Filsafat dan logika Copy

A.Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu filsafat adalah berfikir
secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam
mencari kebenaran sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang
(pengetahuan) yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu,yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
itu. Sebagaimana yang di rumuskan para ahli Sebagaimana yang dikutip A.
Susanto dalam Filsafat Ilmu sebagai berikut :
1.
Menurut Berry Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan
teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori,
yakni tentang metode ilmiah.
2.
May Brodbeck, Filsafat ilmu adalah suatu analis netral yang secara etis
dan falasafi, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu
menurut Brodbck, ilmu itu harus bisa menganalisis, menggali, mengkaji
bahkan melukiskannya sesuatu secara netral , etis dan filosofis sehingga
ilmu itu bisa di manfaatkan secara benar dan relevan.
3.
Lewis White Filsafat ilmu atau philosophy of science adalah ilmu yang
mengkaji dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta

mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.Lebih jauh Lewis menjelaskan Filsafat ilmu adalah ilmu yang
mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.
4.
A. Cornelius Benyamin, mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah studi
sistematis mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan
dengan metodenya, konsepnya, kedudukannya di dalam skhema umum
disiplin intelektual.
5.
Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka
ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu,
tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas
dari praktik ilmiah senyatanya .
6.
Peter Caw filsafat ilmu adalah suatu bagian filsafat yang mencoba
berbuat bagi ilmu apa yang filsafat umumnya melakukan pada seluruh

pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak, ini
membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan
menyajikannya landasan bagi keyakinan dan tindakan di pihak lain, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu
landasan bagi tindakan termasuk teori-teori nya sendiri dengan harapan dan
penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw yakin bahwa melalui filsat
ilmu seseoang membangun dua hal, menyajikan teori sebagai landasan
bagi keyakinan tindakan dan memeriksa secara kritis segala sesuatu
sebagai landasan bagi sebuah keyakinan atau tindakan.
7.
Alfred Cyril Ewing Filsafat ilmu menurutnya adalah salah satu bagian
filsafat yang membahas tentang logika, di mana di dalamnya membahas

tentang cara yang di khususkan metode-metode dari ilmu-ilmu yang
berlainan .
8.
The Liang Gie Merumuskan Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi
kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan hanya di pahami sebagai

ilmu untuk mengetahui metode dan analisis ilmu-ilmu lain, tetapi filsafat
ilmu sebagai usaha seseorang dalam mengkaji persoalan-persoalan yang
muncul melalui perenungan yang mendalam agar dapat diketahui duduk
persoalannya secara mendasar sehingga dapat di manfaatkan dalam
kehidupan manusia.
9.
Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh
pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syaratsyarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai logika dan
metodologi.
10. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu
pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam
agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun
menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni :
1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga
dengan etika
2) pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau
seni
3) pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.


B.Rasionalisme, Empirisme dan Kritisme
1. Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat
pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal,
temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan
berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau
tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk
mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu
bersumber pada akal. Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan
terletak pada akal. Bukan karena Rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi pikiran. Rasionalisme adalah paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan.


Kelebihan Rasionalisme adalah dalam menalar dan menjelaskan
pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian Rasionalisme memberikan
kontribusi pada mereka yang tertarik untuk menggeluti masalah – masalah
filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan dan menekankan kala budi


sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu menyusun
sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.


Kelemahan rasionalisme adalah memahami objek di luar cakupan rasionalitas
sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus
memulai permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang kurang
setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-doktrin
filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek, sehingga
rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar,
tanpa memerhatikan objek – objek rasional secara peka.



Aliran ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya adalah rasio (akal)

2. Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah
yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur

manusia dan alam) itu dibuat. Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia
belum terukur. Empirisme hanya sampai pada konsep-konsep yang
umum. Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan
perantaraan indera.


Kelebihan empirisme adalah pengalaman indera merupakan sumber
pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta
yang terjadi di lapangan.



Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber
penggetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.



