Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Nutrisi Se Masa Kehamilan di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengetahuan

2.1.1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang
dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan terbagi atas enam tingkatan yang dicapai dalam domain
kognitif, yaitu :

1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, karena
mengukur pengetahuan seseorang dapat dilakkan dengan cara menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya.

2.

Memahami (Comprehention)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat melaksanakan materi tersebut secara
benar, seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3.


Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya atau penggunaan hukumhukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.

4.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menerangkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,
membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5.

Sintesa (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari

berbagai informasi yang ada misalnya dapat menyusun, menggunakan,
meringkas dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
1.

Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a. Cara coba–salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Cara coba coba

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

beberapa

kemungkinan

dalam

memecahkan masalah. Apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
b. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan.
c. Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional
saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah
diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran

yang mutlak. Sumber

pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan
lain sebagainya.
d. Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e. Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense terkadang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang
masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks
pendidikan.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh

pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak.
g. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat melalui
proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
h. Melalui jalan pikiran
Manusia mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh

pengetahuan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataanpernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus.

2.

Cara ilmiah atau modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian
(research metodology). Bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

mengadakan observasinlangsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini
mencakup tiga hal pokok :
a. Segala sesuatu yang positif yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubahubah pada kondisi-kondisi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)
adalah:
1.


Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitianpenelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung
sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula
ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh
dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.
2.

Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin
berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang

baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.

3.

Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4.

Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status
ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin mudah
dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

5.


Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila
hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki
juga akan bertambah.
6.

Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai
hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan
misalnya sering mengikuti organisasi.

2.2.

Kehamilan


2.2.1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi (Wiknjosastro, et al, 2012). Proses kehamilan merupakan
matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, et al, 2010).
2.2.2. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan
a.

Amenorrhoea
Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada tanggal yang

diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid teratur dan mendadak berhenti,
ada kemungkinan hamil. Tetapi meskipun demikian sebaiknya ditunggu selama 10
hari sebelum memeriksakan diri ke dokter. Karena sebelum masa itu sulit untuk
memastikan adanya kehamilan.

Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada umumnya
memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan bukanlah satu-satunya penyebab
keterlambatan haid. Haid dapat tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit
tertentu, dan juga akibat makan obat-obatan tertentu.
Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi juga sering
menjadi penyebab keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai siklus
normal.

b.

Perubahan pada payudara
Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang haid. Bila

terjadi kehamilan, gejala pemadatan bersifat menetap dan semakin bertambah.
Payudara menjadi lebih padat, kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa
berdenyut dan kesemutan pada puting susu.
Perubahan di atas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita, estrogen, dan
progesterone yang dihasilkan oleh uri (plasenta). Hormon-hormon ini menyebabkan
saluran dan kantong kelenjar susu membesar, dan tertimbun lemak di daerah
payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut disebabkan oleh bertambahnya aliran darah
yang mengaliri payudara.
c.

Mual dan muntah-muntah
Kira-kira separuh dari wanita yang hamil mengalami mual dan muntah-

muntah, dengan tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup ringan dan terjadi dipagi
hari (morning sickness). Penyebabnya tidak diketahui, tetapi juga dapat disebabkan
oleh karena peningkatan kadar hormon yang diproduksi selama hamil. Sesudah 12
minggu gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena tubuh sudah menyesuaikan
diri.
d.

Sering kencing
Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kantong kencing cepat penuh.

e.

Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Wanita Hamil

- Berhenti menstruasi
- Letih dan mudah mengantuk
- Sering buang air kecil
- Mual dengan atau tanpa muntah
- Rasa panas dalam perut dan menggangu pencernaan
- Enggan makan dan mengidam
- Pembesaran pada payudara (Stoppard, 2006)

2.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
1.

