Analisis Kualitas Pengungkapan Segmen: Sebuah Implikasi Terhadap Tindakan Pajak Agresif

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1

Landasan Teori

2.1.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak
dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan
dalam kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara
principal dan agent.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu

bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal
diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi
mereka di dalam perusahaan.

Sedangkan para agent diasumsikan menerima


kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam
hubungan tersebut. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama
yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif (Warsidi dan
Pramuka, 2009).
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer
atas saham perusahaan kurang dari seratus persen.Dengan proporsi kepemilikan
yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak
untuk

kepentingan

pribadi

dan

bukan

untuk


memaksimumkan

nilai

19

Universitas Sumatera Utara

perusahaan.Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya agensi muncul. Jensen
dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari pengeluaran
pengawasan oleh principal, pengeluaran bonding oleh agen, dan kerugian residual
(residual loss). Prinsipal dapat membatasi perbedaan (divergence) dari
kepentingannya dengan menetapkan insentif yang sesuai bagi agen dan dengan
melakukan monitoring cost (biaya pemantauan) yang didesain dari agen tersebut
untuk membatasi aktivitas yang menyimpang (aberrant). Sebagai tambahan
beberapa situasi, itu akan membayar agen untuk mengembangkan sumber daya
(bonding cost) yang menjamin bahwa dia tidak akan memastikan bahwa tindakan
itu akan membahayakan prinsipal atau meyakinkan bahwa prinsipal akan
dikompensasi seandainya dia melakukan tindakan seperti itu. Bagaimanapun, itu
umumnya tidak mungkin bagi prinsipal atau agen pada tingkat zero cost yang

memastikan bahwa agen akan mengoptimalkan keputusan dari sudut pandang
prinsipal. Dalam hubungan agensi, prinsipal dan agen memiliki komplikasi
keputusan.Perbedaan ini juga menjadi sebuah biaya hubungan agensi yang
berkaitan dengan biaya mendatang (latter cost) sebagai kerugian residual.
Kerugian yang akan muncul di masa depan masih memerlukan biaya persiapan.
Kerugian tersebut dialami prinsipal akibat keputusan yang diambil oleh agen yang
menghasilkan kinerja dengan nilai output buruk sebagai seorang agen. Lebih
lanjut, Depken et al. (2007) menyimpulkan secara empiris bahwa pengaruh
bonding cost menurunkan biaya agensi. Pernyataan tersebut konsisten dengan
teori Jensen dan Meckling (1976).Penambahan dari penghasilan manajemen
dianggap sebagai suatu biaya agensi.

20

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2 Teori Kepemilikan (ProprietaryTtheory)
Kepemilikan

menjadi


nilai

bersih

usaha

yang

diwakili

oleh

ekuitas.Hubungan perusahaan dengan pemilik berada dalam akun ekuitas
pemilik.Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari
kekayaan bersih pemilik (networth). Vatter (1966) menyatakan bahwa akun
pendapatan dan beban memiliki karakteristik aljabar yang sama sebagai
”networth”. Pendapatan dan beban adalah akun tambahan (subsidiary) dari
kepemilikan. Pendapatan menaikkan kekayaan pemilik dan beban menurunkan
kekayaan pemilik sehingga pendapatan yang lebih besar dari beban menjadi laba

bersih yang akan memberikan kenaikan kekayaan pemilik dari operasi bisnis
selama periode tertentu.
Lebih lanjut, di bawah teori kepemilikan, aset dimiliki oleh pemilik,
liabilitas adalah kewajibannya, dan ekuitas kepemilikan menambah tingkat
kepemilikannya.Sebagai

bagian

dari

teori

ekuitas,

teori

kepemilikan

mengasumsikan bahwa pemilik dan perusahaan adalah identik (Wolk et al. 2008:
142). Informasi Kepemilikan telah didefinisikan oleh Dye (1985: 123) sebagai

“suatu informasi yang dimana pengungkapannya berpotensi untuk mempengaruhi
laba kotor perusahaan di masa depan, sebagai suatu bentuk kompensasi dari
kebijakan manajemen senior”, termasuk informasi yang dapat mengurangi
permintaan pelanggan akan produk perusahaan (Sheehata, 2014).
Ketika informasi yang menyampaikan aspek krusial dari operasi
perusahaan diungkapkan kepada investor, itu akan juga diketahui oleh para

