Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat Asam Jawa tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas Aek Torop

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di

indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung
terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat
kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu
diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan
kesehatan dasar tersebut (Profil kesehatan indonesia, 2007).
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan
dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic
six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah
setempat. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan.

Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan (Profil kesehatan indonesia, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah
air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu serta puskesmas keliling. Jumlah puskesmas di Indonesia
sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 8.737 unit dengan rincian jumlah
puskesmas perawatan 2.704 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.033
unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan
penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk.
Dalam kurun waktu 2005 hingga 2009, rasio ini menunjukkan adanya
peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar
3,50 pada tahun 2009 meningkat menjadi 3,78 (Profil kesehatan indonesia, 2009).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di
puskesmas, beberapa puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya
menjadi puskesmas perawatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu tahun
2005-2009 telah terjadi peningkatan jumlah puskesmas perawatan dari 2.077 unit
pada tahun 2005 menjadi 2.704 unit pada tahun 2009 (Profil kesehatan indonesia,

2009).
Sampai tahun 2008 jumlah puskesmas di Provinsi Sumatera Utara adalah
493 unit, setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara sudah memiliki paling
sedikit 1 (satu) puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera
Utara (13.042.317 jiwa), maka 1 puskesmas melayani 26.455 jiwa, bila
dibandingkan dengan standar nasional , 1 (satu) puskesmas melayani 30.000 jiwa,
berarti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan sarana
kesehatan khususnya puskesmas mencapai standar nasional tersebut (Profil

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008) dan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
sendiri saat ini tercatat 11 puskesmas yang melayani kesehatan dasar untuk
masyarakat Labuhanbatu Selatan (Laporan Puskesmas Aek Torop, 2011).
Kabupaten LabuhanBatu Selatan terdiri dari 5 kecamatan. Kecamatan
Torgamba adalah salah satu dari 5 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten
tersebut. Di kecamatan Torgamba sendiri terdapat 14 Desa yang terdiri dari desa
Aek Raso, Asam Jawa, Aek Batu, Bangai, Beringin Jaya, Bukit Tujuh, Bunut,
Pangarungan, Pinang Dame, Rasau, Sungai Meranti, Teluk Rampah, Torgamba
dan Torganda. Di kecamatan Torgamba terdapat 4 puskesmas dan 8 pustu.

Puskesmas Aek Torop adalah salah satu puskesmas yang terletak di Kecamatan
Torgamba. Puskesmas Aek Torop memiliki wilayah kerja di enam desa yaitu
Desa Asam jawa sebanyak 14888 jiwa, Pangarungan sebanyak 5286 jiwa, Bunut
sebanyak 3856 jiwa, Bangai sebanyak 3740 jiwa, Rasau sebanyak 1504 jiwa, dan
Teluk Rampah sebanyak 940 jiwa. Jumlah seluruh penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Aek Torop adalah 30214 jiwa. Hal ini sesuai dengan standar nasional
1 (satu) Puskesmas melayani 30.000 jiwa. Selain itu terdapat 2 Pustu (Puskesmas
Pembantu) yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Aek Torop yaitu Pustu
Asam Jawa dan Pustu Teluk Rampah (Laporan Puskesmas Aek Torop, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat, puskesmas belum dimanfaatkan
secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data provinsi yang kunjungan ke
puskesmas kurang dari 6 % antara lain : Sumatera Utara (5.8 %), Banten (5,7 %),
Kalimantan Tengah (5.7 %) dan Riau (5.5 %). Banten, Sumatera Utara dan Riau
mempunyai wilayah yang luas, kebanyakan penduduk dipedesaan kurang
memanfaatkan fasilitas kesehatan modren yang ada. Kemungkinan besar karena
masalah terbatasnya fasilitas yang ada dan jarak fasilitas yang cukup jauh
berdasarkan susenas (2005) dalam Purba (2009).

Berdasarkan Statistik Kesra (2007) dalam Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara (2008) diperoleh data bahwa persentase masyarakat Sumatera
Utara yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami
selama sebulan yang lalu, ternyata lebih besar dibandingkan persentase
masyarakat yang berobat jalan. Sebanyak 65,36% masyarakat yang memiliki
keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu, memilih untuk mengobati sendiri.
Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 42,55% dari seluruh
masyarakat yang memiliki keluhan kesehatan sebulan yang lalu.
Dari

masyarakat

yang

mengobati

sendiri,

89,18%


diantaranya

menggunakan obat modern, 27,09% menggunakan obat tradisional dan 8,24%
menggunakan obat lainnya. Bila dilihat dari tempat berobat yang dikunjungi oleh
masyarakat yang memilih berobat jalan diketahui bahwa jumlah masyarakat
Sumatera Utara yang mengunjungi praktek dokter/tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan lebih dominan dari pada ke Puskesmas/Rumah Sakit
milik pemerintah. Dapat dilihat persentase secara berurutan mulai dari yang

