Analisis Kualitas Pengungkapan Segmen: Sebuah Implikasi Terhadap Tindakan Pajak Agresif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Kompleksitas serta revolusi dunia bisnis menuntut para pengguna laporan

keuangan seperti analis, investor, pemegang saham dan lainnya untuk memiliki
informasi

yang

lengkap

perusahaan.Pengungkapan

mengenai

laporan


memadai

mengenai

yang

keuangan

suatu

pelaporan

segmen

perusahaan tentu sangat esensial dan membantu pengguna laporan keuangan
untuk melakukan penilaian dan analisis investasi seperti penilaian risiko dan
imbalan dari suatu perusahaan yang memiliki diversifikasi usaha atas suatu
perusahaan multinasional, serta memprediksi aliran kas masa mendatang.
Pelaporan segmen termasuk dalam klasifikasi finer Information, yaitu
memberikan informasi yang lebih rinci pada laporan keuangan yang dibuat

berdasarkan

biaya

historis.Finer

information

akan

membantu

manajer

memberikan kemampuan yang lebih baik dalam pembuatan keputusan (Scott,
2000). Pengungkapan yang rinci mengenai informasi segmen akan mengurangi
asimetri informasi, yaitu gap informasi yang diterima, antara manajemen dan
investor (Kristanti, 2005). International Accounting Standar Board (IASB) telah
mengeluarkan International Financial Reporting Standard (IFRS) 8 tentang
Operating Segments menggantikan International Accounting Standard (IAS) 14

tentang Segment Reporting.Chen dan Zhang (2003) menyatakan bahwa data
1

Universitas Sumatera Utara

segmen dapat memberi informasi mengenai peluang investasi antar segmen
karena adanya perbedaan tingkat keuntungan dan potensi pertumbuhan antar
segmen.Baldwin (1984) menemukan bahwa rata-rata varian dari kesalahan
peramalan menurun dengan adanya pengungkapan data segmen dan penggunaan
data segmen dapat memperbaiki ramalan para analis terhadap laba per lembar
saham.
Setelah pemberlakuan IFRS 8 mengenai Operating Segment secara efektif
pada tahun 2009 di Eropa, dampak IFRS 8 mulai ditinjau dan diuji (Crawford et
al., 2010: 2012; Heem dan Valenza, 2012; Moldovan, 2014; Nichols et al., 2012).
Pengujian mengenai dampak IFRS 8 berlanjut ke negara-negara lain di luar Eropa
dengan mengkonvergensi ke dalam standar lokalnya masing-masing (Kang dan
Gray, 2014; Kumar dan Sridharan, 2014; Mardini, 2012; Schvrick et al., 2013).
3Beberapa penelitian telah menganalisi penerapan IFRS 8, tetapi kontribusi
penelitiannya hanya berada pada dampak pengungkapan segmen setelah adopsi
dan konvergensi IFRS 8 (Crawford et al., 2012; Heem dan Valenza, 2012; Kang

dan Gray, 2014; Nichols et al., 2012; Mardini, 2012) dan menghubungkan dengan
karakteristik perusahaan (Ibrahim, 204; Lucchese dan Carlo, 2012; Pardal dan
Morais, 2012; Saarilouma, 2013; Schvrick et al., 2013). Di Indonesia, IFRS 8 juga
dikonvergensi ke dalam PSAK 5 (Revisi 2009) yang menggantikan PSAK 5
(Revisi 2000) dan mulai efektif pada tahun 2011. Fadhil dan Siregar (2013) serta
Palupi (2013) telah menguji pengaruh pengungkapan segmen di bawah PSAK 5
(Revisi 2009) dan juga menghubungkannya dengan karakteristik perusahaan
(Abbas dan Hamid, 2015).Namun, dalam penerapan PSAK 5 masih terdapat

2

Universitas Sumatera Utara

beberapa permasalahan terkait dengan kewajiban pengungkapan informasi
segmen tersebut (Fadhil dan Siregar, 2013). Prather-Kinsey dan Meek (2004)
menunjukkan bahwa masih banyak hal-hal yang diwajibkan untuk diungkap
dalam laporan segmen operasi tetapi tidak diungkap oleh perusahaan. Alfaraih
dan Alanezi (2011) juga mengungkap bahwa riset serupa di negara-negara
berkembang masih belum banyak dilakukan, sementara di negara berkembang
kepatuhan perusahaan terhadap standar akuntansi masih banyak dipertanyakan.