21

Universitas Sumatera Utara

pesaing sehingga perusahaan merasa tidak diuntungkan secara kompetitif
(Verrecchia, 2006). Kerugian yang muncul saat terungkapnya informasi sensitif
dan dapat di utilisasi oleh pesaing untuk menghasilkan keuntungan strategis
disebut biaya kepemilikan. Jika pesaing menghasilkan jenis informasi tersebut,
arus kas akan melambat dalam kinerja mendatang sehingga berdampak pada
pesaing yang menghasilkan pangsa pasar tambahan. (Beyer et al. 2014).Dengan
demikian, biaya kepemilikan sangat berkaitan dengan pesaing yang menghasilkan
informasi privat perusahaan, misalnya informasi mengenai desain produk baru
atau rencana pengembangan riset. Sebagai tambahan, Scott (2009) menyatakan

bahwa informasi kepemilikan (proprietary information) adalah informasi yang
diungkapkan yang dapat secara langsung memengaruhi arus kas masa depan
perusahaan, misalnya informasi mengenai rencana strategis untuk merger
(bergabung) yang memungkinkan terungkapnya informasi tersebut tinggi.
Dalam kerangka hipotesis biaya kepemilikan, manfaat untuk menurunkan
asimetri informasi dan menurunkan biaya modal melalui pengungkapan dapat
diimbangi oleh biaya pengungkapan (Monk, 2011). Verrecchia (2006)
menjelaskan bahwa biaya kepemilikan adalah mekanisme untuk memodelkan
trade-off pengungkapan.Pada model tersebut, perusahaan memilih untuk
mengungkapkan informasi berdasarkan pada reaksi yang diharapkan oleh
trader.Jika kerugian lebih besar dari manfaatnya, pengungkapan tidak sebaiknya
terjadi.Hubungan

antara

persaingan

pasar

produk


dan

pengungkapan

diprediksikan negatif atau berbanding terbalik dalam suatu model.Dengan

22

Universitas Sumatera Utara

demikian, dapat dijelaskan bahwa biaya kepemilikan merupakan sebuah bentuk
kerugian secara kompetitif.
2.1.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Meski

tujuan

dari


pengembangan

teori

sinyal

awalnya

untuk

mengklarifikasi asimetri informasi pada pasar ketenagakerjaan (Spence, 1973),
teori sinyal juga sudah beberapa kali digunakan untuk menjelaskan seberapa besar
pengungkapan yang diungkapkan oleh manajer pada laporan keuangan
perusahaan (Ross, 1977).Akerlof (1970) memahami bahwa model sinyal diawali
oleh penjual yang diasumsikan memiliki lebih banyak informasi mengenai
produknya dibandingkan pembeli. Proses sinyal dapat dijelaskan dalam Pasar bagi
Lemon (Market for Lemon). Sebuah lemon adalah istilah slang negara amerika
untuk mobil yang ditemukan cacat hanya saat mobil tersebut sudah dibeli.
Hubungan antara berbagai tingkat kualitas produk dan ketidakmampuan pembeli
untuk mengetahui tingkat kualitas produk sebelum melakukan pembelian

digambarkan pada pasar mobil bekas (used cars). Pasar bagi lemon berusaha
mengaitkan kualitas dan ketidakpastian dalam menjelaskan mekanisme pasar.
Adanya asimetri informasi yang terjadi ketika penjual yang lebih
mengetahui tentang produknya dari pembeli.Masalah asimetri informasi juga
menjadi asumsi dasar dari teori sinyal.Teori ini menunjukkan bagaimana asimetri
informasi dapat dikurangi oleh pihak yang terkait. Masalah asimetri informasi
yang berkurang ditandai bahwa para perusahaan mengirim sinyal kepada investor
untuk menunjukkan bahwa mereka lebih baik dari perusahaan lain dalam pasar

