Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH:
RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh
RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015
Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :
RIA MISTIKA MARDALENA NIM. 131021089
Disahkan oleh : Komisi Pembimbing
DosenPembimbing I Dosen Pembimbing II
SRI RAHAYU SANUSI, SKM, M.Kes, Ph.D ASFRIYATI, SKM, M. Kes
NIP.19711225 199501 2 001 NIP.19701220 199403 2 001
Medan , tanggal 23 bulan Oktober tahun 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP.19610831 1989031 001
(4)
ABSTRAK
Kejadian keputihan banyak disebabkan oleh jamur Candidosis Vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vagina, penyebab lainnya adalah Vaginitis Bacterial dan Trichomonas Vaginalis (Depkes, 2008). Kebiasaan menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna merupakan usaha mencegah timbulnya masalah organ intim salah satunya keputihan. Namun informasi yang salah mengenai perawatan pada organ genitalia eksterna dan kesadaran yang kurang masih menjadi masalah wanita termasuk mahasiswa wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi FKM USU angkatan 2013 Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptifanalitik . Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa wanita FKM USU angkatan 2013 sebanyak 757 orang. Sampel yang didapat sebanyak 137 orang. Kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer menggunakan Chi-Square Test dengan
α= 0,05.
Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (p = 0,010) dan sikap dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan dengan (p = 0,027).
Dari hasil yang didapat, maka disarankan kepada mahasiswi FKM USU, sebagai mahasiswi kesehatan masyarakat agar lebih banyak mencari informasi dan membaca buku tentang kebersihan organ genitalia eksterna sehingga dapat memotivasi diri untuk lebih mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya cara kebersihan organ genitalia eksterna yang benar, pencegahan keputihan dan bahaya yang terjadi jika salah membersihkan organ genitalia eksterna.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kebersihan Organ Genitalia Eksterna, Pencegahan Keputihan
(5)
ABSTRACT
Incidence of vaginal discharge mostly caused by Candidosis Vulvovagenitis because many women who do not know the cleaning the vaginal area, other causes are Bacterial Vaginitis and Trichomonas Vaginalis (Depkes RI, 2010). The habit of keeping and taking care of the cleanliness of external genitalia is an attempt to prevent the problem of sex organs one whiteness. However, misinformation regarding the treatment of external genital organs and a lack of awareness is still a problem of women, including female students.
This study aims to determine the correlation between knowledge and attitude to the external genitalia hygiene measures for prevention of vaginal discharge in student of Public Health USU on 2015. This type of research is descriptive analytic. The study population was all female students public health USU class of 2013 as many as 757 people. Samples were obtained as many as 137 people. Then performed statistical tests with computer programs using the Chi-square test with α = 0,05.
Results of research by bivariate analysis shows that there is a relationship between knowledge and action on the cleanliness of the external genitalia as prevention of vaginal discharge (p = 0.010) and attitude to the action on the cleanliness of the external genitalia as prevention whitish with (p = 0.027).
From the results obtained, it is advisable to student of public health USU, as a student of public health so that more informed and read books about the cleanliness of the external genitalia that can motivate yourself to be more aware of reproductive health, especially how the cleanliness of external genitalia correct, prevention whitish and the dangers that occur when one cleans external genitalia.
Keywords: Knowledge, Attitude, Action, Hygiene External Genitalia, Vaginal Discharge Prevention
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ria Mistika Mardalena
Tempat/Tanggal Lahir : Dumai, 24 September 1991 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Dr. Wahidin No. 256 B. Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat, Dumai - Riau
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1996-1997 : TK Ratu Sima II Dumai, Riau 2. 1997-2003 : SD Negeri 007 Dumai, Riau 3. 2003-2006 : SMP Negeri 2 Dumai, Riau
4. 2006-2009 : SMA Negeri Binaan Khusus Dumai, Riau 5. 2009-2012 : Akademi Kebidanan Sehat Medan
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Bapak Drs. Heru Santosa,MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan Dan
Biostatistik
3. Ibu Sri Rahayu Sanusi M. Kes, Ph.D dan Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta dukungan
4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan yang terbaik.
5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing akademik 6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan
7. Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 8. Ayahanda H.Misno Ali Syukron (alm) dan Ibunda Nurliaman yang telah mendukung
(8)
9. Kakanda Ade Irmalia Oktavianty dan adinda Tria Sella Oktavianty yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
10. Sahabat tersayang Dilla Pebria Sari, Gravika Dian Lestari, Octira Daniaty, Kak Zhou, Salwa, Putri Novelan, Kak Nurma yang berjuang dari awal hingga akhir memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
11. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang saling memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan. Teman-teman dari PBL dan LKP yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan,Oktober 2015 Penulis,
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian. ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kebersihan Organ Genitalia ... 9
2.1.1 Anatomi Genitalia Eksterna ... 9
2.1.2 Perawatan Organ Genitalia Eksterna Yang Baik Dan Benar ... 11
2.2 Keputihan ... 12
2.2.1 Pengertian Keputihan ... 13
2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan... ... 14
2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap Wanita ... 16
2.2.4 Pencegahan Keputihan ... 17
2.3 Pengetahuan ... 19
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ... 19
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ... 19
2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan ... 21
2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21
2.4 Sikap ... 23
2.4.1 Pengertian Sikap ... 23
2.4.2 Tingkatan Sikap ... 24
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 25
2.5 Tindakan ... 25
2.5.1 Pengertian Tindakan ... 27
2.5.2 Tingkatan Tindakan ... 27
(10)
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 30
3.2 Lokasi dan Waktu ... 30
3.2.1 Lokasi ... 30
3.2.2 Waktu ... 30
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1 Populasi ... 30
3.3.2 Sampel ... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5 Defenisi Operasional Variabel... 32
3.6 Aspek Pengukuran ... 33
3.7 Instrumen Penelitian ... 36
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37
3.8.1 Teknik pengolahan data ... 37
3.8.2 Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40
4. 1 Gambaran Umum Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 4.1.1 Lokasi ... 40
4.1.2 Sejarah Berdirinya Fakultas Kesehatan Masayarakat USU ... 40
4.1.3 Visi dan Misi Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 41
4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 42
4.3 Analisis Univariat ... 43
4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden ... 43
4.3.2 Gambaran Sikap Responden ... 45