Alfaraih dan Alanezi (2011) yang meneliti tingkat pengungkapan informasi
segmen oleh perusahaan yang terdaftar di Kuwait Stock Exchange (KSE), juga
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengungkapan informasi segmen hanya
sebesar 56%, bervariasi dari 18% hingga 96% dari total item yang wajib untuk
diungkap berdasarkan IAS 14 tentang Segment Reporting. Simpulan menunjukkan
bahwa masih banyak perusahaan yang terdaftar di KSE yang tidak patuh terhadap
IAS 14.Alfaraih dan Alanezi (2011) juga mengungkap bahwa riset serupa di
negara-negara berkembang masih belum banyak dilakukan, sementara di negara
berkembang kepatuhan perusahaan terhadap standar akuntasi masih banyak
dipertanyakan.Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai pengungkapan informasi
segmen sudah dilakukan oleh Kristanti (2007). Penelitian tersebut merupakan
penelitian deskriptif yang menganalisis 64 sampel perusahaan yang terdaftar di
BEI untuk melihat sejauh mana perusahaan telat menyajikan informasi segmen
sesuai dengan PSAK 5 (Revisi 1994) dan PSAK 5 (Revisi 2000), serta melihat
sejauh mana perusahaan telah menyajikan informasi segmennya sebagai
pengungkapan sukarela sebelum PSAK No. 5 (1994) diberlakukan. Penelitian

3

Universitas Sumatera Utara


tersebut tergolong menjadi salah satu penelitian pembuka yang mengkaji kualitas
pengungkapan segmen sehingga masih memerlukan pengembangan dan
pemikiran lebih lanjut.
Riset tentang pelaporan segmen di Indonesia selanjutnya dilakukan oleh
Fitriany dan Aulia (2009).Penelitian mereka membahas tentang faktor-faktor yang
memengaruhi perusahaan dalam melaporkan informasi segmen perusahaan.Dalam
simpulan penelitiannya diungkapkan bahwa R2 yang diperoleh masih relatif kecil
sehingga diduga masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi perusahaan
dalam melaporkan informasi segmen. Sementara itu, Alfaraih dan Alanezi (2011)
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melaporkan
informasi segmen terhadap perusahaan yang terdaftar di KSE, dan penelitian
tersebut memasukkan lebih banyak faktor. Diikuti oleh Fadhil dan Siregar (2013)
yang melakukan penelitian tentang pengungkapan segmen pada perusahaan
manufaktur dan menghubungkannya dengan biaya modal ekuitas. Mereka
mereplika faktor-faktor yang telah diteliti sebelumnya oleh Alfaraih dan Alanezi
(2011) dan menyimpulkan bahwa tingkat kualitas pengungkapan segmen
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI cukup baik, namun masih banyak
perusahaan yang belum mengungkap informasi segmen pada laporan keuangan
sesuai dengan apa yang diwajibkan oleh standar pelaporan. Kondisi ini yang

mungkin menyebabkan pengungkapan informasi segmen pada laporan keuangan
belum mampu menurunkan biaya modal ekuitas (Fadhil dan Siregar, 2013).
Fadhil dan Siregar (2013) juga menyimpulkan bahwa masih terdapat informasi
segmen yang sifatnya wajib untuk diungkap akan tetapi tidak diungkapkan oleh

4

Universitas Sumatera Utara

perusahaan dan adanya pemberlakuan PSAK 5 (Revisi 2009) yang menggantikan
PSAK 5 (Revisi 2000) belum dapat meningkatkan pelaporan segmen operasi
perusahaan menjadi lebih komprehensif. Belakangan, Abbas dan Hamid (2015)
turut melakukan penelitian dalam kajian yang samadan mengaitkan kualitas
pengungkapan segmen dengan karakteristik perusahaan secara internal. Abbas dan
Hamid (2015) menyimpulkan bahwa Kualitas Pengungkapan Segmen memiliki
pengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas sehingga pernyataan tersebut di
nilai inkonsisten dengan hasil penelitian Fadhil dan Siregar (2013).
Pengungkapan

