Fakta Empirik (Stylized Facts) Business Cycle Indonesia

ll/vi Supriana

rakta Empirik (.')tylized Facts) Business Cycle Indonesia

FAKTA EMPIRIK (STYLIZED FACTS) BUSINESS CYCLEINDONESIA
Tavi Supriana
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara
JI. Prof. Syofyan NO.3 Kampus USU Pd . Bulan Medan, 20155
tavi@usu.ac.id

Abstract
The central concern of macroeconomics is the business cycle phenomenon. These concerns
become intensive during several crisis among the countries and global economic crisis. The
objectives of this study are to estimate trend and cyclical component of macroeconomics variable,
and to analFe interdependence of macroeconomic indicators cyclical with PDB cyclical from 1980
to 2006. The result shows that total consumption, household consumption, government
consumption, export, and import correlate positvely with GOP and pro-cyclical. Interest rate is acyclical, General price rate is contra-cyclical and co-incident. Domestic and Foreign Invesment are
a-cyclical, government budget defisit is contra-cyclical. Exchange rate, government expenditures,
government receipts, foreign exchange reserves, and exports are the leading indicators for
Indonesian masroeconomic cycle and pro-cyclical.
Keywords: Business Cycle, Leading Indicators, Pro-Cyclical.


Pendahuluan

kajian ini banyak mendapat kritikan karena tidak
teruji secara empirik. Secara empirik peneliti business cycle tidak melihat fluktuasi ekonomi jangka
pendek dan panjang terjadi secara periodik dan berulang. Kajian business cycle modern umumnya bertujuan untuk menentukan penyebab terjadinya fluktuasi.
Penyebab terjadinya fluktuasi ini disebut sebagai guncangan (shocks). Ekonomi modern menggunakan terminologi fluktuasi bisnis sebagai pengganti business cycle tradisional. Oeviasi output riil
agregat dari trend digunakan sebagai definisi untuk
fluktuasi ini.
Secara umum, employment, harga-harga,
suku bunga bersifat pro- siklikal, sedangkan tingkat
pengangguran (unemployment) bersifat kontra-siklikal. Variabel ekonomi yang mempunyai korelasi positif dan mendekati satu dengan POB sebagai variabel referensi menunjukkan varia bel tersebut prosiklikal. Variabel yang mempunyai koefisien korelasi
dengan nilai yang sama tetapi arahnya berlawanan,
disebut kontra-siklikal.
Menurut Collard (1996), Arthur Pigou mengemukakan teori business cycle psikologi. Teori ini
menyatakan bahwa optimisme atau pesimisme
pelaku bisnis dapat mempengaruhi kecenderungan
ekonomi. Seiring dengan teori ini dikemukan teori
underconsumption, yang dikemukakan oieh ekonom
Inggris John Hobson. Menurut teori ini, tidak meratanya pendapatan adalah penyebab turunnya ekonom!. Pasar akan kelimpahan barang karena rendahnya daya beli masyarakat miskin. Konsekuensi

dari hal ini adalail tetjadinya akumulasi tabungan
(saving) dari golongan kava. Akumulasi tabungan ini
tidak dapat diinvestasikan kembali ke dalam produksi
akibat tidak efisiennya permintaan barang. Keadaan

Fenomena business cycle selalu menjadi pusat perhatian ekonom. Perhatian ini menjadi lebih
intensif dengan terjadinya beberapa krisis ekonomi di
berbagai negara. Oiawali dengan krisis ekonomi di
Thailand yang akhirnya menular ke seluruh Asia,
pada tahun 1997, krisis Hongkong tahun 2002, dan
Korea Selatan tahun 2006. Pada bulan Agustus 2007
gejolak yang dipicu krisis subprime mortgage juga
terjadi di AS dan akhirnya memicll terjadinya krisis
yang bersifat global. Dengan semakin liberalnya
pasar keuangan internasional krisis pada salah satu
sektor perekonomian di suatu negara tidak hanya
dapat berdampak pada seluruh sektor ekonomi lain
di negara tersebut, namun dikhawatirkan akan memiliki dampak ke negara lain di dunia, bahkan dapat
menyebabkan resesi ekonomi dunia secara keseluruhan. Karena itu mempelajari fenomena krisis yang
menjadi bagian dari business cycle suatu ekonomi

menjadi penting. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pembelajaran (lesson learning) dari fenomena
tersebut, dan dapat melakukan antisipasi untuk
stabilisasi ekonomi pada masa yang akan datang.
Business cycle adalah fluktuasi daiam aktivitas ekonomi agregat yang berulang tetapi non periodik (kurun waktunya tidak sama). Hal ini dicerminkan
oleh fiuktuasi GNP riil di sekitar garis trend.
Terdapat dua titik balik (tuming points) dalam satu business cycle, yaitu titik balik atas disebut
puncak (peak) dan titik balik bawah disebut lembah
(trough). Business cycle terdiri dari gerakan menaik
atau ekspansi diikuti dengan gerakan menurun atau
kontraksi dalam aktivitas ekonomi agregat.
Kajian-kajian business cycle tahun 60-an
hingga tahun SO-an bertujuan untuk menentukan
kisaran waktu datangnya siklus ini. Namun kajian\'01 . 14 No. I, Mci 2009

6