4.3.3 Gambaran Tindakan Responden ... 47
4.4 Analisis Bivariat ... 49
4.4.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan... 49
4.4.2 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan... 50
BAB V PEMBAHASAN ... 51
5.1 Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 51
5.2 Sikap Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 52
5.3 Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 54
5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 55
5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputiha... 56
(11)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
6.1 Kesimpulan ... 61
6.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64 DAFTAR LAMPIRAN
KUESIONER
SURAT IZIN PENELITIAN MASTER DATA
OUTPUT HASIL ANALISIS UNIVARIAT DAN BIVARIAT RELIABILITAS DAN VALIDITAS
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Tabel Skor Pengetahuan... 33
Tabel 3.2 Tabel Pengukuran Kategori Pengetahuan... 33
Tabel 3.3 Tabel Pengukuran Kategor Sikap... 35
Tabel 3.4 Tabel Pengukuran Skor Tindakan... 36
Tabel 3.5 Tabel Pengukuran Kategori Tindakan... 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 45
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 46
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswi Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 47
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 47
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 48
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Tahun 2015 di FKM USU... 49
(13)
Tabel 4.9 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Organ Genitalia Eksterna ... 10 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 28
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 68
Lampiran 2. Kuesioner ... ... 69
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 74
Lampiran 4. Master Data ... 76
Lampiran 6. Output Hasil Analisis Univariat dan Bivariat ... 91
(16)
ABSTRAK
Kejadian keputihan banyak disebabkan oleh jamur Candidosis Vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vagina, penyebab lainnya adalah Vaginitis Bacterial dan Trichomonas Vaginalis (Depkes, 2008). Kebiasaan menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna merupakan usaha mencegah timbulnya masalah organ intim salah satunya keputihan. Namun informasi yang salah mengenai perawatan pada organ genitalia eksterna dan kesadaran yang kurang masih menjadi masalah wanita termasuk mahasiswa wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi FKM USU angkatan 2013 Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptifanalitik . Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa wanita FKM USU angkatan 2013 sebanyak 757 orang. Sampel yang didapat sebanyak 137 orang. Kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer menggunakan Chi-Square Test dengan
α= 0,05.
Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (p = 0,010) dan sikap dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan dengan (p = 0,027).
Dari hasil yang didapat, maka disarankan kepada mahasiswi FKM USU, sebagai mahasiswi kesehatan masyarakat agar lebih banyak mencari informasi dan membaca buku tentang kebersihan organ genitalia eksterna sehingga dapat memotivasi diri untuk lebih mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya cara kebersihan organ genitalia eksterna yang benar, pencegahan keputihan dan bahaya yang terjadi jika salah membersihkan organ genitalia eksterna.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kebersihan Organ Genitalia Eksterna, Pencegahan Keputihan
(17)
ABSTRACT
Incidence of vaginal discharge mostly caused by Candidosis Vulvovagenitis because many women who do not know the cleaning the vaginal area, other causes are Bacterial Vaginitis and Trichomonas Vaginalis (Depkes RI, 2010). The habit of keeping and taking care of the cleanliness of external genitalia is an attempt to prevent the problem of sex organs one whiteness. However, misinformation regarding the treatment of external genital organs and a lack of awareness is still a problem of women, including female students.
This study aims to determine the correlation between knowledge and attitude to the external genitalia hygiene measures for prevention of vaginal discharge in student of Public Health USU on 2015. This type of research is descriptive analytic. The study population was all female students public health USU class of 2013 as many as 757 people. Samples were obtained as many as 137 people. Then performed statistical tests with computer programs using the Chi-square test with α = 0,05.
Results of research by bivariate analysis shows that there is a relationship between knowledge and action on the cleanliness of the external genitalia as prevention of vaginal discharge (p = 0.010) and attitude to the action on the cleanliness of the external genitalia as prevention whitish with (p = 0.027).
From the results obtained, it is advisable to student of public health USU, as a student of public health so that more informed and read books about the cleanliness of the external genitalia that can motivate yourself to be more aware of reproductive health, especially how the cleanliness of external genitalia correct, prevention whitish and the dangers that occur when one cleans external genitalia.
Keywords: Knowledge, Attitude, Action, Hygiene External Genitalia, Vaginal Discharge Prevention
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian lain adalah setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah dapat berupa sekret, transudasi atau eksudat dari organ atau lesi dari saluran genital. Cairan normal vagina yang berlebih. Jadi hanya meliputi sekresi dan transudasi yang berlebih, tidak termasuk eksudat (Mansjoer et al, 2001). Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).
Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Putranto, 2006).
Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan. (NCBI, 2013).
Di Indonesia sendiri 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur (Maghfiroh, 2008).
(19)
Studi menunjukkan bahwa Candidia vulvogvaginities adalah yang paling sering didiagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15 - 30% dari gejala perempuan yang mengunjungi dokter (Monalisa et al, 2012).
Menurut Depkes (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vaginnya, penyebab lainnya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di maklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat reproduksinya.
Sedangkan Hurlock (2001) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga kebersihan diri salah satunya kebersihan organ reproduksi. Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi salah satunya organ genitalia (Ratna, 2010). Selain itu menurut Manuaba (2002) Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan salah satunya mencegah timbulnya masalah genitalia pada wanita salah satunya keputihan (POI, 2010).
Sistem pertahanan organ reproduksi wanita cukup baik yaitu dimulai dari sistem asam basanya, pertahanan ini masih tidak cukup sehingga infeksi bisa menjalar ke segala arah menimbulkan infeksi yang mendadak dan menahun salah satunya adalah keputihan
(20)
Berdasarkan hasil penelitian dari Panda S et al (2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia Selatan terutama India yang terdeteksi Trikomoniosis Vaginalis sebanyak 3 kasus (6%) dan Candida Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis Vaginalis dan Candidia Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab keputihan adalah bakteri Candidia Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia subur dan berasal dari daerah pedesaan. (IJCRR, 2013).