23

Universitas Sumatera Utara

yang sejenis sehingga para perusahaan dapat memperoleh investasi dan
meningkatkan reputasinya (Verrecchia, 1983). Akibatnya, pengungkapan dapat
dijadikan sebagai alat sinyal. Perusahaan akan mengungkapkan lebih informasi
agar sinyalnya lebih baik terlihat oleh para investor (Shehata, 2014). Teori sinyal
dapat digunakan dalam menilai informasi segmen melalui pengungkapan
(Hunzker, 2014). Itu dinyatakan bahwa jika perusahaan mengungkapkan sedikit
informasi dari yang lain, pengungkapan itu diinterpretasikan sebagai sinyal yang

menyembunyikan beberapa informasi yang relevan. Abbas dan Hamid (2015)
menyatakan bahwa perusahaan mungkin mengembangkan strategi pengungkapan
dengan mempertimbangkan internal (pengungkapan yang bertindak sebagai
pemantauan) dan eksternal (pengungkapan yang bertindak sebagai upaya
transparansi yang baik).Kinerja perusahaan bisa menjadi sinyal untuk para
investor di dalam kegiatan investasinya.
2.1.1.4 Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang memiliki operasi –
operasi yang signifikan di dua atau lebih negara secara bersamaan, namun
keputusan utama dan kontrolnya dilakukan oleh dilakukan oleh perusahaan di
negara asalnya (M. Faisal, 2001), sedangkan menurut Shapiro dalam M. Faisal,
perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi (memproduksi dan
menjual barang atau jasanya) di lebih dari satu negara. Perusahaan ini terdiri dari
perusahaan induk (parent company) yang berlokasi di negara asalnya dan
memiliki paling sedikit lima atau enam perusahaan afiliasi / subsidiary (anak

24

Universitas Sumatera Utara

perusahaan) di luar negeri, secara khas dengan suatu interaksi derajat yang tinggi
atau saling terkait antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
2.1.1.5IFRS 8 Operating Segment
IFRS 8 Operating Segment merupakan standar pengungkapan yang
diterbitkan pada tahun 2006 menggantikan standar sebelumnya yaitu IAS 14R
Segment Reporting.Salah satu perbedaan signifikan yang terdapat pada peralihan
standar tersebut adalah perubahan pendekatan dari Risk and Reward Approach
menjadi Management Approach.
IFRS 8 mengatur tingkat pengungkapan informasi mengenai segmen
operasi entitas dan produk jasa, area geografis, dan pelanggan utamanya.Prinsip
utama IFRS 8 adalah untuk mengevaluasi sifat dan pengaruh keuangan aktivitas
bisnis.Peralihan standar ke IFRS 8 tidak luput untuk melihat dampaknya pada
pengungkapan segmen.Keberadaan IFRS 8 yang mendorong kualitas pada
pengungkapan informasi segmen dengan pendekatan manajemen (management
approach)

memiliki

pengaruh

positif

terhadap

peningkatan

informasi

segmen.European Commission (2007:4) telah menghasilkan beberapa kesimpulan
mengenai dampak IFRS sebagai berikut:
a. “Penggunaan pendekatan manajemen memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas inforrmasi segmen karena kegunaan dan relevansinya akan
meningkat. Tidak ada bukti dalam praktik bahwa informasi segmen yang
diisyaratkan oleh IFRS 8 memberikan pengaruh yang merugikan.

25

Universitas Sumatera Utara

b. Kegunaan dan relevansi meningkat dari informasi segmen yang
berdasarkan pada pendekatan manajemen. IAS 14 tidak selalu
memastikan komparabilitas dan stabilitas informasi segmen.

c. IFRS 8 menyediakan kebutuhan global pengguna laporan keuangan yang
sesuai bagi pengungkapan geografis dan tidak akan mengurangi
informasi dalam praktik yang dibandingkan terhadap IAS 14. Informasi
mengenai tanggung jawab social perusahaan dalam laporan terpisah
mendorong perkembangan pedoman yang diharapkan.

d. IFRS 8 tidak menciptakan masalah yang berkaitan dengan tata kelola
pemerintahan di Eropa. Sebagian besar para pihak-pihak terkait
memandang konsep CODM dari IFRS 8 berhasil.

e. IFRS 8 menyediakan peraturan pelaporan segmen bagi perusahaan kecil.
Bahkan beberapa informasi mungkin dipertimbangkan sebagai “sensitive
secara komersial”, semua perusahaan yang terdaftar tanpa melihat
ukuran, harus menyediakan informasi yang sama sebagai kebutuhan para
investor yang tidak secara substansi berbeda dari ukuran perusahaan.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi peraturan khusus yang
mengaitkan pelaporan segmen bagi masing-masing entitas.”

