Makanan halal dan haram serta adab ketik

BAB I
MAKANAN HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM
Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari'at Islam, Allah
-Subhanahu wa Ta'ala menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat
dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada
individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan
semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar
daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati,
akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat
ditentukan -setelah hidayah dari Allah- dengan makanan yang masuk ke dalam
tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi darah dan daging sebagai
unsur penyusun hati dan jasadnya.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi”. (QS. Al-Baqarah: 168)

Dan Allah mensifatkan Nabi Muhammad dalam firman-Nya:

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk”. (QS. Al-A’raf: 157)


1

2

1.1. Makanan Halal
Makanan Halal adalah makanan yang datangnya dari sumber-sumber yang
halal dari segi syarak, suci, baik, dan tidak mengandung mudhorot bagi orang
yang memakannya. Allah Ta'ala- berfirman:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”
(QS. Al-Baqarah: 29)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk makanan- yang
ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum
asalnya adalah halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat
kecuali yang halal dan baik.
1.1.1.

Syarat Makanan Halal
a. Suci, bukan najis atau yang terkena najis. Sebagaimana firman Allah
dalam Q. S. Al Baqarah 183 yang artinya: “Sesungguhnya Allah hanya

mngharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatag yang
disembelih dengan nama selain Allah”

b. Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak
langsung. Sebagaimana firman Allah dalam Q. S. Al Baqarah 195:

“Dan janganlah kamu menjerumusan diri kamu kedalam
kebinasaan”

c. Tidak Memabukkan. Rasulullah bersabda: “setiap yang memabuan
adalah khamar dan setiap khamar adalah haram.” (H.R. Muslim)

3

d. Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari’at jika
makanan itu merupakan daging hewan.

1.1.2.

Makanan Yang Dihalalkan

A. Tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, benda-benda (roti, kue dan
sejenisnya), dan yang berupa cairan (air dengan semua
bentuknya). Ibnu Hubairah -rahimahullah- dalam Al-Ifshoh
(2:453) menukil kesepakatan ulama akan halalnya jenis ini
kecuali yang mengandung mudhorot.
B. Ikan, karena dia termasuk hewan air baik di darat atau di laut dan
adalah halal bangkainya kecuali kodok. Sebagaimana sabda
Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam

“Dia (laut) adalah pensuci airnya dan halal bangkainya”. (HR.

Abu Daud, At-Tirmidzy, An- Nasa`iy, dan Ibnu Majah dan
dishohihkan oleh Imam Al-Bukhary)

C. Hati dan limfa. Berdasarkan hadits Ibnu 'Umar:

“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.
Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang.
Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


D. Belalang. Dari Anas bin Malik -radhiallahu'anhu:

4

“Kami berperang bersama Rasulullah -Shallallahu 'alaihi
wasallam- sebanyak 7 peperangan sedang kami hanya memakan
belalang”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

E. Janin, yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan, bahwa Nabi -Shallallahu'alaihi wasallambersabda:

“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka
janin yang ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus
disembelih ulang.

F. Kelinci
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan

Imam Muslim dari Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu-:

“Sesungguhnya beliau (Nabi) -Shallallahu 'alaihi wasallampernah diberikan hadiah berupa potongan daging kelinci, maka
beliaupun menerimanya”.
G. Kura-kura (arab: salhafat), dan kepiting (arab: sarthon).
1.2. Makanan Haram

5

Makanan Haram adalah makanan yang datangnya dari sumber-sumber
yang haram dari segi syarak, najis atau ternajisi, khobits (jelek), dan yang
mengandung mudhorot bagi yang memakannya. Sebagaimana firman
Allah:

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.
(QS. Al-An’am: 119)
1.2.1. Penyebab Diharamkannya Makanan
A. Makanan yang najis adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi,
contohnya adalah mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya

sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Maimunah –radhiallahu
'anha- bahwa Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- ditanya tentang
lemak yang kejatuhan tikus, maka beliau bersabda:

“Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di
sekitarnya lalu makanlah lemak kalian”. (HR. Al-Bukhary)
Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat, maka cara
membersihkannya adalah dengan membuang najisnya dan makanan
yang ada di sekitarnya, adapun sisanya boleh untuk dimakan. Akan
tetapi jika yang kejatuhan najis adalah makanan yang berupa
cairan, maka hukumnya dirinci; jika najis ini merubah salah satu
dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka makanannya
dihukumi najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula
sebaliknya.
B. Makanan yang jelek (arab: khobits) ada dua jenis; yang jelek
karena dzatnya -seperti: darah, bangkai, dan babi- dan yang jelek

6

karena salah dalam memperolehnya -seperti: hasil riba dan

perjudian-. Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam- pernah
bersabda:

“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka
neraka lebih pantas untuknya”

1.2.2.

