Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker payudara pada umumnya menyerang pada kaum wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat meyerang kaum laki-laki, walaupun kemungkinan menyerang kaum laki-laki itu sangat kecil sekali yaitu 1:1000. Kanker payudara ini adalah salah satu jenis kanker yang juga menjadi penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk di Indonesia (Mulyani, 2013).

Insiden kanker payudara terus meningkat, sebagian karena teknologi diagnostik yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan kanker payudara tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak kemajuan dalam pengobatan (Baradero dkk, 2007).

Gejala kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara yang tidak terasa nyeri. Semula, benjolan itu kecil. Lama kelamaan, benjolan ini semakin besar, lalu melekat pada kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada


(2)

kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara. Itulah yang membuat puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna merah muda atau kecokelatan sampai menjadi oedema, sehingga terlihat seperti kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Semakin lama, borok membesar dan mendalam maka akan menghancurkan seluruh payudara (Suprianto, 2010).

Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan dini ini tidak hanya terjadi pada wanita pada wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi kedokteran sendiri. Penyebaran informasi mengenai manfaat pemeriksaan dini (mamografi) atau faktor risiko kanker payudara mungkin kurang tersebar luas di masyarakat (Bustan, 2007).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah awal deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi, 2010). Prognosis kanker payudara tergantung pada tingkatan pertumbuhan, pada tumor ukuran kecil tindakan preventif diharapkan. Oleh sebab itu, lebih baik melakukan penanggulangan kanker payudara di titik beratkan pada deteksi tumor stadium dini yang biasanya berukuran kecil.

Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Alangkah baiknya jika semua wanita sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera memperiksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan pada payudara. SADARI


(3)

sangat penting dianjurkan benjolan pada payudara. SADARI sangat penting dianjurkan kepada masyarakat untuk menerapkannya sekitar 90% kanker payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5% ditemukan selama pemeriksaan fisik untuk alasan lain. Penemuan awal, pada sebagain besar kanker payudara (66%), berupa massa keras atau kokoh, tidak lunak, batas tidak tegas. Pada 11% kasus tanda yang ditimbul berupa massa di payudara yang nyeri (Mulyani, 2013)

Proyeksi data WHO tahaun 2012 memperkirakan prediksi peningkatan substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025 ke depan, sehingga menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global populasi semakin pesat. Lebih dari 50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian itu akibatnya (64,9%) pada tahun 2012 terjadi perkembangan wilayah di dunia dan membuat proporsi ini akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012 terdiagnosis 1,7 juta perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita (World Health Organization (WHO), 2012).

Pada tahun 2014, diperkirakan 232.670 kasus kanker payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis pada wanita di Amerika Serikat dan 62.570 kasus baru non-invasif (in situ) kanker payudara. Data tahun 2014 memperkirakan 232.670 kasus baru kanker payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis supaya megurangi risiko kejadian kanker payudara. Sekitar 40.000 wanita di Amerika Serikat diperkirakan meninggal disebabkan akibat kanker payudara meskipun angka kematian telah menurun sejak 1989 dengan penurunan lebih besar pada wanita di bawah 50 tahun. Menurun ini dianggap sebagai hasil dari kemajuan pengobatan, deteksi dini melalui pemeriksaan, dan peningkatan kesadaran. Risiko


(4)

seorang wanita terkena kanker payudara sekitar dua kali lipat jika dia anggota keluarga yang didiagnosis dengan kanker payudara sekitar 5-10% dari kanker payudara dapat dikaitkan dengan mutasi gen (perubahan abnormal) diturunkan dari ibu atau ayah (American Cancer Society (ACS), 2014).

Kira-kira 20% lebih kasus kanker payudara terkait dengan keluarga, yaitu terdapat pengleompokkan kasus kanker dalam keluarga, tetapi penyakit tersebut tidak menunjukkan pola pewarisan yang pasti. Kasus peluang pengelompokkan kanker umum didapatkan dari pewarisan gen yang menyebababkan sedikit peningkatan risiko kanekr, pembagian sedikit peningkatan risiko kanker pengaruh lingkungan yang umum terjadi yang disebabkan berbagai faktor yang kemungkinan disebabkan pewarisan gen membuat individu lebih rentan terhadap lingkungan (Andrews, 2010).

