008) tujuan pengukuran dan penilaian prestasi
belajar yaitu:
a. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan
kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik
lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam
urutan dibandingkan dengan yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk
grading ini cenderung membandingkan peserta didik yang satu dengan
yang lainnya sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma
(norm-referenced assessment).
b. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta
didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Dalam hal ini,
fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di
bidang tertentu.
c. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai kompetensi.
d. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
e. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar
yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa

Universitas Sumatera Utara

25

dikembangkan. Ini akan membantu tenaga pengajar menentukan apakah
seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
f. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang
pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari
penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.

Universitas Sumatera Utara