Hasil penelitian dari New Delhi Kaur J dan Kapoor Anup K, tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi keputihan(fluor albus/ leucorrhea), pengetahuan dan persepsi di kalangan perempuan saat menikah dari kelompok usia, 15-49 tahun di kota kumuh Asia selatan pernah mengalami keputihan (fluor albus/ leucorrhea) hampir 79%. Penelitian ini melaporkan prevalensi keputihan (fluor albus/ leucorrhea) yang tinggi pada wanita di tempat tinggal kumuh di Asia Selatan dan terlihat bahwa tidak ada perbedaan dalam persepsi dan pengetahuan dengan pendidikan responden, status pekerjaan, dan pendidikan suami (JFRH, 2014).
Penelitian lainnnya dilakukan di salah satu rumah sakit tersier kabupaten Bareilly di wilayah timur India. Responden adalah wanita dalam kelompok usia reproduksi (15- 49 tahun) yang pernah berkunjung ke pelayanan obstetri dengan keluhan keputihan. Sebanyak 270 wanita dengan keputihan, vaginosis bakteri adalah gangguan yang paling umum terlihat (36,68%). Pengaruh usia, status pendidikan dan status perkawinan, ditemukan keputihan berlebihan (87,8%), terus menerus (64,8%) dan berbau busuk (60,4%) di sebagian besar wanita. Ini memmperkuat asumsi bahwa wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri sebagai kebutuhan yang harus dilakukan (SCOPMED, 2012).
(21)
Beberapa penelitian di Indonesia juga menemukan wanita kurang menyadari kebersihan organ reproduksinya sendiri. Menurut hasil penelitian di asrama kebidanan STIKES Ngudi Waluyo tahun 2012 dari 156 responden sekitar 73,9% diantaranya melakukan praktek personal hygiene tidak baik dan mengalami keputihan patologi. Menurut penelitian lain di desa Kedung Kempul, Lamongan menunjukkan bahwa lebih dari setengah remaja putri (60%) berpengetahuan kurang pada kesehatan reproduksinya dan hampir seluruhnya (95%) remaja putri perilaku personal hygienenya kurang baik. (Mardani et al, 2010).
Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2003) pada siswi SLTP Jakarta Timur ditemukan yang memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak (93,4%), ini berarti hampir seluruh dari siswi tidak mengerti dengan kebersihan organ genitalia. (Rabita, 2010).
Dari hasil penelitian Handayani (2011) di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Jakarta yang melakukan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna hanya setengahnya saja (50%) yang melakukan dengan baik, sedangkan selebihnya kurang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.
Menurut penelitian Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian keputihan sangat tinggi, Sekitar 96,9% responden mengalami keputihan dan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna yang buruk (82,8%).
Sedangkan menurut penelitian Sari (2012) di SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 dari 72 responden yang yang berpengetahuan kurang
(22)
Dari hasil penelitian lainnya oleh Ariyani yang meneliti tentang perilaku hygiene menstruasi pada remaja di pesantren putri As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2009 dengan hasil penelitian sebesar (62,8%) memiliki perilaku negatif.
Selain itu menurut hasil penelitian Daiyah (2004) di SMU Negeri 2 Medan dari 58 responden hanya 25, 86 % yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan baik. Berarti lebih dari setengahnya tidak melakukan kebersihan organ reproduksi dengan baik. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya perhatian kesehatan organ reproduksinya.
Menurut Depkes RI (2003) perlu adanya pemberian informasi yang lengkap baik pada wanita untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi agar terhindar dari masalah kesehatan genitalia seperti keputihan (fluor albus) karena masalah tersebut paling banyak terjadi di Indonesia namun sebagian besar wanita tidak terlalu memperdulikan.
Masalah reproduksi pada wanita perlu mendapat penanganan serius seperti keputihan karena tidak mengenal usia, masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang, seperti Indonesia karena cuaca lembab juga ikut mempengaruhi terjadinya keputihan, kurang tersedianya akses dan informasi yang salah mengenai kesehatan reproduksi terutama perawatan pada organ genitalia eksterna, banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ intim secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi tentang permasalahan reproduksi yang dialami. Hal itu terbukti dari banyak penelitian seperti
(23)
yang telah dijelaskan diatas menyatakan rendahnya baik pengetahuan maupun tindakan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita baik remaja maupun dewasa.
Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna, walaupun sebenarnya mempunyai pengetahuan yang baik terutama pada mahasiswi dari tamatan kebidanan dan keperawatan yang telah diajarkan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya upaya untuk mencegah keputihan (fluor albus).
Berdasarkan dari hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU sebanyak 10 masing-masing 5 orang dari mahasisiwi ekstensi dan 5 orang dari mahasiswi reguler untuk diberikan pertanyaan tentang kebersihan organ genitalia eksterna meliputi tentang pengetahuan mengenai perawatan organ genitalia eksterna dan bagaimana upaya mencegah terjadinya keputihan sebanyak 5 diantaranya kurang mengetahui cara yang benar membersihkan organ genitalia eksterna dan sebanyak 6 orang kurang memperhatikan kebersihan organ genitalia. Serta riwayat keputihan meliputi apakah pernah mengalami keputihan, didapatkan bahwa 8 dari 10 dari mahasiswi pernah mengalami keputihan. Setelah ditanyakan tentang vulva hygiene, maka 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene, dan 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 6 orang (60%) lainnya kurang menjaga vulva hygiene dengan baik.
