Bab II Kondisi Daerah
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
(RKPD) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2016
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1Kondisi Umum Daerah
2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis
2.1.1.1
Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan Ibukota Banjarmasin terdiri
atas 11 kabupaten dan 2 kota, terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33'
28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan, memiliki
luas wilayah hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara
keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2 dengan batas –batas :
sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah
sebelah timur dengan Selat Makasar,
sebelah selatan dengan Laut Jawa
sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.
Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah
pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan. Kemiringan tanah
dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 % wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2 %.
Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:
0 - 2%
: 1.625.384 Ha (43,31%)
>2 - 15%
: 1.182.346 Ha (31,50%)
>15 - 40%
: 714.127 Ha (19,02%)
>40%
: 231.195 Ha (6,16%)
Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK),
Latosol, Litasol, Podsolik Merah Kuning Litosol, Komplek Podsolik Merah
Kuning Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan,
dan Alluvial.
Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai
tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam
Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai
Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan
sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada
pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Provinsi Kalimantan Selatan
dalam Angka Tahun 2013 diketahui bahwa penggunaan lahan di
Kalimantan Selatan didominasi oleh hutan seluas 1.613.431
Ha,sedangkan sisanya adalah penggunaan lahan untuk kampung
(permukiman) seluas 59.690 Ha, industri seluas 2.489 Ha,
pertambangan 42.611 Ha, sawah seluas 426.064 Ha, pertanian tanah
kering semusim seluas 60.150 Ha, kebun campur seluas 171.602 Ha,
perkebunan seluas 441.448 Ha, padang (semak, alang-alang, rumput)
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
seluas 826.130 Ha, perairan darat seluas 45.728 Ha, tanah terbuka
seluas 3.712 Ha, dan lain-lain seluas 59.997 Ha. Untuk lebih jelasnya
mengenai persentase penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Selatan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar II. 1 Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Selatan
Lain-lain;
Tanah Terbuka;
0.10%1.60% Kampung; 1.59%
Industri;
0.07% 1.14%
Pertambangan;
Perairan
Darat;
1.22%
Sawah; 11.35%
Pertanian Tanah Kering
Semusim; 1.60%
Hutan; 42.99%
Kebun Campuran; 4.57%
Perkebunan; 11.76%
Padang (semak, alangalang, rumput);
22.01%
Sumber : Data Pembangunan Prov. Kalsel 2011, Diolah kembali
2.1.1.2
Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi Pengembangan Wilayah dievaluasi dari unsur-unsur
potensi geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan, sektor
pendukung, sektor investasi, keuangan dan pembiayaan, dan
pendukung dan transportasi.
Potensi pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
didekati dengan kebijakan perwilayahan. Kebijakan perwilayahan
didasarkan atas efektivitas pembangunan di seluruh Provinsi dan untuk
mensinkronkan pembangunan berbagai sektor andalan yang akan
dikembangkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota agar
pengembangannya tidak saling tumpang tindih satu sama lain,
sehingga potensi yang dimiliki masing-masing daerah dapat
dikembangkan secara optimal dan terintegrasi. Pengembangan potensi
secara spasial dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan
strategis provinsi.
Kawasan strategis wilayah Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Kawasan Strategis
Nasional dimaksud Kawasan Strategis Nasional Dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) Batulicin. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) sebagaimana
dimaksud terdiri atas (1) Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi; (2) Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup; (3) Kawasan Strategis Dari
Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara.
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
terdiri atas:
a. Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah
administrasi
pemerintahan
Kota
Banjarmasin
(Kecamatan
Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah,
Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara), Kota Banjarbaru (Kecamatan
Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang,
Cempaka), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar,
Gambut, Sungai Tabuk, Aluh- Aluh, Beruntung Baru dan Martapura,
Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Mataraman, Karang
Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak,
Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen,
Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Bati-Bati,
Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur);
b. Kawasan Rawa Batang Banyu yang meliputi wilayah administrasi
pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Balawang,
Barambai, Cerebon, Wanaraya, Bakumpai, Tabukan, Kuripan),
sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Simpang Empat), sebagian
Kabupaten Tapin (Kecamatan Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara
dan Tapin Tengah), sebagian Kabupaten Hulu Sungai Selatan
(Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara, Kalumpang ), Kabupaten Hulu
Sungai Utara (Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai Pandan,
Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang),
sebagian Kabupaten Tabalong (Kecamatan Pugaan, Banua Lawas,
Kelua, Muara Harus);
c. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), yaitu KTM Cahaya Baru di
Kabupaten Barito Kuala dan KTM Sengayam di Kabupaten Kotabaru;
d. Kawasan Perdagangan, Industri dan Jasa, yaitukawasan yang
berbasis pada pengembangan perdagangan, jasa dan industri dan
berpotensi menjadi kawasan ekonomi khusus yaitu di Kawasan Mekar
Putih dan Kawasan Pulau Lari-Larian di Kabupaten Kotabaru, Kawasan
Jorong (Kabupaten Tanah Laut) dan Kawasan Batulicin Kabupaten
Tanah Bumbu;
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan
Daya Dukung Lingkungan Hidup terdiri atas:
a. Kawasan Pegunungan Meratus, yaitu kawasan hutan lindung
yang memanjang dari Kabupaten Kotabaru sampai dengan
Kabupaten Banjar termasuk kawasan Tahura Sultan Adam.
b. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, kawasan terbuka
sepanjang pantai timur- tenggara wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan dengan berbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung
maupun budidaya di Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan
Kotabaru, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala;
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan
dan Keamanan Negara terdiri atas:
1) Kawasan tertentu di sepanjang pesisir pantai dan laut di Kabupaten
Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru sebagai
daerah pertahanan laut, daerah pendaratan, daerah basis militer,
daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, gudang
amunisi, daerah uji coba persenjataan dan daerah industri
pertahanan;
2) Kawasan tertentu di Pegunungan Maratus di Kabupaten Banjar, Tanah
Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai
Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, sebagai daerah pertahanan darat
dan daerah pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan
militer, daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi dan daerah uji
coba persenjataan;
3) Kawasan tertentu di Kota Banjarbaru dan Banjarmasin yang
diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba persenjataan.
Di dalam pengembangan potensi kewilayahan rancangan RTRW
Provinsi Kalimantan Selatan juga membentuk dalam pola ruang
kewilayahan. Pola ruang meliputi kawasan lindung yang terdiri atas:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
seperti kawasan hutan lindung di Pegunungan Meratus, kawasan
bergambut di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, dan resapan air
di sekitar kawasan hutan lindung.
b. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
kawasan sempadan mata air, kawasan terbuka hijau kota yang
lokasinya tersebar di Kabupaten/kota
c. Kawasan suaka alam di cagar alam (CA) Teluk Kelumpang, Selat Laut
dan Selat Sebuku, CA Teluk Pamukan, CA Sungai Lulan dan Sungai
Bulan, CA. Gunung Kentawan di Kabupaten Kotabaru; pelestarian
alam di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten
Banjar; Taman Wisata Alam (TWA) yang meliputi TWA Pleihari dan
TWA Batakan di Kabupaten Tanah Laut; TWA Pulau Bakut, TWA Pulau
Kembang di Kota Banjarmasin, TWA Jaro di Kabupaten Tabalong; dan
kawasan Suaka Margasatwa (SM) yang meliputi: SM Pelaihari, SM.
Muara Sungai Asam-Asam, SM Kuala Lupak di Kabupaten Tanah
Laut; SM Pulau Kaget di Kabupaten Barito Kuala;
d. Kawasan cagar budaya sebagaimana terdiri atas : Cagar Budaya
Candi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Situs Gua di Gunung Batu
Babi, Muara Uya di Kabupaten Tabalong.
e. Kawasan rawan tanah longsor meliputi Kabupaten Tabalong dan
Kabupaten Balangan sampai perbatasan Provinsi Kalimantan Timur,
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
Kotabaru;
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
f. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu KKLD Terumbu Karang
Bunati di Kabupaten Tanah Bumbu, Teluk Tamiang dan sekitarnya di
Kabupaten Kotabaru, Tanjung Dewa, Panyipatan, Tabanio, Takisung di
Kabupaten Tanah Laut;
g. Kawasan Konservasi Perairan Daratan (KKPD), yaitu KKPD Paminggir,
Danau Panggang dan Amuntai Selatan di Kabupaten Hulu Sungai
Utara, Kandangan, Daha Selatan, Daha Utara, Daha Barat,
Kelumpang, Simpur di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Bakarangan
di Kabupaten Tapin, Labuan Amas Utara di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
h. Kawasan Andalan terdiri atas:
(1)
Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya dengan
sektor unggulan: pertanian, perkebunan dan pariwisata.
(2)
Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan sekitarnya
dangan sektor unggulan: pertanian, industri,
perkebunan,
pariwisata, dan perikanan.
(3)
Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya dengan
sektor unggulan: perkebunan, kehutanan, pertanian, industri,
pariwisata, dan perikanan.
(4)
Kawasan Andalan Laut meliputi : Kawasan Andalan
Laut Pulau Laut dsk. dengan sektor unggulan: perikanan, dan
pertambangan.
i. Kawasan pertanian terdiri atas:
(1)kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (TPH)
meliputi kawasan TPH lahan basah dan kawasan TPH lahan kering
yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Selatan;
(2)kawasan pertanian TPH lahan basah terdiri dari kawasan
pertanian lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan pasang
surut dan lahan lebak;
(3)kawasan pertanian TPH lahan sawah irigasi dikembangkan hampir
di seluruh wilayah provinsi kecuali Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Barito Kuala;
(4)kawasan pertanian TPH lahan pasang surut tersebar pada wilayah
Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tapin, Kotabaru,
Tanah Bumbu dan Kota Banjarmasin membentuk sentra komoditas
padi dan hortikultura;
(5)kawasan pertanian TPH lahan lebak tersebar hampir di seluruh
wilayah provinsi kecuali Banjarmasin dan sebagain besar
membentuk sentra komoditas palawija dan hortikultura;
(6)kawasan pertanian TPH lahan kering tersebar hampir di seluruh
wilayah provinsi kecuali Kabupaten Hulu Sungai Utara, Barito
Kuala dan Kota Banjarmasin yang membentuk sentra komoditas
padi gogo, palawija dan hortikultura;
(7)menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk
mengendalikan alih fungsi kawasan pertanian.
(8)Pusat-pusat distribusi dan industri hasil pertanian di wilayah
Kabupaten-kabupaten Hulu Sungai Tengah, Banjar, Hulu Sungai
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu
j. Kawasan perkebunan terdiri atas:
(1)Perkebunan besar swasta maupun perkebunan besar pemerintah
meliputi kawasan perkebunan
yang tersebar di wilayah
Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu
Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru dan
Balangan yang pada umumnya membentuk sentra komoditas
kelapa sawit dan karet;
(2)Perkebunan rakyat meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di
wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu,
Kotabaru, Balangan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru yang
pada umumnya membentuk sentra komoditas karet, kelapa dalam
dan kepala sawit dari hasil perkebunan swadaya dan pola
kemitraan dengan perkebunan besar swasta;
k. Rencana pengembangan kawasan perikanan dan kelautan terdiri
atas:
(1)Kawasan Laut Pulau Laut dan sekitarnya di Kabupaten Tanah
Bumbu dan Kotabaru, Kawasan Laut Kintap – Asam-Asam dan
sekitarnya di Kabupaten Tanah Laut, Kawasan Laut Aluh-Aluh dan
sekitarnya di Kabupaten Banjar;
(2)Daerah tangkapan nener dan benur, yaitu Sungai Musang di
Kabupaten Banjar, Jorong s.d Sungai Cuka di Kabupaten Tanah
Laut, Tanjung Mangkok di Kabupaten Kotabaru;
(3)Daerah pendaratan ikan, yaitu Kuala Lupak, Aluh-Aluh, Kurau,
Pagatan Besar, Takisung, Kuala Tambangan, Batakan, Jorong,
Muara Asam-Asam, Muara Kintap, Sungai Danau, Sebamban,
Bunati, Sungai Loban, Pagatan, Batulicin, Pantai, Tanjung Batu,
Pudi, Tanjung Samalantakan, Hilir Muara, rampa, Semisir, Sebanti,
Lontar, Teluk Tamiang, Tanjung Seloka, Berangas, Sarang Tiuang,
Sungai Bali, Kerasian, Kerayaan, Birah-birahan, Marabatuan,
Pamalikan, Matasirih, Selambau, Sungai Taib;
(4)Danau Panggang dan Danau Bangkau sebagai reservat perikanan
darat.