Makanan Yang Diharamkan
A. Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang
syar'iy dan juga bukan hasil perburuan. Allah -Subhanahu wa
Ta'ala- menyatakan dalam firman-Nya:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam

binatang


buas,

kecuali

yang

sempat

kamu

menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)
Dan juga dalam firmannya:

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak
disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya
perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan”.

7


(QS. Al-An’am: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
1) Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
2) Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan
keras.
3) Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari
tempat yang tinggi.
4) An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh
hewan lainnya.
5) Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
6) Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya
disetrum.
7) Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca
basmalah.
8) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun
dengan membaca basmalah.
9) Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari
tubuhnya. Hal ini berdasarkan hadits Abu Waqid:

“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia

(hewan itu) masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai”.
(HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan olehnya)
B. Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam
surah Al-An'am ayat 145:
“Atau darah yang mengalir”.
Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan
dalam hadits Ibnu 'Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan
darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.
C. Daging babi

8

Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas.
Yang diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh
bagian-bagian tubuhnya termasuk lemaknya.

D. Khamar. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Al-Ma`idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar:

“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar
adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa
menyebabkan hilangnya akal (mabuk),misalnya narkoba dengan
seluruh jenis dan macamnya.
E. Semua hewan buas yang bertaring.
Sahabat Abu Tsa'labah Al-Khusyany -radhiallahu 'anhu- berkata:

“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallammelarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang
bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

9

Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan
buas yang bertaring maka memakannya adalah haram”.
Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang bertaring
dan menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa
manusia dan hewan lainnya.
F. Semua burung yang memiliki cakar.
Semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia memangsa
dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari
kalangan Imam Empat -kecuali Imam Malikdan selainnya
menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu 'Abbas
-radhiallahu 'anhuma-:

“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang
bertaring dan semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)
G. Keledai jinak (bukan yang liar).
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam
sebagian riwayat darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu-,
bahwasanya Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk
memakan daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah
najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir -radhiallahu
'anhu- berkata:

10

“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan
Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- melarang kami dari keledai
jinak”. (HR. Muslim)

H. Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil
yang menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari
hewan buas yang bertaring yang telah berlalu pengharamannya.
Dan telah tsabit dari Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- bahwa
beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya”.
I. Kalajengking, ular, gagak, tikus, tokek, dan cicak.
Karena semua hewan yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa
melalui proses penyembelihan adalah haram dimakan, karena
seandainya hewan-hewan tersebut halal untuk dimakan maka
tentunya Nabi tidak akan mengizinkan untuk membunuhnya
kecuali lewat proses penyembelihan yang syar'iy.Rasulullah
-Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik
dia berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram
(Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali
(HR. Muslim)

11

Adapun tokek dan -wallahu a'lam- diikutkan juga kepadanya cicak,
maka telah warid dari hadits Abu Hurairah riwayat Imam Muslim
tentang anjuran membunuh wazag (tokek).

J. Ash-shurod, kodok, semut, burung hud-hud, dan lebah.
Kelima hewan ini haram dimakan, berdasarkan hadits Abu
Hurairah -radhiallahu 'anhu-, beliau berkata:

“Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- melarang membunuh
shurod, kodok, semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad
yang shohih).

