Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat Asam Jawa tidak memanfaatkan pelayanan Puskesmas Aek Torop

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Perilaku
Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau

aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya
kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) mempunyai bentangan yang
sangat luas, seperti : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
membaca, menulis, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masingmasing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
karena terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespon. Skinner membedakan adanya dua respon dalam
proses terjadinya perilaku, yaitu :
1.


Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap,
misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons
ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah

Universitas Sumatera Utara

menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan
mengadakan pesta, dan sebagainya.
2.

Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforces, karena
memperkuat

respon,


misalnya

apabila

seorang

petugas

kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari
atasannya, maka petugas kesehatan akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan teori Skiner yang menyatakan perilaku sebagai respon maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di
dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
a. Faktor eksternal

Universitas Sumatera Utara

Yaitu stimulus yang berasal dari luar diri seseorang, antara lain :
lingkungan baik fisik dan non fisik yang berupa sosial, budaya, ekonomi maupun
politik.
b.

Faktor internal
Yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain :

perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.
Faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar

dalam bentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya
dimana seseorang itu berada.
2.2.

Domain Perilaku
Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah

atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif

(affective), dan psikomotorik

(psychomotorik). Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
praktik/tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2007). Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :
2.2.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
1.

Tahu (Know)

Universitas Sumatera Utara

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2.

Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3.


Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain
5.

Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian- bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

6.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang penggunaan
puskesmas dan konsep sehat sakit masyarakat atau pengertian masyarakat tentang
penyakit.
Indikator yang dapat digunaakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pengetahuan tentang sehat dan penyakit meliputi :
1. Penyebab penyakit

2. Gejala dan tanda-tanda penyakit
3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
4. Bagaimana cara penularannya
5. Bagaimana cara pencegahannya
2. Pengetahuan tentang cara hidup sehat
1. Jenis-jenis makanan yang bergizi
2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan
4. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba,
dan sebagainya

Universitas Sumatera Utara

5. Pentingnya istirahat cukup, rekreasi, dan lain sebagainya bagi kesehatan
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
1. Manfaat air bersih
2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk kotoran dan sampah
3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah sehat
4. Akibat polusi bagi kesehatan
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah

satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat
terhadap kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka
kemungkinan masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan
berubah seiring dengan pengetahuan seperti apa yang diketahuinya.
2.2.2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat,
namun hanya dapat ditafsirkan.
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 3
komponen pokok yang bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude),
yaitu :
1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak

Universitas Sumatera Utara

Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam
hubungannya dengan objek tertentu

2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap
suatu kelompok.
3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal
tersebut
4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan
yakni (Notoatmodjo, 2007) :
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Merespon,

diartikan

sebagai

memberikan

jawaban


apabila

ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai, diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan dan
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Praktik atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan yaitu :
1. Persepsi (Perception)
Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme (Mechanism)
Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran
dari tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung.
Secara langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara

Universitas Sumatera Utara

langsung

dengan

mengobservasi

tindakan

atau

kegiatan

responden

(Notoatmotmodjo, 2007).
2.3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi

oleh 3 faktor utama yaitu :
1.

Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan.

2.

Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat.

3.

Faktor Pendorong (Renforcing Factor)
Faktor pendorong mencakup sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

2.4.

Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan menurut skinner (1938), sebagaimana dikutip oleh

Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang
perilaku kesehatan yang terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

1.

Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
yang mencakup antara lain :
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
d. Tidak minum minuman keras dan narkoba
e. Istirahat yang cukup
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2.

Perilaku Sakit (Illness Behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab
penyakit, dan sebagainya.

3.

Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang
harus diketahui oleh orang lain (terutama keluarganya). Perilaku ini disebut
perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan
penyakit yang layak

Universitas Sumatera Utara

c. Mengetahui hak (misalnya ; hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang
lain, dan sebagainya).
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para
petugas terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang
kesehatan untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003)
2.5.

