Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Pemerintah juga
mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang kemudian digantikan dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi di Indonesia
saat ini adalah menguatnya akuntabilitas publik terhadap lembaga-lembaga publik
yang berada di pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
suatu bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi apakah telah mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik.
Salah
satu
bentuk
pertanggungjawaban
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
1
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan.
Bentuk laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah
selama satu tahun anggaran adalah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) yang setidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional, dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPD harus
mengikuti standar akuntansi pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010.
Laporan keuangan menjadi media bagi sebuah entitas, dalam hal ini
pemerintahan daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya
kepada publik. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menggambarkan
keluaran atau hasil dari kegiatan yang hendak atau telah dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur sehingga
dapat menjelaskan kinerja dan tanggung jawab pengelolaan anggaran keuangan
selama satu periode tertentu. Menurut peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010,
terdapat empat kelompok utama yang membutuhkan laporan keuangan yang
dihasilkan oleh pemerintah. Empat kelompok utama tersebut, yaitu: masyarakat;
wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; pihak yang memberi
atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; serta pemerintah.
Untuk itu, pemerintahan daerah bertanggung jawab untuk menyajikan dan
2
Universitas Sumatera Utara
melaporkan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (LKPD) yang bermanfaat
dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Informasi akan dikatakan bermanfaat bila informasi tersebut dapat
membantu dan mendukung pengambilan keputusan serta dapat dipahami oleh
para pemakainya. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan
informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang terdapat di
dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus memenuhi beberapa
karakteristik kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yakni
relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami. Dengan terpenuhinya
karakteristik tersebut laporan keuangan akan menjadi berkualitas.
Kualitas laporan keuangan pemerintah erat kaitannya dengan Standar
Akuntansi Pemerintahanan (SAP). Laporan keuangan yang berkualitas harus
disusun sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang terdapat dalam
standar akuntansi yang berlaku, oleh karena itu LKPD haruslah mengacu kepada
SAP yang telah ditetapkan. SAP berfungsi sebagai acuan apakah Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sudah disusun berdasarkan sistem yang
memadai dan informasi yang termuat apakah sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
SAP yang ditetapkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
yang kemudian sekarang diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. Dalam peraturan pemerintah tersebut
SAP dinyatakan dalam bentuk
3
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun berdasarkan kepada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah
tersebut dikatakan bahawa Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Menyusun laporan keuangan akan berkualitas bila mengacu kepada
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Alasan tersebut didasari oleh penelitian
yang dilakukan oleh Wati (2014).
Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari
suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu
organisasi dalam satu periode, maka dari itu jika tidak didukung dengan
kompetensi yang dimiliki staf akuntansi sendiri maka penerapan standar akuntansi
pemerintahan dan sistem pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan efektif
dan tidak bisa menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kualitas informasi
yang dapat dipakai oleh pengguna informasi tersebut (Udiyanti, 2014).
Laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh bidang
atau disiplin ilmu akuntansi. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkompeten untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang
berkualitas. Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami dan
kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan daerah bahkan
organisasional tentang pemerintahan. Kompetensi adalah ciri seseorang yang
4
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat dari keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dimilikinya
dalam hal menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya (Hervesi, 2005
dalam Indriasari, 2008).
Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan, jika tidak dilandasi dengan kompetensi yang
memadai seseorang tidak akan mampu untuk mencapai kinerja tertinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Sumber daya manusia yang tidak memiliki
kompetensi di dalam dirinya tidak akan bisa melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien. Hal ini berlaku di setiap bidang pekerjaan, begitu juga di entitas
pemerintahan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) yang berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten.
Hal ini didukung dari penelitian Wati (2014) yang menunjukkan bahwa
kompetensi SDM
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Syarifuddin (2014) yang menunjukkan kompetensi SDM tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Selain kedua hal di atas yaitu penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), hal lain yang dapat
mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah
pemanfaatan Teknologi Infomasi (TI). Teknologi di pandang sebagai alat yang
digunakan oleh individu untuk menyelesaikan tugas–tugasnya (Nurillah,2014).
Pemanfaatan teknologi merupakan salah satu faktor untuk mewujudkan laporan
5
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang memiliki ketepatan waktu dalam penyajianya serta informasi di
dalamnya dapat diandalkan.
Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 tahun 2001
tentang sistem informasi keuangan daerah, kemudian diganti dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 56 Tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah,
dan selanjutnya diperkuat kembali dengan munculnya peraturan pemerintah No.