Setiap tahun, American Cancer Society memperkirakan jumlah kasus kanker yang menyebabkan kematian yang diharapkan di Amerika Serikat supaya data terbaru berjalan dengan baik untuk mengurangi risiko kejadian kanker, kematian, dan kelangsungan hidup berdasarkan data kejadian dari Nasional Cancer Institute, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dan Asosiasi Amerika Utara Kanker Central Registry dan data kematian dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan. Sebanyak 1.660.290 kasus kanker 80.350 kematian akibat kanker diproyeksikan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2013

(Global Statistic Cancer, 2013).

Program Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP) pada tahun 2013 program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara mempunyai


(5)

program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207 kabupaten pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum serta bidan dan diperkuat oleh 1.682 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan. Jumlah diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75% dari target perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 (4,47%) IVA positif, curiga kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 (2,6 per 1000). Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker yang menyerang penduduk Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) tertingi kasusnya di seluruh Rumah Sakit (RS).

Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%) dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Baru disusul kanker leukimia sebanyak 4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang (7,8%). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan penyebab kematian nomor tujuh.

Di Indonesia berdasarkan data yang ada, kanker leher rahim menempati urutan kedua dari jumlah kanker yang terjadi pada wanita. Begitu juga dengan


(6)

jumlah kasus kanker yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dengan jumlah insidens untuk kanker payudara sebanyak 2.261 kasus dan kanker leher rahim sebanyak 909 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tanggal 15 Mei 2013, tahun 2012 jumlah kunjungan pasien kanker payudara sebanyak 2.089 orang. Tahun 2013 dari bulan januari sampai Mei 2013, jumlah kunjungan pasien kanker payudara sebanyak 2.121 orang, pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 826 orang, dan rata-rata per bulan mencapai 148 orang.

Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Sumatera Utara melaporkan penderita yang berobat pada stadium dini hanya berkisar 20-30%. Sedangkan penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70 %. Kondisi ini jauh berbeda dengan negara barat yang hampir 80 % pasien kanker payudara datang pada stadium dini. Menurut data di Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan, terdapat 1.427 penderita kanker payudara pada kurun waktu 2011-2013)

Sudah saatnya wanita lebih peka dan mulai memperhatikan organ payudara secara khusus. Semakin dini kita mengetahui masalah yang terjadi pada payudara maka semakin awal deteksi kanker payudara dapat dilakukan. Hasilnya pengobatan dapat dilakukan pada stadium awal sehingga kemungkinan sembuh dan kemampuan bertahan jauh lebih besar. Hanya lima menit memahami dan kenali payudara kita untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini (Nisman, 2011).


(7)

Deteksi dini merupakan langkah awal terdepan dan paling penting dalam pencegahan kanker. Dengan deteksi dini diharapkan angka mortalitas dan morbiditas, dan biaya kesehatan akan lebih rendah. Deteksi dini dan skrining menjadi kunci tingkat bertahan hidup yang tinggi pada penderita. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Selain itu, untuk meningkatkan kesembuhan penderita kanker payudara, kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, dan terapi dini. Untuk itu, diperlukan diseminasi pengetahuan tentang kanker payudara, dan pendidikan wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Olfah dkk, 2013).

Deteksi dini sangat penting dan efektif dalam menanggulangi kanker payudara. Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui. Faktor risikonya bersifat multifaktor dan banyak yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko yang signifikan dan telah terbukti adalah jenis kelamin wanita dan bertambahnya usia, sehingga setiap wanita berisiko kanker payudara. Riwayat keluarga kanker payudara juga merupakan faktor risiko penting, 5-10% penderita akibat kelainan genetik (Olfah dkk, 2013).

Salah satu metode deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mengalami perkembangan payudara. SADARI berperan penting dalam penemuan kanker payudara stadium dini, karena secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% kejadian kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri. Bahkan, 90% dari kanker payudara ditemukan oleh wanita itu sendiri saat melakukan SADARI. American Cancer Society merekomendasikan agar sejak usia 20 tahun, kaum wanita


(8)

memeriksakankan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya, pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun.. meskipun sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI. SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan setiap wanita dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Tindakan ini penting karena 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya (Rasyidi 2009).

Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setelah ke 5 dan ke-7 sesudah menstruasi, dimana jaringan payudara saat densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi infeksi atau palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan di samping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan manuver ini.(Rasyidi, 2009).