K. Siput (arab: halazun) darat, serangga kecil, dan kelelawar.
Imam Ibnu Hazm menyatakan, “Tidak halal memakan siput darat,
juga tidak halal memakan seseuatupun dari jenis serangga,
seperti: tokek (masuk juga cicak), kumbang, semut, lebah, lalat,
cacing, kutu, nyamuk dan yang sejenis dengan mereka,
berdasarkan firman Allah -Ta'ala-, “Diharamkan untuk kalian
bangkai”, dan firman Allah - Ta'ala-, “Kecuali yang kalian
sembelih”. Dan telah jelas dalil yang menunjukkan bahwa
penyembelihan pada hewan yang bisa dikuasai/dijinakkan,
tidaklah teranggap secara syar'iy kecuali jika dilakukan pada
tenggorokan atau dadanya. Maka semua hewan yang tidak ada
cara untuk bisa menyembelihnya, maka tidak ada cara/jalan untuk

12

memakannya, sehingga hukumnya adalah haram karena tidak bisa
dimakan, kecuali bangkai yang tidak disembelih”

BAB II
ADAB KETIKA MAKAN SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH
Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan
bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena
dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta'ala dengan maksimal.
Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Ia tidak makan minum karena makanan dan minuman, serta
syahwat keduanya saja.
Oleh karena itu, jika ia tidak lapar ia tidak makan, dan jika ia tidak
kehausan maka ia tidak minum. Rasulullah saw. bersabda, "Kami adalah kaum
yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak
sampai kekenyangan."
Diantara adab-adab makan yang Rasulullah SAW ajarkan adalah :

1. Tidak mencela makanan yang tidak disukai.
Abu Hurairah ra. berkata : “Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun
mencela makanan. Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau
tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada keluarganya
(istrinya) tentang lauk pauk. Mereka menjawab : “Kami hanya punya cuka”.

13

Lalu beliau memintanya dan makan dengannya, seraya bersabda : “Sebaikbaik lauk pauk ialah cuka (al-khall), sebaik-baik lauk pauk adalah (yang
mengandung) cuka.” (HR. Muslim)
Penelitian Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya ’The True Power
of Water’ menemukan bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon
stimulus dari manusia berupa lisan maupun tulisan. Ketika diucapkan kalimat
yang baik atau ditempelkan tulisan dengan kalimat positif, maka air tersebut
akan membentuk struktur kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh
untuk berbagai penyakit. Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan
kalimat umpatan, celaan atau kalimat negatif lainnya, maka air tersebut akan
membentuk struktur kristal yang jelek dan bisa berpengaruh negatif terhadap
kesehatan.

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang tertidur sedang di kedua
tangannya terdapat bekas gajih/lemak (karena tidak dicuci) dan ketika bangun
pagi ia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak menyalahkan
kecuali dirinya sendiri.”

3. Membaca Basmalah dan Hamdalah.
Sebagaimana hadits Nabi:
‫ بفإ سسن ن بمسبي أ بسن ي بسذك قبر اسسبم المله تببعابلى مفى أ ب و بولممه بفل سببققسل مبسسمم‬,‫مإبذا أ بك ببل أ ببحقدك قسم بفال سي بسذك قمر اسسبم اللمه تببعابلى‬
( ‫اللمه مفى أ ب و بولممه بو آمخمرمه ) رواه أبو داود و الترمذي‬
“ Apabila kalian Makan, maka hendaklah menyebut nama Allah, dan apabila
ia lupa menybut nama Allah pada awalnya, maka hendaklah ia mengucapkan
“Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu ( HR. Abu Dawud dan Turmidzi )
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
tersenyum, beliau menjelaskan ketika seorang Muslim tidak membaca
Basmalah sebelum makan, maka syaitan akan ikut makan dengannya.

14

Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan menyebut nama Allah SWT,
maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang sudah dimakannya.
Rasulullah SAW bersabda : “Jika seseorang di antara kamu hendak makan,
maka sebutlah nama Allah SWT. Dan jika ia lupa menyebut nama-Nya pada
awalnya, maka bacalah, ’Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan
menyebut nama Allah SWT pada awalnya dan pada akhirnya).” (HR. Abu
Dawud)
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
tersenyum, beliau menjelaskan ketika seorang Muslim tidak membaca
Basmalah sebelum makan, maka syaitan akan ikut makan dengannya.
Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan menyebut nama Allah SWT,
maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang sudah dimakannya.
Rasulullah SAW juga bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT meridhai
seorang hamba yang ketika makan suatu makanan lalu dia mengucapkan
Alhamdulillah. Dan apabila dia minum suatu minuman maka dia pun
mengucapkan Alhamdulillah.” (HR. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)
4. Makan menggunakan tangan kanan.
Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah
seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia makan dengan tangan
kanannya dan jika ia minum maka hendaklah minum dengan tangan
kanannya. Sebab syaitan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR.
Muslim)
Kedua tangan manusia mengeluarkan tiga macam enzim, tetapi konsentrasi di
tangan kanan lebih banyak daripada tangan kiri. Enzim tersebut sangat
membantu dalam proses pencernaan makanan.
5. Tidak bersandar ketika makan.
Rasulullah SAW bersabda: “Aku tidak makan dengan posisi bersandar
(muttaki-an).” (HR. Bukhari)