65 tahun 2010 yang menjelaskan terkait sistem informasi keuangan daerah.
Peraturan tersebut mengatur terkait batas
waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah serta terkait dana perimbangan yang
tertunda apabila terlambat dalam melakukan penyampaian.
Saat sekarang ini teknologi informasi telah berkembang dengan sangat
pesat, sehingga dengan kemajuan teknologi informasi ini pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan
publik, karena masih sedikit situs web pemerintah daerah yang update mengenai
informasi keuangannya.
Dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas, maka dapat membuka peluang bagi berbagai
pihak untuk mengakses, mengelola, dan mendayagunakan informasi keuangan
daerah secara cepat dan akurat.
6
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain
kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan, keakuratan perhitungan,
penyimpanan data dalam jumlah besar, biaya pemrosesan yang lebih rendah, dan
kemampuan
multiprocessing
(Andi,
2003).
Namun,
pengimplementasian
teknologi informasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, apabila
pemanfaatan teknologi belum diterapkan secara optimal dan luas maka hal ini
menjadi sia-sia dan semakin mahal. Selain itu, terdapat kendala yang ditemui
dalam penerapan teknologi informasi, yaitu kondisi perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan, pemutakhiran data, kondisi sumber daya manusia yang
ada, dan keterbatasan dana. Kendala inilah yang mungkin menyebabkan
pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintahan belum optimal.
Hal ini didukung oleh penelitian Pratiwi (2015) yang menyatakan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah, tetapi penelitian lain Surastiani (2015) menyatakan
bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dinilai setiap tahunnya oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor pemerintah. Badan pemeriksa
keuangan
dapat
memberikan
empat
jenis
opini
terhadap
pertanggungjawaban yang disajikan oleh pemerintah, yaitu
laporan
Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) termasuk Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf
Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW)
dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Ketika BPK memberikan Opini Wajar
7
Universitas Sumatera Utara
Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD), artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas
pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan
berkualitas. Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan
mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal (BPK, 2014
dalam Indriasih, 2014). Setelah itu, laporan keuangan pemerintah disampaikan
kepada DPR/DPRD.
Menurut BPK kualitas laporan keuangan pemerintahan semakin membaik.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga (LKKL) serta Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) meningkat. Berdasarkan
data BPK, pada tahun 2009 sebanyak 44 dari 78 laporan keuangan kementerian
dan lembaga atau sekitar 56 persen di antaranya memperoleh predikat WTP. Dan
pada 2013 meningkat, yaitu menjadi 64 dari 86 atau sekitar 74 persen. Selain itu,
walaupun peningkatan jumlah daerah yang mendapat WTP tidak sebaik di
kementerian, trennya terus meningkat. Berdasarkan data 2009, pendapat WTP
diberikan kepada 15 dari 504 daerah atau sekitar 3 persen. Tapi pada tahun 2013
membaik, yaitu diberikan kepada 153 dari 456 atau sekitar 33 persen dari
keuangan pemerintah daerah.
8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Perkembangan Opini Audit LKPD 2010-2014 Pemerintah Kota
di Indonesia
LKPD
TAHUN
2010
WTP
WDP
12
67
13%
72%
2011
21
62
23%
67%
2012
31
52
34%
58%
2013
35
55
38%
59%
2014
56
35
62%
38%
Sumber : www.bpk.go.id – IHPS II 2015
OPINI
TW
3
3%
2
2%
0
0%
0
0%
0
0%
TMP
11
12%
7
8%
7
8%
3
3%
0
0%
TOTAL
93
100%
92
100%
90
100%
93
100%
91
100%
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPD pada tabel 1.1 dimulai
tahun 2010, 12 entitas mendapat opini WTP, 67 entitas memperoleh opini WDP, 3
entitas memperoleh opini TW dan 11 entitas memperoleh opini TMP. Pada tahun
berikutnya 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan opini WTP. Meskipun terjadi
peningkatan proporsi WTP setiap tahunnya, pemerintah daerah masih perlu
meningkatkan kompetensi dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar.
Penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari
pertanggungjawaban keuangan yang lebih baik.
Menurut Pemko Medan berdasarkan Pemeriksaan yang telah dilakukan
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sumut atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun anggaran 2013, BPK memberikan
Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Perjelas (WTP – DPP) untuk
Pemko Medan, hal tersebut berdasarkan atas laporan keuangan secara wajar
9
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI perwakilan Sumatera
Utara dinyatakan bahwa Kota Medan berhasil meraih opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) pada tahun 2014. Hasil ini tentunya sangat membanggakan,
sebab Pemko Medan selama 4 tahun berturut-turut berhasil memperoleh predikat
opini WTP sejak tahun 2011. Keberhasilan ini menjadikan Pemko Medan satusatunya kota maupun kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berhasil merasih
predikat opini WTP sebanyak 4 kali.