Masalah utama pelaksanaan SADARI sebagai metode deteksi dini kanker payudara adalah jarang sekali yang melakukannya dengan benar. Menurut Bustan 2007, rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri ini tidak hanya terjadi pada


(9)

wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi kedokteran sendiri. Padahal Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan antara lain ditentukan oleh pengetahuan orang yang bersangkutan.

Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer Society dalam proyek skrening kanker payudara menganjrkan pemeriksaan SADARI walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Dengan melakuakn deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti SADARI diperlukan minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup serta menjaga kualitas untuk lebih baik (Mulyani, 2013).

Penulis memilih Fakultas Ilmu Keperawatan sebagai tempat penelitian karena di fakultas ini akan dibentuk kader-kader tenaga kesehatan yaitu perawat. Sebagai calon perawat, mahasiswa FIK idealnya memilki pengetahuan, kesadaran, dan perilaku yang baik dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara. Khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran yang biasa dilakukan oleh diri sendiri yaitu SADARI. Studi pendahuluan penelitian Nugrahini (2008) ini dilakukan secara acak pada 10 orang mahasiswi. Dari hasil studi pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: 4 orang mengetahui tentang SADARI, 6 orang belum mengetahui tentang SADARI, 2 orang pernah melakukan SADARI dan 8 orang belum pernah melakukan SADARI. Mahasiswa yang belum melakukan SADARI dikhawatirkan tidak memperhatikan perubahan


(10)

yang terjadi pada payudara secara dini, sehingga berdampak pada keterlambatan pemeriksaan pada selajutnya.

Berdasarkan penelitian Handayani (2013) yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Oktober 2012 di Prodi D III Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta terdapat sebanyak 285 mahasiswi tingkat 1 sebanyak 3 orang, tingkat 2 sebanyak 4 orang dan tingkat 3 sebanyak 3 orang, didapatkan hasil bahwa mahasiswi sudah medapatkan materi tentang SADARI sejak semester 1. Dari 10 mahasiswi tersebut, 8 mahasiswi yaitu tingkat 1 sebanyak 2 orang, tingkat 2 sebanyak 3 orang, dan tingkat 3 sebanyak 3 orang sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI namun mereka mengakui tidak rutin dalam melakukan SADARI setiap bulannya, sedangkan 2 mahasiswi masing-masing tingkat 1 dan tingkat 2 sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI dan rutin melakukan SADARI setiap bulannya.

Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah institusi kesehatan yang mencetak tenaga kesehatan masyarakat yang terutama bergerak di bidang kesehatan promotif dan preventif. Untuk mengetahui dan mempraktekkan SADARI sebagai metode upaya pencegahan kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara 8 responden dari 84 Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ada 7 responden mengerti dengan pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payuadara Sendiri) dan manfaat kegunaan SADARI dan 1 orang tidak mengeti pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan manfaatnya. Dari 8 responden 6 orang tidak memahami langkah melakukan SADARI cara yang benar tidak mengaplikasikan rutin dalam sebulan dan 2 orang memahami langkah SADARI yang benar serta mengaplikasikan rutin dalam sebulan. Namun, tindakan


(11)

SADARI mahasiswi pada umumnya kurang baik dari 6 responden mengatakan mereka malas, tidak nyaman, lupa, malu dengan payudara sendiri, kurang memperhatikan payudaranya, dan mengatakan tidak penting dilakukan setiap bulan, kalau lagi ingat dilakukan dan kalau tidak ingat tidak dikerjakan pemeriksaan payudara sendiri dan meraka beranggapan bahwa faktor genetik keturunan mereka tidak ada menderita kanker payudara sehingga tindakan SADARI masih mimimnya dilakuakn oleh tenaga kesehatan dan hanya 2 responden yang melakukan tindakan SADARI setiap bulannya supaya ingin mencegah deteksi dini kanker payudara.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker


(12)

payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

2. Untuk mengetahui Sikap Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015

3. Untuk mengetahui tindakan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015 .

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi FKM USU tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.

2. Sebagai masukan bagi Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU dalam penentuan kurikulum mata kuliah kesehatan reproduksi.


(13)

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara.


(1)

memeriksakankan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya, pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun.. meskipun sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI. SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan setiap wanita dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Tindakan ini penting karena 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya (Rasyidi 2009).

Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setelah ke 5 dan ke-7 sesudah menstruasi, dimana jaringan payudara saat densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi infeksi atau palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan di samping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan manuver ini.(Rasyidi, 2009).