(5)Budidaya laut berada di Lontar, Teluk Tamiang, Teluk Sirih, di
gugus Pulau;
(6)Budidaya tambak di pesisir timur Muara Kintap;
(7)Perikanan tangkap di wilayah Pantai Selatan Kalimantan;
l. Kawasan peruntukan peternakan terdiri atas:
(1)
Daerah pusat pemurnian ternak Sapi Bali, yaitu di
Kabupaten Barito Kuala dan pusat pemurnian ternak itik Alabio di
Kabupaten Hulu Sungai Utara;
(2)
Daerah pusat pembibitan ternak sapi, yaitu di Kabupaten
Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu
Sungai Utara, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tanah Bumbu,
Balangan, Banjarbaru dan Barito Kuala;
(3)
Daerah pusat pembibitan ternak kerbau kalang/kerbau
rawa/kerbau darat, yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Sungai Tengah dan daerah pusat pembibitan ternak kerbau/kerbau
darat , yaitu di Kabupaten Kotabaru;
(4)
Daerah pengembangan ternak kambing, yaitu di Kabupaten
Tapin, Batola, Tanah Bumbu dan Kotabaru;
(5)
Daerah pengembangan unggas, yaitu di Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tanah
Laut, Tabalong, Banjarbaru dan Banjar;
m. Kawasan pariwisata terdiri atas:
(1)
Obyek wisata alam, yaitu Loksado di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Pulau Kembang, Pulau Kaget, Pulau Bakut
Kabupaten Barito Kuala, Tahura Sultan Adam dan Lembah Kahung
di Kabupaten Banjar, Upau, Jaro, Danau Undan Banua Lawas di
Kabupaten Tabalong, Air Panas Hantakan, Pagatan, Batang Alai
Selatan, Haruyan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Gua Temu
Luang dan Gua Sunggung di Kabupaten Kotabaru; Gua Liang
Kantin Muara Uya di Kabupaten Tabalong;
(2)
Obyek wisata bahari untuk terumbu karang, yaitu Pulau
Kunyit, Teluk Tamiang di Kabupaten Kotabaru, Bunati di Kabupaten
Tanah Bumbu,;
(3)
Obyek wisata buatan/atraksi antara lain Pasar Terapung
Kuin di Kota Banjarmasin, Pasar Terapung Lok Baintan Sungai
Tabuk di Kabupaten Banjar, Kerbau Rawa Danau Panggang di
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Pendulangan Intan Sungai Tiung
Cempaka di Kota Banjarbaru, Waduk Riam Kanan di Kabupaten
Banjar dan Kabupaten Tanah Laut, Tanjung Puri di Kabupaten
Tabalong, Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru;
(4)
Obyek wisata budaya Pasar Terapung, Obyek wisata
religius Syech Muhammad Arsyad Al Banjari Kalampayan, Datu
Sanggul, Kubah Basirih di Kota Banjarmasin, Syech Muhammad
Arsyad Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu;
(5)
Obyek wisata pantai Swarangan Jorong, Takisung,
Batakan di Kabupaten Tanah Laut dan Pagatan, Sarang Tiung di
Kabupaten Kotabaru;
(6)
Obyek wisata budaya di Loksado, Dayak Meratus di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan;
n. Kawasan industri terdiri atas:
(1)
Kawasan industri Batulicin di Kabupaten Tanah
Bumbu yang beorientasi pada industri perkebunan, industri
kehutanan, perikanan dan kelautan serta industri baja;
(2) Zona Industri Barito Muara Barito Kuala di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Barito Kuala yang berorientasi pada industri
kehutanan, kimia, perkebunan;
(3) Zona Industri Tarjun di Kabupaten Kotabaru yang berorientasi
pada industri semen, bahan kimia, dan agroindustri;
(4) Zona industri Bati-Bati di Kabupaten Tanah Laut yang berorientasi
pada industri peternakan, makanan dan kehutanan;
(5)
Zona industri Liang Anggang di Kota Banjarbaru
yang berorientasi pada industri minuman, gas, keramik, dan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
kehutanan;
(6)
Zona industri Murung Pudak di Kabupaten Tabalong
yang berorientasi pada agroindustri,
(7)
Zona industri Matraman di Kabupaten Banjar yang
berorientasi pada industri perkebunan dan industri logam;
(8)
Zona industri Jorong dan Kintap di Kabupaten Tanah
Laut yang berorientasi pada industri bubur kertas dan bijih besi;
(9)
Sentra industri Amuntai di Kabupaten Hulu Sungai
Utara yang berorientasi pada industri perabot kayu dan rotan;
(10)
Sentra industri galangan kapal di Batulicin di
Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru di Kabupaten Kotabaru;
(11)
Sentra industri Negara di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan yang berorientasi pada industri kerajinan rumah tangga;
(12)
Sentra industri di Kota Banjarmasin yang berorientasi
pada industri kerajinan rakyat kain sasirangan, industri
pengolahan kayu, industri pengolahan karet;
(13)
Sentra industri kerajinan batu permata Martapura di
Kabupaten Banjar.
o. Kawasan pertambangan terdiri atas :
(1)
Kawasan pertambangan
batubara, minyak bumi dan gas di wilayah Cekungan Kabupatenkabupaten Barito, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tanah Laut,
Tanah Bumbu, Balangan, Barito Kuala dan Pulau Lari-Larian di
Kabupaten Kotabaru;
(2)
Kawasan pertambangan
pola terbuka untuk bahan galian logam dan biji besi di wilayah
Kota Banjarbaru, Kabupaten-kabupaten Banjar, Hulu Sungai
Selatan, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Balangan;
(3)
Kawasan
wilayah
pertambangan rakyat bahan galian intan di Kota Banjarbaru.
p. Kawasan lainnya terdiri atas :
(1) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah di
Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Hulu Sungai Utara;
(2) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di
Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Kotabaru;
(3) Kawasan pertahanan keamanan di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang dikembangkan untuk kepentingan nasional dan
provinsi.
(4) Kawasan
Strategis
Nasional
(KSN)
adalah
Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin.
(5) Kawasan Metropolitan Banjarmasin / Banjarmasin Raya;
(6) Kawasan Rawa Potensial Batang Banyu;
(7) Kawasan Pelabuhan dan Bandar Udara;
(8) Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), Cahaya Baru di Kabupaten
Barito Kuala dan Sengayam di Kabupaten Kotabaru;
(9) Kawasan Berpotensi Pengembangan Ekonomi Khusus, yaitu di
Kawasan Mekar Putih dan Kawasan Pulau Lari-Larian di
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kabupaten Kotabaru, Kawasan Jorong (Kabupaten Tanah Laut)
dan Kawasan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
(10)
Kawasan pertahanan dan keamanan yaitu di Kota
Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
(11)
Kawasan Pegunungan Meratus,
(12)
Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
2.1.1.3
Wilayah Rawan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.
Ada tiga bencana alam yang rawan di Kalimantan Selatan, yaitu:
(1) Banjir; (2) Kebakaran hutan dan lahan, dan (3) Tanah longsor. Banjir
terjadi setiap tahun, prekuensinya cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Seperti yang tergambar dari hasil penelitian badan Penelitian
Pengembangan Daerah, Master Plan Banjir pada tahun 2010.
Tabel II. 1 Kerawanan Banjir di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan
N
o
Kabupaten/
Kota (ha)
Sgt
rawan
1
Tabalong
1.216,70
2
HSU
3
Balangan
4
HST
17.035,88
5
HSS
15.575,54
6
Tapin
52.577,33
7
Banjar
81.068,34
8
Banjarbaru
9
Batola
10.709,33
1.470,03
1.004,23
188.022,8
Tingkat Kerawanan (ha)
Agak
Kurang
Rawan
rawan
rawan
25.758,7
53.819,69 174892.40
3
71.163,8
2.861,08
0
4
22.283,1
46.566,91
61852.22
7
40.647,3
9.187,15
48659.79
5
97.344,3
2.428,48
22331.03
2
106.055,
10.539,49
25383.13
86
59.684,7
32.818,79
1082.46
6
16.734,3
11.232,13
3314.16
9
37.007,2
1.361,22
0
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Tdk
rawan
99046.63
0
59450.62
23476.43
31027.50
23139.65
151226.50
60.18
0
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
10
11
Banjarmasin
Tanah Laut
0
6.383,57
33.972,34
12
Tanah Bumbu
16.780,91
13
Kotabaru
10.144,95
Jumlah
43.5962
2
607,54
1.2399,.1
110.199,
71
156.503,
91
86.7989,
9
9,71
126.915,80
0
70255.88
0
29645
123.170,40
102026.7
140322.60
27.3091,2
269719.2
218653.20
694.002,0
5
779.516,9
7
776.048,
3
Sumber : Master Plan Banjir di Provinsi Kalsel, Balitbangda 2010
Pada musim hujan kebanjiran, sebaliknya pada musim kemarau
sering terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan termasuk dalam 10 provinsi yang menjadi perhatian
Instansi Kehutanan dalam masalah kebakaran hutan dan lahan ini.
Kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat hingga tahun 2011,
yang dapat dilihat dari titik panas (hot spot). Dapat dilihat pada tabel
II.2 tahun 2011 antara tiga bulan mengalami peningkatan.
Tabel II. 2 Titik Panas di Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2011
Kabupaten/Kota
Banjarmasin
Banjarbaru
Banjar
Tapin
HSS
HST
Balangan
Tabalong
HSU
Tanah Bumbu
Kotabaru
Batola
Tanah Laut
Jumlah
Agustus
1
22
199
158
136
25
38
28
56
48
46
78
145
980
Septemb
er
1
19
211
187
151
26
53
46
66
61
58
128
159
1166
Oktober
1
19
219
193
159
26
57
53
65
74
86
144
169
1265
Sumber: Posko Kebakaran Hutan Kalsel, Diolah kembali,
Bencana yang juga rawan akibat adanya curah hujan yang tinggi
selain banjir adalah tanah longsor. Tanah longsor pernah terjadi di
perbatasan antara Kabupaten Tapin dan Banjar, tepatnya di Desa
Bagak, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin. Tanah longsor juga
terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu di Kecamatan Kusan Hulu. Akibat
bencana tersebut, warga yang tinggal di pedalaman tersebut menjadi
terisolasi.
Jenis bencana alam yang sering terjadi antara lain adalah bencana
banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Langkah-langkah yang dilakukan
selama ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir antara lain: (1)
normalisasi daerah aliran sungai (DAS) dan pembuatan batas tebing; (2)
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
rehabilitasi hutan dan rawa; (3) mendorong pemerintah pusat untuk
moratorium pertambangan dsb.
Untuk pencegahan terjadi bencana kebakaran hutan dan rawa,
pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya antara lain : (1)
membuat
Peraturan
Daerah
(Perda);
(2)
membentuk
tim
penanggulangan kebakaran hutan dengan keterlibatan berbagai sektor,
dan (3) melakukan rencana aksi bersama Kabupaten/Kota dan
masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya.
2.1.1.4
Demografis
A. Perkembangan Penduduk
Penduduk Kalimantan Selatan berdasarkan data dari BPS tahun
2013 berjumlah 3.790.071 jiwa yang terdiri dari perempuan sebanyak
1.871.939 jiwa dan laki-laki sebanyak 1.918.132 jiwa dengan rasio jenis
kelamin (sex ratio) sebesar 102,6. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya penduduk Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 2011
berjumlah 3.695.124 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kalimantan Selatan selama
sepuluh tahun terakhir, yaitu pada tahun 2002-2012 adalah sebesar
2,57% melampaui rata-rata nasional yaitu sebesar 1,49%. LPP tertinggi
terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu rata-rata sebesar 6,27% diikuti
oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 3,02%, sementara daerah
dengan LPP terendah adalah Kabupaten Tanah Laut, yaitu sebesar
1,78% diikuti oleh Kabupaten Tabalong dengan LPP sebesar 1,89%.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat berakibat pada
beban pembangunan yang semakin berat, seperti terhadap daya
tampung pendidikan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan
dampak sosial lainya. Di samping berakibat munculnya berbagai
persoalan sosial, seperti pemukiman kumuh, penurunan kualitas tenaga
kerja, dan persoalan sosial lainnya.
