Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO
WANITA, DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP
TINDAKAN PAJAK AGRESIF
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2012-2014)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Okky Oktaviyani Rahayu
NIM: 109082000147

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi


Nama

: Okky Oktaviyani Rahayu



Tempat Tanggal Lahir

: Bekasi, 08 Oktober 1990



Jenis Kelamin

: Perempuan




Agama

: Islam



Alamat

: Jl. Flamboyan 1 No. 343 RT. 008/010
Perumnas 1 Bekasi



Agama

: Islam




Telepon

: 08989710913



E-mail

: okhe_achisballa@yahoo.com

II. Pendidikan Formal
1996-2002: SD Negeri
2002-2005: SMP Negeri 07 Bekasi
2005-2008: SMA Negeri 02 Bekasi
2009-2016: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

III. Pengalaman Kerja
2010-2010: Lembaga Pendidikan Elfast sebagai Staff Pengajar
2013-2015: PT. Mitrawan Mandiri Selaras Abadi sebagai Staff

Accounting

vi

THE EFFECT OF EXECUTIVE COMPENSATION, CFOs FEMALE
REPRESENTATION AND EXECUTIVE CHARACTERISTIC ON TAX
AGGRESSIVENESS

ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of executive
compensation, CFOs female representation, and executive characteristic on tax
aggressiveness. This research used 56 sample of manufacturing firms listed in
Indonesian Stock Exchange for period on 2012-2014 that acquired by purposive
sampling method. The method of research analysis was used multiple regression
analysis.
The result of this research showed that simultaneously, executive
compensation, CFOs female representation, and executive characteristic has
significant effect on tax aggressiveness. Partially, executive compensation and
executive characteristic has significant effect on tax aggressiveness. While the
CFOs female representation has no significant effect on tax aggressiveness.

Keywords:

executive compensation, CFOs female representation, executive
characteristic, and tax aggresiveness.

vii

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KETERWAKILAN CFO
WANITA DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP
TINDAKAN PAJAK AGRESIF

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kompensasi
eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan
pajak agresif. Penelitian ini menggunakan sampel 56 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014 yang ditentukan
berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian yang
digunakan adalah metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompensasi
eksekutif, keterwakilan CFO wanita, dan karakteristik eksekutif berpengaruh

signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Sementara secara parsial, kompensasi
eksekutif dan karakteristik eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tindakan
pajak agresif. Sedangkan keterwakilan CFO wanita tidak berpengaruh signifikan
terhadap tindakan pajak agresif.
Kata Kunci: kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita, karakteristik
eksekutif, dan tindakan pajak agresif.

viii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita, dan Karakteristik
Eksekutif terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, dengan baik dan
lancar.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
ketetapan Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang

di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada
penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1.

Keluarga tercinta, Mama dan Bapak, serta adik-adikku, Mieke dan Dhea atas
doa, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Syukur
saya panjatkan kepada Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan
Bapak. Mama dan Bapak, beribu-ribu ucapan terima kasih atas segala
curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan motivasi yang telah
mama dan bapak berikan kepada saya, yang tak akan pernah bisa saya balas.
Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga mama dan bapak selalu ada
dalam rahmat Allah, aamin.

2.

Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

3.

Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga
ix

dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik
dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.
4.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.

5.

Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.


6.

Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
dan perhatiannya kepada para mahasiswa.

7.

Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8.

Partner terbaikku Kamil, terima kasih atas dukungan, motivasi dan kasih
sayang yang tidak terhingga untuk terus menyemangati.

9.

Sahabatku Eneng, terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayangmu.
Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir hayat.


10. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi D, terima kasih atas semua
kebersamaannya, kebahagiaan, dan persaudaraan yang telah kalian berikan.
11. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi, terima kasih atas semua persahabatan
dan motivasinya.
12. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.

Jakarta, Maret 2016

(Okky Oktaviyani Rahayu)
x

DAFTAR ISI
Keterangan


Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF.......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... vi
ABSTRACT................................................................................................... vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi
BAB I

PENDAHULUAN............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
Perumusan Masalah....................................................... 10
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................... 11
1. Tujuan Penelitian...................................................... 11
2. Manfaat Penelitian.................................................... 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 13

xi

A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil..... 13
1. Tindakan Pajak Agresif............................................. 13
2. Kompensasi Eksekutif............................................... 18
3. Keterwakilan CFO Wanita........................................ 33
4. Karakteristik Eksekutif.............................................. 41
B. Penelitian Sebelumnya................................................... 45
C. Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis.......... 49
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN....................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 55
B. Metode Penentuan Sampel............................................. 55
C. Metode Pengumpulan Data............................................ 56
D. Metode Analisis Data.................................................... 56
1. Analisis Statistik Deskriptif...................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik..................................................... 57
a. Uji Normalitas Residual..................................... 57
b. Uji Multikolinearitas.......................................... 57
c. Uji Heterokedastisitas........................................ 57
d. Uji Autokorelasi................................................. 58
3. Uji Hipotesis............................................................. 58
a. Uji Determinasi (R2).......................................... 59
b. Uji F................................................................... 60
c. Uji t.................................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian..................................... 60
1. Variabel Independen.................................................. 61
a.