Kelemahan empirisme cukup banyak diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil..
2. ndera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulanya rasanya pahit, udara
panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang
salah juga.
3. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya
tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini
jelas dapat menimbulkan inderawi yang salah.
4. Indera dan objek sekaligus. Empirisme lemah karena keterbatasan indera
manusia.

3. Kritisme adalah menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan
pengetahuan berdasarkan alasan-alasan.

Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme danempirisme hedak diselesaikan oleh
umanuel kant dengan kritismenya.

1) Bagi Descartes tidak ada satu setan yang licik pun dapat mengganggu aku,
tak seorang skeptis pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang
ragu.Tidak dapat diragukan bahwa saya sedang ragu.Aku yang sedang ragu
itu disebabkan oleh aku berpikir. Aku berpikir pasti ada dan benar.Jika aku

berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku.Cogito ergo sum, aku
berpikir, jadi aku ada. Descartes memulai filsafat dari metode.Metode
keraguan itu bukanlah tujuannya.Tujuan metode ini bukanlah untuk
mempertahankan keraguan. Metode ini bergerak dari keraguan menuju
kepastian.Ia tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan
keyakinan yang berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk
membuktikan suatu kepastian dibalik sesuatu. Pemikiran fondasi aku yang
berpikir itu pantas dijadikan dasar filsafat karena benar-benar ada, tidak
diragukan, bukan kamu atau pikiranmu.

2) Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Baik logika deduktif maupun
logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis
yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Secara objektif
kebenaran dapat dikembalikan kepada objek materi, keluasan dan kedalam
objek forma, derajat dan system yang berlaku atau yang ada di
dalamnya.Pertama, mempertimbangkan objek materinya, dimana filsafat
mempelajari segala sesuatu yang ada.Kebenaran ilmu pengetahuan filsafat
bersifat umum-universal, tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu.Kedua,
ditinjau dari objek formanya, kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat
metafisis, dalam arti meliputi ruang lingkup material-khusus sampai kepada

hal-hal yang abstrak-universal.Ketiga, dicermati metode-metode yang
digunakan oleh filsafat, sifat kebenaran ilmu pengetahuan filsafat yang
abstrak-metafisis semakin jelas.Karena metode kefilsafatan itu terarah dalm
mencapai pengetahuan yang esensial atas setiap hal dan pengetahuan
eksistensial daripada sesuatu dalam keterkaitan yang utuh (kesatuan).


Kebenaran berdasarkan teori koherensi, suatu pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar.



Kebenaran berdasarkan teori korespondensi, jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek
yang dituju oleh pernyataan tersebut.



Teori koherensi dan teori korespondensi keduanya dipergunakan dalam cara
berpikir ilmiah. Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas

mempergunakan teori koherensi.

Kebenaran berdasarkan teori pragmatis, suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis.Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia.Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrindoktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.


Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis
tidaknya akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori)
itu.



Kebenaran menurut rasionalisme , para penganut rasionalisme yakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam
diri barang sesuatu. Jika kebenaran (dan, ipso facto, pengetahuan)
mengandung makan mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang
menunujuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam

pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.



Kebenaran menurut positivisme atau pengujian kebenaran dari fakta atau
obyek didasarkan pada pengalaman manusia, atau dalam hal ini maka
pernyataan ada atau tidak adanya sesuatu haruslah memenuhi persyaratan
pengujian publik.

c.Metode-metode Ilmiah
Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,yaitu
sebagai berikut
a. Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode analitiko-sintesis dan
metode nono deduksi
b. Metode penyelidikan ilmiah
Metode penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau
metode siklus empiris dan metode vertikal yang berbentuk garis lempang atau metode linier.