Distribusi Penduduk pada tahun 2012 terbanyak berada di Kota
Banjarmasin dengan jumlah 648.029 jiwa atau sekitar 17,10% dari
seluruh penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Banjar
memiliki penduduk terbanyak kedua dengan jumlah 527.997 jiwa atau
sekitar 13,93%. Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Selatan
selama tahun 2009 s.d 2012 dapat dilihat pada tabel II.3
Tabel II. 3 Penduduk di Kalimantan Selatan Tahun 2009 s/d 2012
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
No
Kabupaten/Kot
a
1
Tanah laut
2
Kotabaru
3
Banjar
4
Barito Kuala
5
8
Tapin
Hulu
Selatan
Hulu
Tengah
Hulu
Utara
9
Tabalong
6
7
2,19
2,65
2,16
Sungai
Sungai
Sungai
Tanah Bumbu
11
Balangan
Kota
Banjarmasin
13
1,78
2,18
10
12
Laju
Pert
.
2,56
2,52
3,02
1,89
6,27
2,84
2,05
Kota Banjarbaru
Kalimantan
Selatan
2,26
2,57
Tahun (jiwa)
2009
275.00
7
281.33
1
498.88
6
275.27
3
154.33
6
209.94
8
246.48
7
218.27
8
195.63
1
231.29
8
102.76
7
639.97
8
170.82
3
3.503.1
56
2010
2011
2012
296.333
303.430
303.818
290.142
296.987
303.459
506.839
516.663
527.997
276.147
278.678
286.075
167.877
170.468
174.156
212.485
213.747
219.211
243.460
244.889
251.063
209.246
209.979
216.319
218.620
223.813
228.051
267.929
277.924
295.358
112.430
114.009
117.248
625.481
634.990
648.029
199.627
209.547
214.287
3.626.61
6
3.695.1
24
3.790.07
1
2013
31.3017
30.8144
53.5214
28.9313
17.6192
22.1317
253.406
218.681
231.239
305.492
118.944
655.185
220.168
3.846.312
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, 2013
Gambar II. 2 Prosentase Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Terhadap
Provinsi Kalimantan Selatan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kota Banjarbaru; 5.66% Tanah laut; 8.03%
Kota Banjarmasin; 17.12%
Kotabaru; 8.02%
Banjar; 13.95%
Balangan; 3.10%
Tanah Bumbu; 7.80%
Barito Kuala; 7.56%
Tapin; 4.60%
Tabalong; 6.03%
Hulu Sungai Selatan; 5.79%
Hulu Sungai Utara; 5.72%
Hulu Sungai Tengah; 6.63%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, diolah kembali,
2014
Struktur penduduk Kalimantan Selatan masih didominasi oleh
penduduk dengan umur muda yaitu pada kelompok umur 0-4 tahun
(Balita) sebanyak 371.266 jiwa, kelompok umur 5-10 tahun sebanyak
360.878 jiwa dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 345.718 jiwa.
Sementara itu, jumlah penduduk dengan kelompok umur 15 tahun
keatas sebanyak 2.641.693 jiwa seperti dapat dilihat pada tabel II.4.
Tabel II. 4 Penduduk Kalimantan Selatan Menurut Kelompok Umur
pada tahun 2012
Kelompok
Umur
0-4
5-9.
10-14.
15-19.
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Laki-Laki
(jiwa)
190.387
185.314
178.110
172.276
168.420
170.162
169.020
169.857
143.446
117.087
93.701
65.458
42.909
28.140
17.449
14.396
Perempuan
(jiwa)
180.879
175.564
167.608
163.959
164.973
170.531
167.891
157.328
137.612
111.856
88.640
60.456
44.331
32.925
22.809
24.577
Total (jiwa)
Prosentase
371.266
360.878
345.718
336.235
333.393
340.693
336.911
327.185
281.058
228.943
182.341
125.914
87.24
61.065
40.258
38.973
9.78%
9.50%
9.10%
8.85%
8.78%
8.97%
8.87%
8.61%
7.40%
6.03%
4.80%
3.32%
2.30%
1.61%
1.06%
1.03%
Sumber : Data Pembangunan Prov. Kalsel 2012, Diolah kembali
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Perkembangan jumlah peserta Keluarga Berencana yang aktif di
Kalimantan Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus
mengalami peningkatan yakni secara akumulatif tahun 2009 sebanyak
942.773 orang, tahun 2010 sebanyak 975.172 orang, tahun 2011
sebanyak 760.201 orang dan tahun 2012 sebanyak 626.751 orang,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 sebagai berikut:
Tabel II. 5 Peserta KB Aktif di Kalimantan Selatan Tahun 2009 s/d 2012
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
2013
Kabupaten/Kota
Tanah laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Kota Banjarmasin
Kota Banjarbaru
Kalimantan
Selatan
2009
73.276
74.921
133.197
77.282
45.227
59.074
70.380
57.598
52.246
58.933
29.392
165.500
45.747
942.773
Tahun
2011
2010
80.657
59.101
77.167
63.970
134.284
110.190
75.245
60.508
47.355
40.848
59.927
45.129
68.802
50.839
53.742
37.085
57.968
44.051
69.207
59.038
31.378
27.354
165.044
126.048
54.486
36.040
975.172
760.201
2012
55.724
57.407
83.501
48.253
35.306
36.393
44.026
35.619
38.303
46.389
21.077
95.158
29.595
626.751
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan Tahun 2010-
Dari aspek keberagaman suku bangsa yang ada di Kalimantan
Selatan secara umum di dalam komposisi penduduk didominasi oleh
suku asli Banjar. Beberapa suku bangsa antara lain Suku Jawa, Madura,
Bugis, Batak dan Sunda, serta sebagian kecil keturunan Tionghoa,
namun jumlah mereka relatif kecil, dan komposisinya secara statistik
cenderung stabil dari tahun ke tahun. Secara umum kondisi pergaulan
diantara suku bangsa yang ada sudah sangat kondusif dan hidup secara
damai. Kondisi inilah yang sangat membantu dan merupakan modal
dasar dalam melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang
kehidupan.
B. Keagamaan
Penduduk Kalimantan Selatan mayoritas beragama Islam dan
kehidupan beragama di provinsi ini secara ritual menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan yang ditandai dengan
meningkatnya masing-masing jumlah pemeluk agama dan sarana
peribadatan. Kehidupan keberagamaan ini tidak pernah terjadi konflik
sosial yang berarti dan kehidupan beragama di Kalimantan Selatan
relatif kondusif.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Di antara indikator dalam melihat perkembangan sosial
keagamaan adalah pertumbuhan jumlah pemeluk dan fasilitas
peribadatan dan kegiatan keagamaan. Pada 2012, jumlah penduduk
menurut agama berturut-turut adalah sebagai berikut: beragama Islam
sebanyak 3.496.243 (92,25%), Kristen 26.033 orang (0,69%), Katolik
18.662 orang (0,49%), Hindu dan Budha 26.391 orang (0,70%), serta
agama lainnya, seperti Kaharingan, Khong Ho Chu 222.742 orang
(5,88%).
Kehidupan ritual keagamaan ditunjang oleh sarana ibadat, seperti
masjid (2.368 buah), langgar (7.038 buah), gereja (97 buah), pura (62
buah), dan wihara cetyah/klenteng (24 buah). Dalam konteks ini
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memaknai perkembangan dan
pertumbuhan pemeluk agama maupun ketersediaan sarana prasarana
serta kegiatan sosial keagamaan tidak sekadar mewujudkan
kenyamanan pemeluk dalam menjalankan ibadahnya, tetapi menjadikan
ranah agama sebagai pemahaman penyeimbang dampak buruk dari
gerusan budaya-budaya global yang destruktif dan demokrasi yang
semakin menggeliat.
Kehidupan keberagamaan yang baik dan nyaman mampu
menyediakan batasan-batasan moral penduduk (pemeluk) sebagai
bagian dari tugas bersama pemerintah dan pemangku agama. Sebab
bagi pemerintah kualitas keberagamaan tidak selalu diukur dari jumlah
pembangunan sarana prasarana ibadah maupun frekuensi kegiatan
sosial keagamaan, tetapi pemahaman nilai-nilai keberagamaan dan
toleransi antar umat beragama. Toleransi antar-umat beragama dan
antar-suku sampai sekarang masih dapat dipertahankan, sehingga
dapat dicegah terjadinya konflik sosial berbasis agama dan suku. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tidak adanya laporan kekerasan-kekerasan
yang bernuansa agama atau suku, kasus penyesatan, konflik tempat
ibadah, kebebasan berpikir dan berekspresi maupun implikasi regulasi
yang bernuansa agama dan kesukuan sebagaimana terjadi di daerah
lain.
2.1.2 Aspek Potensi Wilayah
Dari segi pengembangan wilayah pembangunan di masing-masing
kabupaten, ada beberapa parameter normatif yang menjadi
pertimbangan
dalam
pengambilan
kebijakan
pembangunan,
diantaranya potensi daerah, prioritas pengembangan, dan isu strategis
daerah. Hal tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut:
2.1.2.1
Kawasan Metropolitan Banjar Bakula
A. Kota Banjarmasin
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kota Banjarmasin terletak diantara 3’16’46’’ sampai dengan
3’22’54’’ Lintang
Selatan
dan
114’31’40’’
sampai
dengan
114’39’55’’ Bujur Timur. Kota Banjarmasin terletak di bagian Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan pada ketinggian tempat rata-rata 0,16
meter di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpayapaya dan relatif datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh
wilayah digenangi air.
Luas Kota Banjarmasin adalah 98,46 km2 atau 0,26% dari luas
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas wilayah
administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kabupaten Barito
Kuala
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kabupaten Barito
Kuala
Wilayah Kota Banjarmasin terbagi dalam 5 (lima) kecamatan dan
52 (lima puluh dua) kelurahan. Adapun luas wilayah kecamatan
terbesar adalah Kecamatan Banjarmasin Selatan 38,27 Km 2 yang terdiri
dari 12 kelurahan. Sedangkan luas wilayah kecamatan yang terkecil
adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan luas 6,66 km2 yang
terdiri dari 12 kelurahan.
Kota Banjarmasin terletak dekat Sungai Martapura yang
bermuara ke Sungai Barito. Pasang surutnya kedua sungai tersebut
berpengaruh terhadap drainase kota, di sisi lain, kedua sungai
tersebut dengan anak Sungai Martapura berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemanfaatannya sebagai
sarana transportasi air, pariwisata, perikanan, dan perdagangan.
Kondisi demikian mencirikan kekhasan Banjarmasin sebagai Kota
Air, disamping sebagai Kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota
Pariwisata, dan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Jumlah penduduk Kota Banjarmasin tahun 2012 tercatat sebanyak
648.029 jiwa, terdiri atas 323.880 (49,98%) laki-laki dan 324.149
perempuan (50,02%) perempuan. Penduduk
terbesar
ada
di
Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan jumlah penduduk 151.175
jiwa
(23,33%).
Sedangkan
Kecamatan
Banjarmasin Tengah
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit,
yaitu sebesar 93.167jiwa (14,37%). Dilihat dari kepadatannya wilayah
yang paling padat penduduk adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah
dengan kepadatan per kilometer persegi dihuni 13.989 jiwa,
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah
Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan densitas per kilometer
persegi dihuni 3.950 jiwa.
Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air,
di samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga
iklimnya bersifat tropis. Curah hujan rata-rata 277,9 mm perbulan,
dengan rata-rata hari hujan 13 hari pada tahun 2011.
Kota Banjarmasin sebagai bagian dari Kawasan Metropolitan
Banjar Bakula memiliki topografi yang datar, memiliki elevasi 0,75
meter dibawah permukaan laut. Kondisi ini memerlukan perhatian
khusus dalam rencana pola ruang. Rencana Pola Ruang
Kota
Banjarmasin, terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 20,58%
dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 2.027,99 Ha. Sedangkan
Kawasan budidaya di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 79,42%
dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 7.818,01 Ha.
Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin, berdasarkan PDRB Atas
Dasar
Harga
berlaku
pada tahun 2013 diperkirakan sebesar
14.219.356.826 Ribu Rupiah (12,83%). Nilai tersebut sedikit lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
pada
tahun
2012
sebesar
12.602.821.974 Ribu
Rupiah
(11,94%).
Sedangkan
PDRB
berdasarkan Atas Harga Konstan Tahun 2013 diperkirakan sebesar
5.939.160.036 Ribu Rupiah (6,52%), bila dibandingkan dengan
tahun 2012 sebesar 5.575.729.402 (6,07%). Kenaikan PDRB baik
atas harga dasar berlaku maupun atas harga konstan ini diperoleh
karena semua sektor mengalami kanaikan output dibanding tahun
sebelumnya.
PDRB per kapita Kota Banjarmasin tahun 2010 sebesar Rp.
15.585.241, meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp. 17.729.791.
Pada tahun 2012 PDRB per kapita mencapai Rp 19.447.929 dan
tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp. 21.752.580. Peningkatan
PDRB per kapita ini terjadi dikarenakan PDRB atas dasar harga
berlaku juga mengalami kenaikan. Berdasarkanatas dasar harga
konstan, PDRB perkapita juga mengalami kenaikan. Pada tahun
2010 PDRB per kapita mencapai Rp. 7.856.248, tahun 2011
mengalami kenaikan menjadi Rp. 8.278.352, tahun 2012 mengalami
kenaikan lagi menjadi Rp. 8.604.136 dan pada tahun 2013
diperkirakan mencapai Rp. 9.085.647.
Dalam
hal
penanganan
kesejahteraan
sosial
serta
mempercepat
pembangunan manusia
dan
pemberantasan
kemiskinan sebagaimana amanat Millenium Development Goals
(MDGs). Dalam kurun 5 tahun terakhir Pemerintah Kota Banjarmasin
berupaya mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja
yang dikaitkan dengan seluruh program prioritas pembangunan yang
pada
dampaknya
dapat
mengurangi
angka kemiskinan
dan
menurunkan angka pengangguran. Jumlah penduduk miskin di Kota
Banjarmasin pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut tercatat
5,04% tahun 2011 4,77% dan Tahun 2012 4,51%.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas di Kota Banjarmasin
pada tahun 2012 adalah 98,9 %, bila dibandingkan dengan Provinsi
Kalimantan Selatan angka melek huruf di Kota Banjarmasin lebih
tinggi. Pencapaian melek huruf di Kota Banjarmasin cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Dengan
Rata-rata lama sekolah di Kota Banjarmasin tahun 2012 menurut
perhitungan sebesar 9,88 tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk
jenjang SD/MI pada tahun 2011 sebesar 107,5%, Sedangkan APK
pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA sederajat cenderung lebih
rendah.
Komposisi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut
lapangan usaha, memberikan gambaran roda perekonomian Kota
Banjarmasin.
Sektor perdagangan, jasa-jasa, serta kontruksi,
transportasi dan pergudangan adalah lapangan usaha yang banyak
menyerap lapangan pekerjaan. Persentase penduduk Kota Banjarmasin
usia 15 tahun ke atas yang bekerja terbesar ada di sektor perdagangan
sebesar 35,02 %, sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan 19,52 %,
kontruksi 8,00 %, transportasi dan pergudangan sebesar 7,56 % dan
Industri pengolahan sebesar 6,70 %.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD/MI pada tahun 2013 sebesar
106,42 %, bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 98,53% mengalami
kenaikan. Sedangkan APS untuk SMP/M.Ts tahun 2008 sebesar 86,22%
dilihat dari perkembangannya mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan pada tahun 2012 mencapai 94,81%, APS untuk
SMA/SMK/MA tidak mengalami kenikan bila dibandingkan tahun
sebelumnya.
Sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kota
Banjarmasin adalah beberapa rumah sakit pemerintah, 26 buah
Puskesmas, 35 buah Puskesmas Pembantu, 26 buah Puskesmas Keliling,
1 buah Gedung Farmasi dan 1 buah Laboratorium Kesehatan.
Kondisi jalan yang ada di Kota Banjarmasin pada tahun 2008
dalam kondisi baik 186.436 km perkembangannya terus mengalami
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 424.576 km. Pada tahun 2009
panjang jalan dalam kondisi rusak sedang 174.928 km dan terus
mangalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 127.145 km. Kondisi
panjang jalan yang mempunyai drainase di Kota Banjarmasin tahun
2009 tercatat 111.091 km, terus mengalami peningkatan menjadi
123.215 km pada tahun 2013. Jumlah jaringan drainase di Kota
Banjarmasin dari Tahun 2019-2011 berjumlah 1. Pembangunan turap
terus diupayakan pada tahun 2009 tercatat 11.210,2 km mengalami
peningkatan menjadi 18.388,7 km pada tahun 2013.
Pencari kerja yang ditempatkan adalah jumlah tenaga kerja yang
terdaftar (AK1) dan telah ditempatkan diberbagai sektor lapangan
usaha.
Angka
yang
dicapai
pada tahun 2008-2012 dilihat
perkembangannya mengalami penurunan di tahun 2008 tercatat 1.156,
di tahun 2009 tercatat 1.524, di tahun 2010 tercatat 1.107, di tahun
2011 tercatat 390,dan di tahun 2012 tercatat 147.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Adapun isu-isu strategis daerah yang menjadi prioritas perhatian
pemerintah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk
penciptaan lapangan kerja
2. Penanggulangan kemiskinan
3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik
4. Menjaga kualitas kesehatan
5. Menjaga Kualitas Pendidikan
6. Peningkatan sarana prasarana publik
7. Menjaga kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
8. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban
9. Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan
B. Kota Banjarbaru
Kota Banjarbaru, secara geografis, terletak pada 03°27′ s/d
03°29′ Lintang Selatan dan 114°45′ s/d 114°45′ Bujur Timur dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Martapura,
Kabupaten Banjar;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan,
KabupatenBanjar;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan
Aluh-Aluh Kabupaten Banjar;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati
Kabupaten Tanah Laut
Luas wilayah Kota Banjarbaru 371,3 km 2 dengan ketinggian
berada pada 0-500 m dari permukaan laut. Dari luas wilayah tersebut
dapat dibedakan atas wilayah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 % luas
wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,78 % wilayah, dan kelerengan
8-15% mencakup 12,08 % wilayah Banjarbaru.
Banjarbaru memiliki iklim tropis berkisar antara 23,3oC-32,7oC
dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 47%- 98%.
Kota Banjarbaru secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan
dan 20 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang
Anggang, Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan
Kecamatan Banjarbaru Selatan.
Jumlah penduduk Kota Banjarbaru mengalami peningkatan
dari
tahun ke tahun.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Banjarbaru sebesar 203.398 jiwa dan tahun 2012 menjadi 213.998
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
jiwa, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai
220.168 jiwa yang terdiri dari 112.819 jiwa laki-laki dan 107.349
jiwa perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Banjarbaru dari
tahun 2009-2013 sebesar 6,53% dengan tingkat kepadatan pada tahun
2013 mencapai 593 orang per km2.
Pengembangan potensi wilayah secara spasial yang dilakukan
melalui kebijakan
pengembangan
kawasan
strategis
Provinsi
Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam Kawasan
Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi yakni Kawasan Metropolitan
Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota
Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian Kabupaten Banjar, sebagian
Kabupaten Barito Kuala, sebagian Kabupaten Tanah Laut.
Kota Banjarbaru yang identik sebagai Kota Pendidikan di mana
terdapat
berbagai
perguruan
tinggi
negeri
maupun swasta
menyebabkan
banyaknya
pendatang
yang
berdomisili
untuk
menuntut ilmu.
Selain itu, posisi Kota Banjarbaru yang cukup
strategis baik secara administratif maupun akses ekonomi mendorong
peningkatan jumlah penduduk sehingga mendorong perkembangan
pembangunan perumahan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir.
Selama tahun 2009 sampai dengan 2012 perkembangan nominal
PDRB Kota Banjarbaru terus meningkat dari sebesar 1.696,61
milyar rupiah menjadi 2.360,08 milyar dan diperkirakan pada tahun
2013 meningkat sebesar 2.657,29 milyar rupiah. Besaran PDRB ini
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Hal ini
menunjukkan bahwa aktifitas kegiatan ekonomi Kota Banjarbaru
mengalami peningkatan baik dari nilai nominal maupun realitas
produksinya.
Struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh
peranan sektor tersier dan sektor sekunder. Hal ini disebabkan Kota
Banjarbaru tidak memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah. Selain
itu, Banjarbaru merupakan wilayah permukiman dan perkantoran.
Peranan sektor tersier dalam struktur perekonomian Kota
Banjarbaru diperkirakan mengalami peningkatan dari 54,78 % pada
tahun 2012 menjadi 55,35 % pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan
sektor jasa-jasa yang terus mengalami perkembangan. Sementara
itu, peranan sektor sekunder diperkirakan cenderung mengalami
penurunan sedikit dibanding tahun 2012, yaitu dari 33,22 % pada
tahun 2012 menjadi 32,86 % di tahun 2013.
Hal ini merupakan
kelanjutan dari adanya beberapa perusahaan industri besar sedang
yang tutup sejak tahun 2011.
Rata-rata PDRB per kapita Kota Banjarbaru selama periode
2009-2012 sebesar 10,30 juta rupiah dan pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 12,07 juta rupiah. Seiring dengan peningkatan
pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku, maka diharapkan
kemampuan
daya
beli
penduduk
per kapita juga mengalami
peningkatan.
Perkembangan angka melek huruf dan angka rata-rata sekolah
di Kota Banjarbaru setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
ini dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10. Angka melek
huruf Kota Banjarbaru pada tahun 2013 sebesar 98,91 %. Hal ini berarti
1,09 % saja penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca
dan menulis.
Sementara, pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah Kota
Banjarbaru cukup tinggi yaitu sebesar 10,66 tahun. Artinya rata-rata
penduduk Kota Banjarbaru telah mengentaskan pendidikan sampai di
kelas 3 SMA. Hal ini menunjukkan program pemerintah wajib belajar 9
tahun sudah berhasil.
Kota Banjarbaru menjadi barometer untuk kualitas penduduk
Kalimantan Selatan, karena selain angka melek dan angka
partisipasi belajar yang tinggi,
persentase
penduduk
yang
menamatkan pendidikan tinggi juga jauh lebih banyak dibandingkan
kabupaten lain. Di Kota Banjarbaru selain berdiri Universitas Negeri
tertua di Kalimantan Selatan, tersebar juga beberapa perguruan
tinggi dengan berbagai jurusan.
Partisipasi sekolah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun
2013 cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari APK SD yang mencapai 120
%, APK SLTP 103 % dan APK SLTA mencapai 84,78 % serta APM SD
sebesar 98,78 %, APM SLTP 90,91 % dan APM SLTA sebesar 58,28 %.
Dari seluruh penduduk usia kerja di Kota Banjarbaru, sebesar
61,16% diantaranya aktif dalam pasar tenaga kerja atau disebut
dengan penduduk angkatan kerja. Sedangkan sisanya lebih memilih
untuk mengurus rumah tangga atau masih bersekolah.
Selama 5 tahun terakhir ini sekitar 60 % lebih dari total
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Banjarbaru adalah
angkatan kerja, dengan TPAK pada tahun 2013 sebesar 62,43 %
yang berarti dari 100 orang penduduk usia kerja, 62 orang diantaranya
merupakan angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Dari
jumlah tersebut yang bekerja sebesar 97,96 %, sehingga tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Kota Banjarbaru hanya 2,04 % atau
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai
6,54 %.
Perkembangan jumlah sekolah menurut jenjang pendidikan tahun
2009-2013adalah sebagai berikut; TK sebanyak 90 buah, SD sebanyak
74 buah, SMP sebanyak 20 buah, SMA sebanyak 10 buah, dan SMK
sebanyak 14 buah.