Kompensasi Eksekutif........................................ 61

b.

Keterwakilan CFO Wanita................................. 61

c.

Karakteristik Eksekutif....................................... 62

2. Variabel Dependen.................................................... 63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 65
xii

A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................... 65
1. Deskripsi Objek Penelitian....................................... 65
2. Deskripsi Sampel Penelitian..................................... 65
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian................................. 66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif..................................... 66
2. Hasil Uji Asumsi Klasik............................................ 68
a. Uji Normalitas...................................................... 68
b. Uji Multikolinearitas............................................ 69
c. Uji Heterokedastisitas.......................................... 70
d. Uji Autokorelasi................................................... 71
3. Hasil Uji Hipotesis.................................................... 72
a. Uji Determinasi (R2)............................................ 72
b. Uji F..................................................................... 73
c. Uji t...................................................................... 74
BAB V

PENUTUP........................................................................... 79
A. Kesimpulan.................................................................... 79
B. Implikasi........................................................................ 80
C. Saran.............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 82
LAMPIRAN............................................................................................... 87

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1

: Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak.......................... 3

Tabel 2.1

: Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu...................................... 45

Tabel 3.1

: Operasional Variabel......................................................... 64

Tabel 4.1

: Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur.............. 66

Tabel 4.2

: Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................. 67

Tabel 4.3

: Hasil Uji Normalitas.......................................................... 69

Tabel 4.4

: Hasil Uji Multikolonieritas................................................ 70

Tabel 4.5

: Hasil Uji Heterokedastisitas.............................................. 71

Tabel 4.6

: Hasil Uji Autokorelasi....................................................... 72

Tabel 4.7

: Hasil Uji Adjusted R2........................................................ 73

Tabel 4.8

: Hasil Uji F......................................................................... 74

Tabel 4.9

: Hasil Uji t.......................................................................... 75

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

: Kerangka Pemikiran

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Perusahaan
Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian
Lampiran 3 : Output Hasil Pengolahan Data

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama suatu negara
dalam rangka pembiayaaan penyelenggaraan pemerintahan untuk penyediaan
barang dan jasa publik serta pembangunan. Dalam penjelasan UndangUndang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) telah
dinyatakan bahwa pajak merupakan salah satu sarana dan hak tiap wajib
pajak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan.
Namun bagi pelaku bisnis dan investor, pajak tetap dianggap sebagai
beban investasi. Oleh karena itu, adalah wajar apabila pengusaha berusaha
untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang
efektif. Arnold dan McIntyre (1995) dalam Gunadi (2007:276) menyebut
bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan upaya penghindaran
atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan
perundangan (lawful fashion). Tax avoidance, harus dibedakan dari tax
evasion (penyeludupan pajak) yang secara umum bersifat melawan hukum
(ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap
dan benar objek pajak atau perbuatan melanggar hukum (fraud) lainnya.
Walaupun secara legal dapat dibedakan, namun secara ekonomis baik
perencanaan pajak melalui tax avoidance maupun tax evasion sama-sama
berakibat berkurangnya penerimaan pajak. Rekayasa (aranggements) atas
1

transaksi-transaksi yang berpotensi meminimalkan beban pajak untuk
memperoleh penghematan pajak merupakan perencanaan pajak.
Menurut Ahmad (2005) dalam Gunadi (2009:279) perencanaan pajak
merupakan serangkaian proses atau tindakan yang dilakukan wajib pajak
untuk merekayasa sumber-sumber penghasilan dan beban maupun transaksi
lainnya dengan tujuan untuk minimalisasi, penangguhan atau eleminasi beban
pajak yang masih berada dalam kerangka peraturan perundang-undangan.
Untuk mencapai tujuan dimaksud, pengusaha harus memanfaatkan semua
pengurang, pengecualian, pembebasan, kemudahan dan kredit

yang

disediakan oleh ketentuan maupun administrasi pajak. Kalau disandingkan
maka penghindaran (avoidance) melibatkan terutama komersialisasi dan
pemanfaatan secara efektif kebijakan pajak dalam peraturan perundangundangan. Sementara itu, penyelundupan atau penggelapan pajak dan
sejenisnya (tax evasion) terutama terjadi dengan penghilangan atau kurang
melaporkan objek pajak yang kadangkala didukung dengan rekayasa legal,
akuntansi, dan administratif lainnya. Sementara pajak agresif adalah
perencanaan pajak yang berada di antara tax avoidance dan tax evasion,
berada dalam ranah abu-abu (gray area) (Zuber, 2007:15).
Sudah banyak kasus-kasus penghindaran pajak yang terjadi baik di
Internasional

maupun

di

Indonesia.

Beberapa

daftar

kasus-kasus

penghindaran pajak dapat dilihat pada tabel 1.1. di halaman berikutnya.