Trimester pertama (0-12 minggu)
Trimester pertama ini ditandai dengan pembelahan sel (hiperplasia) dan

pembesaran sel (hipertrofi) untuk proses diferensiasi. Pada minggu ke-12 gestasi,
uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, dan panjang kepala-bokong janin
adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan telah timbul pada sebagian besar tulang
janin, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi. Kulit dan kuku telah
berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar. Genitalia eksterna mulai
memperlihatkan tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Janin mulai
melakukan pergerakan spontan (Cunningham, et al, 2009).
Pada akhir trimester pertama, sebagian besar organ telah terbentuk dan janin
sudah terasa bergerak. Pada masa ini ibu mungkin kurang nafsu makan atau merasa
mual dan ingin muntah, di saat-saat ini mutu gizi makanan lebih penting dari jumlah
makanan (Almatsier, et al, 2011).
2.

Trimester kedua (12-28 minggu)
Pada awal trimester II berat janin kurang lebih mencapai 30 gram. Pada saat

ini, lengan, tangan, kaki, jari, dan telinga telah terbentuk. Janin mulai membentuk

lekuk-lekuk pada rahang untuk mempersiapkan penempatan gigi. Denyut jantungnya
sudah dapat dideteksi dengan stetoskop (Almatsier, et al, 2011).
Pada akhir trimester kedua, panjang kepala-bokong sekitar 25 cm, dan berat
janin sekitar 1100 gram. Bentuk tubuh janin saat ini sudah menyerupai bayi dan bayi
normal yang dilahirkan pada usia ini memiliki 90% kemungkinan untuk bertahan
hidup tanpa hendaya fisik atau neurologis (Cunningham, et al, 2009).
3.

Trimester ketiga (28-40 minggu)
Memasuki trimester ketiga, berat janin kurang lebih 1 kg. Pada minggu ke-36

sampai minggu ke-40 gestasi, berat bayi biasanya mencapai 2500-3400 gram dengan
panjang sekitar 32-36 cm. Pada akhir trimester ketiga merupakan periode saat janin
dianggap aterm menurut usia kehamilan dan janin telah berkembang sempurna
(Cunningham, et al, 2009).

2.2.4. Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan yang Berhubungan Dengan
Nutrisi
1.

Perubahan metabolik
Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam hormon selama

masa kehamilan, termasuk tiroksin, adrenokortikal dan hormon seks, maka laju
metabolisme basal pada wanita hamil meningkat sekitar 15 % selama mendekati masa
akhir dari kehamilan. Sebagai hasil dari peningkatan laju metabolisme basal tersebut,
maka wanita hamil sering mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan. Selain itu,
karena adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih
besar daripada normal (Guyton, 2006). Diperkirakan selama kehamilan berat badan
akan bertambah 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan
20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan disebabkan oleh: 1) hasil konsepsi: fetus,
plasenta, dan likuor amnii; dan 2) dari ibu sendiri: uterus dan mamma yang
membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan
akhirnya adanya retensi air (Wiknjosastro, et al, 2012).

Asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat agar peningkatan berat badan
pada ibu hamil juga adekuat. Peningkatan berat badan yang kurang selama kehamilan
dapat menyebabkan luaran bayi BBLR yang dapat menyebabkan kematian. Di sisi
lain, obesitas ibu atau asupan nutrisi yang terlalu banyak selama kehamilan dapat
menyebabkan IUGR (Intrauterine Growth Retardation). Oleh karena itu, pemenuhan
nutrisi yang tepat sangat penting selama kehamilan.

Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan berdasarkan IMT
Kategori
IMT
Rendah
29
Gemeli
Sumber : Ilmu Kebidanan, 2012

2.

Rekomendasi (kg)
12,5-18
11,5-16
7-11,5
≥7
16-20,5

Volume dan Komposisi Darah
Peningkatan volume darah pada kehamilan dinyatakan dalam persentase

terhadap wanita yang tidak hamil, yaitu sekitar 35-40%, peningkatan volume plasma
sekitar 45-50%, volume sel darah merah sekitar 15-20% pada trimester ketiga.
Karena pembesaran sel darah merah secara proporsional kurang dari peningkatan
plasma, maka kadar hemoglobin dan hematokrit terlihat sangat menurun. Kadar Hb
dan Ht ini menurun pada trimester kedua kehamilan kemudian meningkat lagi pada
trimester ketiga oleh karena itu, penurunan kadar Hb dan Ht memungkinkan untuk tes
penyaringan wanita hamil terhadap anemia. Kadar dalam plasma dari kebanyakan
fraksi lemak, termasuk trigliserol, VLDL, LDL, dan HDL meningkat selama
kehamilan (As’ad, 2002).
3.