segmen


menyediakan

informasi

substantif

untuk

memahami kinerja perusahaan yang memiliki aktivitas bisnis yang sangat
kompleks dan heterogen. Analisis pengungkapan segmen secara utama
bergantung pada pemberlakuan standar yang kemudian akan memengaruhi
keseluruhan informasi segmen yang dihasilkan oleh perusahaan.Suatu standar
dapat mendorong pengungkapan informasi segmen perusahaan menjadi lebih
informatif bagi pengguna laporan keuangan.IFRS 8 yang menekankan pada bias
pendekatan manajemen (management approach) membuat relevansi informasi,
yaitu informasi segmen diungkapkan secara konsisten antara informasi segmen
yang disajikan dalam laporan internal dan informasi yang diungkapkan dalam
laporan eksternal (IASB, 2013).
Sebenarnya, keputusan untuk menyediakan kualitas informasi segmen

yang lebih baik tidak hanya bergantung pada peraturannya (rule), melainkan juga
pada perilaku pengungkapan yang diterapkan oleh perusahaan.Bens et al. (2011)
menyimpulkan bahwa karakteristik segmen rekayasa (pseudo) lebih terdiskresi
5

Universitas Sumatera Utara

dalam penerapan peraturan segmen yang dilaporkan dan perusahaan dengan multi
segmen menunjukkan perilaku pengungkapan yang lebih strategis daripada
perusahaan dengan segmen tunggal (single segment) yang kurang strategis.
Dengan demikian, perilaku manajer dalam membuat kebijakan pengungkapan
kelihatan lebih menarik untuk dipahami secara mendalam. Abbas dan Hamind
(2015) mengatakan bahwa pengungkapan informasi segmen juga bergantung pada
pilihan

manajer,

terutama

untuk


melindungi

segmen

yang

kurang

menguntungkan.Diskresionari yang diberikan oleh standar pada pengungkapan
segmen mendorong manajer untuk menyembunyikan kinerja yang buruk dalam
segmen tertentu (Botosan dan Stanford, 2005). Oleh karena itu, keputusan untuk
menyediakan informasi segmen secara meningkat atau menurun tidak hanya
bergantung pada pemberlakuan standar baru yang kemudian dihubungkan
pengaruhnya dengan karakteristik perusahaan (Fadhil dan Siregar, 2013; Ibrahim,
2014; Lucchese dan Carlo, 2012; Palupi, 2013; Pardal dan Morais, 2012;
Saarilouma, 2013), melainkan juga ada suatu pilihan kebijakan secara internal
yang ditentukan oleh manajer dalam suatu perusahaan. Pilihan untuk
meningkatkan atau membatasi kandungan informasi segmen dianalisis sebagai
bentuk perilaku pengungkapan segmen yang dilakukan oleh manajer (Abbas dan

Hamid, 2015).
Pisano

dan

Landriana

(2012)

telah

mengidentifikasi

perilaku

pengungkapan segmen dari teori kepemilikan pada perusahaan multi segmen
usaha dan disadari bahwa kebijakan manajer dalam mengungkapkan informasi
segmen setelah penerapan IFRS 8 masih memerlukan analisis ke dalam kerangka

6

Universitas Sumatera Utara

teori lainnya. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk
menentukan perilaku pengungkapan segmen yang berfokus pada perusahaan
multinasional yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang diidentifikasi
dari masalah agensi dan kepemilikan. Di samping itu, pengungkapan segmen
dalam penelitian ini akan dinilai pada kualitas kandungan informasinya. Sejauh
ini, pengungkapan segmen selalu dikonstruksi dengan menggunakan indeks
pengungkapan.Krabbenborg (2012) menyinggung hal itu sehingga saran
penelitiannya mengharapkan variabel pengukuran yang berbeda dalam menilai
kualitas pengungkapan segmen.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
penelitian terdahulu meneliti dampak penerapan IFRS 8 (yang sudah di
konvergensi menjadi PSAK 5 Revisi 2009) terhadap kualitas pengungkapan
segmen.Meski demikian, pengukuran kualitas pengungkapan segmen dengan
menggunakan standar acuan IFRS 8 di nilai kurang representatif (mewakili)
keadaan kualitas pengungkapan segmen yang sebenarnya di karenakan IFRS 8
adalah bagian pernyataan IFRS yang bersifat principle-based sehingga keputusan
untuk menyediakan informasi segmen yang diisyaratkan oleh IFRS 8 masih
menyediakan suatu opsi untuk manajer. Hal ini yang mendorong manajer untuk
bersikap oportunis (memanfaatkan celah) yang timbul dari masalah moral hazard
pada setiap perilaku manajer.Masih banyaknya faktor lain yang memengaruhi
kualitas pengungkapan segmen selain dari IRFS 8 (PSAK 5) juga di akui oleh
Fitriany dan Aulia (2009), yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh

7

Universitas Sumatera Utara

adopsi PSAK 5 Revisi 2009 terhadap kualitas pengungkapan segmen secara
komprehensif.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh
dari teori keagenan (agency theory), teori kepemilikan (proprietary cost) dan teori
sinyal (signal) terhadap kualitas pengungkapan segmen.Teori keagenan
merupakan salah satu teori dasar yang menjelaskan bagaimana hubungan antara
principal dan agen dalam sebuah praktik bisnis. Teori ini memiliki prinsip bahwa
dalam sebuah perusahaan terdapat suatu hubungan kerjasama antara principal dan
agen yang diatur dalam sebuah kontrak, dan perusahaan dalam hal ini dipandang
sebagai suatu bentuk nexus of contract, karena dalam perusahaan terdapat
sekumpulan kontrak yang memfasilitasi hubungan natara principal, agen,
pemasok, konsumen, dan pihak lain yang berkepentingan (Godfrey et al,.
2010).Pada kerangka teori keagenan tersebut, hubungan agensi memicu masalah
asimetri informasi karena manajer cenderung mengakses informasi yang lebih
mendalam dari pemilik. Manajer mengambil keuntungan dari diskresi yang
diberikan dengan memainkan setiap segmen melalui transfer sumber daya
antarsegmen untuk tujuan pengungkapan segmen (Abbas dan Hamid, 2015).
Dengan kata lain, ada biaya agensi yang muncul saat manajer berupaya untuk
menutupi rugi segmen bisnis dengan cara mengalokasi profitabilitas dari segmen
lain ke segmen yang merugi tersebut. Berikutnya dalam teori kepemilikan,
kepemilikan dianggap sebagai penggerak penting dalam menentukan kualitas
pengungkapan.Pada kerangka teori ini, perusahaan dianggap memiliki informasi
sensitif yang sebaiknya tidak diungkapkan secara umum.Informasi tidak

8

Universitas Sumatera Utara

diungkapkan jika dapat memengaruhi kepemilikan entitas.Abbas dan Hamid
(2015) menguraikan bahwa pengungkapan informasi cenderung dibatasi untuk
menghindari utilisasi dari pesaing.Schneider dan Schoize (2011) menjelaskan
bahwa pengungkapan segmen dengan pendekatan manajemen yang diberikan oleh
perusahaan mungkin memiliki insentif untuk menyembunyikan segmen yang
detail jika perusahaan menghadapi persaingan langsung.Manajer cenderung
kurang mengungkapkan informasi segmennya apabila informasi tersebut
memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh pesaingnya. Dengan kata lain, akan
timbul biaya kepemilikan apabila terungkapnya informasi keuangan yang dapat
diutilisasi oleh pesaing sehingga mengakibat kerugian pada perusahaan secara
kompetitif. Sebagai hasil dari kedua kerangka teori tersebut, keputusan manajer
untuk menghasilkan kualitas informasi segmennya akan cenderung dibatasi oleh
pengaruh agensi dan kepemilikan. Lalu pada teori sinyal, segmen dapat
diungkapkan dengan pertimbangan bahwa pihak manajemen memercayai
informasi segmen tersebut bisa berguna bagi pihak eksternal dalam menilai
kualitas

pengungkapan

menyediakan

konsep

segmen
yang

yang

lebih

mendasari

baik.Kerangka

teori

pengungkapan.Shelhata

sinyal
(2014)

menguraikan bahwa pengungkapan adalah suatu alat sinyal untuk menilai
perusahaan. Jika informasi segmen dihubungan dengan teori sinyal, perusahaan
akan mengungkapkan lebih baik informasi segmennya sebagai upaya sinyal bagi
para investor. Ada dua upaya sinyal yang digunakan dalam penelitian ini, di
antaranya adalah kinerja perusahaan dan diversifikasi usaha.Kinerja perusahaan
yang mampu menghasilkan laba bersih dianggap mampu memberi sinyal secara