2

Tabel 1.1
Daftar Kasus-Kasus Penghindaran Pajak
No
1

Tahun
2013

Kasus
Indonesia dikejutkan dengan putusan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Agung yang telah memberikan vonis
kepada 14 perusahaan Asian Agri Group (AAG), hal ini
diakibatkan terungkapnya penggelapan pajak yang
dilakukan oleh perusahaan Asian Agri Group pada
tahun 2006. Penggelapan yang dilakukan oleh
perusahaan Asian Agri Group adalah dengan melakukan
transfer pricing. Perusahaan Asian Agri Group (AAG)
menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil)
ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di
bawah harga pasar, dan kemudian dijual kembali ke
pembeli riil dengan harga tinggi, maka beban pajak di
dalam negeri dapat ditekan. Selain itu, rekanan
perusahaan Asian Agri Group sebagian besar adalah
perusahaan fiktif. Diperkirakan penggelapan pajak yang
dilakukan perusahaan Asian Agri Group (AAG) telah
merugikan negara sejumlah Rp 1,3 triliun (Wirawinata,
2011).
2
2013
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatra Utara (Kakanwil Ditjen Pajak Sumut) I, Medan
Harta Indra Tarigan mengungkapkan satu kasus
penghindaran pajak (tax avoidance) yang ditemukan
pihaknya saat bertugas di Kanwil Pajak Sumut II
Pematangsiantar. Dirjen pajak menemukan tujuh modus
yang dilakukan para pengembang properti dalam
melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).
Pertama, penggunaan harga di bawah harga jual
sebenarnya dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajak
(DPP). Kedua, tidak mendaftarkan diri menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun menagih Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, tidak melaporkan
seluruh penjualan. Keempat, tidak memotong dan
memungut Pajak Penghasilan (PPh). Kelima,
mengkreditkan pajak masukan secara tidak sah.
Keenam, penghindaran PPn Barang Mewah dan PPh
Pasal 22 atas hunian mewah. Ketujuh, menjual tanah
dan bangunan, namun yang dilaporkan hanya penjualan
tanah (Siregar, 2013).
Bersambung pada halaman berikut.

3

Tabel 1.1. (Lanjutan)
Kasus
Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan
oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN). Kasus ini terjadi karena pemisahan
perusahaan perakitan mobil (manufacturing). Pemisahan
perusahaan ini mengakibatkan terjadinya penurunan
gross margin sebesar 7%, yang seharusnya jika
digabungkan dapat menghasilkan gross margin sebesar
14%. Hal ini yang membuat Dirjen Pajak
mempertanyakan perbedaan selisih dari gross margin
ini, karena pemisahan perusahaan ini seharusnya tidak
berdampak pada berkurangnya keuntungan (gross
margin) (Idris, 2013).
4
2014
Eropa diguncangkan dengan polemik fasilitas
perpajakan Irlandia yang menyebabkan banyak
perusahaan multinasional besar seperti: Amazon, Apple,
Facebook, Paypal, Twitter memilih markas di Irlandia
guna membayar pajak yang lebih rendah dibandingkan
jika membuka markas di negara eropa lainnya. Hal
tersebut tentunya menimbulkan kemarahan negara
sumber penghasilan, seperti: Perancis, Inggris, dan USA
yang merasa kontribusi pajak yang dibayarkan tidak
sebanding dengan penghasilan yang diperoleh dari
negara tersebut (Santosa, 2015).
5
2014
Kasus penghindaran pajak yang menyangkut banyak
perusahaan multinasional. Kasus tersebut melibatkan
negara Luxembourg sebagai negara yang memberikan
fasilitas pajak dengan skema pajak yang rumit dengan
dibantu oleh kantor akuntan handal internasional
(Santosa, 2015).
6
2015
Eropa kembali dikejutkan kasus perpajakan yang
dilakukan oleh HSBC Swiss. International Consortium
of Investigative Journalist (The Guardian dan BBC
Inggris, Le Monde Perancis, dan 50 media lainnya)
mengungkap kasus ini ke publik. HSBC Swiss diduga
telah membantu customer kaya untuk menghindari pajak
(Tax Avoidance) dengan menawarkan skema agresif
untuk mengurangi pajak di negara asal, khususnya
Eropa. Secara serentak, otoritas pajak negara Eropa:
HMRC Inggris, CFE Perancis, dan negara belahan dunia
lain seperti ATO Australia segera melakukan
penyelidikan guna menemukan keterlibatan warganya
yang menyembunyikan pundi-pundi kekayaannya
(Santosa, 2015).
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
No
3

Tahun
2013

4

Dalam kasus lain, banyak perusahaan besar Indonesia memilih kantor
pusat di Singapura padahal sumber penghasilan berada di Indonesia, dengan
varian pembayaran jasa, royalti ke kantor pusat. Labuan FSA, dengan fasilitas
seperti negara Tax Haven countries, menjadi lokasi menarik untuk pendirian
entitas anak usaha. Walaupun tarif pajak Corporate tax Indonesia sudah
diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010, namun tarif ini relatif masih tinggi
apabila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN (Santosa, 2015).
Kasus-kasus penghindaran pajak di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar tindakan ini dimotivasi oleh usaha perusahaan melakukan penghindaran
dan penghematan pajak, guna mengurangi biaya pembayaran pajak agar lebih
kecil. Hal ini didukung dengan prinsip yang dimiliki oleh perusahaan yaitu
berusaha untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya dengan cara mengurangi
biaya-biaya perusahaan termasuk biaya untuk membayar pajak, jika
diperlukan perusahaan akan berusaha untuk dapat menghilangkan biaya untuk
membayar pajak.
Tindakan pajak agresif dapat memberikan marginal benefit maupun
marginal cost. Marginal benefit yang mungkin didapat adalah adanya
penghematan pajak (tax savings) yang signifikan bagi perusahaan, sedangkan
marginal cost yang mungkin timbul adalah munculnya biaya atas
kemungkinan dikenainya denda atau sanksi perpajakan apabila dilakukan
pemeriksaan, penurunan harga saham perusahaan, reputational cost dan
political cost. Dalam penelitian ini tindakan pajak agresif diukur
menggunakan effective tax rate (ETR). ETR digunakan karena dianggap
5

dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan
laba fiskal (Frank et al., 2009:471).
Kompensasi merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Kompensasi adalah bagian dari
manajemen. Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap keberhasilan bisnis. Sistem kompensasi membantu dalam
memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi
pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno, 2011:181). Kompensasi juga menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral dan
disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181).
Thomson (2002) dalam Kadarisman (2012:26) mengemukakan bahwa
kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan
mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada
organisasi lainnya.
Kebijakan penentuan kompensasi eksekutif merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja.
Eksekutif bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik atau pemegang pemegang saham, dan sebagai imbalannya eksekutif
akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Pemilik perusahaan
mengharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja dengan kebijakan
pemberian kompensasi yang tepat (Santi dan Puji, 2014 dalam Khasanah,
2015:5).

6

Tindakan pajak agresif bisa muncul dari berbagai faktor, salah satunya
merupakan kompensasi. Manajemen memegang peranan penting dalam
memilih strategi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan
para pemegang saham. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan kinerja
perusahaan menjadi lebih baik dan efisien. Salah satu strategi yang dilakukan
pihak manajemen adalah dengan efisiensi pembayaran pajak (Putri, 2014:2).
Sebelumnya, ada Armstrong et al. (2011:36) melakukan penelitian
mengenai hubungan kompensasi yang diterima oleh eksekutif perusahaan,
khususnya direktur pajak, terhadap tax planning perusahaan. Dalam
penelitian tersebut, mereka membuktikan adanya hubungan yang kuat antara
kompensasi yang diterima direktur pajak perusahaan dengan tax planning
melalui Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) effective tax rate.
Selain kompensasi, tindakan pajak agresif juga bisa muncul dari berbagai
faktor lain. Francis et al. (2014:27) melakukan penelitian mengenai
keterwakilan perempuan sebagai Chief Financial Officer (CFO) dalam
perusahaan-perusahaan Amerika yang terdaftar di ExecuComp database
terhadap tindakan pajak agresif. Dari hasil penelitian tersebut belum
ditemukan bukti bahwa keterwakilan wanita sebagai CFO berbeda dari
perilaku rekan-rekan pria dalam upaya pajak agresif (penghindaran pajak).
Namun dalam pelaporan keuangan perusahaan, Chief Financial Officer
(CFO) bersama Chief Executive Officer (CEO) merupakan pihak utama yang
terlibat dan berpengaruh secara langsung, yaitu keduanya merupakan pihak
yang menandatangani laporan keuangan dan bertanggung jawab atas
7

informasi yang disajikan. CFO bertanggung jawab untuk perencanaan
keuangan dan pencatatan, serta pelaporan keuangan untuk manajemen yang
lebih tinggi. Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk
analisis data.
Dalam penelitian lainnya menunjukkan bahwa CFO wanita memiliki
pengaruh secara signifikan dengan tingkat manajemen laba (Peni dan
Vahaama, 2010:643). Oleh karenanya maka penelitian ini ingin menguji
bagaimana pengaruh keterwakilan perempuan sebagai CFO terhadap perilaku
pajak agresif pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya industri
manufaktur.
Selain ingin menguji pengaruh kompensasi eksekutif dan keterwakilan
CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif, penelitian ini juga ingin meneliti
bagaimana pengaruh karakteristik eksekutif pada perusahaan terhadap
tindakan pajak agresif. Dyreng et al. (2010:1185-1186) menyebutkan bahwa
karakter dari setiap individu eksekutif akan menentukan seberapa besar
tingkat agresifitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penghindaran
pajak. Walaupun tidak melanggar hukum, namun penghindaran pajak tidak
begitu saja dilakukan oleh semua perusahaan. Eksekutif yang memiliki
karakter pengambil resiko (risk taker) cenderung lebih berani untuk
melakukan penghindaran pajak dengan agresif. Sebaliknya, eksekutif yang
memiliki karakter penghindar resiko (risk averse) akan cenderung lebih
berhati-hati, karena walaupun tidak melanggar undang-undang, pembebanan