Teori Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah proses keilmuan yang runut atau sistematis dalam rangka
memperoleh pengetahuan tertentu berdasarkan bukti fisis. Dalam bahasa Inggris
metode ilmiah disebut sebagai scientific method. Dalam metode ilmiah lmuwan atau
peneliti melakukan pengamatan terhadap suatu masalah tertentu serta membuat
hipotesis mengenai hal tersebut. Hipotesis yang telah dibuat akan dibuktikan dengan
melakukan eksperimen (lebih jauhnya akan dijelaskan dalam langkah-langkah
metode ilmiah).
Sedangkan pengertian metode ilmiah menurut para ahli adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
(Almadk ,1939).
Tujuan Metode Ilmiah

Melakukan metode ilmiah tentu saja memiliki tujuan tertentu, beberapa tujuan
seorang peneliti melakukan metode itu adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan keterampilan
Tujuan pertama dari metode ilmiah adalah meningkatkan kemampuan atau
keterampilan dari peneliti atau penulisnya. Keterampilan itu dapat meliputi
keterampilan menulis, menyusun, mengambil keputusan, kesimpulan, analisis,
hingga menerapkan prinsip ilmiah secara sistematis.
2. Untuk mengorganisasikan fakta
Penelitian ilmiah sarat akan fakta-fakta. Agar dapat menjadi kesimpulan dan teori
yang valid fakta-fakta tersebut mesti diorganisasi atau diatur dan dikembangkan
untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat di awal sehingga membuktikan suatu
teori, menguji atau membuat teori baru.
3. Untuk membuktikan kebenaran ilmiah
Metode ilmiah dilakukan untuk membuktikan kebenaran ilmiah suatu masalah.
Pembuktian itu harus melalui pertimbangan-pertimbangan logis dan pengamatan
yang jelas. Misalnya saja dalam membuktikan pertumbuhan tanaman yang
dipengaruhi cahaya matahari, maka perlu dilakukan metode ilmiah untuk
mendapatkan kebenaran ilmiahnya.
4. Mencari ilmu pengetahuan
Metode ilmiah juga bertujuan untuk mencari atau merumuskan ilmu pengetahuan
yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data terkait yang relevan,
melakukan analisis data dan interprestasi dari data dan temuan. Setelah semua
proses itu dijalani barulah ditarik kesimpulan dengan pertimbangan-pertimbangan
yang ada.
5. Mendapatkan pengetahuan yang teruji
Tujuan akhir dari metode ilmiah adalah mendapatkan hasil yang rasional dan teruji
dari sebuah masalah sehingga dapat menambah pengetahuan peneliti dan orang
lain.
Langkah-langkah Metode Ilmiah
Dalam menjalani metode ilmiah harus dipenuhi langkah-langkah tertentu. Metode
ilmiah adalah suatu yang sistematis sehingga langkah-langkahnya tidak boleh
dibalik, harus sesuai urutannya. Berikut adalah langkah metode ilmiah yang wajib
kamu ketahui.
1. Perumusan masalah
Metode ilmiah dimulai dari perumusan masalah. Masalah inilah yang akan diteliti dan
dicari solusinya. Rumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek
yang diteliti yang memiliki batas yang jelas serta dapat diketahui faktor-faktor
terkaitnya.
2. Penyusunan kerangka penelitian
Sebelum menentukan hipotesis sebaiknya setiap peneliti menyusun kerangka
penelitian seperti diagram alir atau diagram tulang ikan. Dengan adanya kerangka ini