Dari fenomena yang terjadi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Kebersihan Organ
(24)
1.2 Rumusan Masalah
Banyak wanita tidak mengetahui bagaimana mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ genitalia secara tepat dan kurangnya keterbukaan dari wanita termasuk mahasiswi kesehatan masyarakat yang seharusnya lebih mengetahui tentang permasalahan kesehatan salah satunya permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami yaitu keputihan. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya tindakan yang benar saat membersihkan organ genitalia eksterna. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
3. Untuk mengetahui tindakan mahasiswi angkatan 2013 tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
(25)
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013.
5. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihanpada mahasiswi angkatan 2013.
1.4.1 Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan.
2. Sebagai bahan masukan kepada mahasiswa, terutama mahasiswa wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat USU agar dapat menjaga dan merawat kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar sebagai upaya pencegahan keputihan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kebersihan organ genitalia eksterna.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini memaparkan berkaitan dengan teori-teori diantaranya adalah kebersihan organ genitalia eksterna pada wanita, perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar dan keputihan.
2.1 Kebersihan Organ Genitalia Eksterna
Pada bagian ini akan dibahas tentang kebersihan organ genitalia eksterna dengan materi anatomi organ genitalia wanita dan perawatan organ genitalia eksterna yang baik dan benar pada wanita.
2.2.1 Anatomi Genitalia Eksterna pada Wanita
Genitalia berarti alat kandungan. Genitalia eksterna dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat wanita dalam posisi litotomi. Menurut Mochtar (1998) dan Manuaba (2010) ada beberapa bagian genitalia eksterna yaitu:
a. Mons veneris ialah daerah yang menggunung di atas simfisis , yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa.
b. Bibir besar kemaluan (labia mayora) berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.
c. Bibir kecil kemaluan (labia minora) ialah bagian dalam dari bibr besar yang berwarna merah jambu.
d. Klentit (klitoris) identik dengan penis pada pria , kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif karena memiliki serabut saraf.
(27)
e. Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri.
g. Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina.
h. Selaput dara (hymen) merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata atau fimbra.
i. Lubang kemih (orifisium uretra ekterna) adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kiri dari kanan didapati lubang kelenjar skene.
j. Perineum terletak di antara vulva dan anus.
(28)
2.1.2 Perawatan Organ Genitalia Eksterna yang Baik dan Benar
Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual, termasuk organ genitalia eksterna. Karena itu kita harus merawatnya, menurut Baradero (2007) dan Livoti (2006) perawatan kebersihan organ genitalia eksterna antara lain dengan cara :
1) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. 2) Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina)
secara hati-hati, menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi. Jika alergi dengan sabun yang lembut sekalipun, bisa membasuhnya dengan air hangat. Ini dimaksudkan untuk membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina. 3) membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan
terbalik, karena bakteri yang ada di sekitar anus akan terbawa masuk ke vagina. 4) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
5) Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ reproduksi mudah berkeringat. Hindari menggunakan celana yang ketat pada lipat paha dan paha.
6) Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun (100%) karena menyerap keringat dengan baik.
7) Menggunakan handuk atau waslap yang kering dan bersih untuk mengeringkan vagina.
8) Dianjurkan untuk mencukur / merapikan rambut kemaluan,jika tidak wilayah rahasia kita berpotensi ditumbuhi jamur, bakteri maupun virus yang dapat menimbulkan gatal cara menjaga kebersihan saat menstruasi. Pada saat menstruasi, kebersihan wilayah
(29)
kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.
9) Mengganti pembalut sesering mungkin. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri. Setiap 4 atau 5 jam sekali pembalut usahakan diganti. Sebaiknya pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam
10) Meghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan karena dapat mengganggu keseimbangan pH di vagina yang akan mematikan bakteri laktobasillus (bakteri baik) dan bakteri pathogen (bakteri merugikan) akan tumbuh subur.
11) Tidak memakai sesuatu yang bisa mengiritasi organ genitalia eksterna seperti parfum, sabun berparfum, daodoran dan spray
2.2 Keputihan
2.2.1 Pengertian Keputihan
Keputihan (leukorea, white discharge, fluor albus) yaitu cairan putih yang keluarnya cairan dari liang senggama (vagina) secara berlebihan yang berasal dari sekresi vulva, cairan vagina, sekresi serviks, sekresi uterus atau sekresi tuba faloppi yang dipengaruhi ovarium. Keputihan ada yang normal (fisiologis) dan ada pula yang abnormal (patologis). Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan salah satu gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Manuaba, 2009).
(30)
2.2.2 Faktor Penyebab Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang normal (fisiologis) dan abnormal (patologis). Beberapa ahli menjelaskan penyebab terjadinya keputihan sebagai berikut, yaitu :
a. Keputihan fisiologis
Menurut Sibagariang (2010) Penyebab keputihan fisiologis adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, kemudian dijumpai pada waktu menarche karena pengaruh estrogen.
Sedangkan menurut Manuaba (2009) penyebab lainnya adalah rangsangan birahi saat koitus yang menghasilkan sekret sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vulva. Keputihan normal juga dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 - 16 menstruasi. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan salah satu penyebab keputihan, ciri-cirinya adalah berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakit.
b. Keputihan Patologis
Menurut Manuaba (2009), Guningham (2010) dan Mansjoer (2009) Keputihan patologis disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat berupa infeksi, adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi dapat dijelaskan sebagai berikut :
(31)
1) Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu candidiasis, vaginitis, vaginosis bacterialis dan trichomoniasis.
a. Candidiasis vaginalis
Guningham (2010) menyatakan bahwa infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida albicans atau disebut juga Candidosis vulvovaginitis. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Mansjoer (2009) bahwa sekitar 25 %wanita hamil ditemukan bakteri Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih keju seperti kepala susu/krim atau seperti susu yang pecah, tidak berbau atau berbau asam, pada dinding vagina biasanya dijumpai seperti gumpalan keju yang menempel disertai rasa gatal, kemerahan pada vulva (pruritus vulva), bengkak, iritasi, dan rasa panas saat buang air kecil.