8

biaya yang tidak wajar dapat

menimbulkan peluang dilakukannya

pemeriksaan pajak.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di Indonesia sebelumnya. Budiman dan Setiyono (2012:15), dan
Swingly dan Sukartha (2015:58) menemukan bahwa karakteristik eksekutif
memiliki pengaruh terhadap tingkat penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji apakah terdapat
pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif yang
dilakukan perusahaan.
Melanjutkan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggabungkan
pengujian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2004), Peni dan
Vahaama (2010), Dyreng et al. (2010), Putri (2014), Francis et al. (2014),
Armstrong et al. (2014), Carolina, dkk. (2014), dan Swingly dan Sukartha
(2015). Dengan komprehensivitas literatur yang menjadi acuan, maka
beberapa hal baru yang terdapat dalam penelitian ini adalah: (1) Pengujian
pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan pajak agresif perusahaan
publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (2) Pengujian pengaruh
keterwakilan CFO wanita terhadap tindakan pajak agresif perusahaan publik
di Indonesia (khususnya industri manufaktur); (3) Pengujian pengaruh
karakteristik eksekutif perusahaan terhadap tindakan pajak agresif perusahaan
publik di Indonesia (khususnya industri manufaktur).

9

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun
skripsi dengan judul “Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan
CFO Wanita, dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tindakan Pajak
Agresif”. Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2014.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas maka
perumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO wanita dan karakteristik
eksekutif secara simultan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif?
2. Apakah kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?
3. Apakah keterwakilan CFO wanita berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?
4. Apakah karakteristik eksekutif berpengaruh terhadap tindakan pajak
agresif?

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif, keterwakilan CFO

wanita dan karakteristik eksekutif terhadap tindakan pajak agresif secara
simultan.
b. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi eksekutif terhadap tindakan

pajak agresif.
c. Untuk menganalisis pengaruh keterwakilan CFO wanita terhadap

tindakan pajak agresif.
d. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik eksekutif terhadap tindakan

pajak agresif.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan perpajakan
khususnya

mengenai

pajak

agresif

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya, dan dapat menjadi bahan acuan serta referensi bagi
mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
2) Bagi Masyarakat, sebagai pengetahuan mengenai perilaku-perilaku
perpajakan.
11

3) Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi peneliti lainnya yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan untuk memperluas dan
memperdalam pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang
berkaitan

mengenai

pajak

agresif

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya serta dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang
akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan, penelitian ini diharapkan sebagai
pengetahuan agar dapat

memberikan perhatian lebih kepada

perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif agar penerimaan
negara yang bersumber dari pajak dapat dimaksimalkan.
2) Bagi investor diharapkan sebagai pengetahuan agar lebih berhati-hati
dalam menanamkan modalnya di perusahaan supaya tidak terkena
kemungkinan dampak dari tindakan pajak agresif yang dilakukan
perusahaan karena perusahaan yang agresif dalam tindakan pajaknya
cenderung agresif dalam pelaporan keuangannya.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Tindakan Pajak Agresif
Frank et al. (2009:468) mendefinisikan tindakan pajak agresif sebagai
suatu tindakan pengelolaan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena
pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong
tax evasion atau tidak. Tax evasion merupakan upaya yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk mengurangi beban pajak dan memperoleh penghematan
pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang secara umum bersifat
melawan hukum (ilegal) dan mencakup perbuatan sengaja tidak
melaporkan secara lengkap dan benar objek pajak atau perbuatan
melanggar hukum (fraud) lainnya. Sedangkan tax avoidance merupakan
upaya penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka
memenuhi ketentuan perundangan (lawful fashion) (Arnold dan McIntyre,
1995 dalam Gunadi, 2007:276).
Sementara Zuber (2007:15) menyatakan bahwa:
“Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray
area of aggressiveness. This gray area exists because there are tax
shelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law
does not specifically address all possible tax transaction. A bright line
does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term
adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions
and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax
evasion issues”.

13

Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa di antara tax
avoidance dan tax evasion terdapat daerah abu-abu yang berpotensi
terjadinya agresivitas pajak. Transaksi dan pengambilan keputusan yang
agresif mungkin secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran
pajak maupun penggelapan pajak.
Pajak yang dibayarkan perusahaan merupakan proses transfer
kekayaan dari pihak perusahaaan kepada pemerintah sehingga beban pajak
yang dibayarkan tersebut menjadi biaya yang sangat besar bagi
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung melakukan usaha
penghindaran dan/atau penghematan pajak sebagai upaya untuk dapat
membayar pajak dengan seefisien mungkin (Hanlon dan Slemrod,
2009:126). Perusahaan yang berorientasi laba, baik perusahaan domestik
maupun perusahaan multinasional akan berusaha meminimalkan beban
pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan pajak dari
suatu negara (Darussalam dan Septriadi, 2009).
Di banyak negara, skema penghindaran pajak dibedakan menjadi
penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance) dan
penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax
avoidance). Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan
penghindaran pajak yang diperkenankan adalah defensive tax planning dan
istilah untuk penghindaran pajak yang tidak diperkenankan adalah
aggressive tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009).