diharapkan peneliti dapat berpikir secara sistematis dan dapat memilah-milah
masalah. Selain itu, argumentasi-argumentasi yang menjelaskan berkaitan dengan
masalah disusun secara rasional dan sistematis.
3. Perumusan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara mengenai pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan pada rumusan masalah. Hipotesis merupakan kesimpulan kerangka
berpikir yang telah dikembangkan.
4. Eksperimen atau pengujian hipotesis
Hipotesis yang telah dibuat sebelumnya perlu diuji dengan melakukan penelitian
untuk membuktikan teori yang telah dibuat. Dalam pengujian hipotesis fakta-fakta
dikumpulkan dan dipilah mana yang bersinggungan dengan rumusan masalah dan
mendukung hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen dan mendapatkan fakta-fakta atau data yang
mendukung selanjutnya adalah menarik kesimpulan apakah hipotesis yang diajukan
di awal itu diterima atau ditolak. Jika fakta atau data yang ditemukan mendukung
hipotesis maka hipotesis itu dapat diterima. Namun, jika sebaliknya, maka hipotesis
tersebut ditolak.
Apa yang perlu dilakukan jika hipotesis ditolak?
Tidak perlu sampai memanipulasi data namun cukup dengan mencari alasan atau
penjelasan yang rasional mengapa hipotesis tersebut tertolak.
Unsur Metode Ilmiah
Sebagaimana yang ditulis dalam laman mengenai metode ilmiah di Wikipedia,
terdapat beberapa unsur dalam metode ilmiah, unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Karakterisasi
Karakterisasi terdiri dari pengamatan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti.
Hasil dari karakterisasi ini adalah data-data atau fakta yang dapat digunakan untuk
menyusun dan membuktikan hipotesis.
2. Hipotesis
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, hipotesis adalah penjelasan teoritis yang
merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran. Hipotesis perlu
dibuktikan dengan eksperimen.
3. Prediksi
Prediksi merupakan deduksi logis dari hipotesis yang telah ditentukan di awal.
4. Eksperimen
Eksperimen adalah kegiatan pengujian dari semua unsur sebelumnya, berupa
penelitian atau observasi dari masalah yang ada.
Penulisan Ilmiah

Metode ilmiah sangat berkaitan dengan penulisan ilmiah. Jika metode ilmiah adalah
jalan untuk menemukan suatu pengetahuan maka penulisan ilmiah adalah metode
untuk melaporkan penemuan itu agar dapat dibaca dan diketahui banyak orang.
Penulisan ilmiah disusun oleh langkah-langkah tertentu sebagai berikut:
1. Pemilihan masalah
Metode ilmiah ataupun penulisan ilmiah berawal dari penentuan masalah yang akan
dikaji. Masalah tersebut harus dapat digali dari sumber empiris dan teoritis. Dapat
ditentukan latar belakangnya, tujuan dan manfaat pengkajiannya dalam sebuah
pendahuluan. Agar masalah yang diangkat dapat digali dengan baik maka harus
diiringi dengan studi literatur yang relevan.
2. Rumusan Masalah
Setelah menentukan masalah maka selanjutnya adalah memformulasikan masalah
tersebut dalam rumusan masalah yang ditulis dan disusun dalam bentuk
pertanyaan. Rumusan masalah inilah yang akan dijawab nantinya.
3. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis yang akan dibuat harus relevan dengan rumusan masalah yang telah
ditentukan sebelumnya. Hipotesis digali dari kajian pustaka dengan referensireferensi terkait, tidak bisa asal tebak saja.
4. Metodologi/pendekatan penelitian
Dalam penulisan ilmiah harus disampaikan metode atau metodologi yang digunakan
dalam penelitiannya. Di samping itu juga harus jelas pendekatan apa yang dipakai
dalam merancang penelitian agar hasilnya dapat diklaim valid dan terukur.
5. Menyusun instrumen penelitian
Setelah menentukan metode atau pendekatan yang diambil maka selanjutnya
peneliti diharuskan merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
tersebut. Misalnya alat dan bahan yang dibutuhkan. Hal ini harus jelas agar dapat
melakukan pengumpulan data dengan baik. Instrumen yang tepat dan layak akan
menentukan dapat mengukur variabel penelitian. Instrumen ini dijelaskan dalam
tulisan ilmiah yang dibuat.
6. Mengumpulkan dan menganalisis data
Eksperimen dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menguji
hipotesis. Dengan bantuan instrumen tadi, data-data yang diperoleh kemudian di
analisis dengan metode statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau
pengujian secara kualitatif.
7. Menuliskan kesimpulan
Proses terakhir dalam penulisan ilmiah adalah menarik kesimpulan dari data yang
telah analisis dan mencocokkan kesimpulannya dengan hipotesis yang telah dibuat.
Lewat kesimpulan inilah akan ditemukan jawaban dari masalah dan kebenaran dari
hipotesi yang telah diajukan sebelumnya.