Pemerintah Kota Banjarbaru memberikan dukungan yang
(RKPD) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2016
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1Kondisi Umum Daerah
2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis
2.1.1.1
Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan Ibukota Banjarmasin terdiri
atas 11 kabupaten dan 2 kota, terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33'
28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan, memiliki
luas wilayah hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara
keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2 dengan batas –batas :
sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah
sebelah timur dengan Selat Makasar,
sebelah selatan dengan Laut Jawa
sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.
Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah
pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan. Kemiringan tanah
dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 % wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2 %.
Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:
0 - 2%
: 1.625.384 Ha (43,31%)
>2 - 15%
: 1.182.346 Ha (31,50%)
>15 - 40%
: 714.127 Ha (19,02%)
>40%
: 231.195 Ha (6,16%)
Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK),
Latosol, Litasol, Podsolik Merah Kuning Litosol, Komplek Podsolik Merah
Kuning Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan,
dan Alluvial.
Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai
tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam
Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai
Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan
sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada
pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Provinsi Kalimantan Selatan
dalam Angka Tahun 2013 diketahui bahwa penggunaan lahan di
Kalimantan Selatan didominasi oleh hutan seluas 1.613.431
Ha,sedangkan sisanya adalah penggunaan lahan untuk kampung
(permukiman) seluas 59.690 Ha, industri seluas 2.489 Ha,
pertambangan 42.611 Ha, sawah seluas 426.064 Ha, pertanian tanah
kering semusim seluas 60.150 Ha, kebun campur seluas 171.602 Ha,
perkebunan seluas 441.448 Ha, padang (semak, alang-alang, rumput)
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
seluas 826.130 Ha, perairan darat seluas 45.728 Ha, tanah terbuka
seluas 3.712 Ha, dan lain-lain seluas 59.997 Ha. Untuk lebih jelasnya
mengenai persentase penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Selatan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar II. 1 Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Selatan
Lain-lain;
Tanah Terbuka;
0.10%1.60% Kampung; 1.59%
Industri;
0.07% 1.14%
Pertambangan;
Perairan
Darat;
1.22%
Sawah; 11.35%
Pertanian Tanah Kering
Semusim; 1.60%
Hutan; 42.99%
Kebun Campuran; 4.57%
Perkebunan; 11.76%
Padang (semak, alangalang, rumput);
22.01%
Sumber : Data Pembangunan Prov. Kalsel 2011, Diolah kembali
2.1.1.2
Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi Pengembangan Wilayah dievaluasi dari unsur-unsur
potensi geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan, sektor
pendukung, sektor investasi, keuangan dan pembiayaan, dan
pendukung dan transportasi.
Potensi pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
didekati dengan kebijakan perwilayahan. Kebijakan perwilayahan
didasarkan atas efektivitas pembangunan di seluruh Provinsi dan untuk
mensinkronkan pembangunan berbagai sektor andalan yang akan
dikembangkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota agar
pengembangannya tidak saling tumpang tindih satu sama lain,
sehingga potensi yang dimiliki masing-masing daerah dapat
dikembangkan secara optimal dan terintegrasi. Pengembangan potensi
secara spasial dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan
strategis provinsi.
Kawasan strategis wilayah Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis
Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Kawasan Strategis
Nasional dimaksud Kawasan Strategis Nasional Dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) Batulicin. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) sebagaimana
dimaksud terdiri atas (1) Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi; (2) Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup; (3) Kawasan Strategis Dari
Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara.
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
terdiri atas:
a. Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah
administrasi
pemerintahan
Kota
Banjarmasin
(Kecamatan
Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah,
Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara), Kota Banjarbaru (Kecamatan
Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang,
Cempaka), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar,
Gambut, Sungai Tabuk, Aluh- Aluh, Beruntung Baru dan Martapura,
Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Mataraman, Karang
Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak,
Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen,
Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Bati-Bati,
Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur);
b. Kawasan Rawa Batang Banyu yang meliputi wilayah administrasi
pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Balawang,
Barambai, Cerebon, Wanaraya, Bakumpai, Tabukan, Kuripan),
sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Simpang Empat), sebagian
Kabupaten Tapin (Kecamatan Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara
dan Tapin Tengah), sebagian Kabupaten Hulu Sungai Selatan
(Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara, Kalumpang ), Kabupaten Hulu
Sungai Utara (Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai Pandan,
Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang),
sebagian Kabupaten Tabalong (Kecamatan Pugaan, Banua Lawas,
Kelua, Muara Harus);
c. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), yaitu KTM Cahaya Baru di
Kabupaten Barito Kuala dan KTM Sengayam di Kabupaten Kotabaru;
d. Kawasan Perdagangan, Industri dan Jasa, yaitukawasan yang
berbasis pada pengembangan perdagangan, jasa dan industri dan
berpotensi menjadi kawasan ekonomi khusus yaitu di Kawasan Mekar
Putih dan Kawasan Pulau Lari-Larian di Kabupaten Kotabaru, Kawasan
Jorong (Kabupaten Tanah Laut) dan Kawasan Batulicin Kabupaten
Tanah Bumbu;
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan
Daya Dukung Lingkungan Hidup terdiri atas:
a. Kawasan Pegunungan Meratus, yaitu kawasan hutan lindung
yang memanjang dari Kabupaten Kotabaru sampai dengan
Kabupaten Banjar termasuk kawasan Tahura Sultan Adam.
b. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, kawasan terbuka
sepanjang pantai timur- tenggara wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan dengan berbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung
maupun budidaya di Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan
Kotabaru, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala;
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan
dan Keamanan Negara terdiri atas:
1) Kawasan tertentu di sepanjang pesisir pantai dan laut di Kabupaten
Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru sebagai
daerah pertahanan laut, daerah pendaratan, daerah basis militer,
daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, gudang
amunisi, daerah uji coba persenjataan dan daerah industri
pertahanan;
2) Kawasan tertentu di Pegunungan Maratus di Kabupaten Banjar, Tanah
Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai
Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, sebagai daerah pertahanan darat
dan daerah pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan
militer, daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi dan daerah uji
coba persenjataan;
3) Kawasan tertentu di Kota Banjarbaru dan Banjarmasin yang
diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba persenjataan.
Di dalam pengembangan potensi kewilayahan rancangan RTRW
Provinsi Kalimantan Selatan juga membentuk dalam pola ruang
kewilayahan. Pola ruang meliputi kawasan lindung yang terdiri atas:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
seperti kawasan hutan lindung di Pegunungan Meratus, kawasan
bergambut di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, dan resapan air
di sekitar kawasan hutan lindung.
b. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
kawasan sempadan mata air, kawasan terbuka hijau kota yang
lokasinya tersebar di Kabupaten/kota
c. Kawasan suaka alam di cagar alam (CA) Teluk Kelumpang, Selat Laut
dan Selat Sebuku, CA Teluk Pamukan, CA Sungai Lulan dan Sungai
Bulan, CA. Gunung Kentawan di Kabupaten Kotabaru; pelestarian
alam di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten
Banjar; Taman Wisata Alam (TWA) yang meliputi TWA Pleihari dan
TWA Batakan di Kabupaten Tanah Laut; TWA Pulau Bakut, TWA Pulau
Kembang di Kota Banjarmasin, TWA Jaro di Kabupaten Tabalong; dan
kawasan Suaka Margasatwa (SM) yang meliputi: SM Pelaihari, SM.
Muara Sungai Asam-Asam, SM Kuala Lupak di Kabupaten Tanah
Laut; SM Pulau Kaget di Kabupaten Barito Kuala;
d. Kawasan cagar budaya sebagaimana terdiri atas : Cagar Budaya
Candi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Situs Gua di Gunung Batu
Babi, Muara Uya di Kabupaten Tabalong.
e. Kawasan rawan tanah longsor meliputi Kabupaten Tabalong dan
Kabupaten Balangan sampai perbatasan Provinsi Kalimantan Timur,
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
Kotabaru;
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
f. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu KKLD Terumbu Karang
Bunati di Kabupaten Tanah Bumbu, Teluk Tamiang dan sekitarnya di
Kabupaten Kotabaru, Tanjung Dewa, Panyipatan, Tabanio, Takisung di
Kabupaten Tanah Laut;
g. Kawasan Konservasi Perairan Daratan (KKPD), yaitu KKPD Paminggir,
Danau Panggang dan Amuntai Selatan di Kabupaten Hulu Sungai
Utara, Kandangan, Daha Selatan, Daha Utara, Daha Barat,
Kelumpang, Simpur di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Bakarangan
di Kabupaten Tapin, Labuan Amas Utara di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
h. Kawasan Andalan terdiri atas:
(1)
Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya dengan
sektor unggulan: pertanian, perkebunan dan pariwisata.
(2)
Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan sekitarnya
dangan sektor unggulan: pertanian, industri,
perkebunan,
pariwisata, dan perikanan.
(3)
Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya dengan
sektor unggulan: perkebunan, kehutanan, pertanian, industri,
pariwisata, dan perikanan.
(4)
Kawasan Andalan Laut meliputi : Kawasan Andalan
Laut Pulau Laut dsk. dengan sektor unggulan: perikanan, dan
pertambangan.
i. Kawasan pertanian terdiri atas:
(1)kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (TPH)
meliputi kawasan TPH lahan basah dan kawasan TPH lahan kering
yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Selatan;
(2)kawasan pertanian TPH lahan basah terdiri dari kawasan
pertanian lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan pasang
surut dan lahan lebak;
(3)kawasan pertanian TPH lahan sawah irigasi dikembangkan hampir
di seluruh wilayah provinsi kecuali Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Barito Kuala;
(4)kawasan pertanian TPH lahan pasang surut tersebar pada wilayah
Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tapin, Kotabaru,
Tanah Bumbu dan Kota Banjarmasin membentuk sentra komoditas
padi dan hortikultura;
(5)kawasan pertanian TPH lahan lebak tersebar hampir di seluruh
wilayah provinsi kecuali Banjarmasin dan sebagain besar
membentuk sentra komoditas palawija dan hortikultura;
(6)kawasan pertanian TPH lahan kering tersebar hampir di seluruh
wilayah provinsi kecuali Kabupaten Hulu Sungai Utara, Barito
Kuala dan Kota Banjarmasin yang membentuk sentra komoditas
padi gogo, palawija dan hortikultura;
(7)menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk
mengendalikan alih fungsi kawasan pertanian.
(8)Pusat-pusat distribusi dan industri hasil pertanian di wilayah
Kabupaten-kabupaten Hulu Sungai Tengah, Banjar, Hulu Sungai
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu
j. Kawasan perkebunan terdiri atas:
(1)Perkebunan besar swasta maupun perkebunan besar pemerintah
meliputi kawasan perkebunan
yang tersebar di wilayah
Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu
Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru dan
Balangan yang pada umumnya membentuk sentra komoditas
kelapa sawit dan karet;
(2)Perkebunan rakyat meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di
wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu,
Kotabaru, Balangan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru yang
pada umumnya membentuk sentra komoditas karet, kelapa dalam
dan kepala sawit dari hasil perkebunan swadaya dan pola
kemitraan dengan perkebunan besar swasta;
k. Rencana pengembangan kawasan perikanan dan kelautan terdiri
atas:
(1)Kawasan Laut Pulau Laut dan sekitarnya di Kabupaten Tanah
Bumbu dan Kotabaru, Kawasan Laut Kintap – Asam-Asam dan
sekitarnya di Kabupaten Tanah Laut, Kawasan Laut Aluh-Aluh dan
sekitarnya di Kabupaten Banjar;
(2)Daerah tangkapan nener dan benur, yaitu Sungai Musang di
Kabupaten Banjar, Jorong s.d Sungai Cuka di Kabupaten Tanah
Laut, Tanjung Mangkok di Kabupaten Kotabaru;
(3)Daerah pendaratan ikan, yaitu Kuala Lupak, Aluh-Aluh, Kurau,
Pagatan Besar, Takisung, Kuala Tambangan, Batakan, Jorong,
Muara Asam-Asam, Muara Kintap, Sungai Danau, Sebamban,
Bunati, Sungai Loban, Pagatan, Batulicin, Pantai, Tanjung Batu,
Pudi, Tanjung Samalantakan, Hilir Muara, rampa, Semisir, Sebanti,
Lontar, Teluk Tamiang, Tanjung Seloka, Berangas, Sarang Tiuang,
Sungai Bali, Kerasian, Kerayaan, Birah-birahan, Marabatuan,
Pamalikan, Matasirih, Selambau, Sungai Taib;
(4)Danau Panggang dan Danau Bangkau sebagai reservat perikanan
darat.