Jamur Candida albican menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali jika kebersihan organ genitalia tidak di jaga. Selain itu menurut Jones (2009) Candida albicans tumbuh lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa di tambah dengan lingkungan yang hangat dan basah. Pada 5 % wanita mengalami serangan berulang Candida vulvogaginitis.
b. Vaginitis
(32)
karena hubungan seksual. Menurut Mansjoer (2009) penyebab dari vaginitis adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing pengeluaran cairan (bernanah), pada permukaan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah. c. Vaginosis Bacterialis
Penyebab ketiga keputihan adalah infeksi Gardnerella vaginalis, mobiluncus dan beberapa bacteroides yang termasuk flora normal dalam vagina yang melekat pada bagian dinding yang berinteraksi dengan bakteri anaerob (Jones, 2009). Hampir sama dengan yang dikemukakan Guningham (2010) Vaginosis bacterialis terjadi karena maldistribusi flora normal vagina disebabkan jumlah lactobacillus yang menurun dan spesies jumlah berlebihan bakteri anaerob.
Beberapa gejala yang khas dari Vaginosis bacterialis menurut Mansjoer (2009) seperti keputihan encer, dengan bau amis khas yang tajam terutama waktu berhubungan seksual dan berwarna abu-abu kotor, darah menstruasi berbau abnormal, dapat timbul rasa terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva dan jarang berbusa. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa.
d. Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejala yang dapat terlihat menurut Jones (2009) seperti keputihan berwarna kuning atau
(33)
kehijauan, berbau tidak enak dan berbusa, kecoklatan, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, dinding vagina kemerahan dan sembab kadang-kadang terbentuk abses kecil, (strawberry appearance), nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang.
Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Lain halnya menurut Owen (2005) meskipun biasanya juga ditularkan secara tidak langsung melalui handuk yang lembab, beberapa kasus pernah terjadi karena terinfeksi melalui air dari kolam renang. Waktu terjadinya infeksi yang paling umum adalah setelah menstruasi.
2). Adanya benda asing dan penyebab lain
Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain) masuk melalui prosedur medis, saperti haid, abortus yang disengaja, pemasangan IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas (Livoti, 2006).
2.2.3 Dampak Keputihan Terhadap wanita
Keputihan yang fisiologis tidak memberi dampak pada wanita karena tidak mengandung bibit penyakit namun keputihan yang memberi dampak pada wanita adalah keputihan yang berlebihan dan bersifat patologis karena telah terinfeksi oleh bakteri, jamur dan virus (Livoti, 2006). Dengan adanya keputihan patologis ini wanita merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau tidak sedap, menimbulkan rasa gatal,
(34)
vulva terasa seperti terbakar yang menunjukkan gejala dari suatu infeksi organ genitalia seperti vulvitis, vaginitis, servisitis dan penyakit radang panggul (Pelvic Infiammantory Disease) (Manuaba, 1998).
2.2.4 Pencegahan Keputihan
Keputihan yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk menjaga kebersihan organ genitalia eksterna sebaiknya merawat dan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar. Menurut Kusmiran (2011) dan Sibagariang (2010) Untuk mencegah terjadinya keputihan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Selalu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan menjaganya agar tetap bersih dan kering.
2. Mengganti celana dalam minimal dua kali dalam sehari
3. Menggunakan air mengalir yang bersih untuk mencuci organ genitalia.
4. Mencukur atau merapikan rambut kemaluan untuk mencegah bakteri berkembang biak.
5. menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat.
6. Menggunakan celana dalam yang berbahan katun untuk menyerap keringat. 7. Hindari penggunaan celana ketat.
8. Biasakan mengganti pembalut sesering mungkin minimal 4-5 kali dalam sehari saat menstruasi. Sebaiknya menghindari terlalu sering memakai pantyliner (pembalut tipis) disaat tidak menstruasi.
(35)
9. Membiasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
10.Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.
11.Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
12.Hindari penggunaan barang –barang yang memudahkan penularan bakteri dan jamur seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya kepada orang lain. 13.Membersihkan bak mandi, gayung dan perlengkapan mandi secara teratur untuk
mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur.
14.Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Selain itu Livoti (2006) menjelaskan bahwa lebih baik menghindari penggunaan sabun atau cairan pembersih kewanitaan karena dapat mengganggu keseimbangan pH di vagina, tidak menggunakan sesuatu yang bisa mengiritasi vagina (deodoran, spray dan lain-lain) dan yang tak kalah penting adalah perhatikan kebersihan lingkungan seperti membersihkan bak mandi, ember,gayung, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.
(36)
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat di atas (Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2007), tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu (Know)
Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall ) terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling
(37)
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
3. Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi - formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
(38)
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 % – 100 % b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 % – 75 %
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 55 % (Machfoed, 2010)
2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu : 1. Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang di dapat. Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
(39)
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
3. Media Massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam – macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2005).
4. Sosial Budaya
Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya
5. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
(40)
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
6. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.4 Sikap
2.4.1. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003)Sikap adalah suatu tingkatan afeksi yang baik yang bersifat positif maupun dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.
Sikap merupan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus objek dan tidak langsung terlihat yang berarti seseorang mempunyai kesiapan
(41)
untuk bertindak , tetapi belum melakukan aktifitas yang disebabkan oleh penghayatan pada suatu objek (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungna untuk bertindak (trend to behave ) artinya sikap adalah merupakan komponen ynag mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
2.4.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :
1. Menerima(receiving) : Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding) : Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai ( valuing) : Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
(42)
menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung Jawab ( responsible) : Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
2.4.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap
Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain :
1. Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
(43)
4. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
7. Umur dan Jenis Kelamin
Umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap respon pada suatu objek dan kesiapan dan kesediaan yang merupakan faktorpredisposisi terjadinya tindakan. Karena semakin bertambahnya umur seseorang bisa mengutarakan pendapat dan keyakinannya terhadap suatu objek.
8. Pola Asuh orang tua
Menurut Koentjaraningrat (1997) dalam Tarmizi (2010), bentuk-bentuk pola asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap anak
(44)
individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.