Perilaku Sakit
Suchman dalam Notoatmodjo (2007) membagi 5 tahap kejadian yang

menganalisa bagaimana proses seseorang di dalam membuat keputusan
sehubungan dengan pencarian atau pemecahan masalah perawatan kesehatannya
yaitu :
1. Tahap pengalaman/pengenalan gejala (The symptom experience)
Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa di dalam dirinya ada suatu
gejala penyakit, yang didasarkan pada adanya rasa ketidakenakan pada
badannya, yang dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.
2. Tahap asumsi peran sakit (The assumption of sick role)
Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan memerlukan
pengobatan, ia mencari informasi dan pengakuan dari anggota keluarga lain,
tetangga atau rekan kerja.

Universitas Sumatera Utara

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (The medical care contact)
Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas/pelayanan
kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi yang ada pada
dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.
4. Tahap ketergantungan pasien (The dependent patient stage)
Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya
sebagai pasien, maka untuk kembali sehat harus tergantung dan pasrah kepada
fasilitas pengobatan.
5. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (The recovery of rehabilitation)
Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk melepaskan diri dari
peran pasien. Ini ada 2 kemungkinan yaitu : pertama karena ia pulih kembali
sebelum sakit, dan kedua karena ia menjadi cacat.
2.6.

Model penggunaan pelayanan kesehatan
Salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem

kesehatan (health system model). Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2007)
menggambarkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan
yang menggambarkan 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni :
karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan.
2.6.1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristic)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap
individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang
digolongkan kedalam 3 kelompok sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan
sebagainya
c. Manfaat-manfaat kesehatan (kepercayaan), seperti keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Karakteristik predisposisi ini tidak serta merta berpengaruh langsung
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tetapi sebagai faktor pendorong
untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2.6.2. Karakteristik pendukung (Enabling charateristic)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun individu mempunyai
predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun beberapa faktor
harus tersedia untuk menunjang pelaksanaanya seperti faktor kemampuan
(penghasilan dan simpanan, askes, dll) dan dari komunitas (fasilitas pelayanan
kesehatan).
2.6.3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari
pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai
kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung
untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
2.7. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak
merasakan sakit (disease but no illness) tentu tidak bertindak apa-apa terhadap

Universitas Sumatera Utara

penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit,
maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha, antara lain :
1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action)
2. Bertindak mengobati diri sendiri (self treatment)
3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan alternatif (traditional
remedy)
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat (chemist shop)
dan sejenisnya termasuk tukang-tukang jamu
5. Mencari pengobatan dengan pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan
modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan
swasta, yang dikategorikan ke dalam pengobatan Puskesmas dan Rumah Sakit.
6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang diselenggarakan oleh
dokter (private medicine) (Notoatmodjo, 2003)
2.8.

Puskesmas

2.8.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan
kesehatan

tingkat

pertama

yang

menyelenggarakan

kegiatannya

secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Mubarak dan Chayatin, 2009 :
36).
2.8.2. Visi dan Misi Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
Menurut Mubarak dan Chayatin, (2009 : 38) mengatakan bahwa misi
puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat dilakukan melalui
berbagai upaya, antara lain sebagai berikut :
1.

Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa

2.

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

3.

Mengadakan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat

4.

Mengembangkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

2.8.3. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
2.8.4. Fungsi Puskesmas
Mubarak dan Chayatin (2009 : 37), fungsi pokok puskesmas antara lain :

Universitas Sumatera Utara

1.

Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya

2.

Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat;

3.

Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya

2.8.5. Kegiatan puskesmas
Menurut Mubarak dan Chayatin, (2009 : 39) mengatakan bahwa terdapat
20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun,
pelaksananaanya sangat bergantung pada faktor tenaga, sarana dan prasarana,
biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas.
Berdasarkan buku kebijakan dasar PUSKESMAS yang disusun oleh
Depkes RI tahun 2003, terdapat tujuh kegiatan sebagai upaya kesehatan wajib,
yakni :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
g. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Selain itu juga terdapat upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas, yakni :
a. Upaya Kesehatan Sekolah

Universitas Sumatera Utara

b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
j. Upaya Kesehatan Remaja
k. Dana Sehat

Universitas Sumatera Utara