14

Kemudian lebih lanjut Harari, et.al. (2013:9) menyatakan bahwa
agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai:
“The main purpose of the activity or activities that are the object of
tax planning is to avoid paying taxes or to lower taxes significantly, and
the commercial reason for that activity, if any, is marginal”.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa tindakan pajak
agresif merupakan tujuan utama dari aktivitas perencanaan pajak untuk
menghindari pembayaran pajak atau membuat rendah beban pajak yang
dibayarkan secara signifikan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tindakan pajak agresif dilakukan sebagai upaya paling akhir dari spektrum
serangkaian perilaku perencanaan pajak untuk tujuan mengurangi beban
pajak dan penghematan pajak yang nantinya dapat menghasilkan
pelaporan pajak yang agresif.
Dalam melakukan tindakan pajak agresif,

terdapat

beberapa

keuntungan dan kerugian. Chen et al. (2010:8) menyebutkan 3 keuntungan
tindakan pajak agresif, yaitu:
a.

Penghematan pajak, sehingga bagian kas untuk pemegang saham
menjadi lebih besar.

b.

Kompensasi bagi manajer yang berasal dari pemegang saham atas
tindakan pajak agresif yang dilakukan manajer tersebut.

c.

Kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction, yakni
tindakan manajer yang tidak memaksimalkan kepentingan pemilik.
Hal ini dapat berupa penyusunan laporan keuangan yang agresif,
15

pengambilan sumber daya atau aset perusahaan untuk kepentingan
pribadi, atau melakukan transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
Sedangkan Desai dan Dharmapala (2004:18) menyebutkan 3 kerugian
dari tindakan pajak agresif, yaitu:
a.

Adanya kemungkinan perusahaan terkena hukuman dari instansi
perpajakan

akibat

ditemukannya

kecurangan-kecurangan

yang

mungkin terjadi pada saat proses audit.
b.

Tercederainya reputasi perusahaan akibat audit oleh instansi
perpajakan.

c.

Turunnya harga saham perusahaan akibat adanya anggapan dari para
pemegang saham bahwa tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh
manajer merupakan tindakan rent extraction yang dapat merugikan
pemegang saham.
Umumnya suatu negara telah membuat suatu ketentuan untuk

menangkal praktik unacceptable tax avoidance atau aggressive tax
planning. Di Australia, skema-skema yang dapat dikategorikan sebagai
aggressive tax planning oleh Australian Taxation Office (ATO) adalah
sebagai berikut:
a.

Transaksi yang dibuat semata-mata untuk tujuan menghindari pajak.
Dengan kata lain transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis,
kalaupun ada tujuan bisnisnya tetapi sangat tidak signifikan.

16

b.

Berusaha untuk mendapatkan fasilitas pajak yang sebenarnya fasilitas
pajak tersebut tidak ditujukan kepadanya.

c.

Membuat transaksi yang berputar-putar yang akhirnya transaksi
tersebut akan kembali lagi kepadanya (round-robin flow of funds).

d.

Penggelembungan nilai aset untuk mendapatkan biaya penyusutan
yang besar di masa yang akan datang.

e.

Memanfaatkan suatu entitas usaha dimana penghasilan yang diterima
oleh entitas usaha tersebut dikecualikan sebagai objek pajak.

f.

Transaksi bisnis yang melibatkan negara-negara yang dikategorikan
sebagai tax haven countries.
Sedangkan di Indonesia, dalam peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku saat ini, belum ada definisi yang jelas mengenai
acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance atau aggressive
tax planning (Darussalam dan Septriadi, 2009).
Tindakan pajak agresif mempunyai lima komponen pengukuran, yaitu
effective tax rate (ETR), cash effective tax rate (CETR), book-tax
difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference DesaiDharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN) (Sari dan Martani,
2010:10).
ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap
antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al., 2009:471).
Sedangkan CETR digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi
keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan
17

perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al., 2010:16).
Menurut Desai dan Dharmapala (2004:2-3), book-tax difference bisa
timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak dan manajemen laba,
maka nilai residu dari regresi nilai book-tax difference dan nilai total
akrual diharapkan murni merupakan cerminan dari aktivitas perencanaan
pajak. Sedangkan nilai tax planning (TAXPLAN) digunakan karena
dianggap dapat menggambarkan tingkat subsidi pajak yang digunakan.
2. Kompensasi Eksekutif
Kompensasi merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen.
Karena kompensasi merupakan aspek yang paling sensitif di dalam
hubungan kerja. Kasus yang terjadi dalam hubungan kerja mengandung
masalah kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan,
kenaikan kompensasi, struktur kompensasi, dan skala kompensasi.
Kompensasi juga merupakan komponen penting dalam penciptaan suatu
manajemen yang efektif dan kondusif. Sistem kompensasi yang baik dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan bisnis.
Sistem kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilainilai kunci organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
(Sutrisno, 2011:181). Masalah kompensasi selain sensitif, juga menjadi
pendorong seseorang untuk bekerja. Karena berpengaruh terhadap moral
dan disiplin tenaga kerja (Sastrohadiwiryo, 2003:181). Sistem kompensasi
yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keberhasilan bisnis (Khasanah, 2015:4).
18