2.5 Tindakan (Praktik)
2.5.1 Pengertian Tindakan (Practice)
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan tindakan adalah suatu sikap yang terwujud bila didukung oleh faktor pendukung seperti fasilitas antara lain adanya sarana dan prasarana juga dukungan (support) dari pihak lain.
2.5.2 Tingkatan Tindakan
Tindakan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan , yaitu : 1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut ( Notoatmodjo , 2007) .
(45)
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan
Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010) bahwa perilaku terbentuk dari tiga faktor, yaitu :
a.Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b.Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
c.Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilkau masyarakat.
2.6 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (fluor albus).
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015
Variabel Independen Variabel Dependen
1. 1.
Pengetahuan
Tindakan mahasiswi tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan Kebersihan
(46)
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas dapat diambil hipotesis :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015.
2. Ada hubungan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015.
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent (Hidayat, 2011).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasisiwi angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU berjumlah 757 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2013. Adapun besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis 1 sampel sebagai berikut
(48)
√ √
Dimana :
Zα = Nilai deviat baku normal untuk α (5%) sebesar 1,96 Zβ = Nilai deviat baku normal untuk β (20%) sebesar 0,842 power = kekuatan uji (1- β) = 80%
PO = Proporsi yang tahu mengenai kebersihan organ genitalia eksterna
sebesar 0,2 (Tias, 2014)
Pa = Proporsi mahasiswi FKM USU yang diharapkan tahu mengenai
kebersihan organ genitalia eksterna sebesar 0,3
Pa –Po = 0,3 – 0,2 = 0,1 (Perbedaan yang diharapkan sebesar 0,1)
n = Besar sampel
Maka :
( √ √ )
n = 136,8 ≈ 137
Berdasarkan rumus diatas sampel minimal adalah 137 orang. Sampelnya diambil secara acak dengan cara pengundian.
(49)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut teori Budiarto (2001) pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Data primer
Dalam penelitian ini digunakan data primer melalui angket yang diperoleh secara langsung di lapangan menggunakan kuesioner untuk menunjang informasi identitas responden, pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan.
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang diperlukan yang meliputi jumlah populasi, gambaran umum lokasi dan data penunjang lainnya yang diperoleh dari bagian kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3.5 Definisi Operasional Variabel
1. Pengetahuan adalah kemampuan mahasiswi angkatan 2013 FKM USU mendefenisikan dan memahami tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
2. Sikap adalah reaksi atau respon positif atau negatif mahasiswi angkatan 2013 FKM USU mengenai kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
3. Tindakan adalah suatu perbuatan nyata mahasiswi angkatan 2013 FKM USU melakukan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan.
(50)
3.6 Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebelumnya responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan bila responden bersedia maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan
Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang sebelumnya tentang pengetahuan dan sikap dengan tindakan kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada mahasiswi angkatan 2013 FKM USU. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yaitu pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden, jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar yang diisi (Budiarto, 2001).
1. Kuesioner Pengetahuan
Berisi pertanyaan tertutup mengenai pengetahuan responden tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai pencegahan keputihan. Dalam penelitian ini peneliti mengukur tentang pengetahuan sejumlah 17 pertanyaan yang terdapat pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17. Jumlah kuesioner sebanyak 17 pertanyaan pengetahuan.
Tabel 3.1 Tabel Skor Pengetahuan Nilai Pengetahuan
1 Benar
0 Salah
Pengetahuan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan berjumlah 17 soal pilihan berganda. Setiap jawaban responden yang benar
(51)
diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001).
Menurut Arikunto (2006) berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Tabel Pengukuran Kategori Pengetahuan
Pengetahuan Skor Nilai (%) Jumlah Soal yang Benar
Baik 76-100 13 – 17
Cukup 56-75 10 – 12
Kurang ≤ 55 0 – 9
2. Kusioner Sikap
Menurut Hidayat (2010), cara pengukuran sikap ini dipilih menggunakan skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).
Dimana pernyataan sikap terdiri dari pernyataan positif nomor (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,10,12) dan negatif nomor (8, 11) dengan penilaian sebagai berikut :
a. Untuk pernyataan positif (favorable) diberi skor : Nilai 4 : Jawaban sangat setuju (SS)
Nilai 3 : Jawaban setuju (S)
Nilai 2 : Jawaban kurang setuju (KS) Nilai 1 : Jawaban tidak setuju (TS)
b. Untuk pernyataan negatif (Unfavorable) diberi skor : Nilai 1 : Jawaban sangat setuju (SS)
Nilai 2 : Jawaban setuju (S)
(52)
Berdasarkan indikator 12 pernyataan pengukuran mengenai sikap tentang membersihkan genitalia eksterna genitalia sebagai pencegahan keputihan diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut :
3.3 Tabel Pengukuran Kategori Sikap
Sikap Skor Nilai (%) Jumlah Nilai Sikap
Baik 76- 100 40 – 48
Cukup baik 50-75 30 – 39
Kurang baik < 50 12 – 29
3. Kuesioner Tindakan
Kuesioner ini berisi pertanyaan tertutup mengenai tindakan membersihkan genitalia eksterna berisi 15 pertanyaan yang akan diajukan dengan menggunakan skala guttman.
Dalam Penelitian ini menggunakan skala guttman yang merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan : ya dilakukan dan tidak dilakukan, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. Pernyataan bersifat positif nomor (1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11 dan 15) bila dilakukan maka nilainya 1 dan tidak dilakukan nilainya 0, pada pertanyaan bersifat negatif nomor (3, 7, 8, 12, 13, 14) bila melakukan kebersihan organ genitalia esksterna nilainya 0 dan tidak melakukan nilainya 1. Dengan demikian maka skor tertinggi dari 15 pernyataan adalah 15 dan skor terendah yaitu 0.