Tabel 1.2
Perkembangan Opini Kota Medan Tahun 2010-2014
Opini
Entitas Pemerintah
Daerah
2010
2011
2012
2013
Kota Medan
WDP WTP WTP-DPP WTP-DPP
Sumber: www.bpk.go.id – IHPS II 2015
2014
WTP
Mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten di muka dan
hasil pemeriksaaan BPK RI atau LKPD mendorong penulis untuk meneliti
kembali pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah, dengan objek penelitian Kota Medan.
Populasi penelitian ini difokuskan pada SKPD Kota Medan. Alasan
penggunaan populasi ini karena Kota Medan dinilai berhasil menyusun dan
menyajikan laporan keuangan yang berkualitas hal ini ditujukan dengan
berhasilnya Kota Medan mendapatkan opini WTP 4 tahun berturut-turut yang
dimulai tahun 2011-2014.
Berdasarkan uraian diatas dan didukung dengan fakta-fakta yang ada,
penulis ingin menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas LKPD
dengan judul:
10
Universitas Sumatera Utara
“Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi
Sumber Daya Manusia, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh
terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
2. Apakah kompetensi SDM berpengaruh terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
3. Apakah pemanfaatan Teknologi Infomasi berpengaruh terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
4. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kompetensi
SDM, dan pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh secara simultan
terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
11
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi SDM terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,
kompetensi SDM, dan pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan secara simultan.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak,
diantaranya :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bagi penulis juga diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan serta lebih mendalami dan memahami lagi mengenai
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, serta sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Strata I pada Universitas Sumatera Utara.
12
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan
dibidang pemerintahan, khususnya pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan, kompetensi SDM, dan pemanfaatan teknologi informasi
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintahan daerah.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kota Medan
untuk
mengetahui
arti
pentingnya
penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kompetensi SDM, dan pemanfaatan Teknologi
Informasi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota
Medan.
13
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Pemerintah juga
mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang kemudian digantikan dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Mardiasmo (2002) menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi di Indonesia
saat ini adalah menguatnya akuntabilitas publik terhadap lembaga-lembaga publik
yang berada di pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
suatu bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi apakah telah mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik.
Salah
satu
bentuk
pertanggungjawaban
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
1
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan.
Bentuk laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah
selama satu tahun anggaran adalah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) yang setidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional, dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPD harus
mengikuti standar akuntansi pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010.
Laporan keuangan menjadi media bagi sebuah entitas, dalam hal ini
pemerintahan daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya
kepada publik. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menggambarkan
keluaran atau hasil dari kegiatan yang hendak atau telah dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur sehingga
dapat menjelaskan kinerja dan tanggung jawab pengelolaan anggaran keuangan
selama satu periode tertentu. Menurut peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010,
terdapat empat kelompok utama yang membutuhkan laporan keuangan yang
dihasilkan oleh pemerintah. Empat kelompok utama tersebut, yaitu: masyarakat;
wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; pihak yang memberi
atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; serta pemerintah.
Untuk itu, pemerintahan daerah bertanggung jawab untuk menyajikan dan
2
Universitas Sumatera Utara
melaporkan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (LKPD) yang bermanfaat
dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Informasi akan dikatakan bermanfaat bila informasi tersebut dapat
membantu dan mendukung pengambilan keputusan serta dapat dipahami oleh
para pemakainya. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan
informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang terdapat di
dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus memenuhi beberapa
karakteristik kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yakni
relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami. Dengan terpenuhinya
karakteristik tersebut laporan keuangan akan menjadi berkualitas.
Kualitas laporan keuangan pemerintah erat kaitannya dengan Standar
Akuntansi Pemerintahanan (SAP). Laporan keuangan yang berkualitas harus
disusun sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang terdapat dalam
standar akuntansi yang berlaku, oleh karena itu LKPD haruslah mengacu kepada
SAP yang telah ditetapkan. SAP berfungsi sebagai acuan apakah Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sudah disusun berdasarkan sistem yang
memadai dan informasi yang termuat apakah sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
SAP yang ditetapkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
yang kemudian sekarang diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. Dalam peraturan pemerintah tersebut
SAP dinyatakan dalam bentuk
3
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun berdasarkan kepada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah
tersebut dikatakan bahawa Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Menyusun laporan keuangan akan berkualitas bila mengacu kepada
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Alasan tersebut didasari oleh penelitian
yang dilakukan oleh Wati (2014).
Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari
suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu
organisasi dalam satu periode, maka dari itu jika tidak didukung dengan
kompetensi yang dimiliki staf akuntansi sendiri maka penerapan standar akuntansi
pemerintahan dan sistem pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan efektif
dan tidak bisa menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kualitas informasi
yang dapat dipakai oleh pengguna informasi tersebut (Udiyanti, 2014).
Laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh bidang
atau disiplin ilmu akuntansi. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkompeten untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang
berkualitas. Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami dan
kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan daerah bahkan
organisasional tentang pemerintahan. Kompetensi adalah ciri seseorang yang
4
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat dari keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dimilikinya
dalam hal menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya (Hervesi, 2005
dalam Indriasari, 2008).
Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan, jika tidak dilandasi dengan kompetensi yang
memadai seseorang tidak akan mampu untuk mencapai kinerja tertinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Sumber daya manusia yang tidak memiliki
kompetensi di dalam dirinya tidak akan bisa melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien. Hal ini berlaku di setiap bidang pekerjaan, begitu juga di entitas
pemerintahan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) yang berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten.
Hal ini didukung dari penelitian Wati (2014) yang menunjukkan bahwa
kompetensi SDM
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Syarifuddin (2014) yang menunjukkan kompetensi SDM tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Selain kedua hal di atas yaitu penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), hal lain yang dapat
mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah
pemanfaatan Teknologi Infomasi (TI). Teknologi di pandang sebagai alat yang
digunakan oleh individu untuk menyelesaikan tugas–tugasnya (Nurillah,2014).
Pemanfaatan teknologi merupakan salah satu faktor untuk mewujudkan laporan
5
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang memiliki ketepatan waktu dalam penyajianya serta informasi di
dalamnya dapat diandalkan.
Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 tahun 2001
tentang sistem informasi keuangan daerah, kemudian diganti dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 56 Tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah,
dan selanjutnya diperkuat kembali dengan munculnya peraturan pemerintah No.
65 tahun 2010 yang menjelaskan terkait sistem informasi keuangan daerah.
Peraturan tersebut mengatur terkait batas
waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah serta terkait dana perimbangan yang
tertunda apabila terlambat dalam melakukan penyampaian.
Saat sekarang ini teknologi informasi telah berkembang dengan sangat
pesat, sehingga dengan kemajuan teknologi informasi ini pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan
publik, karena masih sedikit situs web pemerintah daerah yang update mengenai
informasi keuangannya.
Dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas, maka dapat membuka peluang bagi berbagai
pihak untuk mengakses, mengelola, dan mendayagunakan informasi keuangan
daerah secara cepat dan akurat.
6
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain
kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan, keakuratan perhitungan,
penyimpanan data dalam jumlah besar, biaya pemrosesan yang lebih rendah, dan
kemampuan
multiprocessing
(Andi,
2003).
Namun,
pengimplementasian
teknologi informasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, apabila
pemanfaatan teknologi belum diterapkan secara optimal dan luas maka hal ini
menjadi sia-sia dan semakin mahal. Selain itu, terdapat kendala yang ditemui
dalam penerapan teknologi informasi, yaitu kondisi perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan, pemutakhiran data, kondisi sumber daya manusia yang
ada, dan keterbatasan dana. Kendala inilah yang mungkin menyebabkan
pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintahan belum optimal.
Hal ini didukung oleh penelitian Pratiwi (2015) yang menyatakan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah, tetapi penelitian lain Surastiani (2015) menyatakan
bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dinilai setiap tahunnya oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor pemerintah. Badan pemeriksa
keuangan
dapat
memberikan
empat
jenis
opini
terhadap
pertanggungjawaban yang disajikan oleh pemerintah, yaitu
laporan
Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) termasuk Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf
Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW)
dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Ketika BPK memberikan Opini Wajar
7
Universitas Sumatera Utara
Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD), artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas
pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan
berkualitas. Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan
mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal (BPK, 2014
dalam Indriasih, 2014). Setelah itu, laporan keuangan pemerintah disampaikan
kepada DPR/DPRD.