Nitisemito (1996:90) menyatakan bahwa kompensasi adalah balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerjanya, yang dapat dinilai
dengan uang dan cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi
merupakan masalah yang sangat penting, karena salah satu tujuan utama
seseorang menjadi pekerja adalah adanya kompensasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Thomson (2002) dalam
Kadarisman (2012:26) yaitu kompensasi sebagai faktor penting yang
mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu
organisasi dan bukan pada organisasi lainnya.
Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga
atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi menjadi
semacam jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai
imbalan atas penggunaan tenaga kerjanya (Wibowo, 2013:348).
Werther

dan

Davis

(1982)

dalam

Kadarisman

(2012:1)

mengemukakan kompensasi sebagai berikut:
“Compensation is what employee receive in exchange of their work.
Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department
usually designs and administers employee compensation”.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dikemukakan bahwa kompensasi
adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan atas kontribusinya
kepada organisasi. Baik upah per jam ataupun gaji periodik yang didesain
dan dikelola oleh bagian Sumber Daya Manusia (Kadarisman, 2012:1).
Kompensasi merupakan imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan
oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut
19

telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan
perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sastrohadiwiryo,
2002:181).
Lebih lanjut, Admosudiro (1994) dalam Kadarisman (2012:9)
mengemukakan bahwa kompensasi merupakan penghargaan kepada
pekerja secara adil dan layak untuk prestasi kerja dan atas jasa yang telah
dikeluarkan terhadap tujuan organisasi demi tercapainya tujuan organisasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Nawawi (1998) dalam Kadarisman
(2012:25), yaitu sebagai berikut:
“Kompensasi bagi organisasi/perusahaan berarti penghargaan atau
ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam
mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut dengan bekerja.”
Sebagai penghargaan atas penyerahan dan pemberian segenap hasil
kerja atau performance pekerja kepada organisasi, maka organisasi
memberikan balas jasa, imbalan jasa, penghargaan, penghasilan,
kompensasi atau reward. Ditinjau dari sisi pandang organisasi, pemberian
imbalan jasa atau penghasilan akan selalu dikaitkan dengan kuantitas,
kualitas dan manfaat jasa yang dipersembahkan oleh pekerja bagi
organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi seberapa jauh tujuan
organisasi dapat dicapai, bahkan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
organisasi tersebut (Kadarisman, 2012:6).
Kompensasi mengandung arti yang lebih luas daripada upah atau gaji.
Upah atau gaji lebih menekankan pada balas jasa yang bersifat finansial,

20

sedangkan kompensasi mencakup balas jasa finansial maupun nonfinansial (Samsudin, 2006 dalam Kadarisman, 2012:49).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompensasi
merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan kepada tenaga kerja
yang jumlahnya tergantung dari hasil yang dicapai baik berupa finansial
maupun non-finansial. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong tenaga kerja
untuk bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga prestasi dapat meningkat
yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
Jenin-Jenis Kompensasi
a.

Direct Financial Compensation
Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002
dalam Sutrisno 2011:187):
1) Upah atau gaji (Wages or Salaries).
Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin
lama kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis
bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan
pemeliharaan. Sedangkan gaji umumnya berlaku untuk tarif
mingguan, bulanan atau tahunan.
2) Insentif (Incentive).
Merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau
upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif
disesuaikan dengan memberikan bayaran tambahan berdasarkan

21

produktivitas, penjualan, keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya
pemangkasan biaya.
3) Bonus.
Dalam pemberian bonus sebagai kompensasi ini setiap orang
akan memperolehnya 10 berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan
tanpa memperhitungkan upah aktual seseorang.
b.

Indirect Financial Compensation
Bentuk dari pemberian kompensasi ini adalah (Panggabean, 2002
dalam Sutrisno 2011:187):
1) Tunjangan (Benefit).
Contoh-contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan, asuransi
jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun
dan tunjangan-tunjangan lainnya yang berhubungan dengan
kepegawaian.
2) Fasilitas (Facility).
Merupakan kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan,
keanggotaan klub, tempat parkir khusus.

c.

Non Financial Compensation
Suatu penghargaan bagi tenaga kerja yang bukan berbentuk
keuangan, dalam hal ini merupakan kebutuhan tenaga kerja yang
bukan berwujud uang, misalnya:
1) Pekerjaan dan jabatan yang menjanjikan masa depan.
2) Pengaturan jam kerja yang lebih santai dan fleksibel.
22

Macam-Macam Kompensasi
Menurut Wibowo (2013:348) dilihat dari cara pemberiannya
kompensasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kompensasi Langsung
Kompensasi langsung seperti upah dan gaji atau pay for
performance, seperti insentif dan gain sharing.
b. Kompensasi Tidak Langsung
Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang
diberikan terhadap semua tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan para pekerja. Contohnya, berupa fasilitas-fasilitas
seperti: asuransi, tunjangan, uang pensiun atau jaminan keamanan dan
kesehatan.
Tujuan kompensasi tidak langsung antara lain sebagai berikut
(Hasibuan, 2011 dalam Hakim, 2011:173):
1) Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan tenaga kerja
kepada perusahaan.
2) Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi tenaga
kerja beserta keluarganya.
3) Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas tenaga kerja.
4) Menurunkan tingkat absensi dan turnover tenaga kerja.
5) Menciptakan suasana kerja yang baik dan nyaman.
6) Membantu kelancaran dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7) Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja.
23

8) Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja.
9) Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia.
10) Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan.
11) Meningkatkan status sosial tenaga kerja beserta keluarganya.
Syarat Pemberian Kompensasi
Menurut Panggabean (2002:92) syarat pemberian kompensasi agar
mencapai tujuan dari pemberian kompensasi adalah:
a. Sederhana, peraturan dari sistem kompensasi harus singkat, jelas dan
dapat dimengerti.
b. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang
diharapkan untuk mereka lakukan.
c. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk
akal untuk memperoleh sesuatu.
d. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk
menentukan rencana kompensasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi, yaitu (Noviyanto,
2011:2):
a.