D.Keragaman dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
1. Dikotomi Ilmu

a. Ilmu Formal dan Non Formal
Nonempiris tidak berarti bahwa pengalaman indrawi tidak mempunyai peran. Empiris
tentu saja selalu memainkan peranan karena dalam pengenalam manusiawi unsure
indrawi tidak mungkin dilepaskan dari unsure intelektual.
Suatu ilmu disebut nonempiris dalam ilmu dalam selurh kegiatan tidak bermaksud
menyelidiki secara sistematis data-data indrawi yang kongkret. 2 contoh ilmu formal
atau ilmu nonempiris yaitu matematika dan filsafat.
Suatu ilmu disebut empiris karena memainkan peran sentral . Ilmu empiris dalam
seluruh kegiatannya berusaha menyelidiki secara sistematis data indrawi yang
kongkret. Yang termasuk ilmu empiris yaitu ilmu hayat, ilmu alam dan ilmu manusia.
b. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan
Ilmu murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Contoh,
matematika dan metafisika. Ilmu terapan adalah ilmu yang bertujuan diaplikasikan
manfaatnya. Contohnya, ilmu kedokteran, teknik, hukum, ekonomi, psikologi,
sosiologi, administrasi dan ekologi.
c. Ilmu Nometetis dan Idiografis
Nomotetis ilmu, yang termasuk ilmu ini adalah ilmu alam. Objek pembahasan adalah
gejala alam yang dapat diulang terus menerus serta kasus yang berhibungan
dengan hukum alam . Ilmu idiografis , yang termasuk dalam ilmu ini adalah ilmu
budaya. Objek pembahasannya adalah objek yang bersifat individu, unik yang hanya
terjadi 1x dan mencoba memahami objeknya menurut keunikannya itu.
2.Ilmu Deduktif dan Induktif
a.Ilmu Deduktif
Disebut ilmu deduktif karena semua pemecahan, yang dihadapi dalam ilmu ini tidak
didasarkan atas pengalaman indrawi melainkan atas dasar penjabaran atau deduksi.
Deduksi ialah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan tentang
hangl umum dan abstrak menyimpulkan tentang hal bersifat khusus dan individual.
Contoh matematika.
b.Ilmu Induktif
Disebut ilmu induktif apabila penyelesaian masalah dalam ilmu yang bersangkutan
didasarkan atas pengalaman indrawi. Yang ternasuk dalam ilmu induktif adalah ilmu
alam. Ilmu induktif bekerja selalu atas dasar induksi. Induksi ialah proses pemikiran
dimana akal budi manusia dari pengatahuan tentang hal bersifat khusus dan
individual menarik kesimpulan tentang hal bersifat umum dan abstrak.
c.Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften
Pembeda antara natur dan geist diusahakan oleh Wilhelm Dilthey berdasarkan
pembedaan antara ilmu nomotetis dan idiografis yang sudah digarap oleh Wilhelm
Windelbend.

3.Ilmu-Ilmu Empiris Secara Lebih Khusus
Ilmu empiris secara lebih khusus menurut Berling ada tiga yakni ilmu alam , ilmu
hayat dan ilmu manusia.
4.Beberapa Pandangan tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf
Cristian Wolff
a.Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan kedalam 3 kelompok besar yakni ilmu
pengetahuan empiris, matematika dan filsafat.
1.Pengetahuan empiris
a.kosmologi empiris
b.psikologi empiris.
2.Matematika
a.murni yang terdiri dari aritmatika, geometri, aljabar
b.campuran yang terdiri dari mekanika.
3.Filsafat
a.spekulatif yang terdiri dari umum ontologi dan khusus yaitu psikologim
kosmologi, theology
b.praktis yang terdiri atas intelek-logika, kehendak yang teridiri dari ekonomi,
etika dan politik , dan pekerjaan fisik yang terisri dari teknologi.