Fungsi Ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan penyaringan glomerulus

(glomerulus

filtration rate) sampai 69%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan sirkulasi darah di

ginjal selama kehamilan (Wiknjosastro, et al, 2012). Selain itu, peningkatan
penyaringan glomerulus ginjal mungkin juga disebabkan karena menurunnya tekanan
osmotik. Penurunan tekanan osmotik terjadi karena adanya penurunan albumin serum
selama kehamilan (Almatsier, et al, 2011). Peningkatan penyaringan glomerulus ini
memperberat kerja tubulus ginjal dalam penyerapan nutrisi, sehingga pada kehamilan
normal dapat terjadi kehilangan glukosa dan protein dalam urin. Oleh karena itu,
asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat sehingga tidak terjadi kekurangan energi
dan protein.
4.

Sistem Pencernaan
Pada bulan-bulan pertama akan terdapat perasaan mual. Hal ini mungkin

disebabkan peningkatan kadar estrogen. Tonus-tonus otot sistem pencernaan
menurun, sehingga motilitasnya pun berkurang (Wiknjosastro, et al, 2012). Hal ini
baik untuk resorpsi, namun lebih lamanya makanan dicerna dan diserap dapat
menimbulkan beberapa keluhan. Berkurangnya gerak saluran cerna dapat
meningkatkan resiko arus balik ke esofagus. Pola makan selama kehamilan harus
diperhatikan agar meskipun motilitas saluan cerna berkurang, refluks ke esofagus
tidak terjadi. Di samping itu, absorpsi air di usus besar meningkat, sehingga feses
lebih keras yang menimbulkan konstipasi (Almatsier, et al, 2011). Oleh karena itu,
ibu hamil perlu mengkonsumsi serat yang cukup untuk mengatasi konstipasi.

2.3.Gizi Ibu Hamil
2.3.1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi. (Supariasa, et al, 2002). Gizi meliputi pengertian yang luas, tak hanya
mengenai jenis-jenis pangan dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenai cara-

cara memperoleh serta mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat
(Werner, et al, 2010).
Zat gizi juga dapat dibagi dalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi
makro terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Satu gram karbohidrat atau protein
menghasilkan 4,1 kkal energi, sedangkan satu gram lemak menghasilkan 9,3 kkal
energi (Almatsier, et al, 2011). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII 2004
menganjurkan perbandingan komposisi energi berasal dari karbohidrat, protein, dan
lemak secara berurutan adalah 50-60%, 10-20%, dan 20-30%.
Zat gizi mikro terdiri dari vitamin, mineral, dan air. Vitamin dan mineral
berperan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh. Air berperan sebagai pelarut
dan pelumas dalam tubuh, dan sebagai alat transport zat-zat gizi serta sisa-sisa
pencernaan dan metabolisme (Almatsier, et al, 2011).

2.3.2. Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan
a.

Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat.

Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh
darah, dan jaringan yang baru (Almatsier, 2009). Total kumulatif kebutuhan energi
jaringan dan perkiraan kebutuhan energi selama masa kehamilan dapat berasal dari
tinggi rendahnya perkiraan cadangan lemak ibu, perubahan pola aktivitas dan
efisiensi energi selama kehamilan (As’ad, 2002). Kebutuhan energi yang tinggi
paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan
minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber
karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier, 2009).
b.

Protein
Pertambahan protein dibutuhkan pada masa kehamilan untuk menutupi

perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin, plasenta dan jaringan maternal
(As’ad, 2002). Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan
sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr.

Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Bahan
makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga
yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier,
2009).
c.

Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin

dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan
senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200
mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak
300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta,
450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika
melahirkan (Arisman, 2004). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004
menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan pada trimester ketiga.
Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester
ketiga adalah 39 mg/hari.
Ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang
terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam
produk-produk nabati (Aritonang, 2010). Makanan dari produk hewani seperti hati,
ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh
kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati
yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau
lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya.
Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari
(Almatsier, 2009).

Makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil
diantaranya sebagai berikut :
1.

Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging,
sayur, dan buah yang kaya vitamin C.

2.

Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi
(Aritonang, 2010).
Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yangmenginjak

usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena
itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status
gizinya sudah baik.
d.

Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme

beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam
sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010). Selain itu asam folat juga dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang
dan untuk pendewasaannya (Almatsier, 2009). Sekitar 24-60% wanita baik di negara
berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena
kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat berkaitan dengan
tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur,
pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200
μg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen.
Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari
pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 μg per hari,
masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang
banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.
e.

Kalsium

Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang pertumbuhan
tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk
membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium
tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang
ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis. Kadar vitamin
D haruslah adekuat, dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D untuk
mencapai asupan sebesar 10 µ r/hari (Barasi, 2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150
mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian kebutuhan kalsium
yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi
sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk
olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan
menyebabkan tekanan darah ibu menjadi meningkat.
f.

Zat gizi lain
Kebutuhan vitamin A, vitamin C, yodium, selenium, dan mangan meningkat

selama kehamilan. Vitamin A berperan dalam penglihatan, sistem imun, dan
diferensiasi sel. Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa hati, lemak
hewan, susu, mentega, kuning telur, serta makanan nabati dalam bentuk pro vitamin
A (karoten) berupa sayuran serta buah-buahan. Kebutuhan vitamin C meningkat
selama kehamilan. Fungsi utama vitamin C dalam tubuh adalah membantu
penyerapan zat besi, menjaga kondisi tulang, gigi, dan darah, serta bekerja sama
dengan vitamin E dan beta karoten untuk melawan radikal bebas. Sumber vitamin C
adalah sayuran hijau dan buah-buahan seperti jeruk, nenas, mangga, dan lain-lain.
Kekurangan vitamin C merupakan salah satu faktor resiko kelahiran prematur.
Yodium merupakan bagian penting dari hormon tiroid. Hormon tiroid berperan
dalam pembentukan myelin sistem saraf sentral. Kekurangan yodium dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Dampak setelah lahir dapat berupa gangguan mental,
pendek atau kretinisme, tuli, dan kejang-kejang. Pencegahan kekurang yodium
dengan memakai garam yang difortifikasi dengan yodium. Selain itu, yodium banyak

terdapat pada ikan, udang, kerang, ganggang laut, dan lain-lain. Kekurangan yodium
dapat berakibat keguguran, retardasi mental dan kretinisme.
Selenium dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase
sebagai antioksidan yang mencegah pembentukan radikal bebas. Selain itu, selenium
juga bekerja sama dengan enzim yang merubah hormon tiroid menjadi bentuk
aktifnya. Selenium terdapat pada makanan hasil laut, daging, hati, dan lain-lain.
Mangan berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme karbohidrat,
metabolisme lipid, membantu sintesis ureum, dan pembetukan jaringan ikat dan
tulang. Sumber mangan adalah makanan nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran,
serealia, dan lain-lain (Almatsier, et al, 2011).

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil
Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan,
karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya.
Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan
konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat
kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Baliwati, et al, 2004).
1.

Tabu Makanan (Pantangan)
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan

tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya.
Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut
mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, larangan
agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.
Di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan,
pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif
terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi
kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang
(Sediaoetama, 1999).

2.

Penghasilan dan Pendidikan
Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi

kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam
mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya
penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang
dalamenyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa, et al,
2002).
3.

Status gizi ibu hamil
Ibu hamil yang sakit memerlukan perhatian gizi yang lebih dibandingkan ibu

hamil yang sehat. Stres dan kecemasan yang dialami wanita 6 bulan sebelum
kehamilan atau saat kehamilan dapat meningkatkan resiko berbagai komplikasi, salah
satunya adalah BBLR. Hal ini diduga karena stres dan cemas meningkatkan
pelepasan hormon yang merangsang metabolisme, sehingga kebutuhan energi
meningkat (As’ad, 2002).
4.