9

Universitas Sumatera Utara

periodik kepada pihak eksternal dengan pengungkapan informasi segmen yang
berkualitas.Pada upaya sinyal usaha yang lebih spesifik, peningkatan kualitas
informasi segmen yang baik diungkapkan oleh perusahaan dengan jumlah
diversifikasi usaha yang lebih luas (Abbas dan Hamid, 2015).Oleh karena itu,
peningkatan segmen usaha yang diungkapkan oleh perusahaan dapat menandakan
pengungkapan segmen yang lebih berkualitas.Hal ini yang mendasari peneliti
untuk memilih perusahaan multinasional sebagai sampel penelitian karena
perusahaan multinasional cenderung memiliki rantai bisnis(business chain) yang
luas, yang merupakan sebuah esensi dari diversifikasi usaha itu sendiri.
Salah satu perbedaan signifikan penelitian ini dengan penelitian yang
terdahulu adalah peneliti mengkaitkan hubungan antara pengungkapan segmen
yang diisyaratkan oleh IFRS 8 dengan tindakan pajak agresif.Pajak merupakan
salah satu elemen penting dalam suatu negara yang berperan sebagai penopang
pertumbuhan dan perkembangan semua aspek yang ada.Bagi negara, pajak
merupakan sumber pendapatan utama, namun bagi perusahaan, pajak adalah
beban signifikan yang harus dikeluarkan yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan (Masri dan Martani, 2012).Beban signifikan ini tentunya dapat
mengurangi jumlah penghasilan yang diperoleh perusahaan.Oleh karena itu,
terdapat kemungkinan perusahaan melaporkan pembayaran pajak kurang dari
semestinya, sehingga pendapatan perusahaan menjadi lebih optimal.Bila hal
tersebut terjadi, maka dapat di indikasikan bahwa perusahaan telah melakukan
tindakan pajak agresif.Tindakan pajak agresif merupakan sebuah diskresi laba
yang dimainkan oleh manajer melalui perencanaan pajak guna pembayaran pajak

10

Universitas Sumatera Utara

yang lebih rendah.Manajer yang mengungkapkan pelaporan segmen yang
berkualitas dianggap telah meningkatkan kualitas pengungkapan informasi
keuangannnya, termasuk informasi yang terkait dengan pembayaran pajak, dan
melakukan perencanaan pajaknya dengan baik.Perusahaan dianggap telah
sepenuhnya mematuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku dan menghindari
risiko tinggi yang timbul dari tindakan pajak agresif seperti sanksi berupa denda
yang tinggi, hingga rusaknya image perusahaan di mata publik.Manajer
sepenuhnya percaya bahwa kepatuhan akan perundang-undangan pajak tidak
selalu hanya berkaitan dengan peningkatan beban perusahaan, melainkan sebuah
tindakan represif terhadap hukum yang akan memberatkan perusahaan nantinya.
Lynch et al. (2014) menyimpulkan secara empiris bahwa manajer perusahaan
yang mengungkapkan informasi keuangan nya dengan baik cenderung melakukan
perencanaan pajak dengan baik pula.Ketika manfaat dari peningkatan kualitas
pengungkapan informasi keuangan melampaui manfaat dari Tax Avoidance itu
sendiri, maka tindakan pajak agresif pun turut diminimalisasikan.
1.2

Rumusan Masalah
Fenomena esensialnya informasi segmen yang dibutuhkan oleh para

pengguna laporan keuangan, khususnya informasi segmen yang relevan dengan
penyajian internal dan pelaporan eksternal, membuat standar akuntansi mengenai
pengungkapan yaitu IFRS 8 tiada henti terus mengalami revisi guna memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan. Namun seperti yang sudah di uraikan
sebelumnya, pengukuran kualitas pengungkapan segmen dengan menggunakan
standar acuan IFRS 8 di nilai kurang representatif