Faktor Intern Organisasi.
1) Dana Organisasi.
2) Serikat Pekerja.

24

b. Faktor Pribadi Tenaga Kerja.
1) Produktivitas Kerja.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi
kerja merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan
kompensasi.

Pemberian

kompensasi

ini

dimaksud

untuk

meningkatkan produktivitas kerja pekerja.
2) Posisi dan Jabatan.
Posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi menunjukkan
keberadaan dan tanggung jawabnya dalam hierarki organisasi.
Semakin tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi,
semakin besar tanggung jawabnya, maka semakin tinggi pula
kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
3) Pendidikan dan Pengalaman.
Pekerja yang lebih berpengalaman dan berpendidikan lebih
tinggi akan mendapat kompensasi yang lebih besar dari pekerja
yang kurang pengalaman dan atau lebih rendah tingkat
pendidikannya.

Pertimbangan

faktor

ini

merupakan wujud

penghargaan organisasi pada keprofesionalan seseorang yang dapat
memacu pekerja untuk meningkatkan pengetahuannya.
4) Jenis dan Sifat Pekerjaan.
Besarnya kompensasi pekerja yang bekerja di lapangan berbeda
dengan pekerja yang bekerja dalam ruangan, demikian juga
kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda dengan
25

pekerjaan administratif. Begitu pula halnya dengan pekerjaan
manajemen

berbeda

dengan

pekerjaan

teknis.

Pemberian

kompensasi yang berbeda ini selain karena pertimbangan
profesionalisme pekerja juga karena besarnya resiko dan tanggung
jawab yang dipikul oleh pekerja yang bersangkutan.
c.

Faktor Ekstern Organisasi.
1) Penawaran dan Permintaan Kerja.
Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi dimana
penawaran (supply) tenaga kerja lebih dari permintaan (demand)
akan menyebabkan rendahnya kompensasi yang diberikan.
Sebaiknya bila kondisi pasar kerja menunjukkan besarnya jumlah
permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit, maka
kompensasi yang diberikan akan besar.
2) Biaya Hidup.
Besarnya kompensasi terutama upah/gaji harus disesuaikan
dengan besarnya biaya hidup (cost of living). Yang dimaksud biaya
hidup disini adalah biaya hidup minimal.
3) Kebijaksanaan Pemerintah.
Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi
rakyatnya dari kesewenang-wenangan dan keadilan. Dalam
kaitannya dengan kompensasi, pemerintah menentukan upah
minimum, jam kerja/hari, untuk pria dan wanita, pada batas umur
tertentu.
26

4) Kondisi Perekonomian Nasional.
Kompensasi yang diterima oleh pekerja di negara-negara maju
jauh lebih besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan
atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan
oleh organsasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan
kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan negara
terhadap sumber daya manusianya.
Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Notoadmodjo dalam Sutrisno (2011:188), ada beberapa
tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi meliputi:
a.

Menghargai prestasi kerja.

b. Menjamin keadilan sistem kompensasi.
c. Mempertahankan karyawan.
d. Memperoleh karyawan yang bermutu.
e. Pengendalian biaya.
f. Memenuhi peraturan-peraturan.

Fungsi Kompensasi
Menurut

Martoyo (1994) dalam Noviyanto (2011:1), fungsi

kompensasi adalah:
a.

Penggunaan Sumber Daya Manusia secara lebih efisien dan lebih
efektif.

b.

Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
27

Kompensasi yang efektif seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
dasar, mempertimbangkan adanya keadilan internal dan eksternal, dan
pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu (Cascio, 1995
dalam Sutrisno, 2011:186). Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins
(1993)

d

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Manajemen Laba Terhadap Risiko Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 101 111

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AGGRESSIVE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

3 71 27

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF,PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK TERHADAP PRNGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN.

26 98 129

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF, KEPEMILIKAN SAHAM EKSEKUTIF,PREFERENSI RISIKO EKSEKUTIF DAN KARAKTERISTIK TERHADAP PRNGHINDARAN PAJAK PERUSAHAAN.

8 42 129

Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Praktik Penghindaran Pajak: Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2012.

0 0 18

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF TERHADAP ROA DAN TOBIN’S Q DENGAN VARIABEL KONTROL UMUR DAN UKURAN PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)

0 0 10

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) ARTIKEL ILMIAH

0 0 13

PENGARUH KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP KOMPENSASI EKSEKUTIF (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 Periode 2013-2016)

0 1 17

PENGARUH RETURN ON ASSET, LAVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KARAKTERISTIK EKSEKUTIF TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Studi Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) - Unissula Repository

0 0 8