Informasi segmen IFRS 8 dilaporkan secara konsisten dengan cara
manajemen mengatur perusahaan secara internal bagi pengambilan
keputusan operasi dan menilai kinerja (produk dan jasa, area geografis,
pelanggan, dan entitas legal). Oleh karena itu, IFRS 8 mulai
memperkenalkan pendekatan manajemen yang mengartikan bahwa
definisi segmen dan persiapan informasi yang berguna bagi pelaporan

26

Universitas Sumatera Utara

segmen adalah keduanya berdasarkan pada informasi yang dipersiapkan
bagi keputusan manajemen internal.Oleh karena itu, persyaratan
pengungkapan

IFRS 8 memerlukan lebih informasi

yang telah

dipersiapkan dan diukur oleh keputusan manajemen internal daripada
informasi yang digunakan bagi keputusan pengguna eksternal.Penggunaan
perspektif manajemen membuat komunikasi antara manajemen dan
investor.Keduanya bisa berkomunikasi dengan lebih mudah dan biaya
tambahan atas implementasi IFRS 8 menjadi rendah.
2.1.1.6PSAK 5 Segmen Operasi
Di Indonesia terdapat standar akuntansi yang mengatur pelaporan segmen.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia telah mengeluarkan
PSAK 5 Revisi 2009 (yang kini lebih dikenal dengan PSAK 5 (Penyesuaian
2014)) tentang Segmen Operasi yang mengadopsi IFRS 8 karena adanya program
konvergensi PSAK terhadap IFRS. Standar ini telah berlaku efektif sejak 1
Januari 2011 menggantikan PSAK 5 (Revisi 2000). Adapun tujuan pengungkapan
informasi segmen tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam paragraf 1 PSAK 5
(Revisi 2000) adalah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam
memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik, menilai risiko dan
imbalan perusahaan secara lebih baik, dan menilai perusahaan secara keseluruhan
dengan lebih memadai.

27

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.7Pengungkapan Segmen
Pelaporan segmen termasuk dalam klasifikasi finer information, yaitu
memberikan informasi yang lebih rinci pada laporan keuangan yang dibuat
berdasarkan

biaya

historis.Finer

information

akan

membantu

manajer

memberikan kemampuan yang lebih baik dalam pembuatan keputusan (Scott
2000:). Tingginya tingkat persaingan ekonomi global maupun domestik memicu
munculnya pengembangan strategis sepertidiversifikasi usaha pada aktivitas bisnis
suatu perusahaan sehingga informasi keuangan yang relevan menjadi sangat
berharga bagi para investor untuk keputusan investasinya. Pengungkapan yang
rinci mengenai informasi segmen akan mengurangi asimetri informasi, yaitu gap
informasi yang diterima, antara manajemen dan investor.
IFRS 8 memperkenalkan pendekatan manajemen yang mengarahkan
pengungkapan segmen kepada organisasi internal dan memberikan manajer
sebagian besar kebebasan dalam pelaporan segmennya sehingga tingkat
pengungkapan sepenuhnya menjadi kebijakan manajer itu sendiri.
Pengungkapan segmen menyediakan suatu pengukuran yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Jumlah item dan segmen yang dinilai dengan cara
memberikan nilai 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapan menjadi
pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan informasi dalam setiap segmen
menjadi pengukuran yang bersifat kualitatif. Abbas dan Hamid (2015)
menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas pengungkapan segmen dapat menjadi
dua sinyal untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.Sinyal

28

Universitas Sumatera Utara

dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah (Li dan McConomy, 2014). Pada
kuantitas pengungkapan segmen, jumlah segmen dan item informasi segmen yang
diungkapkan

dalam

laporan

tahunan

diidentifikasi

bahwa

informasinya

mengalami peningkatan yang dimandatkan sesuai standar atau tetap sama.
Perubahan yang terjadi dalam tingkat pengungkapan segmen dan item menjadi
pengukuran sederhana untuk menganalisis informasi segmen sebelum dan sesudah
peralihan IFRS 8.Perubahan segmen dapat dilihat dari perbedaan antara informasi
item segmen pada masa sebelum dan sesudah adopsi IFRS 8.
Kuantitas pengungkapan segmen adalah suatu proksi sederhana dari
bagaimana perusahaan menyediakan informasi segmen ketika itu lebih beragam
(Pelaez, 2009), sedangkan pada kualitas pengungkapan segmen, itu mungkin
menjadi ukuran yang sulit dalam cara yang detail. Namun, kegunaan informasi
menjadi pedoman yang dipertimbangkan sebagai fungsi yang relevan bagi para
investor dalam memperoleh pengungkapan kualitas yang tinggi. Pada IFRS 8,
segmen yang ditentukan dengan pendekatan manajemen mengindikasikan bahwa
segmen diungkapkan oleh struktur manajemen internal. Penggunaan pendekatan
manajemen memiliki pengaruh positif terhadap kualitas informasi segmen karena
kegunaan dan relevansinya akan meningkat. Andre et al. (2013) menguraikan
bahwa kuantitas pengungkapan segmen yang dilaporkan didorong oleh kualitas
pengungkapan segmen yang tinggi yang disediakan oleh manajer. Dengan kata
lain, kualitas pengungkapan segmen yang baik telah mencerminkan kuantitas
pengungkapan segmen yang baik tetapi suatu kuantitas pengungkapan belum tentu
menghasilkan kualitas pengungkapan segmen yang baik.