Universitas Sumatera Utara

tertinggi adalah sebagai berikut; Praktek Dokter 28,20%, Praktek Tenaga
Kesehatan 22,15%, Puskesmas/Pustu 20,58%, RS Swasta 7,71%, RS Pemerintah
6,86%, Praktek Pengobatan Tradisional 4,91% dan Dukun 0,35% lainnya 9,25%
(Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008)
Pelayanan rawat jalan, terbanyak masyarakat menggunakan tenaga
kesehatan yaitu sekitar 18,2% disusul dengan RS Bersalin yaitu 6,6%.
Penggunaan fasilitas pelayanan pemerintah untuk rawat jalan yaitu RS hanya
1,1% dan Puskesmas yaitu 3,3%. Untuk mendapatkan pelayanan rawat inap,
masyarakat Sumatera Utara lebih memilih menggunakan RS Swasta (2,3%)

dibandingkan RS Pemerintah (1,6%) dan Puskesmas (0,2%) (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, 2008).
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1202/MenKes/SK/VIII/2003
dalam Barus (2006) menetapkan salah satu indikator mengenai akses dan mutu
pelayanan kesehatan adalah persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas.
Surkesda Kab. Toba Samosir 2005/2006 menemukan sebagian besar
anggota keluarga yang sakit mencari pengobatan di praktik petugas kesehatan
(33,02%), diikuti oleh polindes (24,9%). Ke puskesmas hanya 18,35%. Gambaran
proporsi ini hampir sama dengan hasil Surkesnas 2001 di mana yang terbesar juga
praktik petugas kesehatan (27,5%) dan Puskesmas 23,6%. Kelihatannya
masyarakat di Toba Samosir masih lebih cenderung memilih praktik petugas
kesehatan

dibanding

dengan

puskesmas.

Salah


satu

faktor

penyebab

kemungkinannya adalah kurangnya kepuasan masyarakat terhadap puskesmas
(Barus, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Hal ini sesuai dengan penelitian Hasibuan (1993) dalam Siregar (2004)
yang menyatakan bahwa pemerataan pelayanan yang belum baik, mutu pelayanan
yang belum optimal sehingga belum mampu memuaskan masyarakat, inefisiensi
dan inefektivitas, pola pembiayaan dan pelayanan yang kurang baik, mutu sumber
daya

manusia


yang

memberikan pelayanan masyarakat

masih

rendah,

ketersediaan dan bahan peralatan yang kurang dan tidak sesuai dengan
penggunaannya.
Sedangkan menurut Trimurthy (2008) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada
pengetahuan apa yang ditawarkan dalam pelayanan, bagaimana, kapan, oleh siapa
dan dengan biaya berapa pelayanan kesehatan dapat diperoleh. Jadi pemanfaatan
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh permintaan, sikap dan pengalaman mereka.
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui
pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.
Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk

berperilaku sehat (Profil kesehatan indonesia, 2009)
Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat
terhadap kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka
kemungkinan masyarakat akan menggunakan pelayanan kesehatan juga akan
berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya (Notoatmodjo,
2007). Namun pemanfaatan pelayanan puskesmas harus didukung dengan fasilitas

Universitas Sumatera Utara

pelayanan kesehatan yang lengkap seperti penelitian Lubis (2006) dalam
Hasibuan (2008) yang mengatakan bahwa semakin lengkap fasilitas maka
semakin tinggi tingkat pemanfaatan pelayanan puskesmas.
Begitu juga dengan penelitian Purba (2009) mengatakan bahwa tindakan
masyarakat dalam memanfaatkan puskesmas sebesar 13 % dari seluruh
responden. Masyarakat lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang diberikan
Bidan karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu menurut Hasil Survei Kesehatan Daerah Kabupaten Labuhanbatu tahun
2006 dalam Hasibuan (2008) menunjukkan bahwa puskesmas hanya menjadi
pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga mencari pengobatan dalam mengatasi
keluhan penyakit. Pilihan utama masyarakat menurut survei ini adalah praktek

dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan.
Di Kecamatan Torgamba, kondisi ini tidak jauh berbeda. Pemanfaatan
Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar masyarakat masih minim. Hasil
survei pendahuluan menunjukkan jumlah masyarakat yang memanfaatkan
pelayanan puskesmas Aek Torop tahun 2010 sebanyak 1655. Hal ini sekitar 5,4 %
dari seluruh jumlah penduduk di wilayah binaan Puskesmas Aek torop (Survei
pendahuluan, 2011).
Di wilayah kerja Puskesmas Aek Torop terdapat sarana pelayanan
kesehatan lain seperti balai pengobatan swasta, praktek dokter umum,praktek
bidan, apotik, dan praktek dukun. Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Aek Torop di dapatkan angka
kunjungan ke praktek dokter umum sekitar kurang lebih 3067/tahun. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

sekitar 20 % dari jumlah penduduk masyarakat Asam Jawa. Selain itu dari rumah
sakit yang berada di dekat Kecamatan Torgamba yakni sebesar 830 orang/tahun.
Hal ini sekitar 5,5 % dari jumlah masyarakat Asam Jawa. Sedangkan dari praktek
balai pengobatan Bidan, peneliti tidak mendapatkan angka kunjungan disebabkan
praktek balai pengobatan Bidan sudah tidak menerima pasien lagi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di Puskesmas Aek Torop tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat Asam Jawa tidak memanfaatkan pelayanan
Puskesmas Aek Torop. Hal ini perlu dilakukan karena ingin mengetahui seberapa
maksimal pelayanan yang dilakukan Puskesmas Aek Torop Kecamatan Torgamba
dan tindakan yang

masyarakat lakukan terhadap pelayanan yang seharusnya

masyarakat terima dari Puskesmas.
1.2

Perumusan Masalah
Faktor-faktor apakah yang memengaruhi perilaku masyarakat Asam Jawa

tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas Aek Torop
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat Asam Jawa tidak memanfaatkan
pelayanan Puskesmas Aek Torop.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Praktek keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam

memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sebagai
bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
puskesmas.
2. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi pembanding yang berkaitan
dengan konsep dan kebijakan yang telah diperoleh pada hasil studi dan
diintegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan komunitas dalam
memahami dan mengatasi berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku
masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas.
3. Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas.

Universitas Sumatera Utara