(53)
Penilaiannya adalah memberikan skor :
3.4 Tabel Pengukuran Skor Tindakan Nilai Tindakan
1 Melakukan kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar
0 Tidak melakukan kebersihan organ genitalia eksterna dengan benar
Penilaian tindakan ini dinilai dengan 2 kategori yaitu :
3.5 Tabel Pengukuran Kategori Tindakan
Tindakan Skor Nilai (%) Jumlah Nilai Tindakan
Melakukan 75 - 100 12 - 15
Tidak melakukan < 75 0 - 11
3.7 Instrumen Penelitian
Pada instrumen penelitian akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana kuisioner dapat mengukur dan menunjukkan sejauh mana kuisioner dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam suatu penelitian.
3.8 Uji validitas dan Realibilitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik perlu dilakukan uji validitas dan uji realiabilitas. Uji validitas diperlukan digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner sehingga mampu menghasilkan data yang akurat. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Sunyoto, 2011).
Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap bagaimana tindakan mahasiswi FKM angkatan 2013 (reguler dan ekstensi) dalam melakukan kebersihan organ genitalia eksterna. Adapun pemilihan lokasi dengan pertimbangan tersebut memiliki karakteristik
(54)
dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis korelasi dengan melihat nilai correlation corrected item. Validnya suatu kuesioner jika nilai r hitung > r tabel maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Pada taraf signifikan 95% untuk besar sampel 30 orang dimana nilai r tabel 0,361.
Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukan ketepatan dan dapat dipercaya dengan metode Cronbach’s Alpha. Metode ini untuk menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Instrumuen dikatakan reliabel apabila nilai r hitung > r tabel dimana nilai r tabel 0,60.
Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 responden yaitu pada mahasiswi kebidanan komunitas dan keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 17 pertanyaan dimana nilai r hitung masing-masing pertanyaan > 0,361 dan realiabel. Realiabel pengetahuan 0,938 > 0,60. Kuesioner sikap terdiri dari 12 pertanyaan dimana r hitung > 0,361 dan reliabel. Reliabel sikap r hitung 0,935 > 0,60. Kuesioner tindakan terdiri dari 15 pertanyaan dimana nilai r hitung > 0,361 dan realiabel. Reliabel tindakan r hitung 0,924 > 0,60.
3.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.9.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut Notoatmodjo (2010), Data – data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Yang dimaksud dengan proses editing adalah hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
(55)
Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila hal-hal yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner diisi oleh responden kemudian dikumpulkan kembali pada peneliti untuk diperiksa. Jika masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean
atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti memberikan kode pada jawaban responden dengan memberi kode 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah sesuai dengan kategori pada pertanyaan pengetahuan tentang kebersihan organ genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan (fluor albus). Pada pernyataan sikap responden peneliti memberikan kode (1) untuk sangat tidak setuju, (2) untuk tidak setuju, 3 untuk setuju dan 4 untuk sikap sangat setuju . Pada pernyataan tindakan peneliti memberikan kode 1 untuk dilakukan dan 0 untuk tidak dilakukan.
c. Entry
Jika jawaban telah dilakukan pengkodean (coding) dalam bentuk angka (angka atau huruf) baik pengetahuan sikap dan tindakan kemudian dimasukkan kedalam program
atau “software” komputer.
d. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dilakukan penyusunan data kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan
(56)
3.9.2 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan di analisa. Analisa data dilakukan melalui dua tahap yaitu :
1. Analisis univariat tujuannya adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Variabel independen terdiri dari pengetahuan dan sikap mahasiswi FKM USU tahun 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia eksterna dan variabel dependen yaitu tindakan mahasiswi FKM USU angkatan 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia sebagai upaya pencegahan keputihan.
2. Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen (pengetahuan dan sikap mahasiswi FKM USU angkatan 2013 (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia ekksterna) dan variabel dependent (tindakan mahasiswi FKM USU (reguler dan ekstensi) tentang kebersihan organ genitalia ekksterna), dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95 % ) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jika p < (α = 0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependent.
b. Jika p > (α = 0,05) maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan antara
(57)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini bahasan dimulai dengan gambaran umum tempat penelitian, hasil analisis univariat yang menggambarkan karakteristik variabel dependen dan variabel independen kemudian dilanjutkan dengan hasil analisisi bivariat.
4. 1 Gambaran Umum Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 4.1.1 Lokasi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara berlokasi di jalan Universitas no.21 pintu 1 Kampus USU Padang Bulan Medan dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Fakultas Keperawatan USU 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Fakultas Kedokteran USU 3. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Universitas
4. Sebelah Barat berbatasn dengan jalan Prof. Maas
4.1.2 Sejarah Berdirinya Fakultas Kesehatan Masayarakat USU
Pada tahun 1982 di Indonesia hanya terdapat dua Universitas yang mempunyai Fakultas Kesehatan Masyarakat yakni Universitas Indonesia dan Universitas Hasanuddin Ujung Pandang. Sementara itu kebutuhan akan sarjana kesehatan masyarakat meningkat, untuk itu Universitas Sumatera Utara perlu memiliki Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pada tanggal 31 Juli 1985 Rektor Universitas Sumatera Utara meresmikan Program Pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(1)
Chi-Square Tests
Value Df Asymp
. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,227a 2 ,027
Likelihood Ratio 9,971 2 ,007
Linear-by-Linear Association 7,119 1 ,008 N of Valid Cases 137
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,94.