29

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.8 Tindakan Pajak Agresif
Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak, baik dengan cara yang
sah (tax avoidance) maupun dengan cara yang melanggar hukum (tax evasion)
(Sari dan Martani, 2010). Hal ini dapat terjadi karena adanya kelemahan pada
peraturan perpajakan yang dapat dimanfaatkan oleh manajer sebagai pemimpin
perusahaan.Pemimpin

perusahaan

adalah

pihak

yang

berwenang

untuk

pengambilan keputusan segala aspek yang ada di dalam perusahaan, baik aspek
yang mengandung risiko tinggi ataupun risiko rendah. Tindakan pajak agresif
dapat digolongkan sebagai suatu tindakan yang memiliki risiko tinggi, karena
akibat yang dapat muncul ketika tindakan tersebut terdeteksi adalah perusahaan
akan berpotensi memeroleh sanksi berupa denda yang tinggi, hingga rusaknya
image perusahaan di mata publik.
Istilah tax avoidance diartikan sebagai suatu skema transaksi yang
ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahankelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Pengertian dari tax
avoidance adalah upaya pengurangan pajak secara konstitusional (international
tax glossary, 2005). Brown (2012) menyatakan bahwa tax avoidance
isarrangement of a transaction in order to obtain a tax advantage, benefit, or
reduction in a manner unintended by the tax law.Tax avoidance bukan merupakan
pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk
mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak
dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak.
30

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti
Ole-Kristian
Hope, Mark
(Shuai) Ma
dan Wayne
B. Thomas
(2011)

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Variabel
Variabel Independen
Dependen
Tax Avoidance Multinational
Corporate, U.S. Tax
Law, SFAS 131,
Schedule M-3

Jasper
Banghoj dan
Thomas
Plenborg
(2002)

Voluntary
Disclosure

Annual Stock Returns,
Unanticipated
Earnings, Revision in
Market Expectations

Ahmad
Abbas, Abdul
Hamid dan
Grace Pontoh
(2015)

Kualitas
Pengungkapan
Segmen, Biaya
Modal Ekuitas

Kualitas Pengungkapan
Segmen, Agency Cost,
Proprietary Cost,
Kualitas Audit, Kinerja
Perusahaan,
Diversifikasi Usaha

Hasil Penelitian
Pengimplementasian
Schedule M-3 tidak
memberikan
pengaruh yang
signifikan dalam
pendeteksian
perilaku Tax
Avoidance
perusahaan asing
IRS.
Pengungkapan
secara voluntary
tidak dapat
menjelaskan
hubungan antara
current returns
dengan laba masa
depan secara
signifikan.
Agency Cost,
Proprietary Cost,
Diversifikasi Usaha
berpengaruh secara
positif terhadap
Kualitas
Pengungkapan
Segmen. Kualitas
Pengungkapan
Segmen berpengaruh
negatif terhadap
Biaya Modal
Ekuitas.

31

Universitas Sumatera Utara

Fitriany dan
Sandra Aulia
(2009)

Pengungkapan
Segmen,
Forward
Earning
Response
Coefficient

PSAK 5 (Revisi 2009)

Penerapan PSAK 5
(revisi) tentang
informasi segmen
memberikan
pengaruh positif
pada kemampuan
pasar untuk
memprediksi laba
masa depan yang
tercermin dalam
FERC, namun tidak
memberikan
pengaruh yang
signifikan terhadap
pengungkapan
segmen.