Menurut BPK kualitas laporan keuangan pemerintahan semakin membaik.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah Laporan Keuangan Kementerian dan
Lembaga (LKKL) serta Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) meningkat. Berdasarkan
data BPK, pada tahun 2009 sebanyak 44 dari 78 laporan keuangan kementerian
dan lembaga atau sekitar 56 persen di antaranya memperoleh predikat WTP. Dan
pada 2013 meningkat, yaitu menjadi 64 dari 86 atau sekitar 74 persen. Selain itu,
walaupun peningkatan jumlah daerah yang mendapat WTP tidak sebaik di
kementerian, trennya terus meningkat. Berdasarkan data 2009, pendapat WTP
diberikan kepada 15 dari 504 daerah atau sekitar 3 persen. Tapi pada tahun 2013
membaik, yaitu diberikan kepada 153 dari 456 atau sekitar 33 persen dari
keuangan pemerintah daerah.
8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Perkembangan Opini Audit LKPD 2010-2014 Pemerintah Kota
di Indonesia
LKPD
TAHUN
2010
WTP
WDP
12
67
13%
72%
2011
21
62
23%
67%
2012
31
52
34%
58%
2013
35
55
38%
59%
2014
56
35
62%
38%
Sumber : www.bpk.go.id – IHPS II 2015
OPINI
TW
3
3%
2
2%
0
0%
0
0%
0
0%
TMP
11
12%
7
8%
7
8%
3
3%
0
0%
TOTAL
93
100%
92
100%
90
100%
93
100%
91
100%
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPD pada tabel 1.1 dimulai
tahun 2010, 12 entitas mendapat opini WTP, 67 entitas memperoleh opini WDP, 3
entitas memperoleh opini TW dan 11 entitas memperoleh opini TMP. Pada tahun
berikutnya 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan opini WTP. Meskipun terjadi
peningkatan proporsi WTP setiap tahunnya, pemerintah daerah masih perlu
meningkatkan kompetensi dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar.
Penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari
pertanggungjawaban keuangan yang lebih baik.
Menurut Pemko Medan berdasarkan Pemeriksaan yang telah dilakukan
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sumut atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun anggaran 2013, BPK memberikan
Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Perjelas (WTP – DPP) untuk
Pemko Medan, hal tersebut berdasarkan atas laporan keuangan secara wajar
9
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI perwakilan Sumatera
Utara dinyatakan bahwa Kota Medan berhasil meraih opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) pada tahun 2014. Hasil ini tentunya sangat membanggakan,
sebab Pemko Medan selama 4 tahun berturut-turut berhasil memperoleh predikat
opini WTP sejak tahun 2011. Keberhasilan ini menjadikan Pemko Medan satusatunya kota maupun kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berhasil merasih
predikat opini WTP sebanyak 4 kali.
Tabel 1.2
Perkembangan Opini Kota Medan Tahun 2010-2014
Opini
Entitas Pemerintah
Daerah
2010
2011
2012
2013
Kota Medan
WDP WTP WTP-DPP WTP-DPP
Sumber: www.bpk.go.id – IHPS II 2015
2014
WTP
Mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten di muka dan
hasil pemeriksaaan BPK RI atau LKPD mendorong penulis untuk meneliti
kembali pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah, dengan objek penelitian Kota Medan.
Populasi penelitian ini difokuskan pada SKPD Kota Medan. Alasan
penggunaan populasi ini karena Kota Medan dinilai berhasil menyusun dan
menyajikan laporan keuangan yang berkualitas hal ini ditujukan dengan
berhasilnya Kota Medan mendapatkan opini WTP 4 tahun berturut-turut yang
dimulai tahun 2011-2014.
Berdasarkan uraian diatas dan didukung dengan fakta-fakta yang ada,
penulis ingin menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas LKPD
dengan judul:
10
Universitas Sumatera Utara
“Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi
Sumber Daya Manusia, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh
terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
2. Apakah kompetensi SDM berpengaruh terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
3. Apakah pemanfaatan Teknologi Infomasi berpengaruh terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
4. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kompetensi
SDM, dan pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh secara simultan
terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan?
11
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi SDM terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,
kompetensi SDM, dan pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan secara simultan.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak,
diantaranya :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bagi penulis juga diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan serta lebih mendalami dan memahami lagi mengenai
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, serta sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Strata I pada Universitas Sumatera Utara.
12
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan
dibidang pemerintahan, khususnya pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan, kompetensi SDM, dan pemanfaatan teknologi informasi
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintahan daerah.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kota Medan
untuk
mengetahui
arti
pentingnya
penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan (SAP), kompetensi SDM, dan pemanfaatan Teknologi
Informasi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota
Medan.
13
Universitas Sumatera Utara