15

“Muttaki-an” ada yang menafsirkan duduk bersilang kaki dan ada pula yang
menafsirkan bersandar kepada sesuatu, baik itu bersandar di atas salah satu
tangan atau bersandar pada bantal. Ada pula yang menafsirkan bersandar pada
sisi badan.
Rasulullah SAW jika makan, tidak makan dengan menggunakan alas duduk
seperti bantal duduk sebagaimana orang-orang yang ingin makan banyak
dengan menu makanan yang variatif. Rasulullah SAW menjadikan makannya
sebagai ibadah kepada Allah SWT. Karenanya beliau duduk tanpa alas dan
mengambil makanan secukupnya.
6. Memakan makanan yang terdekat dahulu.
Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : “Saat aku belia, aku pernah berada di
kamar Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali mengacak-acak piringpiring. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ’Nak, bacalah Bismillah,
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan baik yang
terdekat.” (HR. Bukhari)
7. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Dari Mikdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda : “Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk
daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat
menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga
(dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan
sepertiganya lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)
8. Menjilat tangan ketika makan tanpa sendok atau garpu.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah seorang
diantaramu makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, sebab ia tidak
mengetahui dari jemari mana munculnya keberkahan.” (HR. Muslim)

16

Dalam hadits riwayat Imam Muslim pula, Ka’ab bin Malik ra. memberikan
kesaksian bahwa ia pernah melihat Rasulullah SAW makan dengan
menggunakan tiga jarinya dan beliau menjilatinya selesai makan.

Penemuan kesehatan modern menunjukkan bahwa ketika kita makan dengan
jari dan menjilati jari untuk membersihkannya, maka jari tersebut
mengeluarkan enzim yang sangat membantu bagi kelancaran pencernaan.

9.

Membuang kotoran dari makanan yang terjatuh lalu memakannya.
Dari Anas bin Malik ra. berkata bahwa Rasulullah SAW sering makan
dengan menjilati ketiga jarinya (Ibu jari, telunjuk dan jari tengah), seraya
bersabda : “Apabila ada makananmu yang terjatuh, maka buanglah
kotorannya dan hendaklah ia memakannya serta tidak membiarkannya
untuk syaitan.” Dan beliau juga memerintahkan kami untuk menjilati piring
seraya bersabda : “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui pada makanan
yang mana adanya berkah itu.” (HR. Muslim)
Islam melarang hal-hal yang mubazir, termasuk dalam hal makanan.
Seringkali kita menyaksikan orang yang mengambil makanan berlebihan
sehingga tidak habis dimakan. Makanan yang mubazir itu akhirnya
dibiarkan untuk syaitan, padahal bisa jadi sebenarnya pada makanan
tersebut terdapat keberkahan. Oleh karena itu, ketika mengambil makanan
harus berdasarkan perhitungan bahwa makanan tersebut akan habis
dimakan.

10. Makan dan minum sambil duduk.
Rasulullah SAW suatu ketika melarang seorang lelaki minum sambil berdiri.
Berkata Qatadah : “Bagaimana dengan makan?” Rasul menjawab : “Itu
lebih buruk lagi.” (HR. Muslim)