Sumber : Dikembangkan oleh penulis, 2016

2.3

Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara biaya agensi,

biaya kepemilikan, kinerja perusahaan, diversifikasi usaha dengan kualitas
pengungkapan segmen dan implikasinya terhadap tindakan pajak agresif (Tax
Avoidance). Informasi keuangan khususnya informasi segmen merupakan sebuah
informasi yang sangat bernilai bagi para pengguna laporan keuangan, termasuk
juga pemerintah didalam melakukan pemeriksaan pajak.

32

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Biaya Agensi
Ukuran Perusahaan
Rasio Hutang
Biaya Kepemilikan

H1
H2
H3

Kinerja Perusahaan
H4

Kualitas
Pengungkapan
Segmen

H5
Tax Avoidance

Diversifikasi Usaha

2.4

Hipotesis

2.4.1

Pengaruh Biaya Agensi terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen
Teori agensi membahas secara eksplisit hubungan antara prinsipal dan

agen.Pada kerangka teori agensi tersebut, hubungan agensi memicu masalah
asimetri informasi karena manajer cenderung mengakses informasi yang lebih
mendalam dari pemilik.Lebih lanjut, Nanda et al. (2003) dan Berger dan Hann
(2003) berpendapat jika permasalahan agensi adalah salah satu alasan dibalik
rendahnya kualitas pengungkapan.Manajer sebagai agen tidak menginginkan
adanya perhatian lebih serta tindak lanjut dari para pemegang saham sebagai
prinsipal mengenai item – item yang berpotensi secara negatif mempengaruhi
jenjang karir dan reputasi eksternal manajer tersebut.Hal tersebut memicu manajer

33

Universitas Sumatera Utara

untuk membatasi serta melakukan diskresi terhadap informasi keuangan yang
diungkapkannya, tak terkecuali informasi mengenai segmen.
Motif pengungkapan segmen yang dilihat dari biaya agensi dapat
membatasi pilihan manajer untuk mengungkapkan informasi segmennya.Berger
dan Hann (2007) telah menyimpulkan bahwa para manajer menghadapi biaya
agensi dari pengungkapan segmen.Mendukung pernyataan tersebut, Leung dan
Verriest (2014) juga menyatakan bahwa biaya agensi memainkan peranan penting
dalam keputusan manajer untuk mengungkapkan atau menyembunyikan informasi
segmennya. Manajer perusahaan dengan transfer yang tidak efisien menghadapi
biaya agensi untuk menyembunyikan data segmen. Lail et al. (2013) dan You
(2012) telah memahami bahwa perubahan agregasi dari satu segmen dilaporkan
ke segmen yang lain atau manajer melakukan transfer beban ke satu segmen ke
segmen lain dan memastikan bahwa kondisi tersebut dapat dilakukan tanpa
perubahan secara visibel sehingga kualitas pengungkapan segmen lebih mudah
didiskresi.
Terdapat ruang lingkup yang lebih besar yang dimiliki oleh manajer untuk
berperilaku oportunis (Abbas dan Hamid, 2015).Jensen (1986) dan Hope dan
Thomas (2008) secara eksplisit menerangkan hipotesis biaya agensi sebagai
insentif manajer untuk membuat keputusan yang menguntungkan dirinya.Biaya
agensi muncul saat manajer mengambil keputusan yang bertujuan untuk
menguntungkan dirinya, bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.Manajer
menciptakan diskresi dengan memanipulasi laba segmen guna mengambil
keuntungan biaya agensi yang lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan
34

Universitas Sumatera Utara

secara

sementara

jika

biaya

agensi

akan

membatasi

manajer

dalam

mengungkapkan informasi segmennya.
H1 :

Biaya agensi berpengaruh negatif terhadap kualitas pengungkapan
segmen

2.4.2

Pengaruh Biaya Kepemilikan terhadap Kualitas Pengungkapan
Segmen
Informasi Kepemilikan telah didefinisikan oleh Dye (1985: 123) sebagai

“suatu informasi yang dimana pengungkapannya berpotensi untuk mempengaruhi
laba kotor perusahaan di masa depan, sebagai suatu bentuk kompensasi dari
kebijakan manajemen senior”, termasuk informasi yang dapat mengurangi
permintaan pelanggan akan produk perusahaan (Sheehata, 2014). Bagi
perusahaan, informasi adalah sesuatu yang sensitif serta memiliki pengaruh
terhadap output perusahaan itu sendiri. Konsep Biaya dan Manfaat (Cost and
Benefit) memainkan peranan penting dalam kerangka teori kepemilikan.Manajer
cenderung untuk tidak mengungkapkan informasi segmennya jika dia menyadari
bahwa biaya dari informasi tersebut jauh lebih besar dari manfaatnya.Penilaian
tersebut di ukur dari tingkat sensitivitas informasi terkait. Informasi segmen
krusial seperti desain produk baru atau pengembangan riset memiliki probabilitas
tinggi untuk tidak diungkapkan oleh perusahaan karena kekhawatiran akan di
utilisasinya informasi tersebut oleh para pesaing sehingga perusahaan akan
mengalami kerugian secara kompetitif.