Pengetahuan ibu hamil mengenai gizi berserta makanannya
Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tentang gizi akan lebih

memperhatikan

makanannya

dibandingkan

dengan

ibu

hamil

yang

tidak

berpengetahuan gizi. Perilaku sadar gizi ibu hamil juga lebih bertahan lama bila
didasari pengetahuan dibandingkan yang tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang
diterima oleh seseorang (Notoadmodjo, 2003).

2.3.4. Asupan yang Perlu Dihindari Selama Kehamilan
1.

Alkohol
Bayi yang lahir dari ibu pecandu alkohol menunjukkan lingkar kepala

berukuran kecil (microcephal), kelainan-kelainan pada wajah berupa pipi kurang

melengkung, retak-retak kecil pada kelopak mata, lipatan-lipatan pada sudut mata,
hidung pesek, bibir tipis hingga sumbing, kelainan bentuk telinga, rahang bawah
kecil, serta gangguan jantung dan sistem saraf sentral yang disertai gangguan
pertumbuhan dan mental. Kondisi ini disebut fetal alcohol syndrome (FAS).
Mekanismenya mungkin karena alkohol masuk ke dalam plasenta dan menumpul
dalam jumlah tinggi dalam janin. Pendapat lain mengatakan peminum alkohol sering
tidak mempunyai nafsu makan sehingga kekurangan gizi selama kehamilannya
(Almatsier, et al, 2011).
2.

Merokok
Ibu hamil yang merokok sering menghasilkan janin yang mengalami hambatan

pertumbuhan. Resiko BBLR pada ibu hamil yang merokok hampir dua kali lipat
daripada ibu hamil yang tidak merokok. Selain itu, pengaruh lainnya dapat berupa
lahir prematur dan keguguran (Almatsier, et al, 2011). Wanita yang merokok
beresiko berat badan sebelum hamil rendah, pertambahan berat badan selama hamil
rendah, dan BBLR. Hal ini mungkin karena merokok merangsang simpatis, sehingga
meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, metabolisme dan lipolisis, sehingga
menyebabkan kebutuhan energi wanita yang merokok lebih besar dari wanita yang
tidak merokok.
3.

Kafein
Anjuran untuk mengurangi atau tidak mengkonsumsi kafein selama hamil

masih merupakan hal yang kontroversial. Penelitian epidemiologis pada ibu hamil
yang banyak mengkonsumsi kafein menunjukkan kemungkinan bayi lahir dengan
BBLR dan keguguran. Dianjurkan agar ibu hamil membatasi minuman yang
mengandung kafein seperti kopi, teh, cola, dan minuman ringan lainnya (Almatsier, et
al, 2011).

4.

Junk food dan makanan tinggi kalori lainnya
Ibu hamil lebih baik mengkonsumsi makanan yang tidak hanya tinggi kalori

namun juga padat gizi. Makanan yang hanya tinggi kalori dapat meningkatkan

kenaikan berat badan yang lebih besar dari yang seharusnya (Siswosuharjo, et al,
2010).
5.

Makanan mentah atau setengah matang
Makanan seperti ini dapat mengandung bakteri, diantaranya E. coli, salmonella,

dan toksoplasma. (Siswosuharjo, et al, 2010)
6.

Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan dalam kehamilan didasari oleh penggolongan obat

berdasarkan FDA (Food and Drug Administration), beserta kontraindikasi obat.
Penggolongan obat berdasarkan FDA yaitu:
a. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada
janin pada kehamilan trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko
terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk
membahayakan janin.
b. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh
pada

ibu

hamil.

Studi

terhadap

reproduksi

binatang

percobaan

memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak
didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan
ditemukan bukti adanya pada kehamilan trimester berikutnya).
c. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin (teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang
percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini
hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya
resiko yang terjadi pada janin.

d. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang
diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu
digunakan untuk mengatasi kondisi yang mengancam jiwa atau penyakit
serius bilamana obat yang lebih aman tidak digunakan atau tidak efektif.
e. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya
abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin.
Besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-jelas melebihi
manfaat

terapeutiknya.

Obat

yang

masuk

dalam

kategori

ini

dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan
hamil.