(5)Budidaya laut berada di Lontar, Teluk Tamiang, Teluk Sirih, di
gugus Pulau;
(6)Budidaya tambak di pesisir timur Muara Kintap;
(7)Perikanan tangkap di wilayah Pantai Selatan Kalimantan;
l. Kawasan peruntukan peternakan terdiri atas:
(1)
Daerah pusat pemurnian ternak Sapi Bali, yaitu di
Kabupaten Barito Kuala dan pusat pemurnian ternak itik Alabio di
Kabupaten Hulu Sungai Utara;
(2)
Daerah pusat pembibitan ternak sapi, yaitu di Kabupaten
Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu
Sungai Utara, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tanah Bumbu,
Balangan, Banjarbaru dan Barito Kuala;
(3)
Daerah pusat pembibitan ternak kerbau kalang/kerbau
rawa/kerbau darat, yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Sungai Tengah dan daerah pusat pembibitan ternak kerbau/kerbau
darat , yaitu di Kabupaten Kotabaru;
(4)
Daerah pengembangan ternak kambing, yaitu di Kabupaten
Tapin, Batola, Tanah Bumbu dan Kotabaru;
(5)
Daerah pengembangan unggas, yaitu di Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tanah
Laut, Tabalong, Banjarbaru dan Banjar;
m. Kawasan pariwisata terdiri atas:
(1)
Obyek wisata alam, yaitu Loksado di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Pulau Kembang, Pulau Kaget, Pulau Bakut
Kabupaten Barito Kuala, Tahura Sultan Adam dan Lembah Kahung
di Kabupaten Banjar, Upau, Jaro, Danau Undan Banua Lawas di
Kabupaten Tabalong, Air Panas Hantakan, Pagatan, Batang Alai
Selatan, Haruyan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Gua Temu
Luang dan Gua Sunggung di Kabupaten Kotabaru; Gua Liang
Kantin Muara Uya di Kabupaten Tabalong;
(2)
Obyek wisata bahari untuk terumbu karang, yaitu Pulau
Kunyit, Teluk Tamiang di Kabupaten Kotabaru, Bunati di Kabupaten
Tanah Bumbu,;
(3)
Obyek wisata buatan/atraksi antara lain Pasar Terapung
Kuin di Kota Banjarmasin, Pasar Terapung Lok Baintan Sungai
Tabuk di Kabupaten Banjar, Kerbau Rawa Danau Panggang di
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Pendulangan Intan Sungai Tiung
Cempaka di Kota Banjarbaru, Waduk Riam Kanan di Kabupaten
Banjar dan Kabupaten Tanah Laut, Tanjung Puri di Kabupaten
Tabalong, Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru;
(4)
Obyek wisata budaya Pasar Terapung, Obyek wisata
religius Syech Muhammad Arsyad Al Banjari Kalampayan, Datu
Sanggul, Kubah Basirih di Kota Banjarmasin, Syech Muhammad
Arsyad Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu;
(5)
Obyek wisata pantai Swarangan Jorong, Takisung,
Batakan di Kabupaten Tanah Laut dan Pagatan, Sarang Tiung di
Kabupaten Kotabaru;
(6)
Obyek wisata budaya di Loksado, Dayak Meratus di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan;
n. Kawasan industri terdiri atas:
(1)
Kawasan industri Batulicin di Kabupaten Tanah
Bumbu yang beorientasi pada industri perkebunan, industri
kehutanan, perikanan dan kelautan serta industri baja;
(2) Zona Industri Barito Muara Barito Kuala di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Barito Kuala yang berorientasi pada industri
kehutanan, kimia, perkebunan;
(3) Zona Industri Tarjun di Kabupaten Kotabaru yang berorientasi
pada industri semen, bahan kimia, dan agroindustri;
(4) Zona industri Bati-Bati di Kabupaten Tanah Laut yang berorientasi
pada industri peternakan, makanan dan kehutanan;
(5)
Zona industri Liang Anggang di Kota Banjarbaru
yang berorientasi pada industri minuman, gas, keramik, dan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
kehutanan;
(6)
Zona industri Murung Pudak di Kabupaten Tabalong
yang berorientasi pada agroindustri,
(7)
Zona industri Matraman di Kabupaten Banjar yang
berorientasi pada industri perkebunan dan industri logam;
(8)
Zona industri Jorong dan Kintap di Kabupaten Tanah
Laut yang berorientasi pada industri bubur kertas dan bijih besi;
(9)
Sentra industri Amuntai di Kabupaten Hulu Sungai
Utara yang berorientasi pada industri perabot kayu dan rotan;
(10)
Sentra industri galangan kapal di Batulicin di
Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru di Kabupaten Kotabaru;
(11)
Sentra industri Negara di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan yang berorientasi pada industri kerajinan rumah tangga;
(12)
Sentra industri di Kota Banjarmasin yang berorientasi
pada industri kerajinan rakyat kain sasirangan, industri
pengolahan kayu, industri pengolahan karet;
(13)
Sentra industri kerajinan batu permata Martapura di
Kabupaten Banjar.
o. Kawasan pertambangan terdiri atas :
(1)
Kawasan pertambangan
batubara, minyak bumi dan gas di wilayah Cekungan Kabupatenkabupaten Barito, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tanah Laut,
Tanah Bumbu, Balangan, Barito Kuala dan Pulau Lari-Larian di
Kabupaten Kotabaru;
(2)
Kawasan pertambangan
pola terbuka untuk bahan galian logam dan biji besi di wilayah
Kota Banjarbaru, Kabupaten-kabupaten Banjar, Hulu Sungai
Selatan, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Balangan;
(3)
Kawasan
wilayah
pertambangan rakyat bahan galian intan di Kota Banjarbaru.
p. Kawasan lainnya terdiri atas :
(1) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah di
Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Hulu Sungai Utara;
(2) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di
Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Kotabaru;
(3) Kawasan pertahanan keamanan di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang dikembangkan untuk kepentingan nasional dan
provinsi.
(4) Kawasan
Strategis
Nasional
(KSN)
adalah
Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin.
(5) Kawasan Metropolitan Banjarmasin / Banjarmasin Raya;
(6) Kawasan Rawa Potensial Batang Banyu;
(7) Kawasan Pelabuhan dan Bandar Udara;
(8) Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), Cahaya Baru di Kabupaten
Barito Kuala dan Sengayam di Kabupaten Kotabaru;
(9) Kawasan Berpotensi Pengembangan Ekonomi Khusus, yaitu di
Kawasan Mekar Putih dan Kawasan Pulau Lari-Larian di
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kabupaten Kotabaru, Kawasan Jorong (Kabupaten Tanah Laut)
dan Kawasan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
(10)
Kawasan pertahanan dan keamanan yaitu di Kota
Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
(11)
Kawasan Pegunungan Meratus,
(12)
Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
2.1.1.3
Wilayah Rawan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.
Ada tiga bencana alam yang rawan di Kalimantan Selatan, yaitu:
(1) Banjir; (2) Kebakaran hutan dan lahan, dan (3) Tanah longsor. Banjir
terjadi setiap tahun, prekuensinya cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Seperti yang tergambar dari hasil penelitian badan Penelitian
Pengembangan Daerah, Master Plan Banjir pada tahun 2010.
Tabel II. 1 Kerawanan Banjir di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan
N
o
Kabupaten/
Kota (ha)
Sgt
rawan
1
Tabalong
1.216,70
2
HSU
3
Balangan
4
HST
17.035,88
5
HSS
15.575,54
6
Tapin
52.577,33
7
Banjar
81.068,34
8
Banjarbaru
9
Batola
10.709,33
1.470,03
1.004,23
188.022,8
Tingkat Kerawanan (ha)
Agak
Kurang
Rawan
rawan
rawan
25.758,7
53.819,69 174892.40
3
71.163,8
2.861,08
0
4
22.283,1
46.566,91
61852.22
7
40.647,3
9.187,15
48659.79
5
97.344,3
2.428,48
22331.03
2
106.055,
10.539,49
25383.13
86
59.684,7
32.818,79
1082.46
6
16.734,3
11.232,13
3314.16
9
37.007,2
1.361,22
0
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Tdk
rawan
99046.63
0
59450.62
23476.43
31027.50
23139.65
151226.50
60.18
0
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
10
11
Banjarmasin
Tanah Laut
0
6.383,57
33.972,34
12
Tanah Bumbu
16.780,91
13
Kotabaru
10.144,95
Jumlah
43.5962
2
607,54
1.2399,.1
110.199,
71
156.503,
91
86.7989,
9
9,71
126.915,80
0
70255.88
0
29645
123.170,40
102026.7
140322.60
27.3091,2
269719.2
218653.20
694.002,0
5
779.516,9
7
776.048,
3
Sumber : Master Plan Banjir di Provinsi Kalsel, Balitbangda 2010
Pada musim hujan kebanjiran, sebaliknya pada musim kemarau
sering terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan termasuk dalam 10 provinsi yang menjadi perhatian
Instansi Kehutanan dalam masalah kebakaran hutan dan lahan ini.
Kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat hingga tahun 2011,
yang dapat dilihat dari titik panas (hot spot). Dapat dilihat pada tabel
II.2 tahun 2011 antara tiga bulan mengalami peningkatan.
Tabel II. 2 Titik Panas di Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2011
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2011
Kabupaten/Kota
Banjarmasin
Banjarbaru
Banjar
Tapin
HSS
HST
Balangan
Tabalong
HSU
Tanah Bumbu
Kotabaru
Batola
Tanah Laut
Jumlah
Agustus
1
22
199
158
136
25
38
28
56
48
46
78
145
980
Septemb
er
1
19
211
187
151
26
53
46
66
61
58
128
159
1166
Oktober
1
19
219
193
159
26
57
53
65
74
86
144
169
1265
Sumber: Posko Kebakaran Hutan Kalsel, Diolah kembali,
Bencana yang juga rawan akibat adanya curah hujan yang tinggi
selain banjir adalah tanah longsor. Tanah longsor pernah terjadi di
perbatasan antara Kabupaten Tapin dan Banjar, tepatnya di Desa
Bagak, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin. Tanah longsor juga
terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu di Kecamatan Kusan Hulu. Akibat
bencana tersebut, warga yang tinggal di pedalaman tersebut menjadi
terisolasi.
Jenis bencana alam yang sering terjadi antara lain adalah bencana
banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Langkah-langkah yang dilakukan
selama ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir antara lain: (1)
normalisasi daerah aliran sungai (DAS) dan pembuatan batas tebing; (2)
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
rehabilitasi hutan dan rawa; (3) mendorong pemerintah pusat untuk
moratorium pertambangan dsb.
Untuk pencegahan terjadi bencana kebakaran hutan dan rawa,
pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya antara lain : (1)
membuat
Peraturan
Daerah
(Perda);
(2)
membentuk
tim
penanggulangan kebakaran hutan dengan keterlibatan berbagai sektor,
dan (3) melakukan rencana aksi bersama Kabupaten/Kota dan
masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya.
2.1.1.4
Demografis
A. Perkembangan Penduduk
Penduduk Kalimantan Selatan berdasarkan data dari BPS tahun
2013 berjumlah 3.790.071 jiwa yang terdiri dari perempuan sebanyak
1.871.939 jiwa dan laki-laki sebanyak 1.918.132 jiwa dengan rasio jenis
kelamin (sex ratio) sebesar 102,6. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya penduduk Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 2011
berjumlah 3.695.124 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kalimantan Selatan selama
sepuluh tahun terakhir, yaitu pada tahun 2002-2012 adalah sebesar
2,57% melampaui rata-rata nasional yaitu sebesar 1,49%. LPP tertinggi
terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu rata-rata sebesar 6,27% diikuti
oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 3,02%, sementara daerah
dengan LPP terendah adalah Kabupaten Tanah Laut, yaitu sebesar
1,78% diikuti oleh Kabupaten Tabalong dengan LPP sebesar 1,89%.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat berakibat pada
beban pembangunan yang semakin berat, seperti terhadap daya
tampung pendidikan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan
dampak sosial lainya. Di samping berakibat munculnya berbagai
persoalan sosial, seperti pemukiman kumuh, penurunan kualitas tenaga
kerja, dan persoalan sosial lainnya.