35

Universitas Sumatera Utara

Pisano dan Landriani (2012) menemukan bahwa tingkat persaingan usaha
dari konsentrasi industri yang diukur dengan menggunakan HHI berpengaruh
positif terhadap pengungkapan informasi segmen. Pernyataan mengenai semakin
tinggi tingkat persaingan usaha akan meningkatkan kualitas pengungkapan
segmen tentu belum bisa diyakini sepenuhnya (Abbas dan Hamid, 2015).
Lebih lanjut, Abbas dan Hamid (2015) menyatakan bahwa perusahaan
yang mengungkapkan segmen yang baik akan lebih menguntungkan pesaingnya.
Para pesaing dapat memperoleh keuntungan dari pengungkapan informasi
tambahan yang disediakan oleh perusahaan sehingga pertumbuhan perusahaan
berpotensi mengalami penurunan.Implikasinya, biaya untuk mengungkapkan
informasi segmen secara kompetitif menjadi lebih besar.Biaya tersebut adalah
biaya kepemilikan.Mendukung uraian sebelumnya, Leung dan Verriest (2014)
turut menyatakan bahwa biaya kepemilikan memainkan peranan krusial dalam
keputusan manajer untuk mengungkapkan atau menyembunyikan informasi
segmennya.
Teori kepemilikan yang dijelaskan dalam bentuk biaya kepemilikan
ditandai oleh tingkat persaingan usaha (HHI). Semakin banyak informasi yang
diungkapkan, maka risiko akan terjadinya utilisasi informasi oleh pesaing akan
menjadi lebih besar. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat persaingan, maka
manajer akan semakin cenderung untuk membatasi kualitas pengungkapan
segmennya.

36

Universitas Sumatera Utara

H2:

Biaya kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kualitas pengungkapan
segmen

2.4.3

Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan
Segmen
Kinerja perusahaan merupakan salah satu alat sinyal yang mendasari

manajer untuk meningkatkan atau membatasi informasi segmennya.Manajer tentu
memiliki motivasi yang lebih untuk mengungkapkan informasi segmennya
apabila kinerja perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas dinilai memuaskan.
vPihak eksternal tentu meyakini jika kinerja perusahaan itu berbanding lurus
dengan performa manajer.Hal tersebut melahirkan self-motivation manajer untuk
memperoleh insentif lebih atas kontribusinya terhadap kinerja perusahaan.
Semakin baik kinerja perusahaan, maka pengungkapan informasi segmen yang
diungkapkan oleh manajer akan meningkat.
Lan et al. (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa perusahaan
dengan kinerja yang baik cenderung membuat informasi keuangannya lebih siap
untuk diungkapkan.Sebaliknya, perusahaan dengan kinerja yang buruk lebih
mudah dikenali oleh pihak eksternal daripada perusahaan dengan kinerja yang
baik.Pihak eksternal tidak sulit untuk menilai kualitas segmen yang diungkapkan
perusahaan jika kinerja keuangan yang buruk telah diindikasikan memiliki
kualitas pengungkapan segmen yang rendah. Berdasarkan uraian diatas, ditarik
hipotesis sementara jika perusahaan dengan kinerja buruk akan menghasilkan
kualitas pengungkapan segmen yang rendah.