Masalah utama pelaksanaan SADARI sebagai metode deteksi dini kanker payudara adalah jarang sekali yang melakukannya dengan benar. Menurut Bustan 2007, rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri ini tidak hanya terjadi pada


(2)

wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi kedokteran sendiri. Padahal Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan antara lain ditentukan oleh pengetahuan orang yang bersangkutan.

Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer Society dalam proyek skrening kanker payudara menganjrkan pemeriksaan SADARI walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Dengan melakuakn deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti SADARI diperlukan minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup serta menjaga kualitas untuk lebih baik (Mulyani, 2013).

Penulis memilih Fakultas Ilmu Keperawatan sebagai tempat penelitian karena di fakultas ini akan dibentuk kader-kader tenaga kesehatan yaitu perawat. Sebagai calon perawat, mahasiswa FIK idealnya memilki pengetahuan, kesadaran, dan perilaku yang baik dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara. Khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran yang biasa dilakukan oleh diri sendiri yaitu SADARI. Studi pendahuluan penelitian Nugrahini (2008) ini dilakukan secara acak pada 10 orang mahasiswi. Dari hasil studi pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: 4 orang mengetahui tentang SADARI, 6 orang belum mengetahui tentang SADARI, 2 orang pernah melakukan SADARI dan 8 orang belum pernah melakukan SADARI. Mahasiswa yang belum melakukan SADARI dikhawatirkan tidak memperhatikan perubahan


(3)

yang terjadi pada payudara secara dini, sehingga berdampak pada keterlambatan pemeriksaan pada selajutnya.

Berdasarkan penelitian Handayani (2013) yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Oktober 2012 di Prodi D III Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta terdapat sebanyak 285 mahasiswi tingkat 1 sebanyak 3 orang, tingkat 2 sebanyak 4 orang dan tingkat 3 sebanyak 3 orang, didapatkan hasil bahwa mahasiswi sudah medapatkan materi tentang SADARI sejak semester 1. Dari 10 mahasiswi tersebut, 8 mahasiswi yaitu tingkat 1 sebanyak 2 orang, tingkat 2 sebanyak 3 orang, dan tingkat 3 sebanyak 3 orang sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI namun mereka mengakui tidak rutin dalam melakukan SADARI setiap bulannya, sedangkan 2 mahasiswi masing-masing tingkat 1 dan tingkat 2 sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI dan rutin melakukan SADARI setiap bulannya.

Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah institusi kesehatan yang mencetak tenaga kesehatan masyarakat yang terutama bergerak di bidang kesehatan promotif dan preventif. Untuk mengetahui dan mempraktekkan SADARI sebagai metode upaya pencegahan kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara 8 responden dari 84 Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ada 7 responden mengerti dengan pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payuadara Sendiri) dan manfaat kegunaan SADARI dan 1 orang tidak mengeti pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan manfaatnya. Dari 8 responden 6 orang tidak memahami langkah melakukan SADARI cara yang benar tidak mengaplikasikan rutin dalam sebulan dan 2 orang memahami langkah SADARI yang benar serta mengaplikasikan rutin dalam sebulan. Namun, tindakan


(4)

SADARI mahasiswi pada umumnya kurang baik dari 6 responden mengatakan mereka malas, tidak nyaman, lupa, malu dengan payudara sendiri, kurang memperhatikan payudaranya, dan mengatakan tidak penting dilakukan setiap bulan, kalau lagi ingat dilakukan dan kalau tidak ingat tidak dikerjakan pemeriksaan payudara sendiri dan meraka beranggapan bahwa faktor genetik keturunan mereka tidak ada menderita kanker payudara sehingga tindakan SADARI masih mimimnya dilakuakn oleh tenaga kesehatan dan hanya 2 responden yang melakukan tindakan SADARI setiap bulannya supaya ingin mencegah deteksi dini kanker payudara.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi Di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker


(5)

payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

2. Untuk mengetahui Sikap Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015

3. Untuk mengetahui tindakan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015 .

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi FKM USU tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.

2. Sebagai masukan bagi Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU dalam penentuan kurikulum mata kuliah kesehatan reproduksi.


(6)

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai deteksi dini kanker payudara.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

16 166 128

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

14 131 208

Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Angkatan Tahun 2009 Fakultas Ekonomi USU Medan Tentang Kanker Payudara Dan SADARI

2 70 72

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 15

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 16

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 1 41

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 77

57 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

0 0 10