dengan keadaan kualitas
11

Universitas Sumatera Utara

pengungkapan segmen yang sebenarnya di karenakan IFRS 8 adalah bagian
pernyataan IFRS yang bersifat principle-based sehingga keputusan untuk
menyediakan informasi segmen yang diisyaratkan oleh IFRS 8 masih
menyediakan suatu opsi untuk manajer. Hal ini yang mendorong manajer untuk
bersikap oportunis (memanfaatkan celah) yang timbul dari masalah moral hazard
pada setiap perilaku manajer.Oleh karena itu, keputusan untuk menyediakan
informasi segmen secara meningkat atau menurun tidak hanya bergantung pada
pemberlakuan standar baru yang kemudian dihubungkan pengaruhnya dengan
karakteristik perusahaan (Fadhil dan Siregar, 2013; Ibrahim, 2014; Lucchese dan
Carlo, 2012; Palupi, 2013; Pardal dan Morais, 2012; Saarilouma, 2013),
melainkan juga ada suatu pilihan kebijakan secara internal yang ditentukan oleh
manajer dalam suatu perusahaan. Pilihan untuk meningkatkan atau membatasi
kandungan informasi segmen dianalisis sebagai bentuk perilaku pengungkapan
segmen yang dilakukan oleh manajer (Abbas dan Hamid, 2015).Oleh karena itu,
keputusan untuk menyediakan informasi segmen dengan cara meningkatkan atau
membatasi informasi segmen sepenuhnya menjadi pilihan kebijakan interntal
yang ditentukan oleh manajer. Pilihan yang memengaruhi kualitas pengungkapan
segmen dianalisis dalam penelitian ini.Teori keagenan dan teori kepemilikan
merupakan motif manajer yang mendasari keputusannya atas kebijakannya dalam
mengungkapkan informasi segmen.
Kemudian, pengungkapan yang dimandatkan (mandatory) membuat
pengungkapan segmen telah ditentukan sebelumnya oleh standar, namun
perusahaan dapat bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pengungkapan

12

Universitas Sumatera Utara

segmen yang lebih baik jika perusahaan menganggap pengungkapan mandatory
masih kurang efektif menyediakan kualitas pengungkapan segmen bagi pengguna
eksternal laporan keuangan. Agar para pihak eksternal bisa memperoleh sinyal
yang lebih informatif untuk menilai kualitas pengungkapan segmen setelah
menerapkan PSAK 5 Segmen Operasi, kinerja perusahaan dan diversifikasi usaha
dapat menjadi upaya sinyal sehingga pihak eksternal khususnya investor mampu
menandai perusahaan yang lebih berkualitas dalam mengungkapkan informasi
segmennya.
Perusahaan akan memperoleh manfaat jika pengungkapan segmennya
lebih berkualitas. Pengungkapan segmen telah dikembangkan sebagai salah satu
pengungkapan khusus yang diperlukan dalam laporan keuangan tahunan. Para
investor akan lebih mudah melakukan keputusan investasinya jika perusahaan
mengungkapkan kualitas pengungkapan segmen yang baik.
Perusahaan tentu menginginkan pembayaran pajak yang relatif rendah
untuk meningkatkan laba bersihnya tidak terkecuali perusahaan multinasional.
Perusahaan multinasional yang memiliki banyak cabang tentu menginginkan tarif
pajak yang rendah untuk mengurangi beban perusahaannya. Hal ini memicu
terjadinya penghindaran pajak yaitu dengan memanfaatkan celah yang ada dalam
Undang-Undang Perpajakan sehingga perusahaan dapat membayar pajak sesuai
dengan perencanaan pajak (tax planning) yang telah dilakukan.Namun, manajer
yang

mengungkapkan

pelaporan

segmen

yang

berkualitas

cenderung

meningkatkan pengungkapan informasi keuangannya, termasuk informasi sensitif
yang berkaitan dengan pajak sehingga meningkatnya risiko terdeteksi (detection
13