37

Universitas Sumatera Utara

H3:

Kinerja perusahaan yang buruk berpengaruh negatif terhadap kualitas
pengungkapan segmen

2.4.4

Pengaruh Diversifikasi Usaha terhadap Kualitas Pengungkapan
Segmen
Diversifikasi usaha dapat dijadikan suatu sinyal yang informatif dalam

menilai kualitas pengungkapan segmen.Diversifikasi usaha mempresentasikan
jumlah segmen usaha.Jumlah segmen usaha yang beragam dapat menstimulan
manajer untuk lebih mengungkapkan informasi segmennya.Hal tersebut terjadi
karena segmen adalah komponen yang diharapkan memiliki kontribusi terhadap
keberhasilan perusahaaan dalam memperoleh profitabilitas.Ahmad Abbas dan
Hamid (2015) menyatakan bahwa peningkatan jumlah segmen yang diungkapkan
oleh

perusahaan

menandakan

kualitas

pengungkapan

segmen

yang

meningkat.Pihak eksternal tidak hanya memerlukan informasi mengenai aktivitas
umum perusahaan, melainkan juga informasi segmen perusahaan.Perusahaan
yang mengungkapkan diversifikasi usaha dalam bentuk informasi segmen
usahanya dapat membantu pihak eksternal dalam menilai perusahaan secara
memadai.Dengan demikian, semakin banyak segmen usaha yang diungkapkan,
semakin meningkat kualitas pengungkapan segmen.

H4:

Diversifikasi usaha berpengaruh positif terhadap kualitas pengungkapan
segmen

38

Universitas Sumatera Utara

2.4.5

Pengaruh Kualitas Pengungkapan Segmen terhadap Tindakan Pajak
Agresif
Implikasi kualitas pengungkapan segmen terhadap pajak agresif selalu

menjadi hal yang menarik untuk lebih dipahami.Bervariasinya kesimpulan pada
banyak penelitian terdahulu membuktikan hal tersebut.Beberapa penelitian
terdahulu

mengaitkan

penghindaran

pajak

dengan

penurunan

kualitas

pengungkapan (Hope, Ma dan Thomas 2013; Robinson dan Schmidt 2013;
Dyreng et al, 2014). Lebih lanjut, Balakrishnan et al. (2012) dan Neuman et al.
(2013) secara konsisten menguraikan bahwa tindakan penghindaran pajak yang
tinggi memiliki kaitan dengan kompleksitas keuangan yang tinggi, yang
mengakibatkan penurunan pada transparansi perusahaan. Penurunan tersebut
mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan yang mereka
miliki, tanpa ada peningkatan tambahan pada pengungkapan informasi yang
berkaitan

dengan

pajak

(Balakrishnan

et

al.

2012,

Neuman

et

al.

2013).Inkonsisten dengan hasil penelitian tersebut, Lnych et al (2014)
menyatakan bahwa peningkatan kualitas pengungkapan dapat meminimalisasi
tindakan penghindaran pajak karena adanya antisipasi lebih dari manajer dan
investor terhadap biaya yang akan muncul dari tindakan tersebut.
Dengan demikian, kualitas pengungkapan segmen dapat dikatakan
memainkan peranan penting di dalam tindakan pajak agresif, yakni penghindaran
pajak.Transparansi merupakan hal yang mendasari hubungan antara kedua
variabel tersebut.Konsisten dengan penjelasan mengenai biaya kepemilikan, biaya
menjadi fokus utama manajer dalam melakukan atau tidaknya penghindaran
39

Universitas Sumatera Utara

pajak.Informasi segmen termasuk dalam klasifikasi finerinformation dan telah
dikembangkansebagai salah satu pengungkapan khusus yang diperlukan dalam
laporan keuangan tahunan.Adanya peningkatan pada pengungkapan informasi
segmen tentu meningkatkan kualitas pengungkapan informasi laporan keuangan
yang juga berpotensi membuat informasi sensitif yang berkaitan dengan pajak
turut terungkap.Lebih lanjut, peningkatan pengungkapan tersebut membantu
pihak eksternal, tak terkecuali pihak pemerintah, dalam menilai potensi
perusahaan.Pemerintah yang kini memiliki informasi yang lebih rinci mengenai
keuangan suatu perusahaan, secara langsung telah melakukan pengawasan secara
memadai terhadap perusahaan yang mengakibatkan risiko terdeteksi (detection
risk) menjadi tinggi (Lynch et al. 2014).Tingginya risiko terdeteksi tersebut
menimbulkan biaya terduga dari penghindaran pajak menjadi semakin
tinggi.Biaya tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk muncul ke
permukaan apabila manajer tetap konsisten untuk melakukan penghindaran
pajak.Berdasarkan

argumentasi

tersebut,

kualitas

pengungkapan

segmen

diharapkan dapat menekan tindakan penghindaran pajak.
H5:

Kualitas pengungkapan segmen berpengaruh negatif terhadap
tindakan pajak agresif

40

Universitas Sumatera Utara