Distribusi Penduduk pada tahun 2012 terbanyak berada di Kota
Banjarmasin dengan jumlah 648.029 jiwa atau sekitar 17,10% dari
seluruh penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Banjar
memiliki penduduk terbanyak kedua dengan jumlah 527.997 jiwa atau
sekitar 13,93%. Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Selatan
selama tahun 2009 s.d 2012 dapat dilihat pada tabel II.3
Tabel II. 3 Penduduk di Kalimantan Selatan Tahun 2009 s/d 2012
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
No
Kabupaten/Kot
a
1
Tanah laut
2
Kotabaru
3
Banjar
4
Barito Kuala
5
8
Tapin
Hulu
Selatan
Hulu
Tengah
Hulu
Utara
9
Tabalong
6
7
2,19
2,65
2,16
Sungai
Sungai
Sungai
Tanah Bumbu
11
Balangan
Kota
Banjarmasin
13
1,78
2,18
10
12
Laju
Pert
.
2,56
2,52
3,02
1,89
6,27
2,84
2,05
Kota Banjarbaru
Kalimantan
Selatan
2,26
2,57
Tahun (jiwa)
2009
275.00
7
281.33
1
498.88
6
275.27
3
154.33
6
209.94
8
246.48
7
218.27
8
195.63
1
231.29
8
102.76
7
639.97
8
170.82
3
3.503.1
56
2010
2011
2012
296.333
303.430
303.818
290.142
296.987
303.459
506.839
516.663
527.997
276.147
278.678
286.075
167.877
170.468
174.156
212.485
213.747
219.211
243.460
244.889
251.063
209.246
209.979
216.319
218.620
223.813
228.051
267.929
277.924
295.358
112.430
114.009
117.248
625.481
634.990
648.029
199.627
209.547
214.287
3.626.61
6
3.695.1
24
3.790.07
1
2013
31.3017
30.8144
53.5214
28.9313
17.6192
22.1317
253.406
218.681
231.239
305.492
118.944
655.185
220.168
3.846.312
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, 2013
Gambar II. 2 Prosentase Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Terhadap
Provinsi Kalimantan Selatan
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kota Banjarbaru; 5.66% Tanah laut; 8.03%
Kota Banjarmasin; 17.12%
Kotabaru; 8.02%
Banjar; 13.95%
Balangan; 3.10%
Tanah Bumbu; 7.80%
Barito Kuala; 7.56%
Tapin; 4.60%
Tabalong; 6.03%
Hulu Sungai Selatan; 5.79%
Hulu Sungai Utara; 5.72%
Hulu Sungai Tengah; 6.63%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, diolah kembali,
2014
Struktur penduduk Kalimantan Selatan masih didominasi oleh
penduduk dengan umur muda yaitu pada kelompok umur 0-4 tahun
(Balita) sebanyak 371.266 jiwa, kelompok umur 5-10 tahun sebanyak
360.878 jiwa dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 345.718 jiwa.
Sementara itu, jumlah penduduk dengan kelompok umur 15 tahun
keatas sebanyak 2.641.693 jiwa seperti dapat dilihat pada tabel II.4.
Tabel II. 4 Penduduk Kalimantan Selatan Menurut Kelompok Umur
pada tahun 2012
Kelompok
Umur
0-4
5-9.
10-14.
15-19.
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Laki-Laki
(jiwa)
190.387
185.314
178.110
172.276
168.420
170.162
169.020
169.857
143.446
117.087
93.701
65.458
42.909
28.140
17.449
14.396
Perempuan
(jiwa)
180.879
175.564
167.608
163.959
164.973
170.531
167.891
157.328
137.612
111.856
88.640
60.456
44.331
32.925
22.809
24.577
Total (jiwa)
Prosentase
371.266
360.878
345.718
336.235
333.393
340.693
336.911
327.185
281.058
228.943
182.341
125.914
87.24
61.065
40.258
38.973
9.78%
9.50%
9.10%
8.85%
8.78%
8.97%
8.87%
8.61%
7.40%
6.03%
4.80%
3.32%
2.30%
1.61%
1.06%
1.03%
Sumber : Data Pembangunan Prov. Kalsel 2012, Diolah kembali
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Perkembangan jumlah peserta Keluarga Berencana yang aktif di
Kalimantan Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus
mengalami peningkatan yakni secara akumulatif tahun 2009 sebanyak
942.773 orang, tahun 2010 sebanyak 975.172 orang, tahun 2011
sebanyak 760.201 orang dan tahun 2012 sebanyak 626.751 orang,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 sebagai berikut:
Tabel II. 5 Peserta KB Aktif di Kalimantan Selatan Tahun 2009 s/d 2012
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
2013
Kabupaten/Kota
Tanah laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Kota Banjarmasin
Kota Banjarbaru
Kalimantan
Selatan
2009
73.276
74.921
133.197
77.282
45.227
59.074
70.380
57.598
52.246
58.933
29.392
165.500
45.747
942.773
Tahun
2011
2010
80.657
59.101
77.167
63.970
134.284
110.190
75.245
60.508
47.355
40.848
59.927
45.129
68.802
50.839
53.742
37.085
57.968
44.051
69.207
59.038
31.378
27.354
165.044
126.048
54.486
36.040
975.172
760.201
2012
55.724
57.407
83.501
48.253
35.306
36.393
44.026
35.619
38.303
46.389
21.077
95.158
29.595
626.751
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan Tahun 2010-
Dari aspek keberagaman suku bangsa yang ada di Kalimantan
Selatan secara umum di dalam komposisi penduduk didominasi oleh
suku asli Banjar. Beberapa suku bangsa antara lain Suku Jawa, Madura,
Bugis, Batak dan Sunda, serta sebagian kecil keturunan Tionghoa,
namun jumlah mereka relatif kecil, dan komposisinya secara statistik
cenderung stabil dari tahun ke tahun. Secara umum kondisi pergaulan
diantara suku bangsa yang ada sudah sangat kondusif dan hidup secara
damai. Kondisi inilah yang sangat membantu dan merupakan modal
dasar dalam melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang
kehidupan.
B. Keagamaan
Penduduk Kalimantan Selatan mayoritas beragama Islam dan
kehidupan beragama di provinsi ini secara ritual menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan yang ditandai dengan
meningkatnya masing-masing jumlah pemeluk agama dan sarana
peribadatan. Kehidupan keberagamaan ini tidak pernah terjadi konflik
sosial yang berarti dan kehidupan beragama di Kalimantan Selatan
relatif kondusif.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Di antara indikator dalam melihat perkembangan sosial
keagamaan adalah pertumbuhan jumlah pemeluk dan fasilitas
peribadatan dan kegiatan keagamaan. Pada 2012, jumlah penduduk
menurut agama berturut-turut adalah sebagai berikut: beragama Islam
sebanyak 3.496.243 (92,25%), Kristen 26.033 orang (0,69%), Katolik
18.662 orang (0,49%), Hindu dan Budha 26.391 orang (0,70%), serta
agama lainnya, seperti Kaharingan, Khong Ho Chu 222.742 orang
(5,88%).
Kehidupan ritual keagamaan ditunjang oleh sarana ibadat, seperti
masjid (2.368 buah), langgar (7.038 buah), gereja (97 buah), pura (62
buah), dan wihara cetyah/klenteng (24 buah). Dalam konteks ini
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memaknai perkembangan dan
pertumbuhan pemeluk agama maupun ketersediaan sarana prasarana
serta kegiatan sosial keagamaan tidak sekadar mewujudkan
kenyamanan pemeluk dalam menjalankan ibadahnya, tetapi menjadikan
ranah agama sebagai pemahaman penyeimbang dampak buruk dari
gerusan budaya-budaya global yang destruktif dan demokrasi yang
semakin menggeliat.
Kehidupan keberagamaan yang baik dan nyaman mampu
menyediakan batasan-batasan moral penduduk (pemeluk) sebagai
bagian dari tugas bersama pemerintah dan pemangku agama. Sebab
bagi pemerintah kualitas keberagamaan tidak selalu diukur dari jumlah
pembangunan sarana prasarana ibadah maupun frekuensi kegiatan
sosial keagamaan, tetapi pemahaman nilai-nilai keberagamaan dan
toleransi antar umat beragama. Toleransi antar-umat beragama dan
antar-suku sampai sekarang masih dapat dipertahankan, sehingga
dapat dicegah terjadinya konflik sosial berbasis agama dan suku. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tidak adanya laporan kekerasan-kekerasan
yang bernuansa agama atau suku, kasus penyesatan, konflik tempat
ibadah, kebebasan berpikir dan berekspresi maupun implikasi regulasi
yang bernuansa agama dan kesukuan sebagaimana terjadi di daerah
lain.
2.1.2 Aspek Potensi Wilayah
Dari segi pengembangan wilayah pembangunan di masing-masing
kabupaten, ada beberapa parameter normatif yang menjadi
pertimbangan
dalam
pengambilan
kebijakan
pembangunan,
diantaranya potensi daerah, prioritas pengembangan, dan isu strategis
daerah. Hal tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut:
2.1.2.1
Kawasan Metropolitan Banjar Bakula
A. Kota Banjarmasin
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Kota Banjarmasin terletak diantara 3’16’46’’ sampai dengan
3’22’54’’ Lintang
Selatan
dan
114’31’40’’
sampai
dengan
114’39’55’’ Bujur Timur. Kota Banjarmasin terletak di bagian Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan pada ketinggian tempat rata-rata 0,16
meter di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpayapaya dan relatif datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh
wilayah digenangi air.
Luas Kota Banjarmasin adalah 98,46 km2 atau 0,26% dari luas
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas wilayah
administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kabupaten Barito
Kuala
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kabupaten Barito
Kuala
Wilayah Kota Banjarmasin terbagi dalam 5 (lima) kecamatan dan
52 (lima puluh dua) kelurahan. Adapun luas wilayah kecamatan
terbesar adalah Kecamatan Banjarmasin Selatan 38,27 Km 2 yang terdiri
dari 12 kelurahan. Sedangkan luas wilayah kecamatan yang terkecil
adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan luas 6,66 km2 yang
terdiri dari 12 kelurahan.
Kota Banjarmasin terletak dekat Sungai Martapura yang
bermuara ke Sungai Barito. Pasang surutnya kedua sungai tersebut
berpengaruh terhadap drainase kota, di sisi lain, kedua sungai
tersebut dengan anak Sungai Martapura berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemanfaatannya sebagai
sarana transportasi air, pariwisata, perikanan, dan perdagangan.
Kondisi demikian mencirikan kekhasan Banjarmasin sebagai Kota
Air, disamping sebagai Kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota
Pariwisata, dan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Jumlah penduduk Kota Banjarmasin tahun 2012 tercatat sebanyak
648.029 jiwa, terdiri atas 323.880 (49,98%) laki-laki dan 324.149
perempuan (50,02%) perempuan. Penduduk
terbesar
ada
di
Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan jumlah penduduk 151.175
jiwa
(23,33%).
Sedangkan
Kecamatan
Banjarmasin Tengah
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit,
yaitu sebesar 93.167jiwa (14,37%). Dilihat dari kepadatannya wilayah
yang paling padat penduduk adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah
dengan kepadatan per kilometer persegi dihuni 13.989 jiwa,
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah
Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan densitas per kilometer
persegi dihuni 3.950 jiwa.
Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air,
di samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga
iklimnya bersifat tropis. Curah hujan rata-rata 277,9 mm perbulan,
dengan rata-rata hari hujan 13 hari pada tahun 2011.
Kota Banjarmasin sebagai bagian dari Kawasan Metropolitan
Banjar Bakula memiliki topografi yang datar, memiliki elevasi 0,75
meter dibawah permukaan laut. Kondisi ini memerlukan perhatian
khusus dalam rencana pola ruang. Rencana Pola Ruang
Kota
Banjarmasin, terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 20,58%
dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 2.027,99 Ha. Sedangkan
Kawasan budidaya di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 79,42%
dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 7.818,01 Ha.
Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin, berdasarkan PDRB Atas
Dasar
Harga
berlaku
pada tahun 2013 diperkirakan sebesar
14.219.356.826 Ribu Rupiah (12,83%). Nilai tersebut sedikit lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
pada
tahun
2012
sebesar
12.602.821.974 Ribu
Rupiah
(11,94%).
Sedangkan
PDRB
berdasarkan Atas Harga Konstan Tahun 2013 diperkirakan sebesar
5.939.160.036 Ribu Rupiah (6,52%), bila dibandingkan dengan
tahun 2012 sebesar 5.575.729.402 (6,07%). Kenaikan PDRB baik
atas harga dasar berlaku maupun atas harga konstan ini diperoleh
karena semua sektor mengalami kanaikan output dibanding tahun
sebelumnya.
PDRB per kapita Kota Banjarmasin tahun 2010 sebesar Rp.
15.585.241, meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp. 17.729.791.
Pada tahun 2012 PDRB per kapita mencapai Rp 19.447.929 dan
tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp. 21.752.580. Peningkatan
PDRB per kapita ini terjadi dikarenakan PDRB atas dasar harga
berlaku juga mengalami kenaikan. Berdasarkanatas dasar harga
konstan, PDRB perkapita juga mengalami kenaikan. Pada tahun
2010 PDRB per kapita mencapai Rp. 7.856.248, tahun 2011
mengalami kenaikan menjadi Rp. 8.278.352, tahun 2012 mengalami
kenaikan lagi menjadi Rp. 8.604.136 dan pada tahun 2013
diperkirakan mencapai Rp. 9.085.647.
Dalam
hal
penanganan
kesejahteraan
sosial
serta
mempercepat
pembangunan manusia
dan
pemberantasan
kemiskinan sebagaimana amanat Millenium Development Goals
(MDGs). Dalam kurun 5 tahun terakhir Pemerintah Kota Banjarmasin
berupaya mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja
yang dikaitkan dengan seluruh program prioritas pembangunan yang
pada
dampaknya
dapat
mengurangi
angka kemiskinan
dan
menurunkan angka pengangguran. Jumlah penduduk miskin di Kota
Banjarmasin pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut tercatat
5,04% tahun 2011 4,77% dan Tahun 2012 4,51%.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas di Kota Banjarmasin
pada tahun 2012 adalah 98,9 %, bila dibandingkan dengan Provinsi
Kalimantan Selatan angka melek huruf di Kota Banjarmasin lebih
tinggi. Pencapaian melek huruf di Kota Banjarmasin cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Dengan
Rata-rata lama sekolah di Kota Banjarmasin tahun 2012 menurut
perhitungan sebesar 9,88 tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk
jenjang SD/MI pada tahun 2011 sebesar 107,5%, Sedangkan APK
pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA sederajat cenderung lebih
rendah.
Komposisi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut
lapangan usaha, memberikan gambaran roda perekonomian Kota
Banjarmasin.
Sektor perdagangan, jasa-jasa, serta kontruksi,
transportasi dan pergudangan adalah lapangan usaha yang banyak
menyerap lapangan pekerjaan. Persentase penduduk Kota Banjarmasin
usia 15 tahun ke atas yang bekerja terbesar ada di sektor perdagangan
sebesar 35,02 %, sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan 19,52 %,
kontruksi 8,00 %, transportasi dan pergudangan sebesar 7,56 % dan
Industri pengolahan sebesar 6,70 %.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD/MI pada tahun 2013 sebesar
106,42 %, bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 98,53% mengalami
kenaikan. Sedangkan APS untuk SMP/M.Ts tahun 2008 sebesar 86,22%
dilihat dari perkembangannya mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan pada tahun 2012 mencapai 94,81%, APS untuk
SMA/SMK/MA tidak mengalami kenikan bila dibandingkan tahun
sebelumnya.
Sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kota
Banjarmasin adalah beberapa rumah sakit pemerintah, 26 buah
Puskesmas, 35 buah Puskesmas Pembantu, 26 buah Puskesmas Keliling,
1 buah Gedung Farmasi dan 1 buah Laboratorium Kesehatan.
Kondisi jalan yang ada di Kota Banjarmasin pada tahun 2008
dalam kondisi baik 186.436 km perkembangannya terus mengalami
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 424.576 km. Pada tahun 2009
panjang jalan dalam kondisi rusak sedang 174.928 km dan terus
mangalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 127.145 km. Kondisi
panjang jalan yang mempunyai drainase di Kota Banjarmasin tahun
2009 tercatat 111.091 km, terus mengalami peningkatan menjadi
123.215 km pada tahun 2013. Jumlah jaringan drainase di Kota
Banjarmasin dari Tahun 2019-2011 berjumlah 1. Pembangunan turap
terus diupayakan pada tahun 2009 tercatat 11.210,2 km mengalami
peningkatan menjadi 18.388,7 km pada tahun 2013.
Pencari kerja yang ditempatkan adalah jumlah tenaga kerja yang
terdaftar (AK1) dan telah ditempatkan diberbagai sektor lapangan
usaha.
Angka
yang
dicapai
pada tahun 2008-2012 dilihat
perkembangannya mengalami penurunan di tahun 2008 tercatat 1.156,
di tahun 2009 tercatat 1.524, di tahun 2010 tercatat 1.107, di tahun
2011 tercatat 390,dan di tahun 2012 tercatat 147.
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
Adapun isu-isu strategis daerah yang menjadi prioritas perhatian
pemerintah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk
penciptaan lapangan kerja
2. Penanggulangan kemiskinan
3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik
4. Menjaga kualitas kesehatan
5. Menjaga Kualitas Pendidikan
6. Peningkatan sarana prasarana publik
7. Menjaga kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
8. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban
9. Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan
B. Kota Banjarbaru
Kota Banjarbaru, secara geografis, terletak pada 03°27′ s/d
03°29′ Lintang Selatan dan 114°45′ s/d 114°45′ Bujur Timur dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Martapura,
Kabupaten Banjar;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan,
KabupatenBanjar;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan
Aluh-Aluh Kabupaten Banjar;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati
Kabupaten Tanah Laut
Luas wilayah Kota Banjarbaru 371,3 km 2 dengan ketinggian
berada pada 0-500 m dari permukaan laut. Dari luas wilayah tersebut
dapat dibedakan atas wilayah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 % luas
wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,78 % wilayah, dan kelerengan
8-15% mencakup 12,08 % wilayah Banjarbaru.
Banjarbaru memiliki iklim tropis berkisar antara 23,3oC-32,7oC
dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 47%- 98%.
Kota Banjarbaru secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan
dan 20 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang
Anggang, Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan
Kecamatan Banjarbaru Selatan.
Jumlah penduduk Kota Banjarbaru mengalami peningkatan
dari
tahun ke tahun.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Banjarbaru sebesar 203.398 jiwa dan tahun 2012 menjadi 213.998
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
jiwa, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai
220.168 jiwa yang terdiri dari 112.819 jiwa laki-laki dan 107.349
jiwa perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Banjarbaru dari
tahun 2009-2013 sebesar 6,53% dengan tingkat kepadatan pada tahun
2013 mencapai 593 orang per km2.
Pengembangan potensi wilayah secara spasial yang dilakukan
melalui kebijakan
pengembangan
kawasan
strategis
Provinsi
Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam Kawasan
Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi yakni Kawasan Metropolitan
Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota
Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian Kabupaten Banjar, sebagian
Kabupaten Barito Kuala, sebagian Kabupaten Tanah Laut.
Kota Banjarbaru yang identik sebagai Kota Pendidikan di mana
terdapat
berbagai
perguruan
tinggi
negeri
maupun swasta
menyebabkan
banyaknya
pendatang
yang
berdomisili
untuk
menuntut ilmu.
Selain itu, posisi Kota Banjarbaru yang cukup
strategis baik secara administratif maupun akses ekonomi mendorong
peningkatan jumlah penduduk sehingga mendorong perkembangan
pembangunan perumahan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir.
Selama tahun 2009 sampai dengan 2012 perkembangan nominal
PDRB Kota Banjarbaru terus meningkat dari sebesar 1.696,61
milyar rupiah menjadi 2.360,08 milyar dan diperkirakan pada tahun
2013 meningkat sebesar 2.657,29 milyar rupiah. Besaran PDRB ini
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Hal ini
menunjukkan bahwa aktifitas kegiatan ekonomi Kota Banjarbaru
mengalami peningkatan baik dari nilai nominal maupun realitas
produksinya.
Struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh
peranan sektor tersier dan sektor sekunder. Hal ini disebabkan Kota
Banjarbaru tidak memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah. Selain
itu, Banjarbaru merupakan wilayah permukiman dan perkantoran.
Peranan sektor tersier dalam struktur perekonomian Kota
Banjarbaru diperkirakan mengalami peningkatan dari 54,78 % pada
tahun 2012 menjadi 55,35 % pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan
sektor jasa-jasa yang terus mengalami perkembangan. Sementara
itu, peranan sektor sekunder diperkirakan cenderung mengalami
penurunan sedikit dibanding tahun 2012, yaitu dari 33,22 % pada
tahun 2012 menjadi 32,86 % di tahun 2013.
Hal ini merupakan
kelanjutan dari adanya beberapa perusahaan industri besar sedang
yang tutup sejak tahun 2011.
Rata-rata PDRB per kapita Kota Banjarbaru selama periode
2009-2012 sebesar 10,30 juta rupiah dan pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 12,07 juta rupiah. Seiring dengan peningkatan
pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku, maka diharapkan
kemampuan
daya
beli
penduduk
per kapita juga mengalami
peningkatan.
Perkembangan angka melek huruf dan angka rata-rata sekolah
di Kota Banjarbaru setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
II - 132
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 201 6
ini dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10. Angka melek
huruf Kota Banjarbaru pada tahun 2013 sebesar 98,91 %. Hal ini berarti
1,09 % saja penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca
dan menulis.
Sementara, pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah Kota
Banjarbaru cukup tinggi yaitu sebesar 10,66 tahun. Artinya rata-rata
penduduk Kota Banjarbaru telah mengentaskan pendidikan sampai di
kelas 3 SMA. Hal ini menunjukkan program pemerintah wajib belajar 9
tahun sudah berhasil.
Kota Banjarbaru menjadi barometer untuk kualitas penduduk
Kalimantan Selatan, karena selain angka melek dan angka
partisipasi belajar yang tinggi,
persentase
penduduk
yang
menamatkan pendidikan tinggi juga jauh lebih banyak dibandingkan
kabupaten lain. Di Kota Banjarbaru selain berdiri Universitas Negeri
tertua di Kalimantan Selatan, tersebar juga beberapa perguruan
tinggi dengan berbagai jurusan.
Partisipasi sekolah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun
2013 cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari APK SD yang mencapai 120
%, APK SLTP 103 % dan APK SLTA mencapai 84,78 % serta APM SD
sebesar 98,78 %, APM SLTP 90,91 % dan APM SLTA sebesar 58,28 %.
Dari seluruh penduduk usia kerja di Kota Banjarbaru, sebesar
61,16% diantaranya aktif dalam pasar tenaga kerja atau disebut
dengan penduduk angkatan kerja. Sedangkan sisanya lebih memilih
untuk mengurus rumah tangga atau masih bersekolah.
Selama 5 tahun terakhir ini sekitar 60 % lebih dari total
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Banjarbaru adalah
angkatan kerja, dengan TPAK pada tahun 2013 sebesar 62,43 %
yang berarti dari 100 orang penduduk usia kerja, 62 orang diantaranya
merupakan angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Dari
jumlah tersebut yang bekerja sebesar 97,96 %, sehingga tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Kota Banjarbaru hanya 2,04 % atau
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai
6,54 %.
Perkembangan jumlah sekolah menurut jenjang pendidikan tahun
2009-2013adalah sebagai berikut; TK sebanyak 90 buah, SD sebanyak
74 buah, SMP sebanyak 20 buah, SMA sebanyak 10 buah, dan SMK
sebanyak 14 buah.
Pemerintah Kota Banjarbaru memberikan dukungan yang