Universitas Sumatera Utara

risk).Tingginya risiko terdeteksi ini menyebabkan biaya terduga (expected cost)
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) menjadi tinggi
yang tentu menghasilkan tindakan pajak agresif yang lebih rendah.Berdasarkan
uraian tersebut, tentu kualitas pengungkapan segmen memiliki peranan krusial di
dalam tindakan agresif pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pengungkapan
segmen melalui teori keagenan, teori kepemilikan dan teori sinyal.Selanjutnya,
penelitian ini juga mengkaji hubungan antara pengungkapan segmen yang
diisyaratkan oleh IFRS 8 dengan tindakan pajak agresif.Dalam penelitian ini
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengungkapan segmen itu
sendiri yaitu biaya agensi, biaya kepemilikan, kinerja perusahaan dan diversifikasi
usaha. Dalam meneliti hubungan pengungkapan segmen dengan tindakan pajak
agresif, peneliti menggunakan ukuran perusahaan (size) dan rasio hutang
(leverage) sebagai variabel pengendali.Tindakan pajak agresif dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan pengukuran Tax Avoidance (Penghindaran
Pajak).Peneliti tidak menggunakan pengukuran Tax Evasion (Pengelakan Pajak)
karena Tax Evasion merupakan suatu tindakan yang sangat sulit untuk dideteksi
karena sudah menyangkut masalah hukum.
Berdasarkan rumusan yang sudah dijelaskan di atas, masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :

14

Universitas Sumatera Utara

1. Apakah Biaya Agensi mempengaruhi Kualitas Pengungkapan Segmen
pada perusahaan multinasional di Indonesia?
2. Apakah Biaya Kepemilikan mempengaruhi Kualitas Pengungkapan
Segmen pada perusahaan multinasional di Indonesia?
3. Apakah Kinerja Perusahaan mempengaruhi Kualitas Pengungkapan
Segmen pada perusahaan multinasional di Indonesia?
4. Apakah Diversifikasi Usaha mempengaruhi Kualitas Pengungkapan
Segmen pada perusahaan multinasional di Indonesia?
5. ApakahKualitas Pengungkapan Segmen mempengaruhi Tax Avoidance
pada perusahaan multinasional di Indonesia?
1.3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk

menganalisis

pengaruh

Biaya

Agensi

terhadap

Kualitas

Pengungkapan Segmen
2. Untuk menganalisis pengaruh Biaya Kepemilikan terhadap Kualitas
Pengungkapan Segmen
3. Untuk menganalisis pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Kualitas
Pengungkapan Segmen
4. Untuk menganalisis pengaruh Diversifikasi Usaha terhadap Kualitas
Pengungkapan Segmen
5. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pengungkapan Segmen terhadap
Tax Avoidance

15

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tujuan di atas, maka kontribusi yang dapat diberikan oleh
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti dan mengembangkan ilmu yang telah
diperoleh, khususnya bidang keuangan dan perpajakan.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah referensi sebagai perbandingan yang akan datang dalam
penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan informasi segmen dan
perpajakan mengenai perusahaan multinasional.
3. Bagi Perusahaan Multinasional dan Manajemen
Diharapkan manajemen perusahaan lebih transparan dan benar dalam
mengungkapkan informasi mengenai perusahaan terutama segmen yang
dimiliki, mengingat esensi dari informasi segmen tersebut bagi analis dan
investor dan sekaligus tetap melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib
Pajak dan menghindari kasus pengelakan pajak (tax evasion).
4. Bagi Analis dan Investor
Diharapkan pengungkapan informasi segmen menjadi semakin berguna
dan dapat dijadikan bahan acuan dan pertimbangan dalam melakukan
analisis bagi para pengguna laporan keuangan perusahaan khususnya
analis dan investor.

16

Universitas Sumatera Utara

1.4

Sistematika Penelitian
Bagian sistematika penelitian ini mencakup uraian ringkas dari materi

yang akan dibahas dalam skripsi ini. Penelitian disusun dalam bentuk skripsi
yang akan dibagi ke dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas keseluruhan isi skripsi. Di dalamnya terdapat uraian
latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematikan pembahasan skripsi yang berupa
uraian singkat mengenai bab-bab skripsi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tinjauan pustakan yaitu teori-teori yang relevan
dengan masalah penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis, dan model
penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, variabel yang
digunakan dalam penelitian dan pengukurannya, definisi operasional
variabel, populasi, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data
yang digunakan.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini diawali dengan deskriptif dari data tiap-tiap variabel yang
menunjang pembahasan hasil penelitian. Kemudian dibahas mengenai
analisis data dan pembahasan hasil penelitian.

17

Universitas Sumatera Utara

BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saransaran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian.

18

Universitas Sumatera Utara