b.Auguste Comte
Urutan penggolongan ilmu pengetahuan August Comte sebagai berikut.
1.Ilmu pasti
2.Ilmu perbintangan
3.Ilmu alam
4.Ilmu kimia
5.Ilmu hayat
6.Fisika sosial
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut August Comte secara garis besar yaitu.
1.Ilmu pengetahuan
a.Logika

b.Ilmu pengetahuan empiris : fisika, kimia , biologi, sosiologi.
2.Filsafat
a.Metafisika
b.Filsafat ilmu pengetahuan
c.Karl Raimund Popper
Popper mengemukakakan bahwa ilmu pengetahuan manusia dikelompokan dalam 3
dunia, yaitu dunia 1, dunia2 dan dunia 3. Dunia 1 adalah kenyataan fisis dunia, dunia
2 adalah kenyataan psikis dalam diri manusia dan dunia 3 adlah hipotesa, hukum
dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara dunia1 dan 2 dan bidang
kebudayaan.
d.Thomas S. Kuhn
Tomas berpendapat bahwa kemajuan ilmiah bersifat revolusioner bukan kulatif
sebagaimana anggapan sebelumnya.
e.Jurgen Habermas
Pandangan Jurgrn tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat
dan jenis ilmu pengethauan yang dihasilkan , akses kepada realitas dan tujuan ilmu
pengetahuan sendiri.

E. Susunan Ilmu Pengetahuan
Susunan atau struktur ilmu pengetahuan adalah seperangkat pertanyaan kunci dan
metoda penelitian yang akan membantu memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta,
konsep, generalisasi, dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan membawa
kita untuk memahami ide ide pokok dari suatu disiplin ilmuyang bersangkutan.

F.Etika Keilmuwan
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis,
rasional, logis, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk
melakukannya. Namun selain itu juga masalah yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia
membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia.
Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar,
tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan
sebaliknya.Di sinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai
perwujudan aksiologi ilmu mengharuskan visi etik yang tepat untuk diaplikasikan. Manusia dengan ilmu
pengetahuan akan mampu berbuat apa saja yang diinginkan, namun pertimbangannya tidak hanya pada
apa yang dapat diperbuat oleh manusia. Yang lebih penting pada konteks ini adalah perlunya
pertimbangan etik apa yang harus dilakukan dengan tujuan kebaikan manusia.

Tidak dapat dielakkan lagi bahwa ilmu dan teknologi telah banyak
membantu manusia dalam pengertian yang sangat luas, tetapi juga tidak dapat
diabaikan begitu saja adanya dampak negatif. Dalam hal ini manusia tidak
seharusnya menjadi budak teknologi, tetapi ilmu dan teknologi yang harus
berada di tangan manusia atau di bawah kendali manusia. Dengan demikian
iIlmu dan teknologi dapat dikembangkan oleh dan bagi manusia untuk
kepentingan kesejahteraan manusia. Dalam pandangan AGM Van Nelsen, ilmu
dikembangkan pada mulanya sebagai teori yaitu untuk mendalami pengertian
diri manusia dan alam sekitar, sehingga manusia sampai pada inti dirinya. Pada
tahap ini ilmu manusia lebih bersifat mendeskrispsikan realitas. Ilmu
pengetahuan dimaksudkan agar manusia mampu menjadi manusia yang
sungguh-sungguh menyadari diri dan kedudukannya yang unik dalam
kosmos.Dalam hal ini problem etis ilmu pengetahuan adalah menyangkut
adanya keteganganketegangan antara realitas yang ada (das sein) dan relitas
yang seharusnya ada (das solen). Selanjutnya perkembangan ilmu dan teknologi
dalam obyektifitas dan otonominya tidak mungkin lepas dari pengaruh pola-pola
kebudayaan dan praanggapan di luar kegiatan keilmuan. Dengan demikian tidak
berlebihan jika manusia dituntut harus mampu mengendalikan dan
bertanggungjawab atas ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ciptaannya dan
itu justru demi keselamatan, kelestarian kehidupannya sendiri. Kebenaran
intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu
dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran memang merupakan ciri asli dari
ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak
berwarna, dapat melunturkan pengertian kebenaran, sehingga ilmu terpaksa
menjadi steril.Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus
diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Ilmu bukan tujuan
tetapi sarana, karena hasrat akan kebenaran itu berimpit dengan etika
pelayanan bagi sesama manusia dan tanggungjawab secara agama. Sebenarnya
ilmuwan dalam gerak kerjanya tak usah memperhitungkan adanya dua faktor:
ilmu dan tanggungjawab, karena yang kedua itu sudah lengket dengan yang
pertama. Ilmu pun lengket dengan keberadaan manusia yang transenden
dengan kata-kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat
dalam diri manusia. Di situ terdapat petunjuk TEOLOGIA, VOLUME 25, NOMOR 1,
JANUARI-JUNI 2014 mengenai kebenaran yang transenden.Dengan ini berarti
pula bahwa titik henti dari kebenaran itu terdapat di luar jangkauan
manusia.Tanggung jawab etis merupakan hal yang menyangkut kegiatan
maupun penggunaan ilmu. Dalam kaitan ini terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawab ada kepentingan umum, kepentingan generasi
mendatng dan bersifat universal. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan
adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan
untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab etis ini bukanlah
berkehendak mencampuri atau bahkan menghancurkan otonomi ilmu, tetapi
bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu itu sendiri yang
sekaligus akan lebih memperkokoh eksistensi manusia. Tanggung jawab etis
semacam ini pada akhirnya bertujuan agar manusia terinspirasi, termotivasi dan
terpacu mengembangkan ilmu untuk kemaslahatan umat dan bukan untuk