(2)
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
RELIABILITY DAN VALIDITAS PENGETAHUAN AWAL
Uji reliabilitas dengan menggunakan
Cronbach's Alpha
RELIABILITY
/VARIABLES=item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11
item12 item13 item14 item15 item16 item17
Reliability
[DataSet1] D:\pengetahuan mahasiswa 17\data validitasscale pengetahuan 17.sav
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 10
0,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 10
0,0 a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,799 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corr ected
Item-Total Correlation
Cronbach' s Alpha if Item
Deleted
pengetahuan1 9,80 13,683 ,030 ,815
Pengetahuan2 9,63 11,068 ,824 ,755
pengetahuan3 9,33 13,402 ,247 ,797
pengetahuan4 9,27 13,789 ,166 ,800
pengetahuan5 9,47 12,464 ,460 ,785
pengetahuan6 9,60 11,352 ,743 ,762
pengetahuan7 9,43 12,806 ,369 ,791
pengetahuan8 9,73 13,099 ,187 ,804
pengetahuan9 9,80 11,821 ,569 ,776
pengetahuan10 9,80 11,200 ,769 ,759
pengetahuan11 9,87 11,775 ,604 ,773
pengetahuan12 9,60 14,386 -,156 ,827
(3)
pengetahuan14 10,00 12,483 ,454 ,785
pengetahuan15 9,70 11,252 ,746 ,761
pengetahuan16 9,77 13,426 ,098 ,811
pengetahuan17 9,30 14,079 -,051 ,808
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
10,23 14,047 3,748 17
Karena ada 7 dari 17 pertanyaan yang belum valid sehingga dilakukan
perbaikan pertanyaan yaitu pada pertanyaan 1, pertanyaan 3, pertanyaan 4,
pertanyaan 8, pertanyaan 12, pertanyaan 16 dan pertanyaan 17 dan kemudian
disebarkan kembali kepada responden uji coba . Kemudian diuji reliabilitas dan
validitasnya kembali untuk 7 pertanyaan ini. Dengan hasil sebagai berikut :
FILE='D:\pengetahuan mahasiswa 17\data validitas pengetahuan 123.sav'.
RELIABILITY
/VARIABLES=item1 item3 item4 item8 item12 item16 item17
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,887 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Correcte d Item-Total
Correlation
Cronbac h's Alpha if Item
Deleted
pengetahuan 1 3,27 4,823 ,762 ,860
pengetahuan 3 3,07 5,513 ,528 ,888
pengetahuan 4 3,40 4,524 ,926 ,838
pengetahuan 8 3,13 5,430 ,514 ,890
pengetahuan 12 3,33 4,644 ,850 ,848
pengetahuan 16 3,23 5,289 ,536 ,889
(4)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
3,83 6,764 2,601 7
RELIABILITY DAN VALIDITAS PENGETAHUAN YANG SUDAH RELIABEL
DAN VALID 17 PERTANYAAN (KESELURUHAN)
Uji reliabilitas dengan menggunakan
Cronbach's Alpha
RELIABILITY
/VARIABLES=item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12
item13 item14 item15 item16 item17
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,938 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
pengetahuan 1 8,67 29,540 ,625 ,935
pengetahuan 2 8,63 28,723 ,795 ,931
pengetahuan 3 8,47 30,878 ,451 ,938
pengetahuan 4 8,80 27,890 ,954 ,927
pengetahuan 5 8,47 30,602 ,511 ,937
pengetahuan 6 8,60 28,869 ,780 ,932
pengetahuan 7 8,43 31,289 ,388 ,939
pengetahuan 8 8,53 29,637 ,663 ,934
penegtahuan 9 8,80 29,269 ,678 ,934
pengetahuan 10 8,80 28,441 ,842 ,930
pengetahuan 11 8,87 29,085 ,737 ,933
pengetahuan 12 8,73 28,685 ,785 ,931
pengetahuan 13 8,63 30,516 ,446 ,939
pengetahuan 14 9,00 31,103 ,402 ,939
pengetahuan 15 8,70 28,286 ,866 ,929
pengetahuan 16 8,63 29,551 ,631 ,935
(5)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9,23 33,220 5,764 17
Reliability Sikap
Uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach's Alpha
RELIABILITY
/VARIABLES=item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item13
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,935 12
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Correcte d Item-Total
Correlation
Cronbach 's Alpha if Item
Deleted
sikap1 30,53 56,809 ,884 ,923
sikap2 30,80 55,131 ,866 ,923
sikap3 30,97 52,723 ,856 ,924
sikap4 30,93 55,306 ,790 ,927
sikap5 30,97 55,137 ,796 ,927
sikap6 30,67 60,023 ,734 ,929
sikap7 30,80 61,545 ,711 ,931
sikap8 30,80 62,166 ,600 ,934
sikap9 30,87 61,844 ,646 ,932
sikap10 30,87 61,913 ,594 ,934
sikap11 31,07 61,720 ,565 ,935
sikap13 31,07 61,720 ,565 ,935
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
33,67 69,609 8,343 12
SAVE OUTFILE='D:\sikap mahasiswa\data validitas sikap 2 .sav'
/COMPRESSED.
(6)
Reliability Tindakan
Uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach's Alpha
RELIABILITY
/VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
Reliability
[DataSet1] D:\tindakan mahasiswa\data tindakan .sav
Case Processing Summary
N %
C ases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,924 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Correcte d Item-Total
Correlation
Cronbac h's Alpha if Item
Deleted
pernyataan tindakan 1 7,07 23,651 ,502 ,923
pernyataan tindakan 2 6,90 22,990 ,711 ,917
pernyataan tindakan 3 6,93 23,030 ,679 ,917
pernyataan tindakan 4 7,10 23,472 ,539 ,922
pernyataan tindakan 5 7,03 22,378 ,787 ,914
pernyataan tindakan 6 7,10 24,024 ,422 ,925
pernyataan tindakan 7 7,10 22,852 ,674 ,918
pernyataan tindakan 8 7,17 23,109 ,624 ,919
pernyataan tindakan 9 7,30 22,838 ,748 ,915
pernyataan tindakan 10 7,27 24,202 ,414 ,925
pernyataan tindakan 11 7,20 23,131 ,627 ,919
pernyataan tindakan 12 7,23 22,530 ,777 ,914
pernyataan tindakan 13 7,13 23,016 ,639 ,919
pernyataan tindakan 14 6,93 22,685 ,760 ,915
pernyataan tindakan 15 6,93 22,754 ,744 ,915
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items