Konsep Dasar dan Komponen Manajemen Berb

KONSEP DASAR DAN KOMPONEN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Makalah Ini Disajikan Untuk Menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Praktek Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh :
R.M. Ismul Adham Alkabir (14290092)
Dosen Pengampu :
Afriantoni, M. Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG TAHUN 2017

0

PENDAHULUAN
Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi saat ini adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan
perbaikan sarana/ prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan. Namun, sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan langkah peningkatan kualitas
pendidikan melalui pendelegasian pengambilan keputusan dari pemerintah ke
sekolah. Redistribusi otoritas pengambilan keputusan mengandung pemahaman
desentralisasi kewenanga yang biberikan kepada sekolah untuk membuat
keputusan. Dengan manajemen berbasis sekolah, penyelenggaraan pendidikan di
Madrasah akan menjadi lebih fokus dan terencana dengan baik.
Manajemen berbasis sekolah/madrasah akan memberi peluang yang amat
luas bagi masyarakat berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah, ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah akan membantu tercapainya tujuan pendidikan secara umum.
Masalah ini akan di uraikan secara deskriptif dengan pendekatan didaktik dan
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai konsep dasar manajemen
berbasis sekolah/ madrasah dari aspek pengertian dan karakteristiknya.


1

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari
school based management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat
ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan
dan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma baru bagi
pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional. Kebijakan nasional tersebut yang menjadi prioritas
pemerintah harus pula dilakukan oleh sekolah. Pada sistem MBS, sekolah sekolah
dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,
mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber-sumber,
baik kepada masyarakat maupun pemerintah.1
Manajemen berbasis madrasah adalah suatu ide tentang pengambilan
keputusan pendidikan yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni madrasah. Pemberdayaan madrasah dengan memberikan
otonomi yang lebih besar, disamping menunjukan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntutan masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan efesiensi,

mutu, dan pemerataan pendidikan.2
M. Samsul Hadi, dkk., menjelaskan bahwa manajemen berbasis sekolah
mengandung pengertian pemberian otonomi kepada madrasah, dalam hal ini
kepala madrasah, untuk mengatur pendidikan dan penyelenggaraan di madrasah.
Dalam konteks ini, penyelenggaraan di sekolah/ madrasah bertumpu pada
kemampuan kepala sekolah/ madrasah karena padanya diberi kewenangan dalam
merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan menilai hasil pendidikan di
sekolah/ madrasah bersangkutan. Terpatri makna juga bahwa kepala sekolah/
madrasah dalam mengatur sekolah/ madrasah harus pula memperhatikan
penekanan

kepada

pendidikan

yang berbasis

masyarakat

yang


sedang

dikembangkan pemerintah, dan juga perlu mengambil bentuk pendekatan
1

Umaedi, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),

hlm. 5
2 E. Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Depag RI, 2003),
hlm. 13

2

manajerial yang sedang dikembangkan dalam peningkatan kualitas pendidikan
madrasah, yaitu pendekatan total quality management.3
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa
otonomi, kemandirian, dan demokratis, berikut penjelasannya:
1. Otonomi merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan
mengurus kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk

menciptakan mutu pendidikan yang baik.
2. Kemandirian merupakan langkah dalam pengambilan keputusan.
Dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan,
memilih strategi dan metode dalam memecahkan persoalan tidak
tergantung pada birokrasi yang sentralistik sehingga mampu
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang ada.
3. Demokratif merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang
dilibatkan

dalam

menetapkan,

menyusun,

melaksanakan

dan


mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah demi
tercapainya mutu pendidikan yang akan memungkinkan tercapainya
pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemenelemen sekolah.4
Jadi, otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untu mengatur dan
mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan
nasional yang berlaku. Kemandirian yang dimaksud tentu harus didukung oleh
sejumlah

kemampuan

berdemokrasi/

menghargai

perbedaan

pendapat,

kemampuan memobilitasi sumber daya, memilih cara pelaksanaan yang terbaik,

mengomunikasikan sesuatu dengan cara yang efektif, memecah persoalanpersoalan

sekolah,

adaptif

dan

antisipatif,

kemampuan

bersinergi

dan

berkolaborasi serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri. Fleksibilitas
dapat diartikan sebagai keluwesan yang diberikan sekolah seoptimal mungkin
untuk meningkatkan mutu sekolah.5
3 M. Samsul Hadi, dkk, Manajemen Madrasah (Jakarta:Depag RI., 2001), hlm. 11

4 Umaedi, dkk. Op. Cit., hlm. 12
5 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 55

3

Tentu pengertian MBS di atas merupakan tawaran model manajemen
pendidikan yang lebih dekat dengan usaha dan kemandirian sekolah/ madrasah
atau secara otonom menyelenggarakan fungsi, tugas dan peranannya sebagai
lembaga pendidikan dengan tujuan meningkatnya mutu pendidikan sebagaimana
yang dicita-citakan untuk kemajuan dunia pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Manajemen Berbasis Sekolah/ Madrasah adalah otonomi sekolah dalam hal ini
kepala sekolah/madrasah menyelenggarakan dan mengelola sekolah/ madrasah
dengan pelibatan masyarakat serta dengan mempertimbangkan karakteristik dan
kebutuhan

sekolah/

madrasah


yang

dipimpinnya

melalui

perencanaan,

pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan.
B. Komponen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau
penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu
komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas pada
satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen
sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar
(suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.6 Hal yang paling
penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri, berikut mengenai komponenkomponennya:
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pembelajaran
Manajemen kurikulum dan program pembelajaran mencakup

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum, perencanaan, dan pengembangan kurikulum nasional pada
umumnya telah di lakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada
tingkat pusat. Untuk menjamin fektivitas pengembangan kurikulum
dan program pengajaran dalam MBS, kepala sekolah selaku manajer
diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan
kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan
6 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 39

4

dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah bersama guru-guru harus
menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam
program tahunan, catur wulan, dan bulanan.
Penjabaran tersebut harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan ,
makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang
dikembangkan untuk mencapai tujuan.
b. Program tersebut harus sederhana dan feksibel.

c. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas
pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di
sekolah.
Kegiatan manajemen kurikulum terpenting ada dua hal, yakni
kegiatan yang erat kaitannya dengan tugas guru dan kegiatan yang erat
kaitannya

dengan

proses

belajar

mengajar.

Jadwal

pelajaran

merupakan penjabaran dari seluruh program pengajaran di sekolah.
Penyusunan jadwal pelajaran berguan untuk mengetahui apa yang akan
diajarkan pada suatu waktu dalam suatu kelas.
Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar merupakan salah satu
kegiatan menajemen kurikulum, yang bertujuan untuk mendapatkan
umpan balik bagi guru tentang sejauh mana tujuan instruksional telah
tercapai. Ini berguna untuk memperbaiki langkah-langkah yang telah
ditempuh dalam kegiatan mengajar. Laporan hasil evaluasi, pertama
ditujukan kepada kepala sekolah dengan maksud untuk kepentingan
laporan kepada pihak atasan (Depdikbud), sehingga akan bermanfaat
bagi pembinaan pendidikan serta tugas-tugas supervise menuju kepada
peningkatan efisiensi dan kutu pendidikan. Kedua, laporan yang
ditujukan kepada orang tua atau wali siswa.7
7 Fitri Oviyanti, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), (Palembang: IAIN Raden Fatah
Palembang, 2011), hlm. 17-23

5

2. Manajamen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia
pendidikan

bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan

secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal namun
tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Penyusunan rencana
personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap
dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan organisasi.
Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan
kegiatan rekrutmen, yaitu usaha untuk mencari dan mendapatkan
calon-calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin, untuk
kemudia dipilih calon terbaik.
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada
pegawai,

yang

dapat

dinilai

dengan

uang

dan

mempunyai

kecenderungan yang diberikan secara tetap. Penilaian tenaga
kependidikan difokuskan kepada prestasi individu dan peran sertanya
dalam kegiatan sekolah. Bagi pegawai, penilaian berguna sebagai
umpa balik berbagai hal, seperti kemampuan, keletihan, kekuranganb,
dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karier. Bagi sekolah, hasil
penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam
pengambilan keputusan berbagai hal, sperti identifikasi kebutuhan
program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan
promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses
efektif sumber daya manusia.8
3. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen
bukan hanyak berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan
meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat

8 Ibid., hlm. 23-27

6

membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
melalui proses pendidikan di sekolah.
Keberhasilan,

kemajuan,

dan

prestasi

belajar

para

siswa

memerlukan data yang otentik, dapat di percaya, dan memiliki
keabsahan. Data ini di perlukan untuk mengetahui dan mengontrol
keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan
di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus
dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi
dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di
rumah maupun di sekolah.
Tujuan

pendidikan

tidak

hanya

untuk

mengembangkan

pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial
emosional, disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak
hanya bertanggung jawab memeberikan berbagai ilmu pengetahuan
tetapi memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang
bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing.9
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakan komponen produksi yang menntukan terlaksananya
kegiatan-kegiatan proses

belajar-mengajar di sekolah bersama

komponen lain. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
secara garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu
pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Berkaitan penerimaan
keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan
kemampuan

pemerintah

dalam

pemenuhan

kebutuhan

dana

pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,

9 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 46-47

7

masyarakat, dan orang tua. Adapun dimensi meliputi biaya rutin dan
biaya pembangunan. Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
a. Prosedur anggaran
b. Prosedur akuntansi keuangan
c. Pembelajaran pergudangan dan prosedur pendistribusian
d. Prosedur investasi dan
e. Prosedur pemeriksaan.
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas
pemisahan

tugas

antara

fungsi

otorisator,

ordonator,

dan

bendaharawan.10
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber
daya yang penting dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
Keberhasilan program pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh
kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah dan
oleh optimalisasi pengelolaan dn pemanfaataannya.11
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur
dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi

secara

optimal

dan

berarti

pada

jalannya

proses

pendidikan.12
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat
dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan
efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan
atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan.

Maka

sekolah

berkewajiban

untuk

memberikan

penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta
keadaan masyarakat. Sebaliknya sekolah juga harus harus mengetahui
dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat
10 Ibid,, hlm. 47-49
11 Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
grafindo Persada, 2016), hlm. 1
12 E. Mulyasa, Loc. Cit., hlm. 49

8

terutama terhadap sekolah. Dengan kata lain, sekolah dan masyarakat
harus di bina seuatu hubungan yang harmonis. Hubungan yang
harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara
produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah
yang produktif dan berkualitas. 13
7. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan, dan keamanan sekolah. Perpustakaan yang lengkap dan
dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih
mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di
kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu – waktu kosong di
sekolah maupun di rumah. Adapun dalam UUSPN, bab II pasar 4 yaitu
manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Maka untuk
kepentingan tersebut di sekolah dikembangkan program pendidikan
jasmani dan kesehatan , menyediakan pelayanan kesehatan sekolah
melalui usaha kesehatan sekolah (UKS) dan berusaha meningkatkan
program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas
kesehatan setempat. 14

13 Ibid., hlm. 50-52
14 Ibid., hlm. 53

9

KESIMPULAN
Seiring dengan bergulirnya era dtonomi daerah, terbukalah peluang untuk
melakukan reorientasi paradigma pendidikan menuju ke arah desentralisasi
pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin tampak nyata setelah
dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melaJui strategi
pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekedar
mengubah

penedekatan

pengelolaan

sekolah

dari

yang

sentralistis

ke

desentralistis, tetapi lebih dari itu melalui MBS diyakini akan muncul
kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk ikut
serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka
untuk dibangkitkan. Dengan demikian kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya
kompetisi yang tinggi akan akuntabilitas publik yang memadai.
Dasar hukum yang melandasi adanya Managemen Berbasis Sekolah
meliputi landasan secara filosofis dan landasan yuridis. Landasan filosofis MBS
secara umum adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi
pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan
kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan
kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari
segenap lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan melalui proses
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks idiil negara kita merupakan
tanggung jawab pemerintah, sedangkan menurut praktisnya merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab
tersebut, dilandasi oleh peran secara profesional.
Berikut Komponen-komponen MBS yang harus di kelola:
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pembelajaran
2. Manajamen Tenaga Kependidikan
3. Manajemen Kesiswaan
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
7. Manajemen Layanan Khusus
DAFTAR PUSTAKA
10

Hadi, M. Samsul Hadi, dkk. 2001. Manajemen Madrasah. Jakarta: Depag RI
Mulyasa, E. 2003. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta: Depag RI
__________. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nurhattati Fuad dan Matin. 2016. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Jakarta: PT Raja grafindo Persada
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: Refika Aditama
Oviyanti, Fitri, dkk. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Palembang: IAIN
Raden Fatah Palembang
Umaedi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka

11