mencelakakan diri dan generasinya. Dalam realitas kehidupan masyarakat
dewasa ini, terjadi konflik antara etika pragmatik dengan etika pembebasan
manusia. Etika pragmatik berorientasi pada kepentingan-kepentingan elite
sebagai wujud kerja sama antara iptek, uang, kekuasaan dan kekerasan yang
cenderung menindas untuk kepentingannya sendiri yang bersifat materialistik,
dengan etika pembebasan manusia dari penindasan kekuatan elite, etika
pembebasan yang bersifat spiritual dan universal. Etika pembebasan manusia,
yang bersifat spiritual dan universal itu, bisa muncul dari kalangan ilmuwan itu
sendiri, yang bisa jadi karena tidak kerasan dan menolak etika pragmatik yang
dirasakan telah menodai prinsip-prinsip ilmu yang menjunjung tinggi kebenaran,
kebebasan dan kemandirian.Ilmuwan ini biasanya bekerjasama dengan para
rohaniawan dan rakyat kecil pada umumnya, menjadi sebuah gerakan
perlawanan terhadap berlangsungnya etika pragmatik yang bertumpu pada
kekuasaan birokrasi politik yang sudah mapan. Usaha untuk menghindarkan
dampak negative dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
diperlukan adanya kode etik yang bersifat universal sehingga kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat diterima oleh semua pihak, tanpa harus
mengorbankan pihak-pihak lain dan tanpa merusak lingkungan, serta tanpa
adanya kejahatan intelektual. Berbagai kajian Islam muncul untuk merumuskan
etika keilmuan,sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi betulbetul utuh. Konsep sains yang utuh setidaknya harus memiliki tiga karakter
pokok :
a. Sains harus berorientasi kepada dasar nilai-nilai. Nilai-nilai ini dapat ditemukan
melalui metode ilmiah atau wahyu yang dihubungkan dengan konsep segitiga
piramida,yaitu Allah swt, manusia, dan alam.
b. Dengan sains Islami, perkembangan ilmu pengetahuan akan memiliki tujuan
yang berorientasi pada nilai, dan membangkitkan dirinya pada pembaharuan
masyarakat yang bergerak kedepan melalui penemuan ilmiah.
c. Sains Islami,yang berada didalam maupun diluar lembaga struktural,harus
berguna bagi tujuan-tujuan tertentu yang sesuai dengan kebenaran untuk
menunjang perubahan dan pembangunan serta membantu perbaikan manusia.