17

11. Tidak bernafas ketika minum dan menjauhkan mulut dari tempat
minum ketika bernafas.
Dari Abu Al-Mutsni Al-Jahni ra berkata, aku pernah berada di rumah
Marwan bin Hakam, tiba-tiba datang kepadanya Abu Sa’id ra. Marwan
berkata kepadanya : “Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW
melarang bernafas di tempat minum?”. Abu Sa’id menjawab : “Ya. Ada
seseorang pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ”Aku tidak kenyang
dengan air hanya satu kali nafas.” Lalu Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhkanlah tempat air (gelas) dari mulutmu, lalu bernafaslah!” Orang itu
berkata lagi, “Sesungguhnya aku melihat ada kotoran pada tempat minum
itu”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ”Kalau begitu, tumpahkanlah! (HR.
Abu Dawud)
Dan juga dari Ibnu Abbas ra. berkata : “Rasulullah SAW telah melarang
untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di
dalamnya.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW melarang bernafas ketika minum. Apabila minum sambil
bernafas, tubuh kita mengeluarkan CO2 (Karbondioksida), apabila
bercampur dengan H2O (Air) dapat menjadi H2CO3 (Cuka) sehingga
menyebabkan minuman menjadi acidic (Asam). Hal ini dapat terjadi juga
ketika meniup air panas. Makanan dan minuman panas sebaiknya tidak
didinginkan dengan ditiup, tapi cukup dikipas.
12. Tidak berprasangka buruk jika makan ditemani orang yang
berpenyakit.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah memegang tangan orang yang
majdzum (kusta), beliau meletakkan tangannya pada piring makan seraya
bersabda : “Makanlah, yakinlah kepada Allah SWT dan bertawakkallah.”
(HR. Abu Dawud)
13. Tidak duduk pada meja yang dihidangkan makanan haram.

18

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia tidak duduk pada
meja makan yang padanya diedarkan minuman khamr.” (HR. Imam
Tirmidzi)
14. Mendo’akan yang mengundang makan.
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW pernah datang ke Sa’ad bin
Ubadah ra. yang menghidangkan roti dan mentega. Rasulullah SAW
memakannya, lalu beliau bersabda : “Telah berbuka di sisimu orang-orang
yang berpuasa. Hidanganmu telah dimakan oleh orang-orang shalih (baik)
dan malaikat pun mendo’akan kebaikan untukmu.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
15. Menutup tempat makan dan minum.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Tutuplah tempat
makanan dan tempat minuman!” (HR. Bukhari Muslim)
Menutup tempat makan dan minum sangat bermanfaat

untuk

menghindarkan makanan dari polusi udara, kotoran atau zat-zat berbahaya
yang dapat masuk ke dalam makanan atau minuman yang tidak titutupi.

16. Membersihkan sisa-sisa makanan
Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk
membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada
Allah Ta‘ala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan
mulut itu memperpanjang kesehatan gigi.

19

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa kita hidup di dunia
ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Dan segala sesuatu
dimuka bumi ini di atur oleh Al-qur’an dan Al-hadits. Maka dari itu apa yang
telah di perintahkan kepada kita hendaklah kita melakukannya dan apa-apa saja
yang dilarang maka jauhilah. Hal-hal tersebut dengan tujuan agar kita terhindar
dari kesesatan. penjelasan dari redaksi hadits-hadits di atas sangatlah jelas dan
dengan penjelasan tersebut kita dapat mengetahui apa yang bisa kita lakukan dan
apa yang bisa kita tinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

20

Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. 2002. Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim.
Terjemahan oleh Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah
Al-Hilali, Syaikh Salim bin Ied Ensiklopedi Larangan Menurut al-Quran dan asSunnah, Surabaya : Pustaka Imam as-Syafi’I, 2008
Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. Etika makan dan Minum. (online)
(http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=162
&Itemid=5. Diakses, 20 November 2010)
Departemen Agama R.I, AlQuran Tajwid dan Terjemahannya, (Jakarta: Magfirah
Pustaka, 2006 )
Manshurah, Taifah, Etika Makan dan Minum. (online)
(http://puremoslem.blogspot.com/2010/02/etika-makan-dan-minum2.html. Diakses 20 November 2011)
Ulwan, Abdullah Nashih. 1999. Tarbiyatul Awlad fi al-Islam. Jakarta: Pustaka
Amani.
Ustadz Alfi syahar, MA. 2011. “Makanan Halal dan Haram” (online).
(http://www.belajarislam.com/makanan-halal-dan-haram/,diunduh 20
